A. INTELEGENSI
Intelegensi berasal dari bahasa latin yaitu Intellegere artinya menghubungkan atau
menyatukan satu sama lain. Adapun pengertian inteligensi itu dalam ilmu psikologi
merupakan kemampaun seseorang dalam berfikir dan belajar, menemukan
pemecahan masalah, caranya dengan memprises sesuatu hal dan kemampuan yang
dimiliki untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Di dalam ilmu psikologi
sendiri, dikenal dengan adanya intelgensi yang dapat menggantikan berbagai istilah
yang berhubungan dengan kecerdasan manusia
intelegensi adalah kapasitas kemampuan seseorang yang terdiri atas:
1. capacity to integrate experience atau kapasitas untuk menyatukan pengalaman;
2. capacity to learn atau kapasitas untuk belajar;
3. capacity to perform tasks regarded by psychologist as intellectual atau kapasitas
untuk melakukan tugas (menurut psikolog); dan
4. capacity to carry on abstract thinking atau kapasitas untuk melakukan pemikiran
abstrak (teoretis).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi
1. Konsep Two Factors
Yaitu sebuah konsep yang berpendapat bahwa inteligensi itu meliputi kemampuan umum
yang diberi kode “ G “ , ( general factor) , dan kemampuan khusus yang diberi kode “ S “,
( specific factor), setiap individu memiliki kemampuan ini untuk menentukan kemampuan
atau perilaku mentalnya, yang tentunya berhubungan dengan psikologi pendidikannya.
2. Konsep Primary Mental Abilities
Yaitu konsep yang berpendapat bahwa inteligensi merupakan penjelmaan dari kemampuan
primer, seperti kemampuan untuk berbahasa, mengingat, berbicara, mengamati, yang juga
berhubungan dengan psikologi pendidikannya. Baca juga mengenai peranan pendidikan
agama dalam psikologi sosial.
3. Konsep Multiple Intelligence
Yaitu konsep yang berpendapat bahwa inteligensi itu dapat dilihat dari tiga ketegori dasar,
yaitu operasi mental, content, dan produk yang memang berhubugan juga dengan psikologi
pedidikannya. Baca juga mengenai cara kerja psikologi pendidikan.
4. Konsep Triachic of Inteligensi
Konsep ini merupakan sebuha konsep pendekatan progress kognitif untuk memahami sebuah
inteligensi. Atau inteligensi ini juga disebut sebagi konsep yang mendeskripsikan tiga bagian
kemampuan yaitu mental (proses berpikir, mengatasi pengalaman atau masalah baru, dan
penyesuaian terhadap situasi yang sedang dihadapi ) dengan cara menunjukkan tingkah laku
inteligensinya. Selain itu hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap psikolgi pendidikannya
tentunya.
5. Konsep Pengaruh Faktor Bawaan
Yaitu konsep yang menunjukkan bahwa individu – individu yang berasal dari suatu keluarga
atau sanak saudara, nilai IQ mereka biasanya berkolerasi tinggi, yang berpengaruh terhadap
psikologi pendidikan individu tersebut.
6. Konsep Pengaruh Faktor Lingkungan
Yaitu konsep yang menunjukkan perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang
dikonsumsi. Oleh karena itu ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan tingkat
inteligensi seseorang. Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh yang
cukup signifikan terhadap psikologi seseorang.
7. Konsep Stabilitas Inteligensi dan IQ
Yaitu konsep umum tentang kemampuan individu untuk melakukan beberapa hal, sedangkan
IQ merupakan tingkat kecerdasan seseorang berdasarkan hasil sebuah tes. Dengan adanya
konsep stabilitas inteligensi dan IQ ini sudah barang tentu akan berpengaruh terhadap
psikologi pendidikannya ya sobat.
8. Konsep Pengaruh Kematangan
Yaitu sebuah konsep dimana setiap organ tubuh manusia semakin ahri semakin mengalami
perubahan yang mengarah kepada proses kematangan. Biasanya pada tahap atau proses
kematangan inilah psikologi pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap individu tersebut.
9. Konsep Pengaruh Faktor Pembentukan
Yaitu sebuah konsep pembentukan setiap karakter atau mental dalam diri seseorang atau
individu, yang dipengaruhi oleh faktor luar maupun faktor dari dalam indivisu tersebut yang
mempengaruhi inteligensinya. Seperti yang sudah kita ketahui bersama, bahwasanya
pembentukan karakter atau mental ini sangat erat kaitannya dengan psikologi pendidikan ya
sobat.
10. Konsep Kebebasan
Yaitu sebuah konsep yang berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode – metode
tertentu dalam memecahkan masalah – masalah yang sedang dihadapinya. Individu tersebut
bebas metode apa yang akan dia gunakan sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Dalam
hal ini tentunya psikologi pendidikan juga berperan penting ya sobat, karena pada umumnya
setiap metode yang dipilih pasti memiliki kelebihan dan kekurangan di dalamnya.
B. MULTIKECERDASAN
Tingkatkan MultipleKecerdasaan
1. Verbal/Linguistic Intelligence
Kecerdasan ini ditunjukkan dengan kepekaan seseorang pada bunyi, struktur,
makna, fungsi kata, dan bahasa. Orang atau anak yang memiliki kecerdasan ini cenderung
menyukai dan efektif dalam hal.
