OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya,Penulisa makalah ini dapat
terselesaikan.Adapun Critical Jurnal Review ini mengenai
“Pengembangan profesi guru dalam meningkatkan kinerja guru”.
Critical Jurnal Review (CJR) ini kami susun dengan maksud
sebagai tugas mata kuliah profesi kependidikan dan menjadikan
penambahan wawasan terhadap pemahaman materi tersebut.Harapan
kami,semoga setelah penyelesaian penulisan CJR ini kami semakin
memahami penulisan CJR yang baik dan benar.
Di lain sisi,kami mendapatkan pengalaman dan ilmu yang sangat
berharga dalam penulisan Critical Jurnal Review ini.Kami sangat
berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian CJR ini,khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah
profesi kependidikan.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan CJR ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan,oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran serta bimbingan para dosen demi
penyempurnaan CJR ini.Semoga CJR ini dapat bermanfaat bagi
semuanya.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
3.Edisi terbit juli 2017
4.Pengarang : Ayu Dwi Kesuma Putri , Nani Imaniyati
5.Penerbit : JP MANPER
6.Kota Terbit : Bandung, Jawa Barat Indonesia
7.Nomor ISSN : 2656-4734204
8.Alamat situs : http://ejournal.upi.edu/index.php/jpmanper/article/view/00000
JURNAL KEDUA
JURNAL KETIGA
1.Judul : profil individu peserta didik pelengkap tes jenis Testlet sebagai
alternatif pendeteksi Kesulitan belajar kimia
2.Nama Jurnal : JURNAL PROFESI PENDIDIK
3.Edisi terbit November 2014
4.Pengarang : Sri Yamtinah,Haryono,Kus Sri Martini
5.Penerbit : Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) Jawa Tengah
6.Kota Terbit : Surakarta
7.Nomor ISSN : 2442-6350
5
8.Alamatsitus:https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej/article/view/22469/10
650
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL
2.1 Ringkasan Jurnal pertama
Judul: Pengembangan profesi guru dalam meningkatkan kinerja guru
Kata Kunci: pengembangan profesi guru, kinerja guru
ABSTRAK :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai pengembangan
profesi guru, untuk mengetahui gambaran tingkat kinerja guru, dan untuk
mengetahui pengaruh pengembangan profesi guru terhadap kinerja guru.Inti
kajiannya difokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru, adapun
faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengembangan profaesi guru.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Teknik pengumpulan
data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan angket. Responden dalam
penelitian ini adalah guru tetap yayasan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di
Kota Bandung yang berjumlah 21 orang guru. Teknik analisis data menggunakan
regresi sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) pengembangan profesi
guru berada dalam kategori cukup efektif,dan kinerja guru berada pada kategori
cukup tinggi; (2) pengembangan profesi guru berpengaruh positif terhadap
kinerja.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengembangan Profesi Guru
Pengembangan profesi guru adalah proses kegiatan dalam rangka menyesuaikan
kemampuan profesional guru dengan tuntutan pendidikan dan pengajaran.
Pengembangan profesi guru di lingkungan pendidikan diarahkan pada kualitas
profesional, penilaian kinerja secara obyektif, transparan dan akuntabilitas, serta
memotivasi untuk meningkatkan kinerja dan prestasi (Soewarni, 2004).
Pengembangan profesi guru pada dasarnya adalah peningkatan kualitas
kompetensi guru. Beberapa dimensi utama dalam kompetensi guru adalah
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,dan
kompetensi profesional (Ana-Maria Petrescu, 2015).
Kinerja Guru
6
Kinerja guru adalah hasil kerja yang erat kaitannya dengan pelaksanaan tugas
sebagai uru profesional (Wahyuni, Christiananta, & Eliyana, 2014) (Hussain,
Ahmedy, & Haider, 2014). Kinerja yang baik terkait juga dengan pencapaian
kualitas, kuantitas, kerjasama, kehandalan dan kreativitas (Saleh, Dzulkifli,
Abdullah, & Yaakob, 2011), kinerja berarti produktivitas dan output karyawan
sebagai hasil dari pengembangan karyawan. Kinerja pada akhirnya akan
mempengaruhi efektivitas organisasi (Hameed & Waheed, 2011). Kinerja yang
baik mencerminkan kemampuan untuk berkontribusi melalui karya-karya mereka
mengarah pada pencapaian perilaku yang sesuai dengan tujuan dari perusahaan
atau organisasi (Muda, Rafiki, & Harahap, 2014).
