Anda di halaman 1dari 28

BELAJAR DAN POTENSI PERBEDAAN INDIVIDU

Perbedaan individu berkaitan dengan “psikologi pribadi” yang menjelaskan


perbedaan psikologis antara orang-orang serta berbagai persamaanya. Psikologi
perbedaan individu menguji dan menjelaskan bagaimana setiap orang berbeda dalam
berpikir, berperasaan, dan bertindak. Menurut Lindgren makna “perbedaan” dan
“perbedaan individual” menyangkut tentang variasi yang terjadi, baik variasi dari segi
fisik dan psikologis. Perbedaan individu menurut Chaplin adalah “sebarang sifat atau
perbedaan kuantitatif dalam suatu sifat, yang bisa membedakan satu individu dengan
individu lainnya. Sedangkan menurut Gerry ddalam buku perkembangan peserta
didik karya Sunarto dan B. Agung Hartono mengkategorikan perbedaan individual
seperti berikut :
1. Perbedaan fisik, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran,
penglihatan, dan kemampuan bertindak.
2. Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan
suku.
3. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
4. Perbedaan intelegensi dan kemampuan dasar(skema).
5. Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah dalam mencapai
pengetahuan baru.
Bermacam-macam aspek perbedaan individu, ada dua fakta yang di kenal dan
menonjol, yaitu: dari dua garis keluarga, yaitu garis keturunan ayah dan garis
keturunan ibu. Sejak terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru, maka
secara berkesinambungan dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor lingkungan di
sekitarnya yang merangsang pertumbuhan dan perkembangannya. Semua manusia
mempunyai unsur-unsur kesamaan di dalam pola perkembangannya. Di dalam pola
yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan manusia secara biologis dan
sosial, tiap-tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda. Untuk lebih memahami
lagi,mari kita lihat penjelasan berikut :

A. INTELEGENSI
Intelegensi berasal dari bahasa latin yaitu Intellegere artinya menghubungkan atau
menyatukan satu sama lain. Adapun pengertian inteligensi itu dalam ilmu psikologi
merupakan kemampaun seseorang dalam berfikir dan belajar, menemukan
pemecahan masalah, caranya dengan memprises sesuatu hal dan kemampuan yang
dimiliki untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Di dalam ilmu psikologi
sendiri, dikenal dengan adanya intelgensi yang dapat menggantikan berbagai istilah
yang berhubungan dengan kecerdasan manusia
intelegensi adalah kapasitas kemampuan seseorang yang terdiri atas:
1. capacity to integrate experience atau kapasitas untuk menyatukan pengalaman;
2. capacity to learn atau kapasitas untuk belajar;
3. capacity to perform tasks regarded by psychologist as intellectual atau kapasitas
untuk melakukan tugas (menurut psikolog); dan
4. capacity to carry on abstract thinking atau kapasitas untuk melakukan pemikiran
abstrak (teoretis).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi
1. Konsep Two Factors
Yaitu sebuah konsep yang berpendapat bahwa inteligensi itu meliputi kemampuan umum
yang diberi kode “ G “ , ( general factor) , dan kemampuan khusus yang diberi kode “ S “,
( specific factor), setiap individu memiliki kemampuan ini untuk menentukan kemampuan
atau perilaku mentalnya, yang tentunya berhubungan dengan psikologi pendidikannya.
2. Konsep Primary Mental Abilities
Yaitu konsep yang berpendapat bahwa inteligensi merupakan penjelmaan dari kemampuan
primer, seperti kemampuan untuk berbahasa, mengingat, berbicara, mengamati, yang juga
berhubungan dengan psikologi pendidikannya. Baca juga mengenai peranan pendidikan
agama dalam psikologi sosial.
3. Konsep Multiple Intelligence
Yaitu konsep yang berpendapat bahwa inteligensi itu dapat dilihat dari tiga ketegori dasar, 
yaitu operasi mental, content, dan produk yang memang berhubugan juga dengan psikologi
pedidikannya. Baca juga mengenai cara kerja psikologi pendidikan.
4. Konsep Triachic of Inteligensi
Konsep ini merupakan sebuha konsep pendekatan progress kognitif untuk memahami sebuah
inteligensi. Atau inteligensi ini juga disebut sebagi konsep yang mendeskripsikan tiga bagian
kemampuan yaitu mental (proses berpikir, mengatasi pengalaman atau masalah baru, dan
penyesuaian terhadap situasi yang sedang dihadapi ) dengan cara menunjukkan tingkah laku
inteligensinya. Selain itu hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap psikolgi pendidikannya
tentunya.
5. Konsep Pengaruh Faktor Bawaan
Yaitu konsep yang menunjukkan bahwa individu –  individu yang berasal dari suatu keluarga
atau sanak saudara, nilai IQ mereka biasanya berkolerasi tinggi, yang berpengaruh terhadap
psikologi pendidikan individu tersebut.
6. Konsep Pengaruh Faktor Lingkungan
Yaitu konsep yang menunjukkan perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang
dikonsumsi. Oleh karena itu ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan tingkat
inteligensi seseorang. Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh yang
cukup signifikan terhadap psikologi seseorang.
7. Konsep Stabilitas Inteligensi dan IQ
Yaitu konsep umum tentang kemampuan individu untuk melakukan beberapa hal, sedangkan
IQ merupakan tingkat kecerdasan seseorang berdasarkan hasil sebuah tes. Dengan adanya
konsep stabilitas inteligensi dan IQ ini sudah barang tentu akan berpengaruh terhadap
psikologi pendidikannya ya sobat.
8. Konsep Pengaruh Kematangan
Yaitu sebuah konsep dimana setiap organ tubuh manusia semakin ahri semakin mengalami
perubahan yang mengarah kepada proses kematangan. Biasanya pada tahap atau proses
kematangan inilah psikologi pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap individu tersebut.
9. Konsep Pengaruh Faktor Pembentukan
Yaitu sebuah konsep pembentukan setiap karakter atau mental dalam diri seseorang atau
individu, yang dipengaruhi oleh faktor luar maupun faktor dari dalam indivisu tersebut yang
mempengaruhi inteligensinya. Seperti yang sudah kita ketahui bersama, bahwasanya
pembentukan karakter atau mental ini sangat erat kaitannya dengan psikologi pendidikan ya
sobat.
10. Konsep Kebebasan
Yaitu sebuah konsep yang berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode –  metode
tertentu dalam memecahkan masalah –  masalah yang sedang dihadapinya. Individu tersebut
bebas metode apa yang akan dia gunakan sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Dalam
hal ini tentunya psikologi pendidikan juga berperan penting ya sobat, karena pada umumnya
setiap metode yang dipilih pasti memiliki kelebihan dan kekurangan di dalamnya.
B. MULTIKECERDASAN

Multiple Intelligences yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai


kecerdasan majemuk atau kecerdasan ganda merupakan salah satu teori kecerdasan yang
memperoleh banyak pengakuan akhir-akhir ini. Teori ini dicetuskan oleh Howard Gardner,
psikolog dari Harvard. Mula-mula Gardner menemukan tujuh jenis kecerdasan tetapi
kemudian mengembangkannya menjadi delapan, dan membahas kemungkinan kecerdasan
yang ke sembilan.
Kecerdasan menurut Gardner diartikan sebagai suatu kemampuan, dengan proses
kelengkapannya, yang sanggup menangani kandungan masalah yang spesifik di dunia.
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa orang yang memiliki jenis kecerdasan tertentu,
kecerdasan musikal misalnya, akan menunjukkan kemampuan tersebut dalam setiap aspek
hidupnya. Dikatakan lebih lanjut bahwa setiap orang memiliki delapan jenis kecerdasan
dalam tingkat yang berbeda-beda. Kedelapan jenis kecerdasan itu memiliki komponen inti
dan ciri-ciri. Kehadiran ciri-ciri pada individu menentukan kadar profil kecerdasannya.
Dalam kehidupan nyata, kecerdasan-kecerdasan itu hadir dan muncul bersama-sama atau
berurutan dalam suatu atau lebih aktivitas. Dalam kasus khusus, ditengarai adanya individu
savant, yakni orang yang memiliki tingkat kecerdasan yang sangat tinggi pada satu jenis
kecerdasan, namun rendah dalam kecerdasan yang lain.
Dalam dunia pendidikan, teori multiple intelligences mulai diterima karena dianggap lebih
melayani semua kecerdasan yang dimiliki anak. Konsep MI menjadikan pendidik lebih arif
melihat perbedaan, dan menjadikan anak merasa lebih diterima dan dilayani. Konsep ini
“menghapus” mitos anak cerdas dan tidak cerdas, karena menurut konsep ini, semua anak
hakikatnya cerdas. Hanya saja konsep cerdas itu perlu diredefinisi dengan landasan baru
A. Poin-poin Kunci dalam Teori MI
Menurut teori multiple intelligences, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
(1) Setiap orang memiliki kedelapan kecerdasan, hanya saja profil tiap orang mungkin
berbeda. Ada yang tinggi pada semua jenis kecerdasan ada pula yang hanya rata-
rata dan tinggi pada dua atau tiga jenis kecerdasan.
(2) Orang dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan
yang memadai; Kecerdasan dapat distimulasi, dikembangkan sampai batas tertinggi
melalui pengayaan, dukungan yang baik, dan pengajaran.
(3) Kecerdasan-kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks.
Dalam aktivitas sehari-hari, kecerdasan saling berkaitan dalam satu rangkain :
menendang bola (kinestetik), orientasi diri di lapangan (spasial), mengajukan
protes ke wasit (linguistik dan interpersonal)
(4) Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori
Seseorang yang cerdas linguistik mungkin tidak pandai menulis, tetapi pandai
bercerita dan berbicara secara memukau.