a. berkomunikasi lisan & tulis
b. mengarang cerita
c. diskusi & mengikuti debat suatu masalah
d. belajar bahasa asing
e. bermain “game” bahasa
2. Logical/mathematical Intelligence
Kecerdasan ini ditandai dengan kepekaan pada pola-pola logis dan memiliki
kemampuan mencerna pola-pola tersebut, termasuk juga numerik serta mampu mengolah
alur pemikiran yang panjang. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini cenderung
menyukai dan efektif dalam hal :
a. menghitung, menganalisis hitungan
b. menemukan fungsi-fungsi dan hubungan;
c. memperkirakan
d. memprediksi
e. bereksperimen
f. mencari jalan keluar yang logis
g. menemukan adanya pola
h. induksi dan deduksi
i. mengorganisasikan/membuat garis besar
j. membuat langkah-langkah
k. bermain permainan yang perlu strategi
l. berpikir abstrak dan menggunakan simbol abstrak
m. menggunakan algoritme
3. Visual/Spatial Intelligence
Kecerdasan ini ditandai dengan kepekaan mempersepsi dunia spasial-visual secara
akurat dan mentransformasi persepsi awal. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini
cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
a. arsitektur, bangunan
b. dekorasi
c. apresiasi seni, desain, denah
d. membuat dan membaca chart, peta
e. koordinasi warna
f. membuat bentuk, patung dan desain tiga dimensi lainnya
g. menciptakan dan interpretasi grafik
h. desain interior
i. dapat membayangkan secara detil benda-benda
j. pandai navigasi, arah
4. Bodily/kinesthetic Intelligences
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan mengontrol gerak tubuh dan
kemahiran mengelola objek. Seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai
dan efektif dalam hal :
a. mengekspresikan dalam mimik atau gaya
b. atletik
c. menari dan menata tari
d. kuat dan terampil dalam motorik halus
e. koordinasi tangan dan mata
f. motorik kasar dan daya tahan
g. mudah belajar dengan melakukan
h. mudah memanipulasikan benda-benda (dengan tangannya)
i. membuat gerak-gerik yang anggun
j. pandai menggunakan bahasa tubuh
5. Musical/Rhythmic Intelligence
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan menciptakan dan mengapresiasi irama
pola titinada, dan warna nada; apresiasi bentuk-bentuk ekspresi musikal. Seseorang yang
cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
a. menyusun/mengarang melodi dan lirik
b. bernyanyi kecil, menyanyi dan bersiul
c. mudah mengenal ritme
d. belajar dan mengingat dengan irama, lirik
e. menyukai mendengarkan dan mengapresiasi musik
f. memainkan instrumen musik
g. mengenali bunyi instrumen
h. mampu membaca musik (not balok, dll)
i. mengetukkan tangan, kaki
j. memahami struktur musik
6. Interpersonal Intelligence
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan mencerna dan merespon secara tepat
suasana hati, temperamen, motivasi, dan keinginan orang lain. Seseorang yang cerdas
dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
a. mengasuh dan mendidik orang lain
b. berkomunikasi
c. berinteraksi
d. beremphati dan bersimpati
e. memimpin dan mengorganisasikan kelompok
f. berteman
g. menyelesaikan dan menjadi mediator konflik
h. menghormati pendapat dan hak orang lain
i. melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang
j. sensitif atau peka pada minat dan motif orang lain
k. kerjasama dalam tim
7. Intrapersonal Intelligence
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan memahami perasaan sendiri dan
kemampuan membedakan emosi; pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri.
Seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
a. berfantasi, “bermimpi”
b. menjelaskan tata nilai dan kepercayaan
c. mengontrol perasaan
d. mengembangkan keyakinan dan opini yang berbeda
e. menyukai waktu untuk menyendiri, berpikir, dan merenung
f. introspeksi
g. mengetahui dan mengelola minat dan perasaan
h. mengetahui kekuatan dan kelemahan diri
i. memotivai diri
j. mematok tujuan diri yang realistis
k. memahami konflik dan motivasi diri
8. Naturalist Intelligence
Kecerdasan ini ditandai dengan keahlian membedakan anggota-anggota suatu
spesies; mengenali eksistensi spesies lain, dan memetakan hubungan antara beberapa
spesies, baik secara formal maupun informal. Seseorang yang cerdas dalam jenis ini
cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
a. menganalisis persamaan dan perbedaan
b. menyukai tumbuhan dan hewan
c. mengklasifikasi flora dan fauna
d. mengoleksi flora dan fauna
e. menemukan pola dalam alam
f. mengidentifikasi pola dalam alam
g. melihat sesuatu dalam alam secara detil
h. meramal cuaca
i. menjaga lingkungan
j. mengenali berbagai spesies
k. memahami ketergantungan lingkungan
l. melatih dan menjinakkan hewan
m. membaca dengan pemahaman tinggi
n. mudah mengingat kutipan, ucapan ahli, pakar, ayat
o. tidak mudah salah tulis atau salah eja
p. pandai membuat lelucon
q. pandai membuat puisi
r. tepat dalam tata bahasa
s. kaya kosa kata
t. menulis secara jelas
u. melukis, membuat sketsa
v. bermain game ruang
w. berpikir dalam image atau bentuk
x. memindahkan bentuk dalam angan-angan
C. MINAT
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. minat tidak termasuk istilah populer dalam Psikologi
karena ketergantunganya yang banyak pada faktor-faktor internal lainya seperti: pemusatan
perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan
Minat adalah suatu keadaan atau kecenderungan yang tetap untuk tertarik, mengenang dan
memperhatikan terhadap suatu rasa, bidang, aktivitas atau kegiatan dengan keinginan untuk
mengetahui dan memperhatikan disertai dengan perasaan senang dan konsisten. Minat dapat
menimbulkan semangat dalam melakukan kegiatan agar tujuan dari pada kegiatan tersebut dapat
tercapai. Minat yang besar terhadap suatu sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk
mencapai tujuan yang diminati.
Minat merupakan dorongan dari dalam diri seseorang yang mampu membuat seseorang ingin
merasakan hal-hal yang menyenangkan. Seseorang yang memiliki minat terhadap apa yang
dipelajari lebih dapat mengingatnya dalam jangka panjang dan menggunakannya kembali sebagai
sebuah dasar untuk pembelajaran di masa yang akan datang.
berdasarkan sifatnya minat dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Minat personal
Merupakan minat yang bersifat permanen dan relatif stabil yang mengarah pada minat
khusus mata pelajaran tertentu. Minat personal merupakan suatu bentuk rasa senang ataupun
tidak senang, tertarik tidak tertarik terhadap mata pelajaran tertentu. Minat ini biasanya
tumbuh dengan sendirinya tanpa pengaruh yang besar dari rangsangan eksternal.
b. Minat situasional
Merupakan minat yang bersifat tidak permanen dan relatif berganti-ganti, tergantung
rangsangan eksternal. Rangsangan tersebut misalnya dapat berupa metode mengajar guru,
penggunaan sumber belajar dan media yang menarik, suasana kelas, serta dorongan keluarga.
Jika minat situasional dapat dipertahankan sehingga berkelanjutan secara jangka panjang,
minat situasional akan berubah menjadi minat personal atau minat psikologis siswa. Semua
ini tergantung pada dorongan atau rangsangan yang ada.
c. Minat psikologikal
Merupakan minat yang erat kaitannya dengan adanya interaksi antara minat personal dengan
minat situasional yang terus-menerus dan berkesinambungan. Jika siswa memiliki pengetahuan
yang cukup tentang suatu mata pelajaran, dan memiliki kesempatan untuk mendalaminya dalam
aktivitas yang terstruktur di kelas atau pribadi (di luar kelas) serta mempunyai penilaian yang
tinggi atas mata pelajaran tersebut maka dapat dinyatakan bahwa siswa tersebut memiliki minat
psikologikal.
Karakteristik Minat
Ada terdapat 3 (tiga) karakteristik minat, diantaranya yaitu sebagai berikut:
Minat menimbulkan sikap positif dari suatu objek.
Minat ini merupakan sesuatu yang menyenangkan dan juga timbul dari suatu
objek.
Minat ini mengandung unsur penghargaan, mengakibatkan suatu keinginan,
dan juga kegairahan untuk mendapat sesuatu yang diinginkan.
minat belajar merupakan hasil dari pengalaman atau proses belajar.
