Anda di halaman 1dari 26

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

MEMFASILITASI PENERAPAN KEMAMPUAN BERPIKIR KOMPLEKS MELALUI


MODEL PEMBELAJARAN
D
I
S
U
S
U
N

Oleh :

Kelompok 1
1).Diana Br Hutabarat ( 2223132026 )
2).Febri Angelica Pasaribu ( 2223332005 )
3).Irma nehemita Hutagalung ( 2221132006)
4).Nova Pardede ( 2223132024 )
5).Revy Maria pratiwi ( 2221132005 )
6).Stepani Veronika sihombing ( 2223132021 )

Dosen pengampu : Prof. Dr. Rosmala Dewi. M.Pd., Kons.

PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA JERMAN


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Kata pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena
Kehendak Nyalah yang membuat kami bisa menyusun Makalah ini dengan tepat
waktu.Tak lupa kami juga bertrimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Psikologi Pendidikan yaitu Prof. Dr. Rosmala Dewi. M.Pd., Kons. yang sudah
membimbing kami dalam pembelajaran Psikologi Pendidikan

Atas kurang dan lebih dari makalah kami ini,kami meminta maaf,tiada manusia
yang sempurna,kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa.

Sabtu,11 Maret 2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................................

PENDAHULUAN .................................................................................................

PEMBAHASAN

a.Kemampuan critical thinking,Creative thinking,design thinking ..................................

b.Penerapan kemampuan berpikir kompleks melalui model pembelajaran langsung ...........

c.Penerapan kemampuan berpikir kompleks melalui model pembelajaran kooperatif dan


kolaboratif .........................................................................................................................

d.Penerapan kemampuan berpikir komplek melalui model pembelajaran berbasis


masalah ............................................................................................................................

e.Penerapan kemampuan berpikir kompleks melalui model pembelajaran kontekstual .......

f.Penerapan kemampuan berpikir kompleks melalui model pembelajaran inquiry ...............

g.Penerapan strategi belajar : rehearsal,elaborasi,metakognitif,mind mapping ...................

PENUTUP

Kesimpulan .......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................


PENDAHULUAN

Salah satu tantangan guru dalam dunia pendidikan adalah menerapkan pembelajaran yang mampu
meningkatkan kemampuan berpikir dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika adalah menerapkan model pembelajaran yang
mendukung terwujudnya tujuan pembelajaran matematika yang sesungguhnya, yaitu dengan
mengembangkan beberapa kemampuan matematis siswa diantaranya mengembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa yang belum maksimal jika dilihat dari nilai siswa beberapa tahun terakhir.

Hal senada tentang berpikir diungkapkan oleh Robert L. Solso, dimana ia menyatakan bahwa berpikir
adalah proses yang membentuk representasi mental baru melalui transformasi informasi oleh interaksi
kompleks dari atribut mental yang mencakup pertimbangan, pengabstrakan, penalaran, penggambaran,
pemecahan masalah logis, pembentukan konsep kreativitas dan kecerdasan. Sedangkan menurut Costa
(2005), Menyatakan bahwa berpikir terdiri atas kegiatan atau proses berikut: (1) menemukan hukum
sebab akibat; (2) Pemberian maknaterhadap sesuatu yang baru;(3) Mendeteksi keteraturan di antara
fenomena; (4) penentuan kualitas bersama (klasifikasi); dan (5) menemukan ciri khas suatu fenomen.
Dari pendapatan Ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir merupakan hal yang semua orang
harus lakukan dan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari untuk kelangsungan hidupnya. Tetapi
menjadi pertanyaan adalah apakah setiap orang berpikir dalam menemukan jalan keluar dari masalah
yang dihadapi masuk akal atau tidak, hasil pemikirannya rasional atau tidak rasional. Untuk itu maka
diperlukanlah pembiasaan- pembiasaan menamukan solusi dari suatu masalah dari kasus-kasus dalam
kehidupan sehari-hari di dalam pembalajan di sekolah.
PEMBAHASAN

a.Kemampuan critical thinking,Creative thinking,design thinking

1. Creative thinking

Kemampuan berpikir kreatif atau creative thinking adalah kemapuan seseorang untuk dapat
menghasilkan dan mengaplikasikan ide-ide orang dalam konteks yang spesifik,dan dapat melihat situasi
dengan cara yang berbeda, serta mengidentifikasi masalah dan melihat serta membuat sebuah cara
baru yang menghasilkan output yang lebih baik.

contoh pemikiran seseorang dengan kemampuan berfikir kretif adalah:

• Mempertimbangkan banyak kemungkinan

• Mengandalkan intuisi

• Mencari inspirasi

• Menghasilkan banyak ide baru

2. Critical Thinking

Critical thinking atau berpikir kritis merupakan keterampilan yang memungkinkan seseorang membuat
keputusan yang logis, berdasarkan informasi yang didapat dan diolah sesuai kemampuan.

Contoh pemikiran seseorang dengan kemampuan critical thinking adalah:

• Mempertimbangkan banyak persektif

• Menganalisa fakta yang ada

• Mengevaluasi banyak alternatif

• Menghasilkan sesuatu keputusan

3. Design thinking
Design Thinking adalah proses berulang dimana kita berusaha memahami pengguna, menantang asumsi,
dan mendefinisikan kembali masalah dalam upaya mengidentifikasi strategi dan solusi alternatif yang
mungkin tidak langsung terlihat dengan tingkat awal pemahaman kita. Pada saat yang sama, Design
Thinking menyediakan pendekatan berbasis solusi untuk menyelesaikan masalah. Ini adalah cara
berpikir dan bekerja serta kumpulan metode langsung.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Design thinking merupakan gabungan pemikiran antara Berpikir kreatif
dengan berpikir kritis secara bersamaan.