Tingkatkan MultipleKecerdasaan
1. Verbal/Linguistic Intelligence
Kecerdasan ini ditunjukkan dengan kepekaan seseorang pada bunyi, struktur,
makna, fungsi kata, dan bahasa. Orang atau anak yang memiliki kecerdasan ini cenderung
menyukai dan efektif dalam hal.
a. berkomunikasi lisan & tulis
b. mengarang cerita
c. diskusi & mengikuti debat suatu masalah
d. belajar bahasa asing
e. bermain “game” bahasa

2. Logical/mathematical Intelligence
Kecerdasan ini ditandai dengan kepekaan pada pola-pola logis dan memiliki
kemampuan mencerna pola-pola tersebut, termasuk juga numerik serta mampu mengolah
alur pemikiran yang panjang. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini cenderung
menyukai dan efektif dalam hal :
a. menghitung, menganalisis hitungan
b. menemukan fungsi-fungsi dan hubungan;
c. memperkirakan
d. memprediksi
e. bereksperimen
f. mencari jalan keluar yang logis
g. menemukan adanya pola
h. induksi dan deduksi
i. mengorganisasikan/membuat garis besar
j. membuat langkah-langkah
k. bermain permainan yang perlu strategi
l. berpikir abstrak dan menggunakan simbol abstrak
m. menggunakan algoritme
3. Visual/Spatial Intelligence
Kecerdasan ini ditandai dengan kepekaan mempersepsi dunia spasial-visual secara
akurat dan mentransformasi persepsi awal. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini
cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
a. arsitektur, bangunan
b. dekorasi
c. apresiasi seni, desain, denah
d. membuat dan membaca chart, peta
e. koordinasi warna
f. membuat bentuk, patung dan desain tiga dimensi lainnya
g. menciptakan dan interpretasi grafik
h. desain interior
i. dapat membayangkan secara detil benda-benda
j. pandai navigasi, arah

k. melukis, membuat sketsa


l. bermain game ruang
m. berpikir dalam image atau bentuk
n. memindahkan bentuk dalam angan-angan

4. Bodily/kinesthetic Intelligences
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan mengontrol gerak tubuh dan
kemahiran mengelola objek. Seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai
dan efektif dalam hal :
a. mengekspresikan dalam mimik atau gaya
b. atletik
c. menari dan menata tari
d. kuat dan terampil dalam motorik halus
e. koordinasi tangan dan mata
f. motorik kasar dan daya tahan
g. mudah belajar dengan melakukan
h. mudah memanipulasikan benda-benda (dengan tangannya)
i. membuat gerak-gerik yang anggun
j. pandai menggunakan bahasa tubuh

5. Musical/Rhythmic Intelligence
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan menciptakan dan mengapresiasi irama
pola titinada, dan warna nada; apresiasi bentuk-bentuk ekspresi musikal. Seseorang yang
cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
a. menyusun/mengarang melodi dan lirik
b. bernyanyi kecil, menyanyi dan bersiul
c. mudah mengenal ritme
d. belajar dan mengingat dengan irama, lirik
e. menyukai mendengarkan dan mengapresiasi musik
f. memainkan instrumen musik
g. mengenali bunyi instrumen
h. mampu membaca musik (not balok, dll)
i. mengetukkan tangan, kaki
j. memahami struktur musik

6. Interpersonal Intelligence
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan mencerna dan merespon secara tepat
suasana hati, temperamen, motivasi, dan keinginan orang lain. Seseorang yang cerdas
dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
a. mengasuh dan mendidik orang lain
b. berkomunikasi
c. berinteraksi
d. beremphati dan bersimpati
e. memimpin dan mengorganisasikan kelompok
f. berteman
g. menyelesaikan dan menjadi mediator konflik
h. menghormati pendapat dan hak orang lain
i. melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang
j. sensitif atau peka pada minat dan motif orang lain
k. kerjasama dalam tim
7. Intrapersonal Intelligence
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan memahami perasaan sendiri dan
kemampuan membedakan emosi; pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri.
Seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
a. berfantasi, “bermimpi”
b. menjelaskan tata nilai dan kepercayaan
c. mengontrol perasaan
d. mengembangkan keyakinan dan opini yang berbeda
e. menyukai waktu untuk menyendiri, berpikir, dan merenung
f. introspeksi
g. mengetahui dan mengelola minat dan perasaan
h. mengetahui kekuatan dan kelemahan diri
i. memotivai diri
j. mematok tujuan diri yang realistis
k. memahami konflik dan motivasi diri

8. Naturalist Intelligence
Kecerdasan ini ditandai dengan keahlian membedakan anggota-anggota suatu
spesies; mengenali eksistensi spesies lain, dan memetakan hubungan antara beberapa
spesies, baik secara formal maupun informal. Seseorang yang cerdas dalam jenis ini
cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
a. menganalisis persamaan dan perbedaan
b. menyukai tumbuhan dan hewan
c. mengklasifikasi flora dan fauna
d. mengoleksi flora dan fauna
e. menemukan pola dalam alam
f. mengidentifikasi pola dalam alam
g. melihat sesuatu dalam alam secara detil
h. meramal cuaca
i. menjaga lingkungan
j. mengenali berbagai spesies
k. memahami ketergantungan lingkungan
l. melatih dan menjinakkan hewan
m. membaca dengan pemahaman tinggi
n. mudah mengingat kutipan, ucapan ahli, pakar, ayat
o. tidak mudah salah tulis atau salah eja
p. pandai membuat lelucon
q. pandai membuat puisi
r. tepat dalam tata bahasa
s. kaya kosa kata
t. menulis secara jelas
u. melukis, membuat sketsa
v. bermain game ruang
w. berpikir dalam image atau bentuk
x. memindahkan bentuk dalam angan-angan

C. MINAT
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. minat tidak termasuk istilah populer dalam Psikologi
karena ketergantunganya yang banyak pada faktor-faktor internal lainya seperti: pemusatan
perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan
Minat adalah suatu keadaan atau kecenderungan yang tetap untuk tertarik, mengenang dan
memperhatikan terhadap suatu rasa, bidang, aktivitas atau kegiatan dengan keinginan untuk
mengetahui dan memperhatikan disertai dengan perasaan senang dan konsisten. Minat dapat
menimbulkan semangat dalam melakukan kegiatan agar tujuan dari pada kegiatan tersebut dapat
tercapai. Minat yang besar terhadap suatu sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk
mencapai tujuan yang diminati.
Minat merupakan dorongan dari dalam diri seseorang yang mampu membuat seseorang ingin
merasakan hal-hal yang menyenangkan. Seseorang yang memiliki minat terhadap apa yang
dipelajari lebih dapat mengingatnya dalam jangka panjang dan menggunakannya kembali sebagai
sebuah dasar untuk pembelajaran di masa yang akan datang.
berdasarkan sifatnya minat dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis, yaitu sebagai berikut:

a. Minat personal 
Merupakan minat yang bersifat permanen dan relatif stabil yang mengarah pada minat
khusus mata pelajaran tertentu. Minat personal merupakan suatu bentuk rasa senang ataupun
tidak senang, tertarik tidak tertarik terhadap mata pelajaran tertentu. Minat ini biasanya
tumbuh dengan sendirinya tanpa pengaruh yang besar dari rangsangan eksternal.

b. Minat situasional 
Merupakan minat yang bersifat tidak permanen dan relatif berganti-ganti, tergantung
rangsangan eksternal. Rangsangan tersebut misalnya dapat berupa metode mengajar guru,
penggunaan sumber belajar dan media yang menarik, suasana kelas, serta dorongan keluarga.
Jika minat situasional dapat dipertahankan sehingga berkelanjutan secara jangka panjang,
minat situasional akan berubah menjadi minat personal atau minat psikologis siswa. Semua
ini tergantung pada dorongan atau rangsangan yang ada.

c. Minat psikologikal 
Merupakan minat yang erat kaitannya dengan adanya interaksi antara minat personal dengan
minat situasional yang terus-menerus dan berkesinambungan. Jika siswa memiliki pengetahuan
yang cukup tentang suatu mata pelajaran, dan memiliki kesempatan untuk mendalaminya dalam
aktivitas yang terstruktur di kelas atau pribadi (di luar kelas) serta mempunyai penilaian yang
tinggi atas mata pelajaran tersebut maka dapat dinyatakan bahwa siswa tersebut memiliki minat
psikologikal.
Karakteristik Minat
Ada terdapat 3 (tiga) karakteristik minat, diantaranya yaitu sebagai berikut:
 Minat menimbulkan sikap positif dari suatu objek.
 Minat ini merupakan sesuatu yang menyenangkan dan juga timbul dari suatu
objek.
 Minat ini mengandung unsur penghargaan, mengakibatkan suatu keinginan,
dan juga kegairahan untuk mendapat sesuatu yang diinginkan.
minat belajar merupakan hasil dari pengalaman atau proses belajar.
Lebih jauh ia mengemukakan bahwa minat belajar memiliki dua aspek yaitu:
1. Aspek Kognitif. Aspek ini didasarkan pada konsep yang dikembangkan
seseorang mengenai bidang yang berkaitan dengan minat belajar. Konsep yang
membangun aspek kognitif di dasarkan atas pengalaman dan apa yang dipelajari
dari lingkungan.
2. Aspek Afektif. Aspek afektif ini adalah konsep yang membangun konsep kognitif
dan dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan atau objek yang menimbulkan
minat belajar. Aspek ini mempunyai peranan yang besar dalam meminatkan
tindakan seseorang.
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat
a. Faktor Sosial

Prilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor sosial seperti keluarga,


masyarakat, kondisi sekolah serta teman sebaya. (Djaali, 2012 : 36)
1) Keluarga

Situasi keluarga (ayah, ibu, saudara, adik, kakak, serta keluarga)


sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam keluarga.
Pendidikan orang tua, status ekonomi, rumah kediaman,
persentase

hubungan orang tua, perkataan, dan bimbingan orang tua,


mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak.
2) Masyarakat

Seperti lingkungan masyarakat perindustrian, pertanian, atau


lingkungan perdagangan. Dikenal pula lingkungan masyarakat
akademik atau lingkungan yang para anggota masyarakat pada
umumnya terpelajar atau terdidik. Lingkungan kehidupan
semacam itu akan membentuk sikap anak dalam menentukan
pola kehidupan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi
pemikiran dalam menentukan jenis pendidikan dan karir yang
diidamkan.
3) Kondisi Sekolah

Merupakan lingkungan yang langsung berpengaruh terhadap


kehidupan pendidikan dan cita-cita karir remaja. Lembaga
pendidikan atau sekolah yang baik mutunya, yang memelihara
kedisiplinan cukup tinggi, akan sangat berpengaruh terhadap
pembentukan sikap dan prilaku kehidupan pendidikan anak
dan pola pikirnya dalam menghadapi karier.
4) Lingkungan Kehidupan Teman Sebaya
Bahwa pergaulan teman sebaya akan memberikan pengaruh
terhadap kehidupan pendidikan masing-masing remaja.
Lingkungan teman sebaya akan memberikan peluang bagi remaja
(laki-laki atau perempuan) untuk menjadi lebih matang. Di dalam
kelompok sebaya berkesempatan seorang gadis untuk menjadi
seorang wanita dan perjaka untuk menjadi seorang laki-laki serta
belajar mandiri sesuai dengan kodratnya.