Lebih jauh ia mengemukakan bahwa minat belajar memiliki dua aspek yaitu:
1. Aspek Kognitif. Aspek ini didasarkan pada konsep yang dikembangkan
seseorang mengenai bidang yang berkaitan dengan minat belajar. Konsep yang
membangun aspek kognitif di dasarkan atas pengalaman dan apa yang dipelajari
dari lingkungan.
2. Aspek Afektif. Aspek afektif ini adalah konsep yang membangun konsep kognitif
dan dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan atau objek yang menimbulkan
minat belajar. Aspek ini mempunyai peranan yang besar dalam meminatkan
tindakan seseorang.
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat
a. Faktor Sosial
FAKTOR PRIBADI
Faktor pribadi juga mempengaruhi karakteristik seseorang yang
meliputi daya tarik, perubahan fisik, pembentukan diri, serta
konsep diri. (Djaali, 2012 : 65)
5) Daya Tarik
Orang yang dinilai oleh lingkungannya menarik biasanya
memiliki lebih banyak karakteristik kepribadian yang diinginkan
daripada orang yang dinilai kurang menarik, dan bagi mereka
yang memiliki karakteristik menarik akan memperkuat sikap
sosial yang menguntungkan.
6) Perubahan Sifat
Perubahan kepribadian dapat disebabkan oleh adanya perubahan
kematangan sifat yang mengarah kepada kebaikan kepribadian.
Akan tetapi, perubahan sifat yang mengarah pada klimakterium
dengan meningkatnya usia dianggap sebagai suatu kemunduran
menuju kearah yang lebih buruk. Sebenarnya masih banyak lagi
hal-hal yang mempengaruhi kepribadian, tetapi tidak dapat
seluruhnya disampaikan disini mengingat keterbatasan-
keterbatasan yang ada.
b. Faktor Pribadi
Faktor pribadi juga mempengaruhi karakteristik seseorang yang
meliputi daya tarik, perubahan fisik, pembentukan diri, serta
konsep diri. (Djaali, 2012 : 65)
7) Daya Tarik
Orang yang dinilai oleh lingkungannya menarik biasanya
memiliki lebih banyak karakteristik kepribadian yang diinginkan
daripada orang yang dinilai kurang menarik, dan bagi mereka
yang memiliki karakteristik menarik akan memperkuat sikap
sosial yang menguntungkan.
8) Perubahan Sifat
Perubahan kepribadian dapat disebabkan oleh adanya perubahan
kematangan sifat yang mengarah kepada kebaikan kepribadian.
Akan tetapi, perubahan sifat yang mengarah pada klimakterium
dengan meningkatnya usia dianggap sebagai suatu kemunduran
menuju kearah yang lebih buruk. Sebenarnya masih banyak lagi
hal-hal yang mempengaruhi kepribadian, tetapi tidak dapat
seluruhnya disampaikan disini mengingat keterbatasan-
keterbatasan yang ada.
1) Pengaruh Budaya
Dalam menerima budaya anak mengalami tekanan untuk
mengembangkan pola kepribadian yang sesuai dengan standar
yang ditentukan budayanya.
2) Konsep Diri
Pengertian Bakat
Bakat secara pandangan umum dikenal sebagai kemampuan dasar yang merupakan
keunggulan alami dari seseorang dan berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Bakat
bisa menjadi sesuatu yang menjadi jalan untuk kesuksesan jika diasah dan dikembangkan
dengan tepat. Bakat juga bisa menjadi hal yang berlalu begitu saja jika tidak mendapat jalan
untuk maju. Dalam dunia psikologi, bakat memiliki makna khusus yang berhubungan dengan
keseluruhan atau kehidupan manusia mulai dari sejak sebelum dalam kandungan hingga
ketika dewasa dan hidup berdampingan dengan lingkungan sekitar,
Jadi, yang disebut bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus.
Bakat umum apabila kemampuan yang berupa potensi tersebut bersifat umum.
Misalnya bakat intelektual secara umum,
Bakat khusus apabila kemampuan bersifat khusus. Misalnya bakat akademik,
social, dan seni kinestetik. Bakat khusus biasanya
disebut talent sedangkan bakat umum (intelektual) biasanya disebut gifted.
Keunggulan atau potensi individu yang dibawa sejak lahir. Sebab bawaan akan sangat
menentukan sekali pembentukan dan perkembangan teori bakat dalam psikologi
individu. Keunggulan yang dimiliki individu ditentukan oleh faktor bawaan dan
keunggulan tersebut hanya akan dapat berkembang sampai batas batas tertentu.
Lingkungan tidak akan dapat merubah membentuk individu melebihi batas
keunggulan yang dimiliki individu.
Minat individu yang bersangkutan
Suatu teori bakat dalam psikologi tertentu tidak akan berkembang dengan baik apabila tidak
disertai minat yang cukup tinggi terhadap bidang atau hal yang sesuai dengan teori bakat
dalam psikologi tersebut. Misalnya individu yang memiliki teori bakat dalam psikologi
cukup tinggi sebagai ahli mesin, apabila ini tidak atau kurang berminat terhadap hal hal yang
berhubungan dengan mesin, maka teori bakat dalam psikologinya tersebut tidak akan dapat
berkembang secara baik.
Motivasi yang dimiliki individu (Baca juga mengenai ciri anak cerdas istimewa dan
berbakat)
Suatu teori bakat dalam psikologi akan menjadi kurang berkembang atau tidak akan
menonjol bila kurang disertai oleh adanya motivasi yang cukup tinggi untuk
mengaktualisasikannya, sebab motivasi berhubungan erat dengan daya semangat individu
untuk mencapai suatu tujuan.
Nilai hidup yang dimiliki individu.
Yang dimaksud dengan nilai hidup di sini adalah bagaimana cara individu memberi arti
terhadap sesuatu di dalam hidupnya, dalam hal ini yang berhubungan dengan teori bakat
dalam psikologi sebagai bintang film, teori bakat dalam psikologinya tersebut tidak akan
dapat berkembang secara baik bila ia memberi arti yang negative terhadap profesi sebagai
bintang film.
Kepribadian individu.
Sebab kepribadian ini juga sangat memegang peranan bagi perkembangan teori bakat dalam
psikologi individu, misal konsep diri, rasa percaya diri, keuletan atau keteguhan dalam
berusaha, kesediaan untuk menerima kritik dan saran demi untuk meraih sukses yang tinggi.
Maturity (kematangan).
Teori bakat dalam psikologi tertentu akan berkembang dengan baik apabila sudah mendekati
atau menginjak masa pekanya. Suatu hal yang sulit bagi individu adalah dalam menentukan
kapankah saatnya (pada usia berapakah) seuatu keunggulan atau teori bakat dalam psikologi
tertentu sudah matang untuk dikembangkan atau dilatih, sebab untuk masing masing
keunggulan dan untuk setiap individu kemantangannya belum tentu atau tidak selalu sama.
bakat (aptitude) mencakup 3 dimensi psikologis, yaitu: Dimensi perseptual, dimensi
psikomotor, dimensi intelektual.
