Bagi bangsa Indonesia, Pancasila telah menjadi dasar negara dan pandangan hidup
segenap bangsa Indonesia. Nilai yang terkandung dalam Pancasila sepatutnya menjadi acuan
dasar dalam kehidupan manusia Indonesia. Dengan demikian, pembangunan pendidikan nasional
sebagai usaha sadar dan sistimatis untuk membina manusia Indonesia.
Pendidikan nasional harus mampu membawa segenap bangsa Indonesia untuk menjadi
manusia Pancasila seperti telah dirumuskan dalam GBHN (1993) yaitu Pendidikan nasional
bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju,
tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat
jasmani dan rohani, menimbulkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah air,
meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah
bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi ke masa depan.
Tap MPR No. II/MPR/1978 memberi petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan kelima sila
Pancasila, bagi bidang pendidikan, hal ini sangat penting karena akan terdapat kepastian nilai
yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Petunjuk pengamalan tersebut dapat pula
disebut sebagai 36 butir nilai-nilai pancasila sebagai berikut.
3. Persatuan Indonesia
a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara diatas
kepentingan pribadi atau golongan.
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara.
c. Cinta tanah air dan bangsa.
d. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal ika.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
a. Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat.
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
e. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab meneriama dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah
f. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
g. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat, serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
Pendidikan adalah upaya manusia untuk memanusiakan manusia. Manusia pada hakikatnya
adalah makhluk tuhan yang paling tinggi derajatnya dibanding dengan makhluk lain citaannya di
muka bumi ini. Manusia sebagai makhluk sosial terikat oleh suatu sistem sosial dengan segala
komponennya seperti pranata sosial, tatanan hidup kemasyarakatan.
Pendidikan adalah suatu proses sosial budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Dengan demikian pendidikan secara nyata merupakan proses sosialisasi antar warga melalui
interaksi insani menuju masyarakat yang berbudaya. Nana Sudjana (1989) menyebutkan tiga
gejala yang diwujudkan dalam kebudayaan umat manusia yaitu berupa:
1. Ide dan gagasan seperti: konsep, nilai, norma, peraturan sebagi hasil ciptaan dan karya
manusia.
2. Kegiatan seperti tindakan yang berpola dari manusia dalam bermasyarakat.
3. Hasil karya cipta manusia
Pendidikan merupakan suatu proses budaya, maka senantiasa dalam upaya membina dan
mengembangkan cipta, rasa dan karsa ke dalam tiga wujud di atas.
Wujud pertama, yaitu ide dan gagasan sifatnya cenderung abstrak. Adanya dalam pikiran
manusia dan warga masyarakat di tempat kebudayaan itu berada. Gagasan itu menjadi motivasi,
pendorong, serta memberi jiwa dan makna bagi kehidupan manusia dalam bermasyarakat
sehingga pola pikir tersebut menjadi suatu sistem yang dianut. Wujud yang kedua adalah
kegiatan yang berpola dari manusia, yaitu aktivitas manusia dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Dalam sistem sosial, aktivitas manusia cenderung bersifat konkret, bisa dilihat dan bisa di
observasi secara langsung. Sedangkan wujud yang ketiga adalah seluruh hasil fisik atau non fisik
serta perbuatan atau karya manusia dalam masyarakat. Sudah barang tentu wujud fisik dan non
fisik ini hasil dari karya manusia sesuai dengan kebudayaan pertama dan kedua. Artinya, wujud
ketiga merupakan hasil buah pikir dan keterampilan manusia sesuai dengan gagasan atau ide dan
aktivitas manusia dalam struktur sistem sosialnya
Dengan demikian program pendidikan yang dirancang untuk membina kompetensi peserta didik,
tak bisa lepas dari aspek sosial budaya masyarakatnya. Di sini berarti asas sosiologis akan
memberikan pijakan yang mendasar untuk memberikan apa yang cocok dipelajari para peserta
didik, bagaimana mempelajari bahan tersebut sehingga produktivitas pendidikan (out put) sesuai
dengan harapan dan tuntutan kebutuhan masyarakat, baik diamati dan perkembangan sosial
budayanya maupun di amati dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan sosial budaya akan memberi warna dan corak kepada perencanaan dan
implementasi kurikulum pendidikan. Namun demikian, asas sosiologis tak berarti program
pendidikan hanya berorientasi kepada tuntutan kebutuhan dan perkembangan masyarakat tanpa
menghiraukan kebutuhan peserta didik sebagai pribadi yang mandiri. Oleh sebab itu, harus
dijaga keseimbangan kurikulum (curiculum balance) antara kepentingan peserta didik sebagai
individu yang unik dan mandiri dengan kepentingan peserta didik sebagai anggota masyarakat.
Pendidikan yang terlalu memusatkan pada kepentingan masyarakat (sociely centered) akan
pincang dan membuahkan beberapa kelemahan. Misalnya, program pendidikan yang dilakukan
kurang menghiraukan perkembangan peserta didik sebagai pribadi yang unik dan mandiri. Ini
berarti, pendidikan harus menjaga keseimbangan kurikulum dengan menyajikan program antara
kepentingan sociely centered dengan program yang mengarah dan memperhatikan kegiatan yang
berorientasi pada student centered (memusatkan perhatian pada kepentingan peserta didik
sebagai pribadi).
Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah nilai-nilai yang bersumber pada pikiran dan logika.
Sedangkan seni bersumber pada perasaan dan estetika. Mengingat pendidikan merupakan proses
penyiapan peserta didik dalam menghadapi perubahan zaman yang semakin pesat, termasuk di
dalamnya perubahan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) maka pengembangan
pendidikan harus mengacu kepada asas IPTEKS tersebut.
Pada sisi lain perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung akan menjadi isi /
materi pendidikan. Sedangkan secara tidak langsung memberikan tugas pada pendidikan untuk
membekali masyarakat dengan kemampuan pemecahan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan seni juga dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai salah satu karakteristik perkembangan
sosial budaya masyarakat akan memberi corak dan warna terhadap perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan pendidikan. Sebab pada gilirannya pembangunan pendidikan nasional adalah arti
lain dari upaya untuk pembangunan sumber daya manusia yang sesuai dengan tuntutan
pembangunan nasional.
Dalam UUD 1945 alinea keempat menyebutkan .......untuk membentuk satu Pemerintahan
segenap Negara Indonesia yang melindung segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial...
Dalam UUD 1945 tersebut menunjukkan bahwa bangsa Indonesia tetap memiliki komitmen kuat
untuk melakukan upaya sebagai langkah mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka
mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia internasional. Lebih lanjut
acuan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional, UUD 1945 Pasal 31 hasil amandemen 2002
yaitu :
1. setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
2. pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.yang diatur dengan undang-undang.
3. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya duapuluh persen dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
Apa yang daiamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 belum dapat dilakukan sepenuhnya
dengan konsekuen. Para penyelenggara negara hendaknya harus memperhatikan bahwa prioritas
utama dalam pembangunan bangsa adalah pendidikan.hasilnya belum seperti yang diharapkan.
Pendidikan telah menjadi watak dan karakter budaya bangsa, namun sejauh ini.
Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan, dilihat dari aspek kuantitatif secara
nasional pemerintah telah mengambil berbagai kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan
seperti :
1. Perubahan kurikulum pendidikan nasional.
2. Undang-undang dan peraturan mengenai pendidikan, termasuk undang-undang guru dan dosen
dan standarisasi pendidikann dan undang-undang lainnya.
3. Peningkatan angka partisipasi belajar anak usia sekolah pada semua jenjang sekolah.
4. Penambahan anggaran pendidikan oleh daerah, sesuai dengan amanat pembukaan Undang-
undang Dasar 1945
5. Konsep manajemen pendidikan berbasis sekolah, standarisasi pendidikan dsb.
Pendidikan adalah sebagai sutu investasi bagi pengembangan sumber daya manusia sebagai
individu dan anggota masyarakat. Bangsa Indonesiaa yang terdiri dari berbagai etnis dan budaya
yang berbeda merupakan modal atau aset nasional bagi bangsa untuk memajukan bangsa, tetapi
jika diabaikan dapat menjadi potensial sebagai sumber disentegrasi. Karena itu sisdiknas harus
mampu mengembangkan kearifan untuk belajar hidup bersama dalam perbedaan. Tanpa kearifan
yang tulus lembaga pendidikan tidak akan mampu berfungsi sebagai lembaga pemersatu, bahkan
bisa melahirkan benih-benih konflik yang sangat berbahaya bagi keutuhan bangsa.
Hafid Abbas (2002) menyebutkan sisdiknas belum dapat berfungsi untuk mempersatukan
manusia Indonesia. Agar dapat berfungsi, maka :
1. Pendidikan harus dikelola dengan prinsip keadilan
2. pengelolaan pendidikan harus terbuka dalam rangka mengakomodir partisipasi masyarakat
banyak
3. pengelolaan pendidikan harus bersifat inklusif dan hindari jauh-jauh eklusif berlebihan
4. pengelolaan pendidikan di semua tingkatan harus secara profesional
5. pengelolaan pendidikan dengan melibatkan semua stakeholder dalam rangka pengayaan dan
demokratisasi pendidikan
6. pendidikan nasional hendaknya benar-benar mendorong tercapainya pemerataan pendidikan
Mastuhu (1999: 94-98) menawarkan gagasan untuk mengantisipasi pendidikan abad 21, yakni
1. pendidikan yang diskriminatif, antara negeri dan swasta.
2. pendidikan dijadikan panglima pembangunan Indonesia
3. dua poin di atas hanya bisa dilaksanakan oleh pemerintahan yang benar-benar demokratis,
terbuka, adil, jujur dan memiliki tatanan kehidupan bernegara terletak di tangan rakyat
4. agar pendidikan diatur sepenuhnya dengan kewenangan akademik, bukan kewenangan
kekuasaan apalagi sentralistik.
5. pendidikan hendaknya menggunakan pendekatan yang beeragam bukan yang serba
diseragamkan.
6. pendidikan hendaknya berorientasi pada siswa bukan pada guru atau materi pelajaran.
7. pendidikan diubah untuk mengarahkan siswa untuk menjadi bukan hanya sekedar memiliki.
8. pendidikan perlu membentuk networking dengan berbagai sumber, mengingat kini muncul
fenomena tereduksinya peran sekolah dan guru sebagai sumber pendidikan, dan
9. pendidikan harus mampu mengembangkan budaya akademik, dan jangan terjebak pada
budaya politik kekuasaan.