FAKTOR PRIBADI
Faktor pribadi juga mempengaruhi karakteristik seseorang yang
meliputi daya tarik, perubahan fisik, pembentukan diri, serta
konsep diri. (Djaali, 2012 : 65)
5) Daya Tarik
Orang yang dinilai oleh lingkungannya menarik biasanya
memiliki lebih banyak karakteristik kepribadian yang diinginkan
daripada orang yang dinilai kurang menarik, dan bagi mereka
yang memiliki karakteristik menarik akan memperkuat sikap
sosial yang menguntungkan.
6) Perubahan Sifat
Perubahan kepribadian dapat disebabkan oleh adanya perubahan
kematangan sifat yang mengarah kepada kebaikan kepribadian.
Akan tetapi, perubahan sifat yang mengarah pada klimakterium
dengan meningkatnya usia dianggap sebagai suatu kemunduran
menuju kearah yang lebih buruk. Sebenarnya masih banyak lagi
hal-hal yang mempengaruhi kepribadian, tetapi tidak dapat
seluruhnya disampaikan disini mengingat keterbatasan-
keterbatasan yang ada.
b. Faktor Pribadi
Faktor pribadi juga mempengaruhi karakteristik seseorang yang
meliputi daya tarik, perubahan fisik, pembentukan diri, serta
konsep diri. (Djaali, 2012 : 65)
7) Daya Tarik
Orang yang dinilai oleh lingkungannya menarik biasanya
memiliki lebih banyak karakteristik kepribadian yang diinginkan
daripada orang yang dinilai kurang menarik, dan bagi mereka
yang memiliki karakteristik menarik akan memperkuat sikap
sosial yang menguntungkan.
8) Perubahan Sifat
Perubahan kepribadian dapat disebabkan oleh adanya perubahan
kematangan sifat yang mengarah kepada kebaikan kepribadian.
Akan tetapi, perubahan sifat yang mengarah pada klimakterium
dengan meningkatnya usia dianggap sebagai suatu kemunduran
menuju kearah yang lebih buruk. Sebenarnya masih banyak lagi
hal-hal yang mempengaruhi kepribadian, tetapi tidak dapat
seluruhnya disampaikan disini mengingat keterbatasan-
keterbatasan yang ada.
1) Pengaruh Budaya
Dalam menerima budaya anak mengalami tekanan untuk
mengembangkan pola kepribadian yang sesuai dengan standar
yang ditentukan budayanya.
2) Konsep Diri

Pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang menyangkut


apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan perasaannya,
serta bagaimana prilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang lain. Disini konsep
diri yang dimaksud adalah bayangan seseorang tentang keadaan dirinya sendiri pada
saat ini dan bukanlah bayangan ideal dari dirinya sendiri sebagaimana yang
diharapkan atau yang disukai oleh individu bersangkutan. Konsep diri berkembang
dari pengalaman seseorang tentang berbagai hal mengenai dirinya sejak ia kecil,
terutama yang berkaitan dengan perlakuan orang lain terhadap dirinya.
indikator minat yaitu:
a) Perasaan Senang
Apabila seorang siswa memiliki perasaan senang terhadap pelajaran tertentu maka tidak akan
ada rasa terpaksa untuk belajar. Contohnya yaitu senang mengikuti pelajaran, tidak ada
perasaan bosan, dan hadir saat pelajaran.
b) Keterlibatan Siswa
Ketertarikan seseorang akan obyek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik
untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari obyek tersebut. Contoh: aktif dalam
diskusi, aktif bertanya, dan aktif menjawab pertanyaan dari guru.
c) Ketertarikan
Berhubungan dengan daya dorong siswa terhadap ketertarikan pada sesuatu benda, orang,
kegiatan atau bias berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
Contoh: antusias dalam mengikuti pelajaran, tidak menunda tugas dari guru.
d) Perhatian Siswa
Minat dan perhatian merupakan dua hal yang dianggap sama dalam penggunaan sehari-hari,
perhatian siswa merupakan konsentrasi siswa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan
mengesampingkan yang lain. Siswa memiliki minat pada obyek tertentu maka dengan
sendirinya akan memperhatikan obyek tersebut. Contoh: mendengarkan penjelasan guru dan
mencatat materi.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT TERHADAP DIRI SESEORANG


YAITU:
1. Kuranngnya harapan diri sendiri untuk lebih maju dan untuk memperoleh pekerjaan yang
lebih baik
2. Kondisi ekonomi orangtua yang kurang atau bahkan tidak memadai
3. lingkungan Masyarakat yang kurang mendukung
D. BAKAT

Pengertian Bakat
Bakat secara pandangan umum dikenal sebagai kemampuan dasar yang merupakan
keunggulan alami dari seseorang dan berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Bakat
bisa menjadi sesuatu yang menjadi jalan untuk kesuksesan jika diasah dan dikembangkan
dengan tepat. Bakat juga bisa menjadi hal yang berlalu begitu saja jika tidak mendapat jalan
untuk maju. Dalam dunia psikologi, bakat memiliki makna khusus yang berhubungan dengan
keseluruhan atau kehidupan manusia mulai dari sejak sebelum dalam kandungan hingga
ketika dewasa dan hidup berdampingan dengan lingkungan sekitar,
Jadi, yang disebut bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus.
 Bakat umum apabila kemampuan yang berupa potensi tersebut bersifat umum.
Misalnya bakat intelektual secara umum,
 Bakat khusus apabila kemampuan bersifat khusus. Misalnya bakat akademik,
social, dan seni kinestetik. Bakat khusus biasanya
disebut talent sedangkan bakat umum (intelektual) biasanya disebut gifted.

Tipe bakat yang berbeda beda, diantaranya adalah


 Teori bakat musik (musikal) :  adalah bakat menciptakan musik.
 Teori bakat kinestetik (kinesthetic) :  adalah bakat mengendalikan gerak tubuh.
 Teori bakat interpersonal :  adalah bakat berhubungan dan memahami orang.
 Teori bakat intrapersonal :  adalah bakat memahami diri sendiri. (Baca juga
mengenai peran guru dalam mengembangkan bakat peserta didik)
 Teori bakat naturalistik :  adalah bakat memahami unsur dalam lingkungan alam.
 Teori bakat eksistensial :  adalah bakat dan kepedulian terhadap isu moral 
Yaitu  keunggulan yang berupa potensi dasar yang bersifat umum, artinya setiap individu
memiliki.
 Teori bakat dalam psikologi khusus
Yaitu  keunggulan yang berupa potensi khusus, artinya tentang teori teori yang diungkapkan
dalam bentuk kata kata.
 Teori bakat dalam psikologi Numerikal
Teori bakat dalam psikologi tentang teori teori dalam bentuk angka.
 Teori bakat dalam psikologi Skolastik
Kombinasi kata kata (logika) dan angka angka.  keunggulan dalam penalaran, mengurutkan,
berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan teoritual atau
pola numerik, pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional. Ini yaitu bakat para ilmuwan,
akuntan, dan pemrogram komputer.
 Teori bakat dalam psikologi Abstrak
Teori bakat dalam psikologi yang bukan kata maupun angka tetapi berbentuk pola,
rancangan, diagram, ukuran ukuran, bentuk bentuk dan posisi posisinya.
 Teori bakat dalam psikologi mekanik
Teori bakat dalam psikologi tentang prinsip prinsip umum IPA, tata kerja mesin, perkakas
dan alat alat lainnya.
 Teori bakat dalam psikologi Relasi Ruang (spasial)
Teori bakat dalam psikologi untuk mengamati, menceritakan pola dua dimensi atau berfikir
dalam 3 dimensi. Mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat
menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas,
serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi. Ini yaitu bakat para
arsitek, fotografer, artis, pilot, dan insinyur mesin.
 Teori bakat dalam psikologi kecepatan ketelitian klerikal
Teori bakat dalam psikologi tentang tugas tulis menulis, ramu meramu untuk laboratorium,
kantor dan lain lainnya.
 Teori bakat dalam psikologi bahasa (linguistik)
Teori bakat dalam psikologi tentang penalaran analistis bahasa (ahli sastra) misalnya untuk
jurnalistik, stenografi, penyiaran, editing, hukum, pramuniaga dsb
 Bakat sosial, antara lain mahir melakukan negosiasi, menawarkan suatu produk,
berkomunikasi dalam organisasi, dan mahir dalam kepemimpinan