Contoh ilustrasi menggunakan Design Thinking

Tama ingin membuat sesuatu produk yang dapat membantu orang lain yang memiliki masalah berupa
kulit wajah kusam dan tumbuh banyak jerawat pada wajahnya. Pertama ia berfikir untuk membuat
sabun muka yang dimana terdapat kandungan yang dapat menenangkan jerawat yaitu tea tree akan
tetapi sesuai fakta yang ada bahwa kandungan tea tree memang mampu menenangkan jerawat tetapi
kandungan ini dapat meyebabkan kulit terasa kering dan juga tea tree hanya dapat menenangkan
jerawat tetapi tidak dengan menghilangkan bekas luka jerawat.

Lalu ia berfikir bagaimana sih cara agar segala permasalahan pada wajah yang dialami banyak orang ini
dapat di atasi, lalu ia muncul ide untuk menggabungkan beberapa kandungan exfoliasi dengan dengan
bahan yang berfungsi untuk mencerahkan, tetapi ia berfikir kembali bahwa faktanya beberapa
kandungan exfoliasi tidak dapat di satukan dengan bahan aktif yang dapat mencerahkan, yang dimana
dapat mengakibatkan mucul masalah kembali pada kulit. Sehingga tujuan awal untuk mengatasi malah
mengakibatkan hal yang lebih parah.

Lantas muncul sebuah ide yang menarik yang dimana ia berfikir untuk membuat rangkaian produk yang
dimana terdiri dari pembersih muka, toner, pelembab, dan sunscreen. yang dimana setiap produk dapat
mem-backup segala kemungkinan yang terjadi seperti, Wajah kusam disebabkan oleh seringnya wajah
terkena sinar uv dan jarang untuk membersihkan wajah. Lantas dengan menggunakan sabun muka yang
diracik oleh tama ini dapat membantu mengexfoliasi kulit mati pada wajah akibat terkena paparan sinar
matahari. Lalu dengan adanya toner wajah yang awalnya menggunakan pembersih muka exfoliasi yang
dimana memberikan sensasi sedikit kering dapat di atasi dengan penggunaan toner yang dimana
terkandung bahan yang dapat menyeimbangkan PH kulit pada wajah. Lalu menggunakan serum yang
terdapat kandungan untuk menenangkan jerawat yang ada dan di dampingi oleh penggunaan pelembab
yang dimana kandungan hanya tefokus untuk menjaga kelembapan wajah dan yang dimana kunci dari
wajah yang tampak sehat dan cerah adalah kelembapan wajah dan terakhir sunscreen untuk digunakan
saat setelah mandi pagi yang dimana dapat digunakan untuk memfilter sinar UV yang membakar wajah
sehingga kita akan terkena sinar matahari yang cukup untuk wajah dan tidak terpapar berlebihan.

b.Penerapan kemampuan berpikir kompleks melalui model pembelajaran langsung

Model pembelajaran langsung atau “direct instruction” adalah proses pendidikan di mana peserta
didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir, dan keterampilan psikomotorik melalui
interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan kegiatan-kegiatan
pembelajaran.

Model pembelajaran langsung ini merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada
penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif.
Penerapan metode pembelajaran langsung dalam proses belajar mengajar akan menghasilkan
pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang di sebut dengan instructional effect.

Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep
dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai
berikut:

-transformasi dan ketrampilan secara langsung;

-pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu;

-materi pembelajaran yang telah terstuktur;

-lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan

distruktur oleh guru.

Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai
media yang sesuai, misalnya film, tape recorder, gambar, peragaan, dan sebaganya. Informasi yang
disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana
melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa
fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Kritik terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model
ini tidak dapat digunakan setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa.

Model pembelajaran yang menggunakan pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa
mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh pengetahuan langkah demi langkah adalah model
pengajaran langsung (direct intruction).

Menurut Arends (2001):Sebuah model pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa mempelajari
keterampilan dasar dan pengetahuan yang dapat di ajarkan langkah-demi-langkah. Untuk tujuan
tersebut, model yang di gunakan di namakan model pengajaran langsung.

Model pengajaran langsung (direct instruction) di landasi oleh teori belajar perilaku yang berpandangan
bahwa belajar bergantung pada pengalaman termasuk pemberian umpan balik. Satu penerapan teori
perilaku dalam belajar adalah pemberian penguatan. Umpan balik kepada siswa dalam pembelajaran
merupakan penguatan yang merupakan penerapan teori perilaku tersebut.

Arends (1997) menyatakan : Model pengajaran langsung secara khusus di rancang untuk
mempromosikan belajar siswa dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik dan dapat di ajarkan secara langkah-demi-langkah.

Lebih lanjut Arends (2001) menyatakan:Pengajaran langsung adalah model berpusat pada guru yang
memiliki lima langkah: menetapkan tujuan, penjelasan dan/atau demonstrasi, panduan praktek, umpan
balik, dan perluasan praktek. Pelajaran dalam pengajaran langsung memerlukan perencanaan yang hati-
hati oleh guru dan lingkungan belajar yang menyenangkan dan berorientasi tugas.

Oleh karena itu, hal penting yang harus di perhatikan dalam menerapkan model pengajaran langsung
adalah menghindari menyampaikan pengetahuan yang terlalu kompleks. Di samping itu, model
pengajaran langsung mengutamakan pendekatan deklaratif. Dengan titik berat pada proses belajar
konsep dan keterampilan motorik, sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang lebih terstruktur.

Sebelum melaksanakan pembelajaran langsung guru perlu merencanakan proses pembelajaran. Adapun
tugas-tugas perencanaan guru adalah:

Merumuskan Tujuan
Tujuan yang baik perlu berorientasi pada siswa yang spesifik, mengandung uraian yang jelas tentang
situasi penilaian (kondisi evaluasi), dan mengandung tingkat ketercapaian kinerja yang di harapkan
(kriteria keberhasilan).

Memilih Isi

Bagi guru pemula yang masih dalam proses penguasaan sepenuhnya materi ajar, di sarankan agar dalam
memilih materi ajar mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan buku ajar tertentu.

