MK.FILSAFAT PENDIDIKAN
SKOR NILAI:
JURNAL 1:
NIM : 4193121004
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi Tuhan Allah Yang Maha Kuasa atas berkat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas critical jurnal filsafat pendidikan tepat pada waktunya. Tugas ini
bermaksud untuk membentuk karakter mahasiswa yang lebih kritis sekaligus menjadikan
mahasiswa yang memiliki kepahaman terhadap suatu materi yang terdapat dalam mata kuliah
filsafat pendidikan tersebut.
Kami berharap, tugas ini dapat menjadi sumber referensi atau sebagai bahan evaluasi
dalam mempelajari filsafat pendidikan. Dan berupa bentuk pengevaluasian dan tolak ukur
tingkat kepahaman kami dalam mata kuliah filsafat pendidikan.
Materi yang disajikan dalam tugas ini masih jauh dari yang diharapkan, oleh sebab itu
kami selaku penulis sangat mengharapkan saran dan sumbangan pemikiran dalam
penyempurnaan tugas ini.
Mudah-mudahan jurnal ini dapat memenuhi harapan sesuai kriteria yang ditetapkan
oleh Dosen filsafat pendidikan.
Marsheila N Br Sihotang
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
IDENTITAS JURNAL...........................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi CJR...............................................................................................2
B. Tujuan.................................................................................................................2
C. Manfaat..............................................................................................................2
BAB II RINGKASAN JURNAL...........................................................................3
A. Kesimpulan......................................................................................................11
B. Saran.................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
IDENTITAS JURNAL
PENDAHULUAN
C. Manfaat CJR
3. Menguji kualitas jurnal dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang
sama atau penulis lainnya.
4. Memberi masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran terhadap cara
penulisan, isi, dan substansi jurnal.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut aliran progresivisme belajar dilaksanakan berangkat dari asumsi bahwa anak
didik bukan manusia kecil, melainkan manusia seutuhnya yang mempunyai potensi untuk
berkembang, yang berbeda kemampuannya, aktif, kreatif, dan dinamis serta punya motivasi
untuk memenuhi kebutuhannya (Jalaluddin dan Abdullah Idi, 2012:89). Dalam konteks ini,
belajar semestinya dilaksanakan dengan memperhatikan berbagai potensi yang dimiliki oleh
anak didik. Oleh karena itu, dalam pandangan progresivisme belajar harus dipusatkan pada
diri siswa, bukan guru atau bahan pelajaran.
Ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam belajar menurut pandangan progresivisme,
di antaranya:
a. Memberi kesempatan anak didik untuk belajar perorangan.
b. Memberi kesempatan anak didik untuk belajar melalui pengalaman.
c. Memberi motivasi dan bukan perintah.
d. Mengikut sertakan anak didik di dalam setiap aspek kegiatan yang merupakan kebutuhan
pokok anak.
e. Menyadarkan pada anak didik bahwa hidup itu dinamis.
Ringkasan Jurnal Pembanding (Jurnal 2)
Dijabarkan bahwa sistem pendidikan ini tidak begitu menekankan kurikulum
kepada para murid. Tetapi, justru yang terjadi adalah bahwa kurikulum itu berasal dari
murid itu sendiri. Menurut hemat saya bahwa di sinilah kelemahan dari system
pendidikan aliran ini. Kendatipun ada kurikulum, itupun bersifat fleksibel. Sekolah
yang baik adalah sekolah yang dapat memberi jaminan kepada para siswanya selama
ia belajar. Maksudnya adalah bahwa sekolah harus mampu untuk membantu dan
menolong siswanya untuk bertumbuh dan berkembang serta memberi keleluasaan
tempat untuk para murid untuk mengembangkan minat dan bakatnya melalui
bimbingan para guru. Hal ini adalah benar. Akan tetapi, untuk mengarahkan apa yang
menjadi maksud dan tujuan penyelenggaraan pendidikan itu dituangkan melalui
kurikulum yang jelas dan tepat.
Namun, yang terjadi adalah bahwa bagi aliran ini memandang bahwa segala
sesuatu adalah berasaskan fleksibilitas, dinamis dan didalamnya termasuk kurikulum.
Aliran ini memandang bahwa kurikulum itu haruslah fleksibel, tidak kaku, dapat
berubah setiap saat, tidak terikat oleh doktrin tertentu. Ia harus bersifat terbuka. Jadi,
kurikulum itu bisa diubah dan dibentuk sesuai dengan kemauan si murid. Artinya,
kurikulum harus dapat mewadahi aspirasi murid. Dengan penggambaran demikian,
dapat dikatakan bahwa di satu sisi mungkin sistem pendidikan ini mendorong
kreativitas anak, namun akan menjadi kesulitan untuk mengarahkannya sampai di
mana maksud dan tujuan dari kreatifitas sianak tersebut.