1. Dimensi perseptual
Dimensi perseptual meliputi kemampuan dalam mengadakan persepsi, yaitu
faktor-faktor yang antara lain berupa: kepekaan indera, perhatian, orientasi ruang,
orientasi waktu, luasnya daerah persepsi, kecepatan persepsi dan lain sebagainya.
2. Dimensi psikomotor
Dimensi psikomotor mencakup 6 faktor, yaitu: faktor kekuatan, faktor impuls,
faktor kecepatan gerak, faktor ketelitian, faktor koordinasi dan faktor keluwesan
(flexibility).
3. Dimensi intelekual
Dari ketiga dimensi, dimensi inilah yang mempunyai implikasi yang sangat luas.
Dimensi ini meliputi lima faktor yaitu:
o Faktor ingatan, yang mencakup: Faktor ingatan mengenai substansi,
faktor ingatan mengenai relasi, faktor ingatan mengenai sistem.
o Faktor pengenalan, yang mencakup: pengenalan terhadap keseluruhan
infomasi, golongan (kelas), hubungan-hubungan, bentuk atau strktur, dan
kesimpulan.
o Faktor Evaluatif, yang mencakup: Evaluasi mengenai identitas, relasi-
relasi, sistem dan evaluasi terhadap penting tidaknya problem ( kepekaan
terhadap problem yang dihadapi).
o Faktor berfikir divergen, yang meliputi: faktor untuk menghasilkan unit-
unit, faktor untuk pengalihan kelas-kelas secara spontan, faktor kelancaran
dalam menghasilkan hubungan-hubungan, faktor untuk
menghasilkan sistem, fakto untuk transformasi divergen, faktor untuk
menyusun bagian-bagian menjadi garis besar atau kerangka.
Perbedaan Minat dan Bakat
Dari Kedua Pengertian, Jenis, Dan Contoh Diatas Kita Dapat Mengambil Kesimpulan
Tentang Beberapa Perbedaan Antara Minat Dan Bakat. Diantaranya:
Bakat adalah potensi bawaan yang dimiliki oleh seseorang. Minat sendiri merupakan
ketertarikan seseorang terhadap suatu bidang atau aktivitas.
Bakat tidak bisa dilihat hanya dari ketertarikan atau minat seseorang terhadap sesuatu
saja. Melainkan dilihat dari kemampuannya dalam melakukan hal tersebut. Orang
yang berminat pada suatu bidang belum tentu juga berbakat dalam bidang tersebut.
Bakat tidak memerlukan stimulus atau rangsangan tertentu lantaran merupakan
potensi dalam diri seseorang. Seseorang dengan bakat khusus tidak perlu
mempelajarinya secara intens, namun kamu tetap perlu mengasah dan
mengembangkannya. Sementara itu, minat membutuhkan stimulus yang kuat agar
bisa mencapai hasil terbaik.
Minat Dan Bakat Adalah 2 Hal Yang Berbeda. Meskipun Begitu, Keduanya Memiliki
Hubungan Yang Erat. Bakat Yang Didukung Dengan Minat Atau Sebaliknya Merupakan
Kombinasi Terbaik Untuk Meraih Kesuksesan Dalam Suatu Bidang. Bakat Memerlukan
Minat Agar Lebih Berkembang Dan Minat Memerlukan Bakat Agar Hasilnya Makin
Maksimal. Contoh, Kamu Memiliki Bakat Khusus Untuk Menyanyi. Kamu Juga Berminat
Dalam Dunia Tarik Suara, Dengan Begitu Ketertarikanmu Yang Didukung Dengan Potensi
Akan Membawamu Menjadi Seorang Penyanyi Yang Hebat.
E. GAYA BELAJAR
Gaya belajar merupakan salah satu yang dimiliki oleh setiap individu dalam
menyerap, mengatur, dan mengolah informasi yang diterima. Gaya beajar yang
sesuai adalah kunci keberhasilan siswa dalam belajar. Penggunaan gaya belajar
yang dibatasi hanya dalam satu gaya, terutama yang bersifat verbal atau auditorial,
tentunya dapat menyebabkan banyak perbedaan dalam menyerap informasi. Oleh
karena itu dalam kegiatan belajar, siswa harus dibantu dan diarahkan untuk
mengenali gaya belajar yang sesuai dengan dirinya sendiri agar hasil belajar bisa
maksimal.
B. Tipe Belajar
Tipe belajar ini, diklasifikasikan menjadi empat bagian, yaitu:
1. Tipe converger
Anak yang memiliki tipe ini belajar melalui proses Konseptualisasi Abstrak (berpikir) dan
Eksperimentasi (berbuat). Artinya, dengan kecenderungan ini gaya belajar peserta didik lebih
didominasi oleh intelek (pemikiran) dan perbuatan mencoba-coba (dengan pengalaman
praktis). Dengan demikian peserta didik menghindari pengajaran yang semata-mata teoritis.
Hal teoritis dan praktis harus berjalan seimbang. Gaya semacam ini umumnya mendominasi
hidup teknokrat.
2. Tipe diverger
Pada tipe diverger, anak belajar melalui Pengalaman-pengalaman Kongkret (perasaan) dan
Observasi Reflektif (pengamatan). Dengan tipe ini peserta didik lebih didominasi oleh
intuisi, perasaan, dan sensitivitas. Ia mengamati contoh yang didemonstrasikan oleh guru dan
menyimak hal-hal yang erat kaitannya dengan emosi seperti keindahan gerak dan suasana.
Banyak seniman memiliki kecenderungan belajar seperti ini.
3. Tipe assimilator
Anak bertipe assimilator ini belajar melalui Konseptualisasi Abstrak (kuat dalam berpikir)
dengan Observasi Reflektif (pengamatan). Peserta didik dengan gaya belajar ini cenderung
bersifat teoritis, enggan berbuat. Ia berorientasi kepada buku- buku bacaan dan contoh-
contoh. Dari situ ia membangun teori atau keyakinan gaya. Pada umumnya teorisi dan para
filsuf (pemikir) berkembang dengan tipe belajar demikian.
4. Tipe accommodator
Pada tipe ini anak belajar melalui Pengalaman Kongkret (perasaan) dan
Eksperimentasi Aktif (berbuat). Peserta didik dengan kecenderungan belajar ini
lebih didominasi oleh situasi dan hal-hal praktis. Intuisi dan tindakan praktis sangat
diutamakan. Ia tak merasakan perlunya teori-teori yang berorientasi kepada buku
sumber saja. Baginya pengalaman dan perbuatan aktif di lapangan adalah guru
yang terbaik.