Melakukan Analisis Tugas

Analisis tugas ini adalah alat yang di gunakan oleh guru untuk mengidentifikasi dengan presisi yang
tinggi hakikat yang setepatnya dari suatu keterampilan atau butir pengetahuan yang terstruktur dengan
baik, yang akan di ajarkan oleh guru.

Merencanakan Waktu dan Ruang

Langkah-langkah pembelajaran dalam model pembelajaran langsung pada dasarnya mengikuti pola-pola
pembelajaran pada umumnya. Dalam metode pembelajaran langsung peserta didik melakukan berbagai
kegiatan belajar yang merupakan pengalaman belajar pokok, yang meliputi :

Mengamati

Dalam tahap ini, kegiatan belajar yang di lakukan oleh peserta dididik adalah membaca, mendengar,
menyimak, dan melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang di kembangkan dalam tahap ini
adalah;

Menanya

Dalam tahap ini, kegiatan belajar yang di lakukan oleh peserta didik adalah mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak di pahami dari apa yang di amati atau pertanyaan untuk mendapatkan
informasi tambahan tentang apa yang di amati (di mulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan
yang bersifat hipotetik).

Mengumpulkan Informasi
Dalam tahap ini, kegiatan belajar yang di lakukan oleh peserta didik adalah: melakukan eksperimen,
membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek atau kejadian atau aktivitas, dan wawancara
dengan nara sumber.

Dalam tahap ini, kegiatan belajar yang di lakukan oleh peserta didik adalah; mengolah informasi yang
sudah di kumpulkan, baik yang terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan, eksperimen, maupun hasil
dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.

Pengolahan informasi yang di kumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai
kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat
yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kompetensi yang di kembangkan dalam tahap ini
adalah:

Fase Mengkomunikasikan Hasil dalam Model Pembelajaran Langsung

Dalam tahap ini, kegiatan belajar yang di lakukan oleh peserta didik adalah menyampaikan hasil
pengamatan dan membuat dan menyampaikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan,
tertulis, atau media lainnya.

Fase Orientasi dalam Model Pembelajaran Langsung

Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong bagi peserta didik, apabila
pendidik memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan di sampaikan.

Fase Presentasi

Pada tahap ini, pendidik dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun
keterampilan.

Fase Latihan Terstruktur

Pada tahap ini, pendidik memandu peserta didik untuk melakukan latihan-latihan.

Fase Latihan Terbimbing

Pada tahap ini, pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih konsep atau
keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga di gunakan oleh pendidik untuk mengakses/menilai
kemampuan peserta didik untuk melakukan tugasnya. Peran pendidik adalah memonitor dan
memberikan bimbingan jika di perlukan.

Fase Latihan Mandiri dalam Model Pembelajaran Langsung

Pada tahap ini, peserta didik melakukan kegiatan latihan secara mandiri. Tahap ini dapat di lalui peserta
didik apabila telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85 % – 90% dalam tahap bimbingan latihan.

c.Penerapan kemampuan berpikir kompleks melalui model pembelajaran kooperatif dan


kolaboratif

istilah kolaborasi menunjuk pada filsafat interaksi dan gaya hidup personal, sedangkan kooperasi lebih
menggambarkan sebuah struktur interaksi yang didesain untuk memfasilitasi pencapaian suatu hasil
atau tujuan tertentu.

Kolaborasi mengasumsikan pentingnya kerjasama (koperasi) yang dibangun berdasarkan konsensus


anggotanya, bukan kompetisi individual diantara anggota kelompok. Dalam kelompok akan terjadi
pembagian peran, tugas dan wewenang dari setiap anggota kekompok. Masing-masing anggota
kelompok berusaha saling menghargai dan memberikan kontribusi kemampuannya terhadap kegiatan
kelompok.

Ketika seorang individu (baca: guru) menerapkan filosofi ini ke dalam kelas, keluarga atau komunitas
kelompok lainnya untuk kepentingan pembelajaran maka itulah yang disebut pembelajaran kolaboratif.
Jadi, pembelajaran kolaboratif pada dasarnya adalah sebuah filosofi personal, dan bukan hanya sekedar
teknik dalam pembelajaran di kelas

Untuk melihat perbedaan dan persamaan dari kedua konsep pembelajaran ini, Matthews, et.al. (1995)
memerincinya seperti tampak dalam tabel berikut ini :

Pembelajaran Kooperatif

-Para siswa menerima latihan keterampilan sosial dalam kelompok kecil.

-Aktivitas-aktivitas terstruktur yang dirancang guru dan masing-masing siswa memiliki peran khusus.

-Guru mengamati, mendengarkan dan melakukan intervensi dalam kelompok jika diperlukan.

-Siswa menyerahkan tugas pada akhir pelajaran untuk dievaluasi.

-Guru melakukan asesmen kinerja siswa secara individual maupun kelompok


Pembelajaran Kolaboratif

-Ada keyakinan bahwa para siswa telah memiliki keterampilan sosial yang diperlukan untuk mencapai
tujuan pembelajaran

-Siswa mengatur dan menegosiasikan usahanya sendiri.

-Aktivitas tidak dimonitor oleh guru. Ketika ada pertanyaan yang ditujukan kepada guru, guru
membimbing siswa-siswa untuk menemukan informasi yang diperlukan.

-Siswa menyimpan draft untuk dilengkapi pada pekerjaan selanjutnya.

-Siswa melakukan asesmen kinerja secara individual maupun kelompok, berdasarkan konsensus
kelompok kecil, kelas (pleno), maupun pertimbangan masyakat keilmuan pada umumnya

Selain memiliki perbedaan, kedua konsep pembelajaran ini juga memiliki persamaan, yakni:

-Menekankan pentingnya pembelajaran aktif

-Peran guru sebagai fasilitator

-Pembelajaran adalah pengalaman bersama antara siswa dan guru

-Meningkatkan keterampilan kognitif tingkat tinggi

-Lebih banyak menekankan tanggungjawab siswa dalam proses belajarnya

-Melibatkan situasi yang memungkinkan siswa dapat mengemukakan idenya dalam kelompok kecil.

-Membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan sosial dan membangun tim.

d.Penerapan kemampuan berpikir komplek melalui model pembelajaran berbasis masalah

Problem Based Learning diartikan sebagai Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu jenis model
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kegiatan (proyek) untuk menghasilkan suatu produk.
Keterlibatan siswa dimulai dari kegiatan merencanakan, membuat rancangan, melaksanakan, dan
melaporkan hasil kegiatan berupa produk dan laporan pelaksanaanya. Model Pembelajaran ini lebih
menekankan pada proses pembelajaran jangka panjang, siswa terlibat secara langsung dengan berbagai
isu dan persoalan kehidupan sehari-hari, belajar bagaimana memahami dan menyelesaikan persoalan
nyata, bersifat interdisipliner, dan melibatkan siswa sebagai pelaku utama dalam merancang,
melaksanakan dan melaporkan hasil kegiatan (student centered).

Model pembelajaran ini bertujuan mendorong siswa untuk belajar melalui berbagai permasalahan nyata
dalam kehidupan sehari-hari yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya.
Permasalahan yang diajukan pada model Problem Based Learning, bukanlah permasalahan “biasa” atau
bukan sekedar “latihan”. Permasalahan dalam PBL menuntut penjelasan atas sebuah fenomena.
Fokusnya adalah bagaimana siswa mengidentifikasi isu pembelajaran dan selanjutnya mencarikan
alternatif-alternatif penyelesaian.

Karakteristik Problem Based Learning

Model pembelajaran Problem Based Learning memiliki lima karakteristik yang membedakannya dengan
model-model pembelajaran lain, yaitu :

1. Learning is student centered, yaitu proses pembelajaran lebih menitikberatkan kepada siswa
sebagai pembelajar. Teori kontruktivisme dalam model pembelajaran Problem Based Learning
menuntut siswa untuk dapat mengembangkan pengatahuannya sendiri melalui beberapa kegiatan yang
akan mereka lakukan.

2. Autenthic problems from the organizing focus for learning,

masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang autentik sehingga siswa dengan mudah
mampu memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya.

3. New information is acquired through self-directed learning. Dalam proses pemecahan masalah
mungkin saja siswa belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasayaratnya sehingga
siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.

4. Learning occurs in small group, agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha
mengembangkan pengetahuan secara kolaboratif, PBM dilaksanakan dalam kelompok kecil. Kelompok
yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penerapan tujuan yang jelas.

5. Teachers act as facilitators Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai fasilitator.
Meskipun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong mereka
agar mencapai target yang hendak dicapai.

Karakteristik pembelajaran di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada model Problem
Based Learning memiliki tiga untusur esensial yaitu; 1) Adanya permasalahan, 2) Pembelajaran berpusat
pada siswa, dan 3) Belajar dalam kelompok kecil berkolaborasi dengan teman lainnya

Kelabihan Problem Based Learning

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan, demikian dengan model Problem Based
Learning pun memiliki kelebihan dan kelemahan. Diantara kelebihan Problem Based Learning adalah ;
a). Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah; b). Mendorong peserta didik mempelajari
materi dan konsep baru ketika memecahkan masalah; c). Mengembangkan kemampuan sosial dan
keterampilan berkomunikasi yang memungkinkan mereka belajar dan bekerja dalam tim; d).
Mengembangakan keterampilan berpikir ilmiah tingkat tinggi/kritis; e). Mengintegrasikan teori dan
praktek yang memungkinkan peserta didik menggabungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan
baru; f). Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar mandiri; g). Melatih peserta didik terampil
mengelola waktu; h). Melatih peserta didik dalam mengendalian diri; i). Membantu cara peserta didik
untuk belajar sepanjang hayat. (Istiqomah (2018, 211)

Sedangkan kelemahan model pembelajaran Problem Based Learning diantaranya ; a). Manakala siswa
tidak memiliki minat atau siswa berasumsi bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka
akan merasa engga untuk mencoba; b). Keberhasilan model pembelajaran melalui Problem Based
Learning membutuhkan cukup waktu untuk persiapan; c). Tanpa pemahaman mengapa siswa berusaha
memecahkan masalah yang dipelajari, maka siswa tidak akan belajar apa yang ingin dipelajari.

e.Penerapan kemampuan berpikir kompleks melalui model pembelajaran kontekstual

Kata model mempunyai pengertian yang beragam sesuai dengan bidang ilmu atau pengetahuan yang
mengadopsinya.Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dihasilkan.Model
pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
pembelajaran.Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu
proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa.

Pembelajaran contekstual theaching and learning (CTL) adalah salah satu pendekatan pembelajaran
yang dianjurkan dalam penerapan kurukulum tingkat satuan pendidikan, maka pembelajaran tersebut
perlu dikembangkan.

Pembelajaran kontekstual (Contextual theaching learning) yaitu pembelajaran yang membantu guru
dalam mengkaitkan antara materi yang diajarkn dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dengan kehidupan mereka
sehari- hari. Hal ini melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu ; konstruktivisme
(constructivism), bertanya ( quetioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning
commonity), pemodelan (modeling), refleksi (Reflection) dan penelitian sebenarnya (authentic
assessment).

Proses pembelajaran bukan sekedar mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi berlangsung
secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalaminya, lebih mementingkan strategi
daripada hasil pembelajaran, siswa didorong untuk mengerti apa arti belajar, apa manfaatnya belajar,
dan bagaimana mencapainya. Dengan demikian mereka memposisikan diri sebagai pihak yang
membutuhkan bekal hidup di masa depan.