3. Faktor yang Mempengaruhi Bakat dalam Psikologi

 Keunggulan atau potensi individu yang dibawa sejak lahir. Sebab bawaan akan sangat
menentukan sekali pembentukan dan perkembangan teori bakat dalam psikologi
individu. Keunggulan yang dimiliki individu ditentukan oleh faktor bawaan dan
keunggulan tersebut hanya akan dapat berkembang sampai batas batas tertentu.
Lingkungan tidak akan dapat merubah membentuk individu melebihi batas
keunggulan yang dimiliki individu.
 Minat individu yang bersangkutan
Suatu teori bakat dalam psikologi tertentu tidak akan berkembang dengan baik apabila tidak
disertai minat yang cukup tinggi terhadap bidang atau hal yang sesuai dengan teori bakat
dalam psikologi tersebut. Misalnya individu yang memiliki teori bakat dalam psikologi
cukup tinggi sebagai ahli mesin, apabila ini tidak atau kurang berminat terhadap hal  hal yang
berhubungan dengan mesin, maka teori bakat dalam psikologinya tersebut tidak akan dapat
berkembang secara baik.
 Motivasi yang dimiliki individu (Baca juga mengenai ciri anak cerdas istimewa dan
berbakat)
Suatu teori bakat dalam psikologi akan menjadi kurang berkembang atau tidak akan
menonjol bila kurang disertai oleh adanya motivasi yang cukup tinggi untuk
mengaktualisasikannya, sebab motivasi berhubungan erat dengan daya semangat individu
untuk mencapai suatu tujuan.
 Nilai hidup yang dimiliki individu.
Yang dimaksud dengan nilai hidup di sini adalah bagaimana cara individu memberi arti
terhadap sesuatu di dalam hidupnya, dalam hal ini yang berhubungan dengan teori bakat
dalam psikologi sebagai bintang film, teori bakat dalam psikologinya tersebut tidak akan
dapat berkembang secara baik bila ia memberi arti yang negative terhadap profesi sebagai
bintang film.
 Kepribadian individu.
Sebab kepribadian ini juga sangat memegang peranan bagi perkembangan teori bakat dalam
psikologi individu, misal konsep diri, rasa percaya diri, keuletan atau keteguhan dalam
berusaha, kesediaan untuk menerima kritik dan saran demi untuk meraih sukses yang tinggi.
 Maturity (kematangan).
Teori bakat dalam psikologi tertentu akan berkembang dengan baik apabila sudah mendekati
atau menginjak masa pekanya. Suatu hal yang sulit bagi individu adalah dalam menentukan
kapankah saatnya (pada usia berapakah) seuatu keunggulan atau teori bakat dalam psikologi
tertentu sudah matang untuk dikembangkan atau dilatih, sebab untuk masing  masing
keunggulan dan untuk setiap individu kemantangannya belum tentu atau tidak selalu sama.
bakat (aptitude) mencakup 3 dimensi psikologis, yaitu: Dimensi perseptual, dimensi
psikomotor, dimensi intelektual.
1. Dimensi perseptual
Dimensi perseptual meliputi kemampuan dalam mengadakan persepsi, yaitu
faktor-faktor yang antara lain berupa: kepekaan indera, perhatian, orientasi ruang,
orientasi waktu, luasnya daerah persepsi, kecepatan persepsi dan lain sebagainya.
2. Dimensi psikomotor
Dimensi psikomotor mencakup 6 faktor, yaitu: faktor kekuatan, faktor impuls,
faktor kecepatan gerak, faktor ketelitian, faktor koordinasi dan faktor keluwesan
(flexibility).
3. Dimensi intelekual
Dari ketiga dimensi, dimensi inilah yang mempunyai implikasi yang sangat luas.
Dimensi ini meliputi lima faktor yaitu:
o Faktor ingatan, yang mencakup: Faktor ingatan mengenai substansi,
faktor ingatan mengenai relasi, faktor ingatan mengenai sistem.
o Faktor pengenalan, yang mencakup: pengenalan terhadap keseluruhan
infomasi, golongan (kelas), hubungan-hubungan, bentuk atau strktur, dan
kesimpulan.
o Faktor Evaluatif, yang mencakup: Evaluasi mengenai identitas, relasi-
relasi, sistem dan evaluasi terhadap penting tidaknya problem ( kepekaan
terhadap problem yang dihadapi).
o Faktor berfikir divergen, yang meliputi: faktor untuk menghasilkan unit-
unit, faktor untuk pengalihan kelas-kelas secara spontan, faktor kelancaran
dalam menghasilkan hubungan-hubungan, faktor untuk
menghasilkan sistem, fakto untuk transformasi divergen, faktor untuk
menyusun bagian-bagian menjadi garis besar atau kerangka.
Perbedaan Minat dan Bakat
Dari Kedua Pengertian, Jenis, Dan Contoh Diatas Kita Dapat Mengambil Kesimpulan
Tentang Beberapa Perbedaan Antara Minat Dan Bakat. Diantaranya:
 Bakat adalah potensi bawaan yang dimiliki oleh seseorang. Minat sendiri merupakan
ketertarikan seseorang terhadap suatu bidang atau aktivitas.
 Bakat tidak bisa dilihat hanya dari ketertarikan atau minat seseorang terhadap sesuatu
saja. Melainkan dilihat dari kemampuannya dalam melakukan hal tersebut. Orang
yang berminat pada suatu bidang belum tentu juga berbakat dalam bidang tersebut.
 Bakat tidak memerlukan stimulus atau rangsangan tertentu lantaran merupakan
potensi dalam diri seseorang. Seseorang dengan bakat khusus tidak perlu
mempelajarinya secara intens, namun kamu tetap perlu mengasah dan
mengembangkannya. Sementara itu, minat membutuhkan stimulus yang kuat agar
bisa mencapai hasil terbaik.
Minat Dan Bakat Adalah 2 Hal Yang Berbeda. Meskipun Begitu, Keduanya Memiliki
Hubungan Yang Erat. Bakat Yang Didukung Dengan Minat Atau Sebaliknya Merupakan
Kombinasi Terbaik Untuk Meraih Kesuksesan Dalam Suatu Bidang. Bakat Memerlukan
Minat Agar Lebih Berkembang Dan Minat Memerlukan Bakat Agar Hasilnya Makin
Maksimal. Contoh, Kamu Memiliki Bakat Khusus Untuk Menyanyi. Kamu Juga Berminat
Dalam Dunia Tarik Suara, Dengan Begitu Ketertarikanmu Yang Didukung Dengan Potensi
Akan Membawamu Menjadi Seorang Penyanyi Yang Hebat.
E. GAYA BELAJAR
Gaya belajar merupakan salah satu yang dimiliki oleh setiap individu dalam
menyerap, mengatur, dan mengolah informasi yang diterima. Gaya beajar yang
sesuai adalah kunci keberhasilan siswa dalam belajar. Penggunaan gaya belajar
yang dibatasi hanya dalam satu gaya, terutama yang bersifat verbal atau auditorial,
tentunya dapat menyebabkan banyak perbedaan dalam menyerap informasi. Oleh
karena itu dalam kegiatan belajar, siswa harus dibantu dan diarahkan untuk
mengenali gaya belajar yang sesuai dengan dirinya sendiri agar hasil belajar bisa
maksimal.
B. Tipe Belajar
Tipe belajar ini, diklasifikasikan menjadi empat bagian, yaitu:

1. Tipe converger
Anak yang memiliki tipe ini belajar melalui proses Konseptualisasi Abstrak (berpikir) dan
Eksperimentasi (berbuat). Artinya, dengan kecenderungan ini gaya belajar peserta didik lebih
didominasi oleh intelek (pemikiran) dan perbuatan mencoba-coba (dengan pengalaman
praktis). Dengan demikian peserta didik menghindari pengajaran yang semata-mata teoritis.
Hal teoritis dan praktis harus berjalan seimbang. Gaya semacam ini umumnya mendominasi
hidup teknokrat.

2. Tipe diverger
Pada tipe diverger, anak belajar melalui Pengalaman-pengalaman Kongkret (perasaan) dan
Observasi Reflektif (pengamatan). Dengan tipe ini peserta didik lebih didominasi oleh
intuisi, perasaan, dan sensitivitas. Ia mengamati contoh yang didemonstrasikan oleh guru dan
menyimak hal-hal yang erat kaitannya dengan emosi seperti keindahan gerak dan suasana.
Banyak seniman memiliki kecenderungan belajar seperti ini.

3. Tipe assimilator
Anak bertipe assimilator ini belajar melalui Konseptualisasi Abstrak (kuat dalam berpikir)
dengan Observasi Reflektif (pengamatan). Peserta didik dengan gaya belajar ini cenderung
bersifat teoritis, enggan berbuat. Ia berorientasi kepada buku- buku bacaan dan contoh-
contoh. Dari situ ia membangun teori atau keyakinan gaya. Pada umumnya teorisi dan para
filsuf (pemikir) berkembang dengan tipe belajar demikian.

4. Tipe accommodator
Pada tipe ini anak belajar melalui Pengalaman Kongkret (perasaan) dan
Eksperimentasi Aktif (berbuat). Peserta didik dengan kecenderungan belajar ini
lebih didominasi oleh situasi dan hal-hal praktis. Intuisi dan tindakan praktis sangat
diutamakan. Ia tak merasakan perlunya teori-teori yang berorientasi kepada buku
sumber saja. Baginya pengalaman dan perbuatan aktif di lapangan adalah guru
yang terbaik.
C. Gaya Belajar Efektif
Setiap orang pasti mempunyai cara atau gaya belajar yang berbeda-beda. Banyak gaya yang
bisa dipilih untuk belajar secara efektif. Nah, artikel berikut menjelaskan tujuh gaya belajar
yang mungkin beberapa diantaranya bisa di terapkan pada anak didik kita :
1. Belajar dengan kata-kata.
Gaya ini bisa kita mulai dengan mengajak seorang teman yang senang bermain dengan
bahasa, seperti bercerita dan membaca serta menulis. Gaya belajar ini sangat menyenangkan
karena bisa membantu kita mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal-hal lainya dengan cara
mendengar kemudian menyebutkannya.
2. Belajar dengan pertanyaan.
Bagi sebagian orang, belajar makin efektif dan bermanfaat bila itu dilakukan dengan cara
bermian dengan pertanyaan. Misalnya, kita memancing keinginan tahuan dengan berbagai
pertanyaan. Setiap kali muncul jawaban, kejar dengan pertanyaan, hingga didapatkan hasil
akhir atau kesimpulan.
3. Belajar dengan gambar.
Ada sebagian orang yang lebih suka belajar dengan membuat gambar, merancang, melihat
gambar, slide, video atau film. Orang yang memiliki kegemaran ini, biasa memiliki kepekaan
tertentu dalam menangkap gambar atau warna, peka dalam membuat perubahan, merangkai
dan membaca kartu.