C. Gaya Belajar Efektif
Setiap orang pasti mempunyai cara atau gaya belajar yang berbeda-beda. Banyak gaya yang
bisa dipilih untuk belajar secara efektif. Nah, artikel berikut menjelaskan tujuh gaya belajar
yang mungkin beberapa diantaranya bisa di terapkan pada anak didik kita :
1. Belajar dengan kata-kata.
Gaya ini bisa kita mulai dengan mengajak seorang teman yang senang bermain dengan
bahasa, seperti bercerita dan membaca serta menulis. Gaya belajar ini sangat menyenangkan
karena bisa membantu kita mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal-hal lainya dengan cara
mendengar kemudian menyebutkannya.
2. Belajar dengan pertanyaan.
Bagi sebagian orang, belajar makin efektif dan bermanfaat bila itu dilakukan dengan cara
bermian dengan pertanyaan. Misalnya, kita memancing keinginan tahuan dengan berbagai
pertanyaan. Setiap kali muncul jawaban, kejar dengan pertanyaan, hingga didapatkan hasil
akhir atau kesimpulan.
3. Belajar dengan gambar.
Ada sebagian orang yang lebih suka belajar dengan membuat gambar, merancang, melihat
gambar, slide, video atau film. Orang yang memiliki kegemaran ini, biasa memiliki kepekaan
tertentu dalam menangkap gambar atau warna, peka dalam membuat perubahan, merangkai
dan membaca kartu.
Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang sesuai
dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik. Gaya belajar otomatis
tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang
berbeda-beda.
F. GAYA BERPIKIR
Pengertian Gaya Berpikir
Gaya berpikir adalah cara yang disenangi oleh seseorang dalam menggunakan
kemampuannya untuk penerimaan informasi, pengolahan, penyimpanan, dan pengambilan
kembali informasi
tersebut dari ingatan untuk menanggapi masalah yang dihadapinya.
Fungsi Gaya berpikir
Mengolah informasi dalam pikiran yang berhubungan dengan kepribadian dan cara
berinteraksi dengan lingkungan serta beradaptasi untuk mendapatkan informasi baru. Dalam
hal ini memungkinkan siswa dapat memperoleh strategi untuk berpikir terkait dengan
penyelidikan, pengolahan informasi, penalaran, pemecahan masalah, evaluasi dan refleksi.
Faktor yang Mempengaruhi Gaya Berpikir
Konsepsi tentang objek/ wujud yang dibedakan menjadi persepsi konkret dan abstrak.
o Konkret
Sifat ini memungkinkan anda untuk memahami dan secara mental
menunjukkan data melalui pengamatan langsung dan menggunakan indra
fisik. Anda dapat melihat secara nyata melalui indra fisik anda seperti
penglihatan, penciuman, sentuhan, rasa, dan pendengaran.
o Abstrak
Sifat ini memungkinkan anda untuk memahami, menyusun, dan
memvisualisasikan melalyi kemampuan berpikir. Anda juga dapat melihat dan
memahami mengenai yang tidak terlihat dan tidak berbentuk secara indra fisik
anda.
Kemampuan pengaturan secara sekuensial (linier) dan acak (non linier)
o Sekuensial
Sifat ini mengarahkan pikiran anda untuk memahami dan mengatur informasi
secara linier langkah demi langkah. Sekuensial cenderung memiliki dominasi
otak kiri. Hal ini dikarenakan berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial linier
dan rasional.
o Acak
Sifat ini memungkinkan pikiran anda untuk memahami dan mengatur
informasi secara nonlinier dan banyak cara. Sifat ini biasanya termasuk dalam
dominasi otak kanan yang cara berpikirnya bersifat acak atau tidak teratur.
Jika kedua konsep tersebut dikombinasikan, maka didapat 4 kelompok gaya berpikir, yaitu
Sekuensial Konkret, Acak Konkret, Sekuensial Abstrak, dan Acak Abstrak. Gaya berpikir
merupakan cara yang dimiliki oleh setiap siswa dalam menggunakan dominasi otaknya untuk
menerima dan mengatur informasi.
Jenis Gaya Berpikir
Ada 4 jenis gaya berpikir. yaitu :
Gaya Berpikir Sekuensial Konkret ( SK )
Gaya berpikir sekuensial konkret merupakan gaya berpikir dimana sipemikir berpegang pada
kenyataan dan proses informasi dengan cara yang teratur, linear, dan sekuensial. Bagi si
pemilik gaya berpikir SK ini realitas terdiri dari apa yang mereka ketahui yang diperoleh
melalui indra fisik mereka meliputi indra penglihatan, indra pendengaran, indra peraba, indra
penciuman dan indra perasa mereka.
Mereka memperhatikan dan mengingat realitas dengan mudah dan mengingat fakta-fakta,
informasi, rumus-rumus, dan juga aturan-aturan khusus dengan mudah.
Gaya Berpikir Acak Konkret ( AK )
Gaya berpikir acak konkret atau AK ini memiliki sikap eksperimental yang diiringi dengan
perilaku yang kurang terstuktur. Seperti hal nya pada gaya berpikir sekuensial konkret,
mereka berdasarkan pada kenyataan, tetapi ingin melakukan pendekatan coba salah (trial
and error).
Oleh karena itu, mereka sering melakukan lompatan intuitif yang diperlukan untuk pemikirna
yang kreatif yang sebenarnya. Si pemikir AK ini memiliki dorongan yang kuat untuk
menemukn alternatif dan mengerjakan segala sesuatu dengan cara dan keinginan mereka
sendiri.
Gaya Berpikir Pemikir Acak Abstrak (AA)
Gaya berpikir pemikir gaya acak abstrak (AA) merupakan cara berpikir yang tertarik pada
nuansa dan sebagian lagi cenderung kepada mistisime. Adapun gaya berpikir AA ini
menyerap ide-ide atau informasi serta kesan dan mengaturnya dengan refleksi.
Namun kadang-kadang hal ini memakan waktu yang lama sehingga ornag lain tidak
menyangka bahwa orang gaya berpikir AA ini mempunyai reaksi ataupun pendapat terhadap
Sesuatu yang sedang diperbincangkan. Si pemikir AA ini mengingat dengan baik jika
informasi dipersonifikasikan. Perasaannya juga dapat meningkatkan atau memengaruhi gaya
belajar mereka.
Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak ( SA )
Gaya berpikir sekuensial abstrak atau SA ini merupakan agya berpikir yang bersifat dunia
teori metafisis dan dunia abstrak. Gaya berpikir SA ini cenderung lebih suka berpikir secara
konsep dan menganalisis informasi.
Si pemikir SA ini sangat menghargai orang-orang serta peristiwa-peristiwa yang teratur dan
rapi. Sangatlah mungkin bagi mereka untuk meneropong hal-hal yang bersifat sangat
penting, seperti pada titik-titik kunci dan detail-detail yang sangat penting.
Adapun proses dan cara berpikir si pemikir SA ini sangatlah logis , rasional dan intelektual.
Dan biasanya proses atau cara berpikir mereka sering kali diatas cara berpikir ornag yang
lainnya.