Pembelajaran kontekstual(Contextual theaching learning) adalah sebuah sistem pembelajaran yang


merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, suatu pembelajaran yang cocok
dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan knoteks
kehidupan sehari-hari.
Karakteristik Pembelajaran Kontekstual (Contextual theaching learning)

Beberapa item yang menjadi karakteristik pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut :

1.Melaksanakan komonikasi yang komonikatif (making meaningfull conection) Siswa memposisikan diri
sebagai orang belajar aktifdalam mengembangkan minat secara individual, orang yang dapat bekerja
mandiri atau kerja kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat (Laerning by doing).

2.Melakukan aktivitas-aktivitas yang signifikan (doing significan work). Siswa mengkait-kaitkan antara
sekolah dan berbagai konteks dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota
masyarakat.

3.Belajar dengan pengaturan sendiri (self-regulated learning). Siswa melakukan kegiatan yang
signifikan : ada tujuannya, ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentuan
pilihan, dan ada produknya atau hasil yang sifatnya nyata.

4.Berkerjasama (colaborating). Guru dan siswa berkolaborasi secara efektif dalam kelompok, guru
membantu siswa memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomonikasi.

5.Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking). Siswa dapat berpikir ke tingkat yang lebih
tinggi, kritis dan kreatif dengan menganalisis, membuat sintesis,
memecahkanmasalah,membuatkeputusan dan menggunakan logika dan bukti-bukti.

6.Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual). Siswa memelihara pribadinya
dengan mengetahui, memberi perhatian, memberi harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan
memperkuat diri sendiriwalaupunsiswa memerlukan dukungan orang dewasa.

7. Mencapai standar yang tinggi (reaching highsstandard). Siswa mengenal dan mencapai standar yang
tinggi, maka guru harus mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya. Guru
menunjukan kepada siswa untuk mencapai (excellece).

8. Dengan penilaian autentik (using autentic assessment). Untuk tujuan yang baik (bermakna) siswa
mempergunakan pengetahuan akademik dalan dunia nyata. Contohnya, siswadapat menggambarkan
informasi akademik yang telah dipelajarinya untuk dipublikasikan dalam kehidupan nyata.

f.Penerapan kemampuan berpikir kompleks melalui model pembelajaran inquiry

Inkuiri berasal dari bahasa inggris “ inquiry” secara harfiah berarti pertanyaan atau pemerikasaan,
penyelidikan. Di tegaskan bahwa inkuiri adalah the process of infestigating a problem (proses
penyelidikan masalah) sedangkan secara terminologi inquiry berarti proses berfikir kritis dan analisis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari satu masalah yang dipertanyakan
Pembelajaran inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, dan
dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Tujuan model pembelajaran latihan inkuiri adalah membantu siswa mengembangkan displin
intelektual dan keterampilan yang diperlukan untuk meningkatkan pertanyaan-pertanyaan dan
pencarian jawaban yang terpendam dari rasa keingintahuan mereka [3]. Tujuan utama kegiatan
pembelajaran inkuiri menurut Arends dalam Eko Saputra adalah : 1. Melibatkan siswa secara maksimal
dalam proses kegiatan belajar;

2. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran 3.


Mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Kindsvatter dkk membedakan antara dua macam Inquiry yaitu Guided Inquiry dan Open Inquiry (bebas).
Perbedaan itu lebih ditandai dengan seberapa besar campur tangan guru dalam penyelidikan tersebut.
Adapun jenis pembelajaran inkuiri menurut Kindsvatter dalam Suparbo adalah sebagai berikut :
1. Guided Inquiry ( Penyelidikan Terarah ) Inquiry yang terarah adalah Inquiry yang banyak dicampuri
oleh guru. Guru banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk baik lewat prosedur yang lengkap
dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses Inquiry. Bahkan guru sudah punya jawaban
sebelumnya, sehingga siswa tidak begitu bebas mengembangkan gagasan dan idenya. Guru memberikan
persoalan dan siswa disuruh memecahkan persoalan itu dengan prosedur yang telah ditetapkan guru.
Campur tangan guru misalnya dalam pengumpulan data, guru sudah memberikan beberapa data
dan siswa tinggal melengkapi. Guru banyak memberikan pertanyaan-pertanyaan disela-sela proses,
sehingga kesimpulan lebih cepat dan mudah diambil. Maka kesimpulan akan selalu benar dan sesuai
dengan kehendak guru. Model Inquiry terarah ini lebih cocok untuk awal semester dimana siswa belum
biasa melakukan inquiry. Dengan model tersebut, siswa tidak mudah bingung dan tidak akan gagal
karena guru terlibat penuh. Contoh: Guru sudah menyediakan alat-alat untuk mempelajari gerak dan
siswa diminta untuk menyelidiki gerak suatu benda dengan cara tertentu.
2. Open Inquiry (Inquiry Terbuka, Bebas) Berbeda dengan inquiry terarah, di sini siswa diberi kebebasan
dan ini siatif untuk memikirkan bagaimana akan memecahkan persoalan yang dihadapi. Siswa sendiri
berpikir, menentukan hipotesis, lalu menentukan peralatan yang akan digunakan, merangkainya,
dan mengumpulkan data sendiri. Disini siswa lebih bertanggung jawab, lebih mandiri dan guru tidak
banyak campur. Siswa sendiri yang menentukan hipotesis, memilih peralatan, merangkaikan peralatan,
dan mengumpulkan data. Guru hanya sebagai fasilitator, membantu sejauh diminta oleh siswa. Guru
tidak banyak memberikan arah dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk menemukan
sendiri.
g.Penerapan strategi belajar : rehearsal,elaborasi,metakognitif,mind mapping

- Penerapan strategi practicerehearsal pairs membantu siswa memperoleh bekal pengetahuan,


konsep,dan keterampilan sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjangberikutnya, dan
dapat memunculkan keaktifan dan kreativitas dalam belajar sehingga dapat membantu siswa
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar sehingga dapat
memanfaatkan dan melestarikan alam sekitar dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan dari penerapan strategi practice rehearsal pairs adalah