4. Belajar dengan musik.


Detak irama, nyanyian, dan mungkin memainkan salah satu instrumen musik, atau selalu
mendengarkan musik. Ada banyak orang yang suka mengingat beragam informasi dengan
cara mengingat notasi atau melodi musik. Ini yang disebut sebagai ritme hidup. Mereka
berusaha mendapatkan informasi terbaru mengenai beragam hal dengan cara mengingat
musik atau notasinya yang kemudian bisa membuatnya mencari informasi yang berkaitan
dengan itu. Misalnya mendegarkan musik jazz, lalu tergeliik bagaimana lagu itu dibuat, siapa
yang membuat, dimana, dan pada saat seperti apa lagu itu muncul. Informasi yang
mengiringi lagu itu, bisa saja tak sebatas cerita tentang musik, tapi juga manusia, teknologi,
dan situasi sosial politik pada kurun waktu tertentu.
5. Belajar dengan bergerak.
Gerak manusia, menyentuh sambil berbicara dan menggunakan tubuh untuk
mengekspresikan gagasan adalah salah satu cara belajar yang menyenangkan. Mereka yang
biasanya mudah memahami atau menyerap informasi dengan cara ini adalah kalangan penari,
olahragawan. Jadi jika Anda termasuk kelompok yang aktif, tak salah mencoba belajar
sambil tetap melakukan beragam aktivitas menyenangkan seperti menari atau berolahraga.
6. Belajar dengan bersosialisasi.
Bergabung dan membaur dengan orang lain adalah cara terbaik mendapat informasi dan
belajar secara cepat. Dengan berkumpul, kita bisa menyerap berbagai informasi terbaru
secara cepat dan mudah memahaminya. Dan biasanya, informasi yang didapat dengan cara
ini, akan lebih lama terekam dalam ingatan.
7. Belajar dengan Kesendirian. 
Ada sebagian orang yang gemar melakukan segala sesuatunya, termasuk belajar dengan
menyepi. Untuk mereka yang seperti ini, biasanya suka tempat yang tenang dan ruang yang
terjaga privasinya. Jika Anda termasuk yang seperti ini, maka memiliki kamar pribadi akan
sangat membantu Anda bisa belajar secara mandiri.

D. Kecenderungan Peserta Didik dalam Proses Belajar Mengajar


David Kolb mengemukakan adanya empat kutub (a-d) kecenderungan seseorang dalam
proses belajar, kutub-kutub tersebut antara lain:
1. Kutub Perasaan/Feeling (Concrete Experience)
Anak belajar melalui perasaan, dengan menekankan segi-segi pengalaman kongkret, lebih
mementingkan relasi dengan sesama dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain. Dalam
proses belajar, anak cenderung lebih terbuka dan mampu beradaptasi terhadap perubahan
yang dihadapinya.
2. Kutub Pemikiran/Thinking (Abstract Conceptualization)
Anak belajar melalui pemikiran dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide,
perencanaan sistematis, dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang dihadapi.
Dalam proses belajar, anak akan mengandalkan perencanaan sistematis serta
mengembangkan teori dan ide untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
3. Kutub Pengamatan/Watching (Reflective Observation)
Belajar melalui pengamatan, penekanannya mengamati sebelum menilai, menyimak suatu
perkara dari berbagai perspektif, dan selalu menyimak makna dari hal-hal yang diamati.
Dalam proses belajar, anak akan menggunakan pikiran dan perasaannya untuk membentuk
opini/pendapat.
4. Kutub Tindakan/Doing (Active Experimentation)
Anak belajar melalui tindakan, cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas,
berani mengambil resiko, dan mempengaruhi orang lain lewat perbuatannya. Dalam proses
belajar, anak akan menghargai keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan,
pengaruhnya pada orang lain, dan prestasinya.

E. Tiga Karakteristik Gaya Belajar " Visual, Auditor, Kinestetik”


a. Visual (belajar dengan cara melihat)
Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya belajar visual,
yang memegang peranan penting adalah mata/penglihatan (visual), dalam hal ini metode
pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak/dititikberatkan pada
peragaan/media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau
dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di
papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan
ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di
depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di
otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti
diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka
mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.

Ciri-ciri gaya belajar visual :

 Bicara agak cepat


 Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
 Tidak mudah terganggu oleh keributan
 Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
 Lebih suka membaca dari pada dibacakan
 Pembaca cepat dan tekun
 Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
 Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
 Lebih suka musik dari pada seni
 Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan
seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :

1. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.


2. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
3. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
4. Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video). Gunakan multi-media
(contohnya: komputer dan video).
5. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar
b. Auditori (belajar dengan cara mendengar)
Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang-sedang saja. Siswa yang
bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya),
untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat
pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat
dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak
auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi
rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang
mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini
biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan
kaset.

Ciri-ciri gaya belajar auditori :

 Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri


 Penampilan rapi
 Mudah terganggu oleh keributan
 Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang
dilihat
 Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
 Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
 Biasanya ia pembicara yang fasih
 Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
 Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
 Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
 Berbicara dalam irama yang terpola
 Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :
1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di
dalam keluarga
2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.Gunakan musik untuk
mengajarkan anak.
3. Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
4. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk
mendengarkannya sebelum tidur.
c. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar
kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk
duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah
kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :


 Berbicara perlahan
 Penampilan rapi
 Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
 Belajar melalui memanipulasi dan praktek
 Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
 Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
 Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
  Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh
saat membaca
 Menyukai permainan yang menyibukkan
 Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di
tempat itu
 Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang
mengandung aksi

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:


1. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
2. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia
baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
3. Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
4. Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
5. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.

Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang sesuai
dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik. Gaya belajar otomatis
tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang
berbeda-beda.

F. GAYA BERPIKIR
Pengertian Gaya Berpikir
Gaya berpikir adalah cara yang disenangi oleh seseorang dalam menggunakan
kemampuannya untuk penerimaan informasi, pengolahan, penyimpanan, dan pengambilan
kembali informasi
tersebut dari ingatan untuk menanggapi masalah yang dihadapinya.
Fungsi Gaya berpikir
Mengolah informasi dalam pikiran yang berhubungan dengan kepribadian dan cara
berinteraksi dengan lingkungan serta beradaptasi untuk mendapatkan informasi baru. Dalam
hal ini memungkinkan siswa dapat memperoleh strategi untuk berpikir terkait dengan
penyelidikan, pengolahan informasi, penalaran, pemecahan masalah, evaluasi dan refleksi.
Faktor yang Mempengaruhi Gaya Berpikir
 Konsepsi tentang objek/ wujud yang dibedakan menjadi persepsi konkret dan abstrak.
o Konkret
Sifat ini memungkinkan anda untuk memahami dan secara mental
menunjukkan data melalui pengamatan langsung dan menggunakan indra
fisik. Anda dapat melihat secara nyata melalui indra fisik anda seperti
penglihatan, penciuman, sentuhan, rasa, dan pendengaran.
o Abstrak
Sifat ini memungkinkan anda untuk memahami, menyusun, dan
memvisualisasikan melalyi kemampuan berpikir. Anda juga dapat melihat dan
memahami mengenai yang tidak terlihat dan tidak berbentuk secara indra fisik
anda.
 Kemampuan pengaturan secara sekuensial (linier) dan acak (non linier)
o Sekuensial
Sifat ini mengarahkan pikiran anda untuk memahami dan mengatur informasi
secara linier langkah demi langkah. Sekuensial cenderung memiliki dominasi
otak kiri. Hal ini dikarenakan berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial linier
dan rasional.
o Acak
Sifat ini memungkinkan pikiran anda untuk memahami dan mengatur
informasi secara nonlinier dan banyak cara. Sifat ini biasanya termasuk dalam
dominasi otak kanan yang cara berpikirnya bersifat acak atau tidak teratur.
Jika kedua konsep tersebut dikombinasikan, maka didapat 4 kelompok gaya berpikir, yaitu
Sekuensial Konkret, Acak Konkret, Sekuensial Abstrak, dan Acak Abstrak. Gaya berpikir
merupakan cara yang dimiliki oleh setiap siswa dalam menggunakan dominasi otaknya untuk
menerima dan mengatur informasi.
Jenis Gaya Berpikir
Ada 4 jenis gaya berpikir. yaitu :
Gaya Berpikir Sekuensial Konkret ( SK )
Gaya berpikir sekuensial konkret merupakan gaya berpikir dimana sipemikir berpegang pada
kenyataan dan proses informasi dengan cara yang teratur, linear, dan sekuensial. Bagi si
pemilik gaya berpikir SK ini realitas terdiri dari apa yang mereka ketahui yang diperoleh
melalui indra fisik mereka meliputi indra penglihatan, indra pendengaran, indra peraba, indra
penciuman dan indra perasa mereka.
Mereka memperhatikan dan mengingat realitas dengan mudah dan mengingat fakta-fakta,
informasi, rumus-rumus, dan juga aturan-aturan khusus dengan mudah.
Gaya Berpikir Acak Konkret ( AK )
Gaya berpikir acak konkret atau AK ini memiliki sikap eksperimental yang diiringi dengan
perilaku yang kurang terstuktur. Seperti hal nya pada gaya berpikir sekuensial konkret,
mereka berdasarkan pada kenyataan, tetapi ingin melakukan pendekatan coba salah (trial
and error).
Oleh karena itu, mereka sering melakukan lompatan intuitif yang diperlukan untuk pemikirna
yang kreatif yang sebenarnya. Si pemikir AK ini memiliki dorongan yang kuat untuk
menemukn alternatif dan mengerjakan segala sesuatu dengan cara dan keinginan mereka
sendiri.
Gaya Berpikir Pemikir Acak Abstrak (AA)
Gaya berpikir pemikir gaya acak abstrak (AA) merupakan cara berpikir yang tertarik pada
nuansa dan sebagian lagi cenderung kepada mistisime. Adapun gaya berpikir AA ini
menyerap ide-ide atau informasi serta kesan dan mengaturnya dengan refleksi.
Namun kadang-kadang hal ini memakan waktu yang lama sehingga ornag lain tidak
menyangka bahwa orang gaya berpikir AA ini mempunyai reaksi ataupun pendapat terhadap
Sesuatu yang sedang diperbincangkan. Si pemikir AA ini mengingat dengan baik jika
informasi dipersonifikasikan. Perasaannya juga dapat meningkatkan atau memengaruhi gaya
belajar mereka.
Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak ( SA )
Gaya berpikir sekuensial abstrak atau SA ini merupakan agya berpikir yang bersifat dunia
teori metafisis dan dunia abstrak. Gaya berpikir SA ini cenderung lebih suka berpikir secara
konsep dan menganalisis informasi.
Si pemikir SA ini sangat menghargai orang-orang serta peristiwa-peristiwa yang teratur dan
rapi. Sangatlah mungkin bagi mereka untuk meneropong hal-hal yang bersifat sangat
penting, seperti pada titik-titik kunci dan detail-detail yang sangat penting.
Adapun proses dan cara berpikir si pemikir SA ini sangatlah logis , rasional dan intelektual.
Dan biasanya proses atau cara berpikir mereka sering kali diatas cara berpikir ornag yang
lainnya.
Contoh Gaya berpikir
Untuk Gaya Berpikir Sekuensial Konkret :
 Menerapkan gagasan dengan cara yang praktis
 Menghasilkan sesuatu yang konkret dari gagasan yang abstrak
 Bekerja dengan baik sesuai batas waktu
 Bekerja dengan sistematis, selangkah demi selangkah
 Mencermati sesuatu sapai hal yang sekecil-kecilnya
 Menginterpretasikan sesuatu secara harfiah atau logika
Untuk Gaya Berpikir Acak Konkret :
 Memiliki sikap eksperimental yang diiringi dengan perilaku kurang struktur
 Berani mengambil risiko
 Memiliki dorongan yang kuat untuk menemukan alternatif
 Mengerjakan segala sesuatu dengan cara mereka sendiri
 Lebih berorientasi pada proses daripada hasil
Untuk Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak :
 Mengumpulkan data sebelum membuat kesimpulan
 Menganalisis dan meneliti gagasan
 Menggambarkan urutan peristiwa secara logis
 Menggunakan fakta untuk membuktikan suatu teori
 Mudah memahami sesuatu apabila mempelajarinya dengan mengamati, bukan
mengerjakannya
Untuk Gaya berpikir Acak Abstrak :
 Menciptakan situasi damai dengan orang lain
 Menyadari kebutuhan emosional orang lain
 Melakukan sesuatu sesuai dengan caranya sendiri
 Memiliki banyak prinsip umum dengan siapa saja
 Berperan serta dengan antusias dalam pekerjaan yang mereka sukai
 Mengambil keputusan dengan perasaan, bukan dengan pikiran.
G. KETERAMPILAN BELAJAR