Contoh Gaya berpikir
Untuk Gaya Berpikir Sekuensial Konkret :
Menerapkan gagasan dengan cara yang praktis
Menghasilkan sesuatu yang konkret dari gagasan yang abstrak
Bekerja dengan baik sesuai batas waktu
Bekerja dengan sistematis, selangkah demi selangkah
Mencermati sesuatu sapai hal yang sekecil-kecilnya
Menginterpretasikan sesuatu secara harfiah atau logika
Untuk Gaya Berpikir Acak Konkret :
Memiliki sikap eksperimental yang diiringi dengan perilaku kurang struktur
Berani mengambil risiko
Memiliki dorongan yang kuat untuk menemukan alternatif
Mengerjakan segala sesuatu dengan cara mereka sendiri
Lebih berorientasi pada proses daripada hasil
Untuk Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak :
Mengumpulkan data sebelum membuat kesimpulan
Menganalisis dan meneliti gagasan
Menggambarkan urutan peristiwa secara logis
Menggunakan fakta untuk membuktikan suatu teori
Mudah memahami sesuatu apabila mempelajarinya dengan mengamati, bukan
mengerjakannya
Untuk Gaya berpikir Acak Abstrak :
Menciptakan situasi damai dengan orang lain
Menyadari kebutuhan emosional orang lain
Melakukan sesuatu sesuai dengan caranya sendiri
Memiliki banyak prinsip umum dengan siapa saja
Berperan serta dengan antusias dalam pekerjaan yang mereka sukai
Mengambil keputusan dengan perasaan, bukan dengan pikiran.
G. KETERAMPILAN BELAJAR
H. PERBEDAAN GENDER
Kata gender diambil dari bahasa Inggris yang memiliki arti jenis kelamin. Sedangkan
jika dilihat secara umum, gender memiliki arti perbedaan pada laki laki dan perempuan yang
dilihat dari tingkah laku dan juga nilai. Sementara teori gender dalam psikologi sosial, gender
merupakan hal menyangkut karakteristik kepribadian yang ada dalam setiap individu seperti
maskulin, feminine, androgini dan juga tak terbedakan dimana masing masing karakteristik
tersebut akan sangat berpengaruh pada perilaku individu.
Dalam The Oxford Encyclopedia of The Modern World, gender mengartikan
pengelompokkan individu dalam urusan tata bahasa yang dipakai untuk memperlihatkan ada
tidaknya kepemilikan pada satu ciri jenis kelamin tertentu. Sedangkan menurut Illich, gender
merupakan satu dari tiga jenis kata sandang dalam tata bahasa yang berhubungan dengan
perbedaan jenis kelamin, yang membedakan kata benda menurut sifat penyesuaian dan
dibutuhkan saat kata benda tersebut digunakan dalam kalimat.
Konsep Psikologi Tentang Gender
Gender dalam psikologi didefinisikan sebagai gambaran sifat, sikap dan juga perilaku antara
laki laki dan perempuan. Sedangkan menurut Whitley dan Bernard, gener dibedakan antara
maskulin dan feminin, sementara menurut Santrock, gender memiliki peran seperti apa dan
bagaimana seharusnya untuk melakukan, merasakan dan juga memikirkan yang dilakukan
setiap individu sebagai maskulin atau feminin.
Bem mengelompokkan 4 klasifikasi ruang lingkup psikologi sosial tentang gender yakni
maskulin, feminin, androgini dan juga tak terbedakan. Individu dengan gender feminin
berbeda perilaku proporsional realitas kehidupan sosial jika dibandingkan dengan gender
maskulin. yang terjadi karena gender feminin mempunyai karakteristik seperti hangat dalam
interpersonal, senang berafiliasi, sensitif, senang merasa iba, kompromistik dan sebagainya.
Sedangkan maskulin tidak terlalu hangat, senang dengan kehidupan berkelompok, tidak
terlalu responsif dalam hal yang berhubungan dengan emosi dan sebagainya.
Teori Pembentukan Gender
Dalam ilmu psikologi sosial yang merupakan cabang cabang psikologi, teori pembentukan
gender terdiri dari 6 yakni teori biologis, teori kultural, teori freudian, teori belajar sosial,
teori perkembangan kognitif dan juga teori skema gender.
1. Teori Biologis
Perbedaan antar peran gender berhubungan dengan biologis laki laki dan perempuan dimana
perbedaan ini adalah alami begitu juga dengan sifat peran gender feminin dan maskulin yang
terbentuk. Perbedaan biologis inilah yang membuat perbedaan antara laki laki dan
perempuan sehingga sifat stereotype peran gender akan sulit untuk diubah. Perbedaan fisik
laki laki dan perempuan akan memberikan implikasi yang signifikan pada kehidupan publik
perempuan yang membuatnya memiliki sedikit peran jika dibandingkan dengan laki laki.
2. Teori Kultural
Menurut teori ini, pembentukan gender tidak disebabkan karena perbedaan biologis laki laki
dan perempuan namun karena sosialisasi atau kulturalisasi. Dalam teori ini tidak mengakui
sifat alami peran gender namun hanya sifat gender yang dikonstruksi sosial budaya lewat
proses sosialisasi sehingga dalam teori ini membedakan jenis kelamin atau sex, konsep
natura dan juga gener konsep nurture. Nature tidak akan bisa diubah sedangkan peran gender
bisa diubah lewat budaya atau teknologi.
3. Teori Freudian
Teori ini beranggapan jika seorang anak belajar mengenai peran gender dari lingkungan
sekitar sebab anak mengidentifikasikan perilaku orang tua. Anak laki laki akan
mengidentifikasi perilaku ayah yang membuatnya berperilaku seperti laki laki dan anak
perempuan yang belajar dari peran ibu dalam keluarga sehingga dalam proses identifikasi
ditemukan anak lewat perbedaan genital jenis kelamin.
4. Teori Belajar Sosial
Dalam teori belajar sosial memposisikan sumber sex typing di latihan membedakan jenis
kelamin pada komunitas masyarakat. Keutamaan dalam teori ini ialah implikasi
perkembangan psikologi laki laki dan perempuan yang memiliki prinsip umum sama dengan
proses belajar lainnya. Untuk itu, jenis kelamin atau sex tidak dipertimbangkan secara
istimewa, tidak memiliki mekanisme atau proses psikologis khusus yang harus dipostulasi
untuk menjelaskan anak menjadi sex typed. Dalam teori ini memperlakukan anak sebagai
agen aktif yang berusaha untuk melakukan koordinasi sekaligus memahami dunia sosial.
5. Teori Perkembangan Kognitif
Dalam teori perkembangan kognitif, individu sebagai organisme aktif, dinamis dan juga
mempunyai kemauan untuk berpikir. Individu bisa dan berhak untuk membuat pertimbangan
serta keputusan sesuai dengan kemauan dan kemampuannya masing masing. Sex typing akan
mengikuti prinsip natural dan tidak bisa terhindar dari perkembangan kognisi. Individu bisa
bekerja aktif untuk memahami dunia sosial dan akan melakukan kategorisasi pada diri sendiri
sebagai laki laki atau perempuan.