METODOLOGI
Metode dalam peneletian ini menggunakan metode survey. Metode ini dilakukan
dengan dengan mengumpulkan informasi faktual dengan menggunakan kuesioner
sebagai alat. responden dari penelitian ini adalah 21 orang guru tetap yayasan di
salah satu SMK di Bandung. Dengan demikian penelitian ini merupakan
penelitian populasi.Pengambilan data yang digunakan berupa angket yang terdiri
atas tiga bagian. Bagian yang pertama adalah kuesioner untuk mengukur persepsi
responden mengenai pengembangan profesi guru yang dijabarkan dari enam
indikator yaitu mengikuti informasi perkembangan IPTEK yang mendukung
profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah, mengembangkan berbagai model
pembelajaran, menulis karya ilmiah, membuat alat peraga/media, mengikuti
pendidikan kualifikasi, mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.Bagian ini
terdiri atas 13 item. Bagian kedua adalah kuesioner untuk mengukur persepsi
responden mengenai kinerja guru yang dijabarkan dari lima indikator yaitu
penyusunan program belajar, pelaksanaan program pembelajaran, pelaksanaan
evaluasi, analisis evaluasi, pelaksanaan perbaikan dan pengayaan. Bagian ini
terdiri atas 11 item. Statistik survey deskriptif ini adalah alat pengumpul data
berupa kuesioner yang dibuat, disebarkan kepada guru-guru yang berada pada
SMK di Kota Bandung, sebagai unit analisisnya, yang berjumlah 21 orang guru
tetap yayasan yang digunakan untuk memperoleh gambaran tingkat persepsi
responden mengenai kinerja guru, pengembangan profesi guru. Sementara jika
dilihat berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini termasuk kedalam
penelitian verifikatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk melakukan pengujian
terhadap suatu fenomena dengan teori yang sudah ada. (Uep & Sambas, 2011, hal.
5-6)
7
Pengembangan Profesi Guru
Berdasarkan pengolahan data yang diperoleh gambaran bahwa efektivitas
pengembangan profesi guru di SMK Kencana Bandung berada pada kategori
cukup efektif. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan persentase frekuensi
jawaban angket dari 21 responden yang menunjukan hasil sebesar 53,1%.
Sedangkan hasil perhitungan yang diperoleh berdasarkan dari jawaban angket
mengenai pengembangan profesi guru yang didalamnya terdapat indikator
mengenai pengembangan profesi guru dapat digambarkan pada diagram.
8
Rekapitulasi Perhitungan Data Variabel Kinerja Guru
Berdasarkan lima indikator tersebut indikator pelaksanaan program pembelajaran
memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 3,38. Artinya indikator pelaksanaan program
pembelajaran sudah dikatakan baik karena adanya prosedur yang sudah baku,
sehingga mewajibkan seorang pendidik untuk melaksanakan program
pembelajaran. Sedangkan untuk indikator terendah berada pada indikator analisis
evaluasi dengan skor 3,10 Pada indikator analisis evaluasi tersebut dengan fakta
lapangan bahwa guru cenderung melakukan analisis evaluasi terhadap siswa.
2.2 Ringkasan Jurnal Kedua
Judul: peran LPTK pendidikan teknologi kejuruan dalam meningkatkan
profesionalisme guru
Kata Kunci: Profesional Guru, Kompetensi, Sertifikasi, LPTK
Abstrak
Keberadaan guru, yang nyambi sebagai tukang ojek, penjaga, malam dan kisah
memilukan lainnya seperti yang tersembul dalam penggalan bait himne guru,
laksana embun penyejuk dalam kehausan, serta patriot pahlawan bangsa tanpa
tanda jasa, semoga di era reformasi dan sertikasi tidak akan terdenga lagi.