H. PERBEDAAN GENDER
Kata gender diambil dari bahasa Inggris yang memiliki arti jenis kelamin. Sedangkan
jika dilihat secara umum, gender memiliki arti perbedaan pada laki laki dan perempuan yang
dilihat dari tingkah laku dan juga nilai. Sementara teori gender dalam psikologi sosial, gender
merupakan hal menyangkut karakteristik kepribadian yang ada dalam setiap individu seperti
maskulin, feminine, androgini dan juga tak terbedakan dimana masing masing karakteristik
tersebut akan sangat berpengaruh pada perilaku individu.
Dalam The Oxford Encyclopedia of The Modern World, gender mengartikan
pengelompokkan individu dalam urusan tata bahasa yang dipakai untuk memperlihatkan ada
tidaknya kepemilikan pada satu ciri jenis kelamin tertentu. Sedangkan menurut Illich, gender
merupakan satu dari tiga jenis kata sandang dalam tata bahasa yang berhubungan dengan
perbedaan jenis kelamin, yang membedakan kata benda menurut sifat penyesuaian dan
dibutuhkan saat kata benda tersebut digunakan dalam kalimat.
Konsep Psikologi Tentang Gender
Gender dalam psikologi didefinisikan sebagai gambaran sifat, sikap dan juga perilaku antara
laki laki dan perempuan. Sedangkan menurut Whitley dan Bernard, gener dibedakan antara
maskulin dan feminin, sementara menurut Santrock, gender memiliki peran seperti apa dan
bagaimana seharusnya untuk melakukan, merasakan dan juga memikirkan yang dilakukan
setiap individu sebagai maskulin atau feminin.
Bem mengelompokkan 4 klasifikasi ruang lingkup psikologi sosial tentang gender yakni
maskulin, feminin, androgini dan juga tak terbedakan. Individu dengan gender feminin
berbeda perilaku proporsional realitas kehidupan sosial jika dibandingkan dengan gender
maskulin. yang terjadi karena gender feminin mempunyai karakteristik seperti hangat dalam
interpersonal, senang berafiliasi, sensitif, senang merasa iba, kompromistik dan sebagainya.
Sedangkan maskulin tidak terlalu hangat, senang dengan kehidupan berkelompok, tidak
terlalu responsif dalam hal yang berhubungan dengan emosi dan sebagainya.
Teori Pembentukan Gender
Dalam ilmu psikologi sosial yang merupakan cabang cabang psikologi, teori pembentukan
gender terdiri dari 6 yakni teori biologis, teori kultural, teori freudian, teori belajar sosial,
teori perkembangan kognitif dan juga teori skema gender.
1. Teori Biologis
Perbedaan antar peran gender berhubungan dengan biologis laki laki dan perempuan dimana
perbedaan ini adalah alami begitu juga dengan sifat peran gender feminin dan maskulin yang
terbentuk. Perbedaan biologis inilah yang membuat perbedaan antara laki laki dan
perempuan sehingga sifat stereotype peran gender akan sulit untuk diubah. Perbedaan fisik
laki laki dan perempuan akan memberikan implikasi yang signifikan pada kehidupan publik
perempuan yang membuatnya memiliki sedikit peran jika dibandingkan dengan laki laki.
2. Teori Kultural
Menurut teori ini, pembentukan gender tidak disebabkan karena perbedaan biologis laki laki
dan perempuan namun karena sosialisasi atau kulturalisasi. Dalam teori ini tidak mengakui
sifat alami peran gender namun hanya sifat gender yang dikonstruksi sosial budaya lewat
proses sosialisasi sehingga dalam teori ini membedakan jenis kelamin atau sex, konsep
natura dan juga gener konsep nurture. Nature tidak akan bisa diubah sedangkan peran gender
bisa diubah lewat budaya atau teknologi.
3. Teori Freudian
Teori ini beranggapan jika seorang anak belajar mengenai peran gender dari lingkungan
sekitar sebab anak mengidentifikasikan perilaku orang tua. Anak laki laki akan
mengidentifikasi perilaku ayah yang membuatnya berperilaku seperti laki laki dan anak
perempuan yang belajar dari peran ibu dalam keluarga sehingga dalam proses identifikasi
ditemukan anak lewat perbedaan genital jenis kelamin.
4. Teori Belajar Sosial
Dalam teori belajar sosial memposisikan sumber sex typing di latihan membedakan jenis
kelamin pada komunitas masyarakat. Keutamaan dalam teori ini ialah implikasi
perkembangan psikologi laki laki dan perempuan yang memiliki prinsip umum sama dengan
proses belajar lainnya. Untuk itu, jenis kelamin atau sex tidak dipertimbangkan secara
istimewa, tidak memiliki mekanisme atau proses psikologis khusus yang harus dipostulasi
untuk menjelaskan anak menjadi sex typed. Dalam teori ini memperlakukan anak sebagai
agen aktif yang berusaha untuk melakukan koordinasi sekaligus memahami dunia sosial.
5. Teori Perkembangan Kognitif
Dalam teori perkembangan kognitif, individu sebagai organisme aktif, dinamis dan juga
mempunyai kemauan untuk berpikir. Individu bisa dan berhak untuk membuat pertimbangan
serta keputusan sesuai dengan kemauan dan kemampuannya masing masing. Sex typing akan
mengikuti prinsip natural dan tidak bisa terhindar dari perkembangan kognisi. Individu bisa
bekerja aktif untuk memahami dunia sosial dan akan melakukan kategorisasi pada diri sendiri
sebagai laki laki atau perempuan.
6. Teori Skema Gender
Teori ini adalah kombinasi antara teori belajar sosial dan teori perkembangan kognitif
dimana pengaruh lingkungan sosial dan peran individu akan dikombinasikan untuk
membentuk gender lewat skema gender. Dalam teori ini berasumsi jika sex typing
merupakan fenomena yang dipelajari sehingga bisa dimodifikasi atau dihindari.
Karakteristik Peran Gender
Seperti yang sudah dibahas diatas, karakteristik peran gender dibedakan menjadi 4 jenis
yakni maskulin, feminin, androgini dan juga tak terbedakan.
Maskulin
Karakteristik gender maskulin digambarkan sebagai sosok individu kuat, berani, tegas,
independen, bersemangat, teguh, penuh harga diri dan memiliki rasa percaya diri yang
merupakan beberapa sikap pria yang disukai wanita. Kemungkinan, sifat ini terbentuk dari
kebiasaan pada pekerjaan serta tugas yang beragam serta mengandung tantangan dan
polemik. Karakteristik sifat dari peran gender maskulin dari Sarah adalah sebagai berikut:
 Kemampuan memimpin: Aktif, memiliki kemauan keras, konsisten, bisa memimpin,
optimis, sportif dan pemberani.
 Sifat maskulin: Melindungi, matang, mandiri, percaya diri dan dewasa.
 Rasionalitas: Suka dengan pengalaman baru, rasional dan tenang dalam keadaan
krisis.
Feminin
Menurut Pendhazur dan Tetenbaum serta bernard, karakteristik peran gender feminin lebih
kepada sifat hangat dalam hubungan personal dan lebih senang berafiliasi dengan orang lain
dibandingkan mendominasi. Gender feminin lebih sensitif dan tanggap pada keadaan yang
lain, memiliki emosi dalam psikologi, lebih berhati hati sehingga tidak menyinggung orang
lain serta senang menyenangkan orang lain, pemalu dan bersifat royal. Sahran beranggapan
jika karakteristik gender feminin adalah sebagai berikut:
 Kasih sayang: Perhatian terhadap keserasian, sering merasa kasihan, penyayang, tulus
dan tabah.
 Kelembutan: Hangat, memiliki budi halus, hemat, lembut dan berhati hati.
 Feminin: Ramah, memerlukan rasa aman dan memperhatikan etika serta kerapihan.
Androgini
Androgini yang merupakan kombinasi dari maskulin dan feminin ini mengartikan adanya
sifat maskulin dan feminin yang sama dalam individu. Contoh dari karakteristik androgini ini
diantaranya adalah memiliki sifat dominan dan nurturance, rasional serta pengertian, asertif,
sensitif dalam hubungan interpersonal dan bisa mengintegrasikan sifat maskulin serta
feminin sama baik dalam diri di berbagai situasi dan peran gender lainnya serta macam
macam sifat manusia gabungan lainnya.
Tak Terbedakan
Karakteristik gender tak terbedakan memiliki maskulinitas dan feminin rendah sehingga
terlihat sebagai individu yang memiliki proporsional rendah jika dibandingkan dengan tiga
gender lainnya.
Aliran Fenisime
Pada era 1990, kritik feminisme masuk dalam institusi sains yang menjadi salah satu struktur
penting pada masyarakat modern. Marginalisasi peran perempuan pada institusi sains
dianggap sebagai dampak karakteristik patriarkal yang erat dalam institusi sains. Ada
beberapa jenis aliran feminisme diantaranya liberal, radikal, post modern, anarkis dan
sosialis.
1. Feminisme Liberal
Pandangan yang memposisikan perempuan mempunyai kebebasan penuh dan individual
yang menyatakan kebebasan dan keasamaan berakar dari rasionalitas dan pemisah antara
dunia publik dan privasi. Setiap manusia mempunyai kapasitas berpikir dan bertindak
rasional begitu juga dengan perempuan. Ketertindasan dan keterbelakangan perempuan
terjadi karena kesalahan yang dilakukan perempuan itu sendiri.
Kaum perempuan seharusnya mempersiapkan diri supaya bisa bersaing dalam persaingan
bebas dan memiliki kedudukan yang sama dengan laki laki dalam teori identitas sosial.
Tokoh dari aliran ini adalah Naomi Wolf sebagai feminisme kekuatan yang merupakan solusi
dan kini perempuan sudah memiliki kekuatan dalam segi pendidikan dan pendapatan serta