6. Teori Skema Gender
Teori ini adalah kombinasi antara teori belajar sosial dan teori perkembangan kognitif
dimana pengaruh lingkungan sosial dan peran individu akan dikombinasikan untuk
membentuk gender lewat skema gender. Dalam teori ini berasumsi jika sex typing
merupakan fenomena yang dipelajari sehingga bisa dimodifikasi atau dihindari.
Karakteristik Peran Gender
Seperti yang sudah dibahas diatas, karakteristik peran gender dibedakan menjadi 4 jenis
yakni maskulin, feminin, androgini dan juga tak terbedakan.
Maskulin
Karakteristik gender maskulin digambarkan sebagai sosok individu kuat, berani, tegas,
independen, bersemangat, teguh, penuh harga diri dan memiliki rasa percaya diri yang
merupakan beberapa sikap pria yang disukai wanita. Kemungkinan, sifat ini terbentuk dari
kebiasaan pada pekerjaan serta tugas yang beragam serta mengandung tantangan dan
polemik. Karakteristik sifat dari peran gender maskulin dari Sarah adalah sebagai berikut:
Kemampuan memimpin: Aktif, memiliki kemauan keras, konsisten, bisa memimpin,
optimis, sportif dan pemberani.
Sifat maskulin: Melindungi, matang, mandiri, percaya diri dan dewasa.
Rasionalitas: Suka dengan pengalaman baru, rasional dan tenang dalam keadaan
krisis.
Feminin
Menurut Pendhazur dan Tetenbaum serta bernard, karakteristik peran gender feminin lebih
kepada sifat hangat dalam hubungan personal dan lebih senang berafiliasi dengan orang lain
dibandingkan mendominasi. Gender feminin lebih sensitif dan tanggap pada keadaan yang
lain, memiliki emosi dalam psikologi, lebih berhati hati sehingga tidak menyinggung orang
lain serta senang menyenangkan orang lain, pemalu dan bersifat royal. Sahran beranggapan
jika karakteristik gender feminin adalah sebagai berikut:
Kasih sayang: Perhatian terhadap keserasian, sering merasa kasihan, penyayang, tulus
dan tabah.
Kelembutan: Hangat, memiliki budi halus, hemat, lembut dan berhati hati.
Feminin: Ramah, memerlukan rasa aman dan memperhatikan etika serta kerapihan.
Androgini
Androgini yang merupakan kombinasi dari maskulin dan feminin ini mengartikan adanya
sifat maskulin dan feminin yang sama dalam individu. Contoh dari karakteristik androgini ini
diantaranya adalah memiliki sifat dominan dan nurturance, rasional serta pengertian, asertif,
sensitif dalam hubungan interpersonal dan bisa mengintegrasikan sifat maskulin serta
feminin sama baik dalam diri di berbagai situasi dan peran gender lainnya serta macam
macam sifat manusia gabungan lainnya.
Tak Terbedakan
Karakteristik gender tak terbedakan memiliki maskulinitas dan feminin rendah sehingga
terlihat sebagai individu yang memiliki proporsional rendah jika dibandingkan dengan tiga
gender lainnya.
Aliran Fenisime
Pada era 1990, kritik feminisme masuk dalam institusi sains yang menjadi salah satu struktur
penting pada masyarakat modern. Marginalisasi peran perempuan pada institusi sains
dianggap sebagai dampak karakteristik patriarkal yang erat dalam institusi sains. Ada
beberapa jenis aliran feminisme diantaranya liberal, radikal, post modern, anarkis dan
sosialis.
1. Feminisme Liberal
Pandangan yang memposisikan perempuan mempunyai kebebasan penuh dan individual
yang menyatakan kebebasan dan keasamaan berakar dari rasionalitas dan pemisah antara
dunia publik dan privasi. Setiap manusia mempunyai kapasitas berpikir dan bertindak
rasional begitu juga dengan perempuan. Ketertindasan dan keterbelakangan perempuan
terjadi karena kesalahan yang dilakukan perempuan itu sendiri.
Kaum perempuan seharusnya mempersiapkan diri supaya bisa bersaing dalam persaingan
bebas dan memiliki kedudukan yang sama dengan laki laki dalam teori identitas sosial.
Tokoh dari aliran ini adalah Naomi Wolf sebagai feminisme kekuatan yang merupakan solusi
dan kini perempuan sudah memiliki kekuatan dalam segi pendidikan dan pendapatan serta
tetap harus menuntut persamaan hak dan sudah saatnya untuk bebas memiliki kehendak
tanpa bergantung dengan laki laki.
2. Feminisme Radikal
Ini terjadi sejak pertengahan tahun 1970 yang menawarkan ideologi perjuangan separatisme
perempuan yang dalam sejarahnya muncul karena reaksi atas kultur seksisme atau dominasi
sosial atas dasar jenis kelamin. Pada sekitar tahun 1960 lebih mengutamakan untuk melawan
kekerasan seksual dan juga industri pornografi dan pemahaman penindasan laki laki pada
perempuan merupakan fakta pada sistem masyarakat yang ada sekarang ini.
3. Feminisme Pest Modern
Ide posmo adalah perkembangan psikologi sosial yang merupakan ide anti absolut dan juga
anti otoritas serta kegagalan modernitas dan pemilahan berbeda beda pada setiap fenomena
sosial sebab pertentangan pada universal pengetahuan ilmiah dan juga sejarah. Mereka
kemudian berpendapat jika gender tidak memiliki arti identitas atau struktur sosial.
4. Feminisme Anarkis
Feminisme anarkisme lebih memiliki sifat sebuah paham politik yang menginginkan
masyarakat sosialis serta beranggapan jika negara dan laki laki merupakan sumber masalah
yang harus segera dihancurkan .
5. Feminisme Sosialis
Paham yang beranggapan jika tak ada sosialisme tanpa pembebasan perempuan dan tidak ada
pembebasan perempuan tanpa sosialisme.
Teori gender dalam psikologi sosial membuktikan masih adanya ketimpangan peran gender
dalam sebuah masalah dari sisi buruk perilaku yang berkaitan dengan maskulin dan tidak
hanya lewat perspektif perempuan saja namun juga harus secara empati dilihat dari sisi pria.
I. PANDANGAN AGAMA
Agama adalah sistem yang mengatur kepercayaan serta peribadatan
kepada Tuhan (atau sejenisnya) serta tata kaidah yang berhubungan dengan adat istiadat, dan
pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan kehidupan, pelaksanaan
agama bisa dipengaruhi oleh adat istiadat daerah setempat. Pada zaman sejarah adat menjadi
alat untuk menyampaikan ajaran-ajaran agama[1]. Sementara agama susah untuk
didefinisikan, sebuah model standar dari agama, digunakan dalam perkuliahan religious
studies, diajukan oleh Clifford Geertz, yang dengan sederhana menyebutnya sebagai sebuah
"sistem kultural".[2][3] Sebuah kritikan untuk model Geertz oleh Talal Asad mengategorikan
agama sebagai "sebuah kategori antropologikal." [4] Banyak agama
memiliki mitologi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna,
tujuan hidup dan asal-usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka
tentang kosmos dan sifat manusia, orang-orang memperoleh moralitas, etika, hukum adat,
atau gaya hidup yang disukai. Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia.
