Anda di halaman 1dari 18

REFLEKSI TEMA 1 – 5

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. H.M.Taufik, M.Ag

Nama : Tina Fitri Qotijah

Nim: 200106059

Kelas: 4/B

JURUSAN PENDIDIKAN MADRASAH IBTIDAIYYAH ( PGMI )

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

TAHUN 2021/2022
TEMA 1

KONSEP DASAR PSIKOLOGI PENDIDIKAN

A. Definisi dan Arti Penting Psikologi Pendidikan

 Definisi psikologi Pendidikan

Pendidikan berasal dari kata didik dalam bahasa Indonesia yang juga merupakan
hasil transeletasi peng-Indonesia-an dari bahasa Yunani yaitu “Peadagogie”.
Etimologi kata Peadagogie adalah “pais” yang artinya “Anak”, dan “Again” artinya
“Bimbingan”. Jadi secara umum Peadagogie artinya “bimbingan yang diberikan
kepada anak”. Menurut termonologi yang lebih luas maka pendidikan adalah usaha
yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau
mencapai tujuan hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dari mental (Sudirman N,
1992: 4).

Disamping itu, Pendidikan secara sederhana diatrikan sebagai pembelajaran


pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan kelompok yang diturunkan secara turun-
temurun. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat diartikan bahwa
pendidikan merupakan proses pembelajaran kepada anak berupa bimbingan yang
meliputi pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan yang tujuannya adalah agar
menjadi lebih dewasa atau mencapai tujuan hidup dan penghidupan yang lebih tinggi
dari mental.

Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu Psyichology yang
merupakan gabungan dari kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos
berarti ilmu. Oleh karena itu, secara harfiah dapat dipahami bahwa psikologi adalah
ilmu jiwa. Kata logos sering dimaknai sebagai nalar dan logika, secara sederhana
dapat dipahami secara merata sebagai ilmu atau pengetahuan. Sedangkan psyche
memiliki makna yang sangat rumit karena memiliki definisi yang abstrak, sulit dilihat
wujudnya, namun keberadaannya tidak dapat disangkal.

Kata psikologi dalam KBBI memiliki arti sebagai ilmu yang berkaitan dengan
proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku atau
bisa juga berarti ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa.
 Arti penting psikologi pendidikan

Pendidikan diartikan sebagai pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan


kebiasaan kelompok yang diturunkan secara turun-temurun. Psikologi yang
merupakan ilmu kejiwaan perlu dipelajari karena akan dapat membantu kita
memahami tentang perilaku seseorang yang nyatanya abstrak untuk dipahami. Bidang
pendidikan membutuhkan pengetahuan tentang psikologi, karena bidang pendidikan
dihadapkan pada karakteristik perilaku, kepribadian, sikap, minat, motivasi, perhatian,
persepsi, kemampuan berpikir, kecerdasan, fantasi, dan aspek psikologis lainnya yang
bervariasi dari siswa ke siswa. Agar proses pembelajaran berhasil, setiap guru di kelas
yang berperan sebagai pendidik dan pengajar harus memahami perbedaan
karakteristik psikologis siswa. Terlebih lagi dalam hal ini, tahap anak yang akan
dibimbing masih sangat awal sehingga perilaku yang akan ditunjukkan bergantung
pada sikap dan kesigapan pendidik dalam menanganinya. Anak dalam tahap awal ini
yang dimaksud adalah SD/ Sederajat, dimana pada masa ini anak sangat aktif
terutama dalam menyesuaikan diri dengan teman-temannya dalam bergaul.
Disamping pergaulannya, anak juga tidak boleh lupa dengan perannya sebagai
pendidik yang akan menimba ilmu, keterampilan, dan pengetahuan.

B. Sejarah, Tujuan dan Metode Psikologi Pendidikan


 Tujuan Psikologi Pendidikan
- Memahami tingkah laku pelajar
- Dapat mamarihalkan tingkh laku murid dan membantu guru meramalkan tingkah
laku pelajar
- Membantu dalam membentuk tingkah laku pelajar darpada negative kepada
positif
- Memudahka guru dalam mengawal dan menguruskan pelajar dengan sistemmatik
dan terancang
 Metode dalam Psikologi Pendidikan
1. Metode Eksperimental

Metode Eksperimental merupakan sebuah pengamatan yang nantinya akan


dilakukan dengan teliti terutama terhadap gejala-gejala jiwa yang memang
ditimbulkan secara sengaja.

2. Metode Questionnaire
Metode Questionnaire merupakan serangkain dari pertanyaan-pertanyaan yang
mana berkaitan langsung dengan topik yang ada dalam ilmu psikologi,
Pendidikan, dan sosial.
3. Metode Klinis
Metode Klinis merupakan sebuah tempat diagnose dan juga pengobatan untuk
berbagai macam jenis kelakuan, gangguan fisik hingga perkembangan.
4. Metode Introspeksi
Metode Introspeksi merupakan metode penelitian yang manaakan dilakukan
dengan cara mengamati kedalam diri sendiri, tidak hanya itu saja, dalam metode
ini nantinya juga bisa melihat kondisi mental seseorang dalam waktu tertentu yang
meliputi perasaan, motif-motif yang ada dalam diri seseorang hingga pikiran.
5. Metode Case Study
Metode Case Study merupakan catatan mengenai pengalaman seseorang baik itu
penyakit yang pernah ia derita, lingkungan, Pendidikan, hingga perawatan.
C. Ruang Lingkup Pembahasan Psikologi Pendidikan
Jika kita bertanya mengenai lingkup (scope) psikologi pendidikan, maksudnya
bertanya tentang apa saja yang dibicarakn oleh psikologi pendidikan, maka berdasarkan
berbagai buku psikologi pendidikan akan diperoleh jawaban yang berbeda-beda. Sebagian
buku menunjukan lingkup yang luas, sedangkan buku-buku yang lain menunjukkan
ingkup yang lebih sempit atau terbatas.
Buku yang lingkupnya lebih luas biasanya membahas selain proses belajar juga
membahas tentang perkembangan, hereditas dan lingkungan, kesehatan mental, evaluasi
belajar dan sebagainya. Sedangkan buku yang lingkupnya lebih sempit biasanya berkisar
pada soal proses belajar mengajar saja. Perbedaan ini sangat dipengaruhi oleh maksud
penulis dalam menulis buku itu. Ada yang bermaksud hanya memberikan pengantar saja,
sehingga pembahasanya mengenai lingkup itu cukup luas, akan tetapi kurang mendalam.
Sebaliknya ada yang lingkup pembahasannya tidak luas, yaitu berkisar pada proses beljar,
akan tetapi pembahasannya cukup mendalam. Jadi, beleh dikatakan bahwa tidak ada dua
buku psikologi pendidikan yang menunjukkan ruang lingkup materi yang sama benar.
Walaupun demikian, pada dasarnya psikologi pendidikan membahas hal-hal sebagai
berikut
a. Hereditas dan Lingkungan
b. Pertumbuhan dan Perkembangan
c. Potensial dan Karakteristik Tingkah laku
d. Hasil Proses Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Individu yang Bersifat Personal
dan Sosial
e. Higiene Mental dan Pendidikan dan
f. Evaluasi Hasil Pendidikan
TEMA 2

KONSEP DASAR DAN KARAKTERISTIK KECERDASAN

A. Konsep Dasar dan Karakteristik Kecerdasan Majemuk


Kecerdasan majemuk (multiple intelligences) adalah sebuah penilaian yang dilihat
secara deskriptif bagaimana individu menggunakan kecerdasannya untuk
memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu. Pendekatan ini merupakan suatu
alat yang dipergunakan untuk melihat pikiran manusia mengoperasikan
lingkungannya, baik itu berhubungan dengan benda-benda yang konkret ataupun yang
abstrak.

Karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Semua inteligensi itu berbeda-beda, tetapi semuanya sederajat. Dalam pengertian


ini, tidak ada inteligensi yang lebih baik atau lebih penting dari inteligensi yang
lain (Gardner, 1993; Hine; 2003; Armstrong, 1993; 1996).
2. Semua kecerdasan dimiliki manusia dalam kadar yang tidak persis sama. Semua
kecerdasan dapat dieksplorasi, ditumbuhkan, dan dikembangkan secara optimal.
3. Terdapat banyak indikator kecerdasan dalam tiap-tiap kecerdasan. Dengan latihan,
seseorang dapat membangun kekuatan kecerdasan yang dimiliki dan menipiskan
kelemahan-kelemahan.
4. Semua kecerdasan yang berbeda-beda tersebut akan saling bekerja sama untuk