tetap harus menuntut persamaan hak dan sudah saatnya untuk bebas memiliki kehendak
tanpa bergantung dengan laki laki.
2. Feminisme Radikal
Ini terjadi sejak pertengahan tahun 1970 yang menawarkan ideologi perjuangan separatisme
perempuan yang dalam sejarahnya muncul karena reaksi atas kultur seksisme atau dominasi
sosial atas dasar jenis kelamin. Pada sekitar tahun 1960 lebih mengutamakan untuk melawan
kekerasan seksual dan juga industri pornografi dan pemahaman penindasan laki laki pada
perempuan merupakan fakta pada sistem masyarakat yang ada sekarang ini.
3. Feminisme Pest Modern
Ide posmo adalah perkembangan psikologi sosial yang merupakan ide anti absolut dan juga
anti otoritas serta kegagalan modernitas dan pemilahan berbeda beda pada setiap fenomena
sosial sebab pertentangan pada universal pengetahuan ilmiah dan juga sejarah. Mereka
kemudian berpendapat jika gender tidak memiliki arti identitas atau struktur sosial.
4. Feminisme Anarkis
Feminisme anarkisme lebih memiliki sifat sebuah paham politik yang menginginkan
masyarakat sosialis serta beranggapan jika negara dan laki laki merupakan sumber masalah
yang harus segera dihancurkan .
5. Feminisme Sosialis
Paham yang beranggapan jika tak ada sosialisme tanpa pembebasan perempuan dan tidak ada
pembebasan perempuan tanpa sosialisme.
Teori gender dalam psikologi sosial membuktikan masih adanya ketimpangan peran gender
dalam sebuah masalah dari sisi buruk perilaku yang berkaitan dengan maskulin dan tidak
hanya lewat perspektif perempuan saja namun juga harus secara empati dilihat dari sisi pria.
I. PANDANGAN AGAMA
Agama adalah sistem yang mengatur kepercayaan serta peribadatan
kepada Tuhan (atau sejenisnya) serta tata kaidah yang berhubungan dengan adat istiadat, dan
pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan kehidupan, pelaksanaan
agama bisa dipengaruhi oleh adat istiadat daerah setempat. Pada zaman sejarah adat menjadi
alat untuk menyampaikan ajaran-ajaran agama[1]. Sementara agama susah untuk
didefinisikan, sebuah model standar dari agama, digunakan dalam perkuliahan religious
studies, diajukan oleh Clifford Geertz, yang dengan sederhana menyebutnya sebagai sebuah
"sistem kultural".[2][3] Sebuah kritikan untuk model Geertz oleh Talal Asad mengategorikan
agama sebagai "sebuah kategori antropologikal." [4] Banyak agama
memiliki mitologi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna,
tujuan hidup dan asal-usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka
tentang kosmos dan sifat manusia, orang-orang memperoleh moralitas, etika, hukum adat,
atau gaya hidup yang disukai. Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia.
Banyak agama yang mungkin telah mengorganisir perilaku, kependetaan, mendefinisikan
tentang apa yang merupakan kepatuhan atau keanggotaan, tempat-tempat suci, dan kitab suci.
Praktik agama juga dapat mencakup ritual, khotbah, peringatan atau pemujaan terhadap
tuhan, dewa atau dewi, pengorbanan, festival, pesta, trans, inisiasi, cara
penguburan, pernikahan, meditasi, doa, musik, seni, tari, atau aspek lain dari kebudayaan
manusia. Agama juga mungkin mengandung mitologi.[6]
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan
keterbatasannya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa di luar dirinya.
Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang
luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri.
Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya
saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige, dan lain-lain.
Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara
menghambakan diri, yaitu menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan
yakin berasal dari Tuhan; dan menaati segenap ketetapan, aturan, hukum, dan lain-lain yang
diyakini berasal dari Tuhan.
Dengan demikian, agama adalah penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam
pengertian agama terdapat tiga unsur, yaitu manusia, penghambaan, dan Tuhan. Maka suatu
paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut
agama.
Lebih luasnya lagi, agama juga bisa diartikan sebagai jalan hidup, yakni bahwa seluruh
aktivitas lahir dan batin pemeluknya diatur oleh agama yang dianutnya. Bagaimana kita
makan, bagaimana kita bergaul, bagaimana kita beribadah, dan sebagainya ditentukan oleh
aturan/tata cara agama.
Di bawah ini akan dijelaskan beberapa cara di mana psikologi dan agama saling berinteraksi.
Pertama, psikologi dapat membantu orang memahami bagaimana agama berfungsi dalam
kehidupan mereka. Psikologi dapat membantu mereka mengidentifikasi bagaimana agama
memengaruhi perasaan, pikiran, dan tindakan mereka. Ini dapat membantu orang memahami
hubungan mereka dengan Tuhan dan meningkatkan pemahaman mereka tentang agama.
Kedua, psikologi dapat membantu orang menemukan cara untuk menangani masalah yang
berkaitan dengan agama. Psikologi dapat membantu orang memahami alasan di balik
tindakan dan reaksi mereka terhadap sikap agama tertentu. Mereka dapat membantu orang
menemukan cara untuk mengatasi masalah dan memanfaatkan cara-cara yang positif untuk
menjaga stabilitas emosional.
Ketiga, psikologi dapat membantu orang memahami bagaimana agama berpengaruh pada
kehidupan mereka. Psikologi dapat membantu orang memahami bagaimana agama
memengaruhi cara mereka berpikir, merasa, dan bertindak. Ini dapat membantu orang
memahami bagaimana agama mempengaruhi pilihan dan preferensi mereka.
Keempat, psikologi dapat membantu orang menemukan cara untuk mengatasi masalah yang
berkaitan dengan agama. Psikologi dapat membantu orang memahami bagaimana agama
memengaruhi cara kita berpikir dan bertindak. Dengan memahami cara agama memengaruhi
pilihan dan preferensi kita, kita dapat menemukan cara untuk mengatasi masalah yang
berkaitan dengan agama.
Kelima, psikologi dapat membantu orang menemukan cara untuk meningkatkan hubungan
mereka dengan Tuhan. Psikologi dapat membantu orang memahami bagaimana komunikasi
dan keterlibatan dengan Tuhan dapat membantu mereka mencapai tujuan hidup mereka.
Psikologi dapat membantu orang menemukan cara untuk lebih dekat dengan Tuhan dan
meningkatkan pemahaman mereka tentang agama.
Akhirnya, psikologi dapat membantu orang memahami bagaimana agama dapat membantu
mereka mencapai tujuan hidup mereka. Psikologi dapat membantu orang memahami
bagaimana agama dapat membantu mereka mencapai tujuan mereka dan mencapai
kesejahteraan. Psikologi dapat membantu orang menemukan cara untuk menggunakan agama
sebagai alat untuk mencapai tujuan hidup mereka.
Dari semua hal ini, jelas bahwa psikologi dan agama sangat berhubungan. Psikologi dapat
membantu orang memahami bagaimana agama memengaruhi kehidupan mereka dan
menemukan cara untuk menangani masalah yang berkaitan dengan agama. Psikologi juga
dapat membantu orang menemukan cara untuk meningkatkan hubungan mereka dengan
Tuhan dan mencapai tujuan hidup mereka. Dengan menggabungkan psikologi dan agama,
orang dapat mencapai kesejahteraan yang lebih tinggi.
J. PERBEDAAN KULTUR
Kultur itu adalah Budaya
Budaya ialah salah satu unsur dasar yang mempengaruhi pola pikir manusia  dalam
kehidupan sehari hari dan berpengaruh pada pergaulan dalam masyarakat. Budaya berperan
sejak seseorang kecil dan dibiasakan oleh orang tua atau keluarga dalam sehari hari sehingga
budaya selalu tertanam dan menjadi dasar dalam tindakan sehari hari.
Budaya tentu menjadi seseuatu yang berbeda satu sama lain dan terkadang tidak dimengerti
di daerah atau wilayah lain misalnya ialah budaya Jawa yang jelas berbeda dengan budaya di
Batak atau di Sunda, hal itulah yang berpengaruh pada orang yang menjalaninya, teori
budaya dalam psikologi akan memberikan penjelasan yang lebih lengkap yakni sebagai
berikut.:
1. Mencakup Perbuatan atau Aktifitas Sehari Hari
Budaya dalam psikologi ialah sesuatu yang berkaitan dengan aktifitas sehari hari dan
berpengaruh pada pola kehidupan seseorang, setiap aktifitas yang dijalankan seseorang selalu
berasal dari budaya yang ia anut sejak kecil, misalnya ialah yang berhubungan dengan
aktifitas dalam hubungannya dengan orang tua atau keluarga, selalu dijalankan berdasarkan
budaya yang ia terima sejak kecil. (Baca juga mengenai gejala psikis dipengaruhi morfin).
Misalnya ialah aktifitas ketika duduk dan berbicara atau ketika melakukan acara tertentu
seperti acara keluarga dan acara pernikahan, aktifitas tersebut selalu dijalankan sesuai dengan
budaya yang dianut dan dijaLankan dengan peraturan atau tradisi yang turun temurun, secara
psikologi seseorang akan lebih percaya dan lebih yakin ketika menjalani aktifitas yang sesuai
dengan budaya yang ia percaya. (Baca juga mengenai unsur kekuatan pribadi).