Beberapa tahun yang lalu, di Indonesia terdapat berbagai jenis sekolah, seperti
SMEA, SPG dan STM. Sekolahsekolah tersebut merupakan bentuk sekolah vokasi.
Namun, tidak lama kemudian terjadi penyederhanaan sehingga hanya terdapat SMA
dan SMK. Seiring berjalannya waktu, nama SMK seolah-olah menjadi lenyap dan
kurang diminati oleh banyak masyarakat. Akibatnya, di daerahdaerah banyak
berlangsung pembangunan SMA, SMK sudah sangat jarang terdengar belakangan.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum pendidikan yang berkembang di Indonesia.
Kalau kita tinjau dari konsep pengadaan kurikulum tersebut, kurikulum kita tidak
kalah dengan kurikulum yang diterapkan di negaranegara maju lain, seperti Amerika.
Akan tetapi, yang terjadi di negara kita adalah sangat sulit untuk menerapkan seperti
apa yang telah dikonsepkan. Dalam penerapan kurikulum tersebut, banyak terjadi
ketidaksesuaian. Mungkin pemerintah sering mengadakan studi banding terhadap
pendidikan di negara lain. Akan tetapi, pemerintah juga harus melakukan studi
banding di dalam negeri. Pemerintah dapat melihat langsung kondisi dan kemampuan
masyarakat sehingga pemerintah dapat menerapkan suatu kurikulum yang asli
Indonesia yang benar-benar sesuai untuk digunakan di Indonesia sehingga dapat
menjawab keinginan bangsa Indonesia akan pendidikan (Wenie Martin Dahlia,2010:
2). Penerapan yang tidak sesuai dengan konsep juga terjadi pada pengadaan sekolah
gratis. Padahal, apabila subsidi dan pengadaan sekolah gratis bisa berjalan
sebagaimana mestinya, pasti rakyat Indonesia yang tidak mempunyai biaya
pendidikan bisa mendapatkan haknya untuk mendapatkan pendidikan yang layak,
seperti yang telah diatur dalam UUD 1945.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)sebenarnya menurut hemat penulis telah
cukup menjawab problematika pendidikan di Indonesia, jika dikelola secara baik oleh
pemerintah. Tujuan pendidikan, kurikulum, dan hal lain menyangkut pendidikan yang
dianjurkan aliran progresivisme pendidikan sebenarnya tercermin dalam SMK. Hal
yang salah selama ini menurut penulis ada pada pemahaman yang keliru yang
berkembang di masyarakat yang seakan-akan “menganak tiri-kan” SMK dan
mengagungagungkan SMA. Mengapa banyak yang tidak berminat ke SMK? Ini
semua sebagian besar mungkin karena masalah gengsi dan alur kehidupan. Kondisi
SMK yang tidak lagi dikembangkan dan minimnya jumlah SMK, membuat SMK
seolah-olah menjadi tidak begitu bermakna. Banyak orang yang memiliki gengsi
tinggi, hal tersebut membuatnya lebih memilih SMA, mengapa demikian? Apakah
duduk di bangku SMK merupakan hal yang menimbulkan rasa malu? Pemerintah
perlu melakukan pembenahan untuk pengembangan SMK supaya masyarakat yang
ingin mendapatkan pendidikan yang langsung sesuai dengan bidangnya bisa
mendapatkan pendidikan sebagaimana mestinya.Hal ini sebenarnya mulai
perlahanlahan dilakukan pemerintah. Dalam pemberitaan Koran Tempo Interaktif,
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyatakan bahwa kebutuhan tenaga kerja
terampil dari SMK lebih banya. Untuk itu, tahun pada tahun 2009 lalu, komposisi
SMK ditargetkan menjadi 40 persen. Konsep kejuruan ini ternyata telah diakui
pemerintah sebagai langkah menanggulangi pengangguran yang terus bertambah di
Indonesia (Tempo Interaktif, 26/03/2009). Pendidikan kejuruan atau SMK sebenarnya
baik dalam rangka membina bakat dan kreatifitas peserta didik sehingga ketika keluar
dari dunia pendidikan formal dan berhadapan dengan kehidupan masyarakat, mereka
tidak akan kewalahan menciptakan lapangan kerja sendiri. Berkaitan dengan itu pula,
SMK menurut hemat penulis akan mampu menjawab tantangan persaingan dunia
kerja karena bakat dan kreatifitas yang dikembangkan berbeda-beda bidangnya.