1)mendeskripsikan langkah penerapan strategi dalam peningkatan pembelajaran

2) mendeskripsikan tingkat keberhasilan meningkatan pembelajaran

3) untuk mengetahui kendala dan solusi dalam peningkatan pembelajaran

Penerapan startegi practice rehearsal pairs pada siklus I, diawali dengan guru memilih
keterampilan yang akan dipraktikkan tetapi dalam kegiatan penyampaian materi dan penjelasan
langkah pembelajaran PRP yang dilakukan guru masih terlalu cepat dan tidak runtut sehingga
siswa masih kurang paham/kebingungan dalam pelaksanaan praktik Metode Practice Rehearsal
Pairs atau praktek berpasangan berkembang dari penelitian belajar kooperatif. Pertama kali
dikembangkan oleh Frank Lyman dan di Universitas Maryland pada tahun 1985 yang dikutip
dalam buku Nur, dkk (2000: 56), “menyatakan bahwa metode ini menentang asumsi bahwa
berpikir kolegannya secara berpasangan merupakan suatu cara yang efektif untuk mengubah pola
diskursus dalam kelas. Metode menentang asumsi bahwa semua resitasi dalam diskusi perlu
dilakukan dalam setting seluruh kelompok. Berpikir secara berpasangan memiliki prosedur yang
ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa lebih banyak berpikir, menjawab dan saling
membantu satu sama lain.

Model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs (praktek berpasangan) mempunyai tujuan tujuan
yaitu yang pertama agar siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan yang kedua adalah
siswa dapat bekerja sama dengan teman kelompoknya atau pasangannya. Selain itu siswa juga
bisa mengembangkan ide-ide atau gagasannya untuk memecahkan permasalahan dalam
kelompoknya.
- STRATEGI PENERAPAN PEMBELAJARAN ELABORASI

Strategi elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan
menjadi lebih bermakna, oleh karena itu membuat pengkodean lebih mudah dan lebih
memberikan kepastian. Strategi elaborasi membantu pemindahan informasi dari jarak
memori jangka pendek ke memori jangka panjang dengan menciptakan gabungan dan
hubungan antara informasi baru dengan apa yang telah diketahui Strategi ini
menggunakan skemata yang telah ada di otak untuk membuat informasi.

Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan


berpikir, strategi pembelajaran elaborasi memiliki karakteristik yaitu sebagai berikut :

Proses pembelajaran melalui strategi elaborasi menekankan kepada proses mental siswa
secara maksimal. Strategi pembelajaran elaborasi bukan model pembelajaran yang hanya
menuntut siswa sekedar mendengar dan mencatat, tetapi menghendaki aktivitas siswa
dalam proses berpikir, mensintesis dan mengasosiasikan hal-hal yang akan dipelajari
dengan bahan-bahan lain yang tersedia. Berkaitan dengan karakteristik tersebut, maka
dalam proses implementasi strategi elaborasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Jika belajar tergantung pada bagaimana informasi diproses secara mental, maka proses
kognitif siswa harus menjadi kepedulian utama para guru. Artinya, guru harus menyadari
bahwa proses pembelajaran itu yang terpenting bukan hanya apa yang dipelajari, tetapi
bagaimana cara mereka mempelajarinya. Oleh karena itu guru perlu mempertimbangkan
kognitif siswa ketika merencanakan topik yang harus dipelajari, berangkat dari hal yang
umum ke khusus.

Siswa mengorganisasi yang mereka pelajari. Dalam hal ini guru membantu siswa belajar
untuk melihat hubungan antarbagian yang dipelajari.

Informasi baru akan bisa ditangkap lebih mudah oleh siswa, manakala siswa dapat
mengorganisasikannya dengan pengetahuan yang telah mereka miliki. Dengan demikian
guru dapat membantu siswa belajar dengan memperlihatkan bagaimana gagasan baru
berhubungan dengan pengetahuan yang telah mereka miliki.
Strategi pembelajaran elaborasi dibangun dalam nuansa dialogis dan tanya jawab. Hal ini
diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, dimana
kemampuan tersebut dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang
mereka konstruk sendiri.

Strategi pembelajaran elaborasi adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada


dua sisi yang sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Proses belajar
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan mengingat dan berpikir, sedangkan sisi hasil
belajar diarahkan untuk mengkonstruksi pengetahuan atau penguasaan materi
pembelajaran baru (Trianto, 2007:31).

c. Prinsip Dalam Strategi Pembelajaran ElaborasI

Strategi elaborasi mendeskripsikan cara-cara pengorganisasian isi pembelajaran


dengan mengikuti urutan umum ke rinci. Pengurutan isi pembelajaran dari yang bersifat
umum ke rinci dimulai dengan menampilkan epitome (struktur isi bidang studi yang
dipelajari), selanjutnya mengelaborasi bagian-bagaian yang ada dalam epitome secara
lebih rinci. Menurut Trianto (2007) ada enam prinsip yang menjadi dasar dalam
melakukan pengorganisasian isi pembelajaran, yaitu :

Prinsip pertama adalah penyajian kerangka isi (epitome). Dalam model elaborasi,
penyajian kerangka isi ditempatkan pada fase yang paling awal dari keseluruhan proses
pembelajaran.

Prinsip kedua adalah berkaitan dengan tahapan dalam melakukan elaborasi isi
pembelajaran. Elaborasi tahap pertama akan mengelaborasi bagian-bagian yang tercakup
dalam kerangka isi, elaborasi tahap kedua akan mengelaborasi bagian-bagian yang
tercakup dalam elaborasi tahap pertama, dan begitu seterusnya.