2. Berbeda Antar Masyarakat


Indonesia dan berbagai Negara di dunia ini tentu memiliki budaya yang berbeda tiap daerah
dan masing masing memiliki kekuatan serta ciri khas sendiri sendiri, mulai dari pakaian yang
dikenakan, lagu lagu, hingga kegiatan yang dilakukan, budaya tersebut akan menghasilkan
sesuatu yang berbeda antar masyarakat dan berpengaruh pada sisi psikologi seseorang. (Baca
juga mengenai aplikasi ilmu psikologi dalam kewirausahaan).
Perbedaan tersebut tentunya harus menjadi sesuatu yang mendapat toleransi antar daerah atau
antar suku yang berbeda dengan memahami budaya orang lain sehingga tidak timbul
kesalahpahaman atau timbul rasa saling merendahkan yang bisa berujung pada permusuhan
dan pertengkaran. Misalnya adalah eprnikahan antar dua budaya yang ebrbeda, harus
dibicarakan dan diambil jalan tengah yang terbaik sehingga tidak menimbulkan perbedaan
atau menentang budaya yang lainnya. (Baca juga mengenai peran psikologi dalam seni
visual).
Setiap budaya memang wajib diterapkan di daerahnya sendiri namun tidak selalu menjadi hal
yang utama di tempat lain,seringkali budaya terlebih yang berhubungan dengan tradisi akan
terasa aneh ketika dilakukan di daerah lainnya, hal itu harus menjadi pemahaman dan
menjadi penguatan untuk diri sendiri agar lebih memahami keadaan dan toleransi antar
budaya sehingga tidak terjadi permusuhan yang timbul karena tidak nyaman secara psikologi.
(Baca juga mengenai hubungan antara afeksi dan kognisi).
3. Dipandang Sebagai Kata Kerja
Teori budaya dalam psikologi dipandang sebagai kata kerja yang menghasilkan sesuatu
dimana budaya menghasilkan berbagai kreasi seperti tradisi, seni music, dan seni dalam
bersikap serta berfikir. Budaya menjadi dasar dan identitas yang berpengaruh pada sikap
yang ditunjukkan seseorang serta menjadi kebanggaan dan menjadi kekuatan tersendiri.
Kata kerja dan kreasi yang timbul dapat terus dipertahankan jika budaya itu sendiri terus
dikembangkan dan dipertahankan serta dijalankan secara sukarela baik oleg generasi lama
ataupun oleh generasi penerus. Banyaknya budaya dari luar daerah atau dari mancanegara
yang masuk seringkali menjadi pengaruh yang menjadikan budaya sendiri menjadi
terlupakan.
Secara psikologi timbul rasa bangga ketika bisa melakukan atau menguasai budaya lain
padahal budaya daerah sendrii yang justru lebih banyak dibanggakan dan menjadi nilai lebih
bagi orang orang di luar, hal itulah yang wajib ditanamkan pada setiap insan untuk mampu
bangga dan mempertahankan budaya yang dimiliki sehingga memiliki identitas diri dan pola
psikologi diri yang jelas, tidak hanya mengikuti hal lain yang ia tidak terlalu memahami.
4. Proses Terjadi
Budaya tentu terjadi melalui proses yang panjang dan telah ada serta tercipta sejak jaman
dahulu kala dan terus dikembangakn dan dipertahankan secara turun temurun, hal itu pula
yanhg akan berpengaruh secara psikologi terhadap penghargaan dan nilai akan budaya
tersebut, terutama oleh generasi baru yang sebagian besar tidak memahami akan budayanya
sendiri.
Jika ia mendapat kesadaran bahwa budaya yang ia alami adalah sesuatu yang terjadi dengan
proses yang berat dan diciptakan dengan tidak mudah seharusnya ia akan lebih menegrti dan
lebih mampu untuk mempertahankan serta menjalankan budaya yang ada sehingga budaya
yang ia miliki tetap dapat dinikimati generasi selanjutnya.
Sebagai Kata Sifat
Teori budaya dalam psikologi juga dipandang sebagai sesuatu yang memiliki sifat khusus,
baik itu sifat yang menjurus pada kreasi ataupun sifat yang berpengaruh pada pola perilaku
seseorang secara psikologi, sifat tersebut yang membentuk karakter dan membentuk
kebiasaan dalam kehidupan sehari hari pada seorang individu.
Misalnya ialah seseorang yang terbiasa dibesarkan dengan budaya yang halus dan lemah
lembut yang sangat membatasi hubungan dengan lawan jenis, maka hal itu akan menjadi pola
pikir dan kebiasannya hingga ia dewasa, ia akan cenderung lebih menjaga diri dan menjauhi
lawan jenis yang tidak ia kenal karena terbiasa dengan aturan budaya yang diterapkan oleh
orang tuanya sejak kecil.
5. Menentukan Keadaan
Budaya akan menentuka keadaan seseorang, bagaimana seseorang akan terbentuk
dipengaruhi dari budaya terlebih jika budaya tersebut berjalan dengan kental di semua
lingkungan misalnya di lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, hingga di lingkungan
masyarakat dalam keseharian, budaya itu secara psikologi akan menguat dalam diri dan
menjadi patokan selama seseorang bergaul dengan orang lain.
Penerimaan terhadap budaya tersebut juga akan mempengaruhi keadaan seseorang, misalnya
ialah budaya yang sejak dulu begitu ketat seperti perempuan yang tidak diijinkan belajar dan
mendapatkan pengetahuan kini telah berubah karena adanya kesadaran untuk mengubah
budaya yang tidak memberikan dampak baik menjadi sesuatu yang lebih maju dan lebih
bermanfaat serta dapat diterima secara psikologi oleh semua pihak.
TAMBAHAN :
Psikologi budaya atau psikologi kebudayaan (bahasa Inggris: cultural psychology) adalah
salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari bagaimana
sebuah kebudayaan merefleksikan dan membentuk proses psikologis dari masyarakat yang
menganut kebudayaan tersebut.[1]
Istilah psikologi kebudayaan berasal dari dua terminologi, yaitu psikologi dan
budaya. Psikologi adalah suatu cabang ilmu yang membahas proses kejiwaan dan perilaku
manusia. Termasuk fenomena kesadaran dan ketidaksadaran, perasaan dan pikiran manusia.
Adapun kebudayaan atau budaya adalah sebuah istilah utama yang mencangkup perilaku
sosial, institusi dan norma, pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum atau undang-undang dan
kebiasaan individual yang menjadi bagian dari suatu komunitas masyarakat. Semua
komponen kebudayaan tersebut biasanya diwariskan dari generasi ke generasi. Ahli psikologi
kebudayaan menyatakan bahwa masyarakat membentuk kebudayaannya sendiri dan
kebudayaan itu juga yang secara mutualisme membentuk karakteristik tertentu pada
masyarakat tersebut.[1]
Psikologi kebudayaan adalah perpaduan dari beberapa lintas ilmu pengetahuan seperti
psikologi, antropologi, linguistik, filsafat dan sosiologi. Psikologi kebudayaan membahas
bagaimana suatu kebudayaan dimaknai, dipraktekkan dan bagaimana kebudayaan tersebut
mempengaruhi institusi maupun individu yang berkaitan dengannya.[2][3] Khusus dalam
psikologi, penelitian atau kajian psikologi kebudayaan biasanya melibatkan peran psikologi
sosial, psikologi perkembangan dan psikologi kognitif.[4] Psikologi kebudayaan juga
dinyatakan sebagai suatu kajian yang membahas bagaimana emosi dan perilaku manusia
dipengaruhi atau berakar dari kebudayaan asal seorang individu. Psikologi kebudayaan juga
dapat disimpulkan dengan suatu kajian yang membahas bagaimana manusia dibentuk oleh
kebudayaan dan membentuk kebudyaan itu sendiri.[

Anda mungkin juga menyukai