Pemerintah di Era Kabinet Bersatu berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan
guru dilakukan sejalan dengan UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Undang–Undang tersebut mengamanatkan adanya tunjangan guru sebagai profesi
yang merupakan angin segar bagi masyarakat guru, meskipun harus melalui
sertifikasi terlebih dahulu. Sertifikasi kompetensi melalui pendidikan profesi guru
sebagai upaya penjamin mutu pendidik dan tenaga kependidikan di Indonesia
mempunyai arti strategis dan mendasar dalam upaya peningkatan mutu guru.
Sertifikasi merupakan jawaban terhadap adanya kebutuhan untuk meningkatkan
kompetensi profesional guru. Oleh karena itu proses sertifikasi kompetensi
dipandang sebagai bagian esensial dalam memperoleh sertifikat kompetensi yang
diperlukan. bahwa guru sebagai tenaga profesional di bidang pembelajaran wajib
memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai
dengan Standar Nasional Pendidikan. Kualifikasi akademik sebagaimana
dimaksud diperoleh melalui pendidikan tinggi Program Sarjana atau Program
Diploma IV yang sesuai dengan tugasnya sebagai guru. Kompetensi sebagai agen
pembelajaran meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Peran LPTK bersinergi dengan
pemerintah adalah mengawasi dan memantau pelaksanaan sertifikasi sehingga
benar-benar dapat dilaksanakan sesuai harapan. Sebagai wahana pendidikan,
perguruan tinggi LPTK harus menyiapkan seperangkat aturan, metode, dan
9
strategi pendidikan yang dalam konteks pemberdayaan guru mesti mengacu pada
pencapaian standar peningkatan mutu dan kualitas guru.
PEMBAHASAN
1. Profesionalisme Guru
Guru memiliki peran yang amat penting, terutama sebagai agent of change
melalui proses pembelajaran. Menurut Hartoyo dan Baedhowi( 2005) agar dapat
berperan dengan efektif dan professional, guru harus memiliki beberapa
persyaratan, antara lain ketrampilan mengajar (teaching skills), berpengetahuan
(knowledgeable), memiliki sikap profesionalisme (good professional attitude),
memilih, menciptakan dan menggunakan media (utilizing learning media),
memilih metode mengajar yang sesuai, memanfaatkan teknologi (utilizing
technology), mengembangkan dynamic curriculum, dan bisa memberikan contoh
dan teladan yang baik (good practices). profesi guru merupakan bidang pekerjaan
khusus dan significant yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagaimana
tertuang dalam UU Nomor 14 tahun 2005 sebagai berikut: a) memiliki bakat,
minat, panggilan jiwa, dan idealisme; b) memiliki komitmen untuk meningkatkan
mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia; c) memiliki kualifikasi
akademik, dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; d)memiliki
kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e) memiliki
tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; f) memperoleh
penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; g) memiliki kesempatan
untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar
sepanjang hayat; h) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan; dan i) memiliki organisasi profesi yang mempunyai
kewenangan mengatur hal–hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Lebih lanjut dinyatakan dalam pasal (8) dan (10), bahwa guru yang professional
wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Kompetensi dasar yang harus dimiliki guru meliputi
kompetensi paedagogik, kompetensi personal atau kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
10
bersaing dengan profesi-profesi lainnya. Untuk mengembalikan citra guru tersebut
cara yang ditempuh pemerintah adalah dengan meningkatkan mutu tenaga
pengajar di segala jenjang pendidikan dan menaikkan taraf kesejahteraannya.
Dalam Buku Laporan Capaian Kerja Depdiknas tahun 2006 dengan jelas diakui
pemerintah bahwa peran pendidik sangat menentukan mutu pendidikan. Di awal
pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu ini, pemerintah segera membentuk
direktorat jenderal baru yang menangani permasalahan guru dan tenaga
kependidikan lainnya, yaitu Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan. Langkah taktis pun ditempuh. Pemerintah bersama DPR
mengesahkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
yang memberikan landasan dan kerangka hukum bagi pengembangan guru dan
dosen menjadi profesi. Ditegaskan dalam UU ini, kualifikasi minimal semua guru,
terlepas dari jenjang pendidikan yang diasuhnya, adalah S1/D-IV. Sementara
untuk dosen program S1 dan diploma minimal harus berkualifikasi S2, dan untuk
yang mengajar program S2 dan S3 minimal harus berkualifikasi S3.