Prinsip ketiga adalah berkaitan dengan penekanan bahwa bagian yang terpentinglah yang
harus disajikan pertama kali. Guna menentukan penting atau tidaknya suatu bagian
ditentukan oleh sumbangannya untuk memahami keseluruhan isi bidang studi.
Prinsip keempat berkaitan dengan tingkat kedalaman dan keluasan elaborasi. Setiap
elaborasi hendaknya dilakukan cukup singkat agar konstruk (fakta, konsep, prinsip atau
prosedur) dapat diterima dengan baik oleh siswa. Namun demikian, elaborasi juga perlu
dilakukan dengan cukup panjang agar tingkat kedalaman dan keluasan elaborasi
memadai.

Prinsip kelima berhubungan dengan penyajian pensintesis. Penyajian pensintesis


dilakukan secara bertahap, yaitu setelah setiap kali melakukan elaborasi, secara khusus
dimaksudkan untuk menunjukkan hubungan di antara konstruk-konstruk yang lebih rinci
yang baru diajarkan, dan untuk menunjukkan konteks elaborasi dalam epitome.

Prinsip keenam pemberian rangkuman. Rangkuman yang dimaksud untuk mengadakan


tinjauan ulang mengenai isi bidang studi yang sudah dipelajari, dan hendaknya diberikan
sebelum penyajian pensintesis.

d. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Elaborasi

Disamping prinsip-prinsip di atas, dalam melakukan pengorganisasian pembelajaran


model elaborasi juga harus dilakukan dengan langkah-langkah yang sistematis. Langkah-
langkah pengorganisasian pembelajaran dengan menggunakan model elaborasi adalah
sebagai berikut :

Penyajian kerangka isi. Pembelajaran dimulai dengan menyajikan kerangka isi, struktur
yang memuat bagian-bagian yang paling penting dari bidang studi.

Elaborasi tahap pertama. Elaborasi tahap pertama adalah mengelaborasi tiap-tiap bagian
yang ada dalam kerangka isi, mulai dari bagian yang terpenting. Elaborasi tiap-tiap
bagian diakhiri dengan rangkuman dan pensintesis yang hanya mencakup konstruk-
konstruk yang baru saja diajarkan (pensintesis internal).

Pemberian rangkuman dan sintesis eksternal. Pada akhir elaborasi tahap pertama,
diberikan rangkuman dan diikuti dengan pensintesis eksternal. Rangkuman berisi
pengertian-pengertian singkat mengenai konstruk-konstruk yang diajarkan dalam
elaborasi, dan pensintesis eksternal menunjukkan
(a) hubungan penting yang ada antarbagian yang telah dielaborasi, dan

(b) hubungan antara bagian-bagian yang telah dielaborasi dengan kerangka isi.

e. Kelebihan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Elaborasi

1. Kelebihan Strategi Pembelajaran Elaborasi

Elaborasi menempatkan siswa sebagai subyek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam
setiap proses pembelajaran dengan caramenggali pengalamannya sendiri.

Strategi ini menggali kemampuan mengingat, berpikir danpengalaman setiap siswa.

Pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembangsesuai dengan pengalaman


yang dialaminya, oleh sebab itu setiapsiswa bisa terjadi perbedaan dalam memaknai
hakikat pengetahuan yang dimilikinya. Perbedaan ini bersifat positif untuk bertukar
pendapat.

Merubah pengetahuan yang bersifat audio menjadi visual. Hal ini bertujuan untuk
merubah memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang.

2. Kelemahan Strategi Pembelajaran Elaborasi

Tidak semua siswa bisa menerima strategi ini dengan baik dan tepat, karena gaya belajar
setiap siswa berbeda-beda.

Dalam mengimplementasikan strategi ini memerlukan banyak waktu untuk menggali,


menghubungkan, menganalisis mengembangkan pengetahuan dan memerlukan berpikir
kreatif untuk menemukan sesuatu yang inovatif

- STRATEGI PENERAPAN METAKOGNITIF

Pengertian metakognitif menurut Marzano (1988), yang mengatakan bahwa secara sederhana
metakognisi merupakan kesadaran berpikir yang memainkan perananan spesifik dan kemudian
menggunakan kesadaran ini untuk mengontrol apa yang akan kita lakukan. Marzano sendiri
membagi metakognisi ke dalam dua aspek utama yaitu;

(1) Pengetahuan dan kontrol diri (knowledge and Control of self) dan
(2). Pengetahuan dan kontrol proses (knowledge and control of process).

John Flavell (dalam Wilson) menjelaskan langkah-langkah strategi metakognitif dalam


pembelajaran sebagai berikut: Pengetahuan metakognitif meliputi pengetahuan tentang diri
sendiri sebagai pembelajar dan faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi kinerja, pengetahuan
tentang strategi, dan pengetahuan tentang kapan dan mengapa menggunakan strategi. Regulasi
metakognitif adalah pemantauan kognisi seseorang dan meliputi,

1) kegiatan perencanaan,

2) kesadaran pemahaman dan kinerja tugas,

3) dan evaluasi kemanjuran proses pemantauan dan

4) strategi

Ini akan menjadi pelajar yang melakukan ini dengan:

• perencanaan, memutuskan apa tujuan mereka dan apa

• strategi yang digunakan untuk mencapainya; putuskan apa lagi

• pengetahuan atau sumber daya yang mereka butuhkan

• memantau kemajuan sepanjang jalan; apakah saya menuju ke arah yang benar;

• mengevaluasi kapan saya tiba; Dan berhenti ketika tujuan telah tercapai (Biggs dan Moore,
1993 dalam Julie Gordon, 1996)

Metakognisi adalah bagaimana seseorang mengatur aktifitas kognisinya secara efektif. Karena
itu pengetahuan metakognisi memuat pengetahuan deklaratif, prosedural, dan kondisional.
Kemampuan metakognitif perlu dikondisikan dalam proses pembelajaran yang berpihak pada
peserta didik atau pembelajaran perlu didesain student centered

Darling-Hammond, Austin, Cheung, dan Martin (Steven V. Shanon, 2008)terdaftar contoh


berikut strategi metakognitif yang efektif:
a. Memprediksi hasil-Membantu siswa untuk memahami jenis informasi apa mereka mungkin
perlu berhasil memecahkan masalah.