Hal ini bertolak belakang dengan sistem pendidikan di SMA yang
diseragamkan dari Sabang sampai Merauke, walaupun karakteristik budaya dan
daerahnya berbeda-beda. Pola pendidikan di SMK bahkan bisa berbeda pada setiap
daerah tergantung karakteristik daerahnya, bahkan yang lebih kini terjadi bahwa SMK
diarahkan untuk menjawab peluang kerja perusahaan-perusahaan atau pemilik modal
yang menjadi sponsor atau penyumbangnya. Hal ini bisa kita lihat ketika pertengahan
tahun lalu PT Toyota Astra Motor (TAM) menyelenggarakan pendidikan berbasis
kemitraan, Toyota-Technical Education Program (T-TEP) yang menggandeng SMK
se-Indonesia. Tujuan kerja sama ini adalah mempersiapkan lulusan dari sekolah
kejuruan teknik yang akan memasuki industri otomotif. SMK menurut penulis adalah
sekolah berbasis pengalaman seperti yang dikembangkan Dewey. Pengalaman
merupakan istilah kunci jika tidak mau disebut sebagai inti dari pendidikan di
sekolah. Belajar berdasarkan pengalaman akan membuat peserta didik tidak akan
kebingungan dan kewalahan ketika diperhadapkan pada kondisi riil dunia kerja
nantinya. Semoga SMK menjadi tawaran yang terus digaungkan pemerintah sehingga
masyarakat tidak lagi merasa gengsi untuk masuk di SMK.
PEMBAHASAN
I. Pembahasan
Pada jurnal 1 atau jurnal utama lebih dijelaskan apa sebenenarnya yang dimaksud
dengan progresivisme. Pada jurnal pembanding 1 atau jurnal 2 jurnal ini dijelaskan bahwa
dengan kreativitas anak SMK mereka bisa membentuk masa depan mereka dengan keahlian
mereka yang telah diasah di kejuruan masing-masing. Dan SMK seperti sekolah berbasis
pengalaman yang dikembangkan oleh Dewey sedangkan pada jurnal pembanding kedua atau
jurnal 3 dijelaskan bagaimana seorang pendidik atau guru proses pembelajaran dalam
pendidikan Progresivisme
Kekurangan Jurnal :
Tidak ada contoh yang diterapkan secara langsung pada sekolah atau lembaga
pendidikan tertentu
Kekurangan Jurnal :
Pada jurnal Progresivisme Pendidikan dan Relevansinya di Indonesia, penulis
tidak menjelaskan metode, subjek, serta langkah peneletiannya. Sehingga pembaca
merasa kurang efektif jika langsung disajikan oleh hasil penelitiannya saja.
Kekurangan Jurnal :
Pada jurnal Filsafat Pendidikan Progresivisme dan Implikasinya, hanya
memberikan contoh kepada pendidik saja, tidak mecakup keseluruhan seperti pelajar
di sekolah tertentu.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah membaca jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa masing-masing jurnal
tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan jurnal yang berbeda-beda.
Dapat kita simpulkan juga bahwa jurnal ini juga memiliki kelemahan masing-masing
seperti kita lihat dari penyajian praktik dan penjelasan yang diberikan. Dengan tugas dalam
membuat kritikal jurnal ini maka,terciptalah dalam diri kita rasa ingin tahu dan ilmu
pengetahuan yang baru untuk memuculkan ide-ide dalam melakukan penelitian ke sekolah
tertentu.
Secara data yang dibuat pada masing-masing jurnal, progresivisme memiliki berbagai
metode, prinsip dan cara menerapkannya dalam dunia pendidikan di Indonesia.
B. Saran
Sebaiknya peneliti melakukan observasi secara keseleruhuan, tidak hanya melalui teori
tapi juga harus melibatkan beberapa pihak seperti pendidik dan pelajar dalam suatu lembaga
pendidikan seperti sekolah.
Bibliography
Fadlillah, M.(2017). Aliran Progresivisme dalam Pendidikan di Inonesia. Jurnal Dimensi Pendidikan
dan Pembelajaran.Vol.II.No(1)
Nanuru, Ricardo F.(2013). Progresivisme Pendidikan dan Relevansinya di Indonesia. Jurnal UNIERA.
Vol.II.No(2)
Salu, Vega Ricky dan Triyanto.(2017). Filsafat Pendidikan Progresivisme dan Implikasinya. Jurnal
Imajinasi. Vol. XI.No(1)