2) Sertifikasi
Sertifikasi kompetensi adalah proses pemerolehan sertifikat kompetensi guru
yang dimaksudkan untuk memberikan bukti tertulis terhadap kinerja
(performance) melaksanakan tugas guru sebagai perwujudan kompetensi yang
dimiliki telah sesuai dengan standar kompetensi guru yang dipersyaratkan.
Sertifikat kompetensi adalah surat keterangan bukti atas kompetensi dan hanya
diberikan setelah yang bersangkutan lulus pendidikan profesi guru lembaga
pendidikan tinggi terpilih. Sertifikasi kompetensi melalui pendidikan profesi guru
sebagai upaya penjamin mutu pendidik dan tenaga kependidikan di Indonesia
mempunyai arti strategis dan mendasar dalam upaya peningkatan mutu guru.
Sertifikasi merupakan jawaban terhadap adanya kebutuhan untuk meningkatkan
kompetensi profesional guru. Oleh karena itu proses sertifikasi kompetensi
dipandang sebagai bagian esensial dalam memperoleh sertifikat kompetensi yang
diperlukan
3. Peran LPTK
Dalam era reformasi pendidikan, terutama dalam hal peningkatan mutu dan
kualitas guru, perguruan tinggi memegang peranan yang sangat signifikan.
Apalagi sempat pula terendus praktik culas (oknum) guru yang berkeinginan
sekali untuk lulus uji sertifikasi yang melakukan pemalsuan sertifikat agar bisa
lolos sertifikasi. Mereka juga mulai mencari celah agar bisa memenuhi
persyaratanundang-undang. Soal keharusan guru menyandang gelar sarjana atau
diploma IV misalnya, diakali dengan cara kuliah di perguruan tinggi antah
berantah. Yang penting, ijazah sampai di tangan. Mereka pun kerap tergoda
11
mendatangi pabrik gelar pascasarjana karena penyandang gelar S2 mendapat poin
tinggi, 325. Praktis culas inilah yang harus dipangkas. Sebab, praktik tak
bermoral tersebut justru menciderai wibawa guru serta semakin menjauhkan guru
dari standar mutu dan kualifikasi yang diharapkan. Ngeri kita membayangkan,
bagaimana output pendidikan yang dihasilkan oleh (oknum) guru bermental culas
tersebut. Oleh karena itu, LPTK bersinergi dengan pemerintah perlu mengawasi
dan memantau pelaksanaan sertifikasi sehingga benar-benar dapat dilaksanakan
sesuai harapan. Sebagai wahana pendidikan, perguruan tinggi LPTK harus
menyiapkan seperangkat aturan, metode, dan strategi pendidikan yang dalam
konteks pemberdayaan guru mesti mengacu pada pencapaian standar peningkatan
mutu dan kualitas guru.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah: 1). menyusun profil individu peserta didik untuk
melengkapi instrumen tes jenis testlet, 2). mendeteksi kesulitan belajar peserta
didik melalui profil individu pada tes jenis testlet. Penelitian ini dilakukan dengan
metode deskriptif, yaitu dengan menggambarkan hasil penilaian guru terhadap
profil individu peserta didik yang telah disusun dan menerapkannya
untuk mendeteksi kesulitan belajar kimia peserta didik. Data diperoleh melalui
lembar penilaian yang dilakukan oleh guru dan hasil analisis profil individu
peserta didik pada tes testlet menggunakan Excel. Hasil peneitian menunjukkan
bahwa: 1). profil individu peserta didik yang dihasilkan dapat digunakan sebagai
pelengkap tes jenis Testlet, 2). profil individu peserta didik dapat digunakan untuk
mendeteksi kesulitan belajar kimia bagi peserta didik.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
mengetahui kemudahan dan kemanfaatan profil individu dalam mendeteksi
kelemahan dan kelebihan peserta didik. Profil individu yang dihasilkan pada
12
pengembangan instrumen diagnostik jenis Testlet mendapatkan penilaian dari
para guru dan peserta didik. Penilaian oleh guru pada aspek kemudahan dan
kemanfaatan dalam melakukan deteksi kemampuan peserta didik. Penilaian oleh
peserta didik pada aspek kemanfaatan profil individu untuk mengetahui
kemampuannya sendiri.Subyek pada penelitian ini adalah para guru kimia dan
peserta didik di sekolah kategori tinggi, sedang dan rendah. Pengambilan data dari
para guru dengan menggunakan lembar penilaian dan dari peserta didik dengan
menggunakan angket.Analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dengan
bantuan statistik deskriptif
13
2. Penilaian Guru tentang Profil Individu Peserta Didik
Penilaian guru terhadap profil individu peserta didik yang dihasilkan sebagai
pelengkap instrumen tes Testlet dilakukan atas beberapa hal, yaitu
a. Kejelasan prosedur entry data untuk program analisis data pada instrumen
pendeteksi kesulitan belajar peserta didik dengan model testlet mendapat penilaian
4,8 dari nilai maksimal 5 atau kategori sangat baik. Untuk entry data guru cukup
memasukkan respon jawaban peserta didik, sehingga cukup mudah bagi guru.
b. Kemudahan program analisis data pada instrumen pendeteksi kesulitan belajar
peserta didik dengan model testlet ini pada proses penskoran dan
penilaianmemperoleh penilaian 4,6 dari nilai maksimal 5. Proses penskoran dan
penilaian pada instrumen testlet ini menggunakan model Graded Response Model
yang bermakna politomus. Hal ini menarik karena meskipun bentuk soal adalah
pilihan ganda akan tetapi pemberian skor akhir memperhatikanproses. Perolehan
skor sempurna apabila peserta didik dapat menjawab dengan benar seluruh butir
soal pendukung pada sebuah butir soal utama.
c. Kemudahan penggunaan program
analisis data pada instrumen pendeteksi kesulitan belajar peserta didik dengan
model testlet mendapatkan penilaian 4,6 dari nilai maksimal 5. Penggunaan
program analisis yang berbasis Excel ini member kemudahan guru dalam
mendeteksi kesulitan belajar, karena akan memunculkan profil peserta didik
berupa indikator-indikator yang telah dikuasai dan yang belum dikuasai.
d. Kegunaan program analisis data pada
instrumen pendeteksi kesulitan belajar peserta didik dengan model testlet iniuntuk
mengetahui profil belajar kimia peserta didik secara individu memperoleh
penilaian 4,4 dari nilai maksimal 5. Program analisis data yang berfungsi sebagai
profil individu peserta didik membantu guru untuk mengetahui kelemahan dan
kelebihan peserta didik berdasarkan profil individu yang dihasilkan.
e. Penggunaan program analisis data pada
instrumen pendeteksi kesulitan belajar peserta didik dengan model testlet ini dapat
efisien waktu mendapatkan penilaian 4,4 dari nilai maksimal 5. Dilihat dari waktu
yang dipergunakan guru untuk menganalisis hasil pekerjaan peserta didik dalam
melihat kelemahan dan kelebihan peserta didik maka program analisis data ini
dinilai sangat membantu, karena guru tidak perlu melakukannya secara manual.
Hanya dengan mengisikan respon jawaban peserta didik, guru sudah dapat
memperoleh informasi tentang kemampuan peserta didik.
BAB III
PEMBAHASAN
14
3.1 Kelebihan dan Kelemahann Jurnal
Kelebihan:
1.Landasan teori yang digunakan dalam penelitian seputar implementasi profesi
kependidikan dinilai sudah tepat dan akurat.
2.Referensi penelitian sudah lengkap,up to date mengutamakan pendidikan,serta
implementasinya bagi dunia pendidikan.
3.Kesimpulan yang diambil sudah sesuai dengan acuan profesi kependidikan dan
undang-undang dasar Negara serta mengaitkan lagi dengan teori para ahli yang
berhubungan dengan profesi kependidikan dan undang-undang bagi dunia
pendidikan ,hal ini semakin menambah keaslian kesimpulan dari penelitian materi
ini.
4.Memaparkan secara jelas dan lengkap mengenai penelitian tersebut.
5.Menjelaskan segala aspek keterkaitan dari segala sumber guna memperkuat
hasil penelitian terhadap penelitian tersebut
Kelemahan:
1.Penelitian jurnal ini kurang menjelaskan secara detail sumber yang dipakai
sebagai penyusunan jurnal.
2.Hanya membahas data secara umum ,kurang menjelaskan peran profesi
kependidikan dalam pendidikan nasional
3. Penulisan jurnal kurang teratur sesuai kaidah penulisan jurnal yang benar.
4.Bahasa yang digunakan banyak yang kurang diengerti oleh reviewer,karena
terdapat berbagai penjelasan yang menggunakan bahasa yang kurang dapat
diterjemahkan oleh reviewer
BAB IV
PENUTUP
15
KESIMPULAN
Guru memiliki peran yang amat penting, terutama sebagai agent of change
melalui proses pembelajaran. Agar dapat berperan dengan efektif dan
professional, guru harus memiliki beberapa persyaratan, antara lain ketrampilan
mengajar (teaching skills), berpengetahuan (knowledgeable), memiliki sikap
profesionalisme (good professional attitude), memilih, menciptakan dan
menggunakan media (utilizing learning media), memilih metode mengajar yang
sesuai, memanfaatkan teknologi (utilizing technology), mengembangkan dynamic
curriculum, dan bisa memberikan contoh dan teladan yang baik (good practices).
SARAN
a) Diperlukan pengembangan instrumen yang dapat menjadi alternatif bagi guru
untuk dapat melakukan peran ganda asesmen, yaitu selain sebagai pengukur
prestasi juga dapat dipergunakan untuk mendiagnosis kelemahan dan kelebihan
peserta didik.
b) Diperlukan produk berupa profil individu dan profil kelas secara bersamaan
agar yang dapat membantu guru membuat perencanaan untuk perbaikan proses
pembelajaran.
DAFTA PUSTAKA
16
Maggioli. (2004). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.
Markos, S., & Sridevi, M. S. (2010). Employee Engagement: The Key to
Improving Performance. International Journal of Busniness and Management,
5(12).
Muda, I., Rafiki, A., & Harahap, M. R. (2014). Factors Influencing Employees
Performance: A Study on the Islamic Banks in Indonesia. International Journal of
Business and Social Science, 5(2).
Mulyasa. (2007). Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan .Bandung: Rosdakarya.
Baedhowi. 2008. Peningkatan Kualitas Pendidikan Melalui Peningkatan
Profesionalisme Guru.
Khazanah Pendidikan: Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. I, No. 1 (September
2008)
Baedhowi dan Hartoyo (2005). Laporan 2005 Learning Round-table on Advanced
Teacher Profesionalism. Bangkok, Thailand 13–14 Juni 2005.
Csikszentmihalyi, M dan Mc Cormack, J. The Influence of Teachers, dalam Kevin
Ryan dan James
M. Cooper (Eds). (2004). Kaleidoscope; Readings in Education. New York:
Houghton Miffin Company.
Davies,B.dan Ellison, L. (1992) School Development Planning. Harlow: Longman
Group U.K. Ltd.
Hartoyo (2007) Supervisi Pendidikan; Mewujudkan Sekolah Efektif dalam
Suparno, Paul. 2004. Guru Demokratis Di Era Reformasi. Jakarta: PT Grasindo
Abin Syamsudin. (2002) Psikologi Pendidikan: Perangkat Sistem Pengajaran
Modul. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Barke,H.D, Al Hazari & Yitbarek,S (2009). Misconceptions in Chemistry,
Addressing Perceptions in Chemical Education. German: Springer-Verlag Berlin
Heidelberg
17
18