B. Mengevaluasi pekerjaan-Meninjau pekerjaan untuk menentukan di mana kekuatan mereka Di


kelemahan terletak pada pekerjaan mereka.

C. Pertanyaan oleh guru-Guru bertanya kepada siswa saat mereka bekerja. "Apa yang sedang
Anda kerjakan sekarang?, Mengapa Anda mengerjakannya?, dan "Bagaimana ini membantu
Anda?"

d. Menilai diri sendiri - Siswa merefleksikan pembelajaran mereka dan menentukan seberapa
baik mereka telah mempelajari sesuatu.

e. Self-questioning - Siswa menggunakan pertanyaan untuk memeriksa pengetahuan mereka


sendiri saat mereka belajar.

F. Memilih strategi - Siswa memutuskan strategi mana yang berguna untuk tugas yang diberikan.

G. Menggunakan pemikiran terarah atau selektif - Siswa memilih secara sadar untuk mengikuti a

garis demikiran tertentu.

H. Menggunakan wacana-Siswa mendiskusikan ide dengan satu sama lain dan guru mereka.

- STRATEGI PENERAPAN PEMBELAJARAN MIND MIPPING

strategi yang dapat diterapkan atau di gunakan oleh seorang guru dalam meningkatkan hasil
belajar peserta didik adalah strategi pembelajaran Mind Mapping.

Mind mapping (petapikiran) merupakan diagram yang menujukan hubungan antara


konsepkonsep yang mewakili pembelajaran. Peta pikiran juga dapat diartikansebagai tampilan
dari sebuah gambaran atau bagan tentang konsepkonsep materi yang tersusun sesuai dengan
tabiat ilmu pengetahuan itusendiri tanpa mengindahkan urutan atau skuensi topik bahan yang
diinginkan.

Keunggulan Mind Mapping (peta pikiran) adalah sebagai berikut:


(1) Meningkatkan kinerja manajemen pengetahuan;

(2) Memaksimalkan sistem kerja otak,

(3) Saling berhubungan satu sama lain sehingga semakin banyak ide dan informasi yang
disajikan,

(4), Memacu kretifitas, sederhana dan mudah dikerjakan;

(5) Sewaktu-waktu dapat me-recall data yang ada dengan mudah dan

(6) Manarik dan mudahtertangkap mata (eye cathing).

Mind mapping (peta pikiran) sebagai strategi pembelajaranmemberikan daya ingat yang berarti
bagi peserta didik dalamemaksimalkan kreatifitas berfikirnya, karena dalam penerapan
petapikiran dapat meningkatkan ketrampilan dasar yang dapat merangsanotak peserta didik
dalam belajar dan menata informasi. Pembelajaran dengan peta konsep memberikan kemudahan
dalam memahami sutumateri dengan pola dan gaya tersendiri yang dimiliki oleh setiap peserta
didik.

Peta pikiran dikembangkan untuk menggali kedalam struktur kognitif pelajar dan untuk
mengetahui baik bagi pelajar maupun guru,melihat apa yang telah diketahui pelajar, karena peta
konsep merupakan suatu pendekatan yang dapat dilaksanakan dan dapatdikembangkan baik
ooleh pelajar atau guru secara sadar dan bebas.Terdapat tiga gagasan dalam teori belajar Ausubel
yang mendasari pembentukan peta konsep. Pemetaan pikiran merupakan inovasi baru yang
penting untukmembantu anak menghasilkan pemelajaran bermakna dalam kelas. MindMapping (
peta pikiran) menyediakan bantuan visual konkret untuk membantu mengorganisasikan
informasi sebelum informasi tersebut dipelajari. Peta pikiran member basis logis untuk
memutuskan ide-ide utama apa yang akan dimasukkan atau dihapus dari rencana-rencana dan
pengajaran sains meraka. Peta pikiran juga membantu guru memahamimacam-macam konsep
yang ditanamkan di topic lebih besar yang diajarkan.
Penutup

Kesimpulan

1. Kemampuan berpikir Kritis meningkat apabila menerapkan pembelajaran model Open ended.

2. Peningkatan kemampuan berpikir Kritis lebih baik apabila menerapkan pembelajaran model
Open ended dibandingkan dengan pembelajaran Konvesional.

3. Terdapat pengaruh motivasi belajar siswa terhadap kemampuan berpikir kritis siswa yang
menerapkan pembelajaran model Open ended dan pembelajaran Konvesional.

4. Kemampuan berpikir Kritis dan motivasi belajar siswa lebih baik apabila menerapkan
pembelajaran model Open ended dibandingkan dengan pembelajaran Konvesional ditinjau dari
pola asuh orang tua.

5. Gambaran motivasi belajar siswa dengan menerapkan model Open ended lebih baik.
Daftar pustaka

Costa, A.l dan Kallick, B . 2005 . Habits of Mind : A Curriculum for Community High School of Vermont
Students. Tersedia online di akses tanggal 14 desember 2018 di: http://www.chsvt.org/wdp/
Habits_of_Mind_Curriculum_VT_WDP.pdf.

Creswell John.W. 2014. Penelitian Kualitatif & Desain Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

https://www.studocu.com/id/document/universitas-pendidikan-nasional/lintas-budaya/creative-
thinking-critical-thingking-dan-design-thinking/34356660

https://media.neliti.com/media/publications/56408-ID-none.pdf

http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/jip/article/view/1068/902#:~:text=Menurut%20Melvin%20L.
%20Silberman%20strategi,memperagakan%20keterampilan%20atau%20prosedur%20itu

https://core.ac.uk/download/pdf/229569006.pdf

Anda mungkin juga menyukai