Anda di halaman 1dari 9

UJIAN AKHIR SEMESTER

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Kelas : REGULER A,B,C,D,E


Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia
Jumlah SKS : 3 (SKS)
Semester/Tahun Ajaran : Genap 2020/2021
Waktu Pertemuan : 11.30 – 12.30
Hari/Tanggal : Rabu, 2 Juni 2021
Alokasi waktu : 60 (menit)
Dosen Pengampu : Dra. Rosdiana Siregar, M.Pd.

Nama Mahasiswa : Grace Debora Br Sembiring


NIM : 2203111050
KELAS : REGULER C

1. Jelaskan pengertian hakikat belajar mengajar serta paparkan teori yang melandasi strategi
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia!
2. Berikan penjelasan anda tentang macam-macam model pembelajaran!
3. Dalam SPBI adanya strategi Pembelajaran Problem Based Learning dan strategi
Pembelajaran Project Based Learning. Berikan penjelasan anda akan perbedaan dari
kedua strategi pembelajaran tersebut!
4. Keberhasilan penerapan Pembelajaran yang Berorientasi pada Siswa (PBAS) dalam
proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikan penjelasannya
mengenai faktor-faktor tersebut!
5. Menurut anda, dalam pembelajaran masa pandemi saat ini. Strategi pembelajaran seperti
apa yang dapat diterapkan kepada peserta didik agar pembelajaran dapat berjalan dengan
baik ? Berikan Penjelasannya!
Jawaban
1. Belajar mengajar merupakan suatu proses adanya interaksi antara anak didik dan guru
mengenai transfer pengetahuan nilai-nilai dan sikap dalam kegiatan pendidikan di kelas.
Teori yang melandasi strategi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
1.Teori Behavioris
Teori behavioris yang diperkenalkan oleh Ivan Pavlov dan dikembangkan oleh Thorndike dan
Skinner, berpendapat bahwa pembelajaran adalah berkaitan dengan perubahan tingkah laku.
Teori ini lebih menekankan pada proses pemberian stimulus dan rutinitas respon yang
dilakukan oleh siswa. Manipulasi lingkungan sangat diperlukan dalam teori ini agar tercipta
perubahan tingkah laku yang diinginkan. Dalam teori ini yang terpenting seorang guru harus
mampu mengetahui arakteristik siswa dan lingkungannya agar perubahyan itu dapat
diketahui. Tuntutan dari teori ini adalah merumuskan tujuan belajar secara jelas agar mudah
dicapai dan diukur. Secara umumnya memang teori behavioris menyatakan bahwa pengajaran
dan pembelajaran akan mempengaruhi segala perbuatan atau tingkah laku pelajar
2.Teori Kognitif
Menurut teori ini belajar adalah pengorganisasian aspek-asek kognitif dan perseptual untuk
memperoleh pemahaman. Teori kognitif pula berpendapat bahwa pembelajaran ialah suatu
proses pendalaman yang berlaku dalam akal pikiran, dan tidak dapat diperhatikan secara
langsung dengan tingkah laku. Sehingga menekankan pada upaya mengoptimalkan aspek
rasional. Secara umum teori in I memiliki cara pandang bahwa pembelajaran lebih
menitikberatkan pada proses pembangunan ingatan, pengolahan informasi, emosi dan aspek
lain yang bersifat intelektual.
3.Teori Sosial
Teori sosial pula menyarankan teori pembelajaran dengan menggabungkan teori behavioris
bersama dengan kognitif. Teori ini juga dikenal sebagai Teori Perlakuan Model. Albert
Bandura, seorang tokoh teori sosial ini menyatakan bahwa proses pembelajaran akan dapat
dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan ‘permodelan’. Beliau
menjelaskan lagi, bahwa aspek pemerhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau
dilakukan oleh guru dan juga aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan
yang menarik kepada kepahaman pelajar. Sehingga dalam pembelajaran perlu ada obyek
belajar sehingga seorang guru dapat mempraktekkan materinya untuk lebih dipahami siswa
dengan obyek tadi.
4.Teori Piaget
Prinsip dari teori ini adalah bahwa manusia tumbuh dengan adaptasi dan berubah melalui
perkembangan fisik,kepribadian, sosioemosional, bahasa, kognitif. Menurut teori ini
pengetahuan datang melaui proses tindakan. Adapun perkembangan kognitif sebagian besar
tergantung pada keaktifan anak memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Secara