Banyak agama yang mungkin telah mengorganisir perilaku, kependetaan, mendefinisikan
tentang apa yang merupakan kepatuhan atau keanggotaan, tempat-tempat suci, dan kitab suci.
Praktik agama juga dapat mencakup ritual, khotbah, peringatan atau pemujaan terhadap
tuhan, dewa atau dewi, pengorbanan, festival, pesta, trans, inisiasi, cara
penguburan, pernikahan, meditasi, doa, musik, seni, tari, atau aspek lain dari kebudayaan
manusia. Agama juga mungkin mengandung mitologi.[6]
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan
keterbatasannya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa di luar dirinya.
Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang
luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri.
Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya
saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige, dan lain-lain.
Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara
menghambakan diri, yaitu menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan
yakin berasal dari Tuhan; dan menaati segenap ketetapan, aturan, hukum, dan lain-lain yang
diyakini berasal dari Tuhan.
Dengan demikian, agama adalah penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam
pengertian agama terdapat tiga unsur, yaitu manusia, penghambaan, dan Tuhan. Maka suatu
paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut
agama.
Lebih luasnya lagi, agama juga bisa diartikan sebagai jalan hidup, yakni bahwa seluruh
aktivitas lahir dan batin pemeluknya diatur oleh agama yang dianutnya. Bagaimana kita
makan, bagaimana kita bergaul, bagaimana kita beribadah, dan sebagainya ditentukan oleh
aturan/tata cara agama.
Di bawah ini akan dijelaskan beberapa cara di mana psikologi dan agama saling berinteraksi.
Pertama, psikologi dapat membantu orang memahami bagaimana agama berfungsi dalam
kehidupan mereka. Psikologi dapat membantu mereka mengidentifikasi bagaimana agama
memengaruhi perasaan, pikiran, dan tindakan mereka. Ini dapat membantu orang memahami
hubungan mereka dengan Tuhan dan meningkatkan pemahaman mereka tentang agama.
Kedua, psikologi dapat membantu orang menemukan cara untuk menangani masalah yang
berkaitan dengan agama. Psikologi dapat membantu orang memahami alasan di balik
tindakan dan reaksi mereka terhadap sikap agama tertentu. Mereka dapat membantu orang
menemukan cara untuk mengatasi masalah dan memanfaatkan cara-cara yang positif untuk
menjaga stabilitas emosional.
Ketiga, psikologi dapat membantu orang memahami bagaimana agama berpengaruh pada
kehidupan mereka. Psikologi dapat membantu orang memahami bagaimana agama
memengaruhi cara mereka berpikir, merasa, dan bertindak. Ini dapat membantu orang
memahami bagaimana agama mempengaruhi pilihan dan preferensi mereka.
Keempat, psikologi dapat membantu orang menemukan cara untuk mengatasi masalah yang
berkaitan dengan agama. Psikologi dapat membantu orang memahami bagaimana agama
memengaruhi cara kita berpikir dan bertindak. Dengan memahami cara agama memengaruhi
pilihan dan preferensi kita, kita dapat menemukan cara untuk mengatasi masalah yang
berkaitan dengan agama.
Kelima, psikologi dapat membantu orang menemukan cara untuk meningkatkan hubungan
mereka dengan Tuhan. Psikologi dapat membantu orang memahami bagaimana komunikasi
dan keterlibatan dengan Tuhan dapat membantu mereka mencapai tujuan hidup mereka.
Psikologi dapat membantu orang menemukan cara untuk lebih dekat dengan Tuhan dan
meningkatkan pemahaman mereka tentang agama.
Akhirnya, psikologi dapat membantu orang memahami bagaimana agama dapat membantu
mereka mencapai tujuan hidup mereka. Psikologi dapat membantu orang memahami
bagaimana agama dapat membantu mereka mencapai tujuan mereka dan mencapai
kesejahteraan. Psikologi dapat membantu orang menemukan cara untuk menggunakan agama
sebagai alat untuk mencapai tujuan hidup mereka.
Dari semua hal ini, jelas bahwa psikologi dan agama sangat berhubungan. Psikologi dapat
membantu orang memahami bagaimana agama memengaruhi kehidupan mereka dan
menemukan cara untuk menangani masalah yang berkaitan dengan agama. Psikologi juga
dapat membantu orang menemukan cara untuk meningkatkan hubungan mereka dengan
Tuhan dan mencapai tujuan hidup mereka. Dengan menggabungkan psikologi dan agama,
orang dapat mencapai kesejahteraan yang lebih tinggi.
J. PERBEDAAN KULTUR
Kultur itu adalah Budaya
Budaya ialah salah satu unsur dasar yang mempengaruhi pola pikir manusia dalam
kehidupan sehari hari dan berpengaruh pada pergaulan dalam masyarakat. Budaya berperan
sejak seseorang kecil dan dibiasakan oleh orang tua atau keluarga dalam sehari hari sehingga
budaya selalu tertanam dan menjadi dasar dalam tindakan sehari hari.
Budaya tentu menjadi seseuatu yang berbeda satu sama lain dan terkadang tidak dimengerti
di daerah atau wilayah lain misalnya ialah budaya Jawa yang jelas berbeda dengan budaya di
Batak atau di Sunda, hal itulah yang berpengaruh pada orang yang menjalaninya, teori
budaya dalam psikologi akan memberikan penjelasan yang lebih lengkap yakni sebagai
berikut.:
1. Mencakup Perbuatan atau Aktifitas Sehari Hari
Budaya dalam psikologi ialah sesuatu yang berkaitan dengan aktifitas sehari hari dan
berpengaruh pada pola kehidupan seseorang, setiap aktifitas yang dijalankan seseorang selalu
berasal dari budaya yang ia anut sejak kecil, misalnya ialah yang berhubungan dengan
aktifitas dalam hubungannya dengan orang tua atau keluarga, selalu dijalankan berdasarkan
budaya yang ia terima sejak kecil. (Baca juga mengenai gejala psikis dipengaruhi morfin).
Misalnya ialah aktifitas ketika duduk dan berbicara atau ketika melakukan acara tertentu
seperti acara keluarga dan acara pernikahan, aktifitas tersebut selalu dijalankan sesuai dengan
budaya yang dianut dan dijaLankan dengan peraturan atau tradisi yang turun temurun, secara
psikologi seseorang akan lebih percaya dan lebih yakin ketika menjalani aktifitas yang sesuai
dengan budaya yang ia percaya. (Baca juga mengenai unsur kekuatan pribadi).