garis besar tahapan berdasarkan umum yaitu, 0-2 tahun ( sensori motor), 2-7 tahun
(praoperasional), 7-11 tahun ( operasional konkret), 11-15 tahun ( operasional formal)
5.Teori Vygotsky
Pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum
dipelajari namun masih berada dalam jangkauan kemampuannya, atau tugas itu berada dalam
Zona Proximal Development. Maksudnya yaitu kemampuan siswa sedikit diatas kemampuan
yang sudah dimilikinya. Selanjutnya lebih menekan pada Scaffolding, yaitu memberi bantuan
penuh pada anak dalam tahap-tahap awal pembelajaran yang kemudian berangsur dikurangi
dan memberikan kesempatan pada anak untuk mengambil alih tanggung jawab lebih besar
setelah anak dapat melakukannya.
6.Teori Ausubel
Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-
konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Menurut Ausubel,
pemecahan masalah yang sesuai adalah lebih bermanfaat bagi siswa dan merupakan strategi
yang efisien dalam pembelajaran. Kekuatan dan makna proses pemecahan masalah dalam
pembelajaran sejarah terletak pada kemampuan siswa dalam mengambil peranan pada
kumpulannya. Untuk melancarkan proses tersebut maka diperlukan bimbingan secara
langsung daripada guru, sama ada secara lisan maupun dengan tingkah laku, manakala siswa
diberi kebebasan untuk membangun pengetahuannya sendiri.
Selanjutnya Ausubel mengatakan bahwa ada dua jenis belajar, yaitu belajar bermakna
(meaningfull learning) dan belajar menghafal (rote learning).
7.Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah satu faham bahwa siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep
secara aktif berasaskan pengetahuan dan pengalaman sedia ada. Dalam proses ini, siswa akan
menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan sedia ada untuk membina
pengetahuan baru. Kebanyakan peneliti berpendapat setiap individu membina pengetahuan
dan bukannya hanya menerima pengetahuan daripada orang lain. Teori ini menekankan pada
siswa untuk mencari cara sendiri untuk setiap penyelesaian masalah. Sehingga dapat
ditemukan cara yang sesuai dengan dirinya.
8.Teori Humanism
Teori humanis juga berpendapat pembelajaran manusia bergantung kepada emosi dan
perasaannya. Teori belajar ditujukan untuk memanusiakan manusia. Oleh sebab itu lebih
menekankan pada bagaimana memahami persoalan manusia dari berbagai dimensi. Sarana
dan prasarana sangat dibutuhkan dalam teori ini karena, dalam kegiatan belajar
konsekuensinya seorang guru harus mampu menciptakan situasi agar siswa dapat dengan
bebas beraktualisasi menemukan prinsip dan konsep serta mencari alternatif.
Berikut banyak sekali hal-hal yang merupakan aplikasi dariteori-teori humanisme, walaupun
hanya akan ditampilkan sebagian aplikasi dalam proses pembelajaran. Aplikasi tersebut
meliputi: Open education atau pendidikan terbuka, Cooperatif Learning atau belajar
kooperatif, independen learning atau pembelajaran mandiri, Student centered learning atau
belajar yang terpusat pada siswa.
9.Teori pada Masa yang akan Datang
Kemungkinan besar teori-teori baru yang membawa perubahan itu akan bermunculan
dikarenakan kualitas pendidik yang mulai diutamakan untuk membuat dan mengembangkan
teori mereka sendiri dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam menghadapi era globalisasi
yang ditandai dengan berbagai perubahan tata nilai, pendidikan harus mampu menciptakan
pengalaman-pengalaman baru, baik yang ditata secara sistematis yang merupakan
pengalaman belajar secara formal di sekolah maupun yang tidak terstruktur di luar sekolah
yaitu dalam keluarga dan masyarakat. Dalam hal ini, hendaknya pendidikan mampu
meningkatkan kemampuan bersikap dan berpikir peserta didik dalam berkreatif, berinovasi
serta mengembangkan wawasan yang sangat luas.
Jika siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, maka pembinan kreatifitaspun akan berjalan
dengan baik. Jadi teori pembelajaran pada masa akan datang hendaknya suatu teori yang
mampu membuat daya pikir konstruktiv anak dalam belajar dikeluarkan.

2. 1. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik


mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik
melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan
RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran.

2.Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)


Untuk menuntaskan materi belajar, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif.
Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan heterogen. Jika
dalam kelas terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda,
maka diupayakan agar tiap kelompok berbaur. Penghargaan lebih diutamakan pada
kerja kelompok dari pada perorangan.

3. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) mengasumsikan bahwa


secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata
lingkungan seseorang melalui pencarian hubungan masuk akal dan bermanfaat.

4.  Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Discovery Learning)

Discovery Learning adalah proses belajar yang di dalamnya tidak disajikan suatu
konsep dalam bentuk jadi (final), tetapi siswa dituntut untuk mengorganisasi sendiri
cara belajarnya dalam menemukan konsep.

5.Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Model pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan pembelajaran yang


menggunakan masalah sebagai langkah awal untuk mendapatkan pengetahuan
baru.

6.Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah metoda


pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik
melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk
menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.

3. Perbedaan Problem Based Learning dengan Projek Based Learning


Problem Based Learning:

 Digunakan pula dalam pengajaran di sekolah dasar dan menengah,


namun asal mula strategi ini dipergunakan di pendidikan kesehatan
dan persiapan profesional.
 Diselesaikan dalam waktu yang pendek (singkat) .
 Dimulai dengan sajian masalah bagi siswa untuk memecahkan atau
pelajari lebih lanjut. Seringkali masalah ini dibingkai dalam skenario
atau format studi kasus. Masalah dirancang dengan meniru
kompleksitas permasalahan di kehidupan nyata. Tugas belajar pun
sangat bervariasi dalam cakupan, waktu dan kecanggihan.
 Hasil pembelajaran hanya solusi dalam bentuk tulisan atau
presentasi.

Project Based Learning:

 Cenderung dihubungkan dengan pengajaran di sekolah dasar dan


menengah.
 Dimulai dengan sebuah pertanyaan esensial atau membimbing.
 Diselesaikan dalam waktu yang agak lama (beberapa minggu –
bulan)
 Berorientasi dengan produk akhir atau “artifact” (berupa produk
tulisan, lisan, visual dan multimedia), serta kegiatan produksi yang
memerlukan pengetahuan isi tertentu atau keterampilan, dan
biasanya menimbulkan satu atau lebih masalah yang harus
dipecahkan siswa. Proyek bervariasi dalam lingkup dan kerangka
waktu, dan produk akhir sangat bervariasi dalam tingkat teknologi
yang digunakan serta kecanggihannya.

4.Beberapa faktor yg mempengaruhi PBAS

A. Guru

Ada beberapa hal yang memengaruhi keberhasilan PBAS dipandang


dari sudut guru, sikap profesionalitas guru, latar belakang pendidikan
guru, dan pengalaman belajar mengajar.

B. Sarana belajar

Keberhasilan implementasi pembelajaran yang berorientasi pada


aktivitas siswa juga dapat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana belajar
yang meliputi ruang kelas, setting tempat duduk siswa,, media, dan
sumber belajar.

C. Lingkungan belajar
Lingkungan belajar merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa
(PBAS). Ada dua hal yang termasuk kedalam faktor lingkungan belajar,
yaitu lingkungan fisik dan lingkungan psikologis.

5. 1. Metode project based learning


ini diprakarsai oleh hasil implikasi dari Surat Edaran Mendikbud no.4
tahun 2020. Project based learning ini memiliki tujuan utama untuk
memberikan pelatihan kepada pelajar untuk lebih bisa berkolaborasi,
gotong royong, dan empati dengan sesama.

Menurut Mendikbud, metode project based learning ini sangat efektif


diterapkan untuk para pelajar dengan membentuk kelompok belajar
kecil dalam mengerjakan projek, eksperimen, dan inovasi. Metode
pembelajaran ini sangatlah cocok bagi pelajar yang berada pada zona
kuning atau hijau. Dengan menjalankan metode pembelajaran yang
satu ini, tentunya juga harus memerhatikan protokol kesehatan yang
berlaku.

2. Daring Method

Untuk menyiasati ketidak kondusifan di situasi seperti ini, metode daring


bisa dijadikan salah satu hal yang cukup efektif untuk mengatasinya.
Dilansir dari Kumparan, Kemendikbud mengungkapkan bahwa metode
daring bisa mengantasi permasalahan yang terjadi selama pandemi ini
berlangsung.

Metode ini rupanya bisa membuat para siswa untuk memanfaatkan


fasilitas yang ada di rumah dengan baik. Seperti halnya membuat
konten dengan memanfaatkan barang-barang di sekitar rumah maupun
mengerjakan seluruh kegiatan belajar melalui sistem online.

3. Luring Method

Luring yang dimaksud pada model pembelajaran yang dilakukan di luar


jaringan. Dalam artian, pembelajaran yang satu ini dilakukan secara
tatap muka dengan memperhatikan zonasi dan protokol kesehatan yang
berlaku. Metode ini sangat pas buat pelajar yang ada di wilayah zona
kuning atau hijau terutama dengan protocol ketat new normal.
Dalam metode yang satu ini, siswa akan diajar secara bergiliran (shift
model) agar menghindari kerumunan. Dikutip dari Kumparan, model
pembelajaran Luring ini disarankan oleh Mendikbud untuk memenuhi
penyederhanaan kurikulum selama masa darurat pendemi ini.

Metode ini dirancang untuk menyiasati penyampaian kurikulum agar


tidak berbelit saat disampaikan kepada siswa. Selain itu, pembelajaran
yang satu ini juga dinilai cukup baik bagi mereka yang kurang memiliki
sarana dan prasarana mendukung untuk sistem daring.

4. Home Visit Method


Seperti halnya metode yang lain, home visit merupakan salah satu opsi
pada metode pembelajaran saat pandemi ini. Metode ini mirip seperti
kegiatan belajar mengajar yang disampaikan saat home schooling. Jadi,
pengajar mengadakan home visit di rumah pelajar dalam waktu tertentu.

5. Integrated Curriculum

Metode pembelajaran ini disampaikan oleh anggota Komisi X DPR RI


Prof. Zainuddin Maliki. Dikutip dari JPNN.com, mantan Rektor
Universitas Muhammadiyah Surabaya ini menyampaikan bahwa
pembelajaran akan lebih efektif bila merujuk pada project base. Yang
mana, setiap kelas akan diberikan projek yang relevan dengan mata
pelajaran terkait.

Metode pembelajaran yang satu ini tidak hanya melibatkan satu mata
pelajaran saja, namun juga mengaitkan metode pembelajaran lainnya.
Dengan menerapkan metode ini, selain pelajar yang melakukan
kerjasama dalam mengerjakan projek, dosen lain juga diberi
kesempatan untuk mengadakan team teaching dengan dosen pada
mata kuliah lainnya.

Integrated curriculum bisa diaplikasikan untuk seluruh pelajar yang


berada di semua wilayah, karena metode ini akan diterapkan dengan
sistem daring. Jadi pelaksanaan integrated curriculum ini dinilai sangat
aman bagi pelajar.

6. Blended Learning
Metode blended learning adalah metode yang menggunakan dua
pendekatan sekaligus. Dalam artian, metode ini menggunakan sistem
daring sekaligus tatap muka melalui video converence. Jadi, meskipun
pelajar dan pengajar melakukan pembelajaran dari jarak jauh, keduanya
masih bisa berinteraksi satu sama lain.

Sebenarnya, metode ini sudah mulai dirancang dan diterapkan awal


abad ke-21. Namun, seiring dengan merebaknya wabah Covid-19,
metode yang satu ini dikaji lebih dalam lagi karena dinilai bisa menjadi
salah satu metode pembelajaran yang cocok untuk para pelajar di
Indonesia.

Mengingat wabah pandemi yang tidak tahu pasti kapan berakhirnya,


metode pembelajaran tersebut mungkin bisa anda jadikan opsi untuk
para peserta didik anda. Dengan adanya metode-metode tersebut,
diharapkan agar pendidikan di Indonesia tetap berjalan dengan baik dan
berjalan lancar.

Anda mungkin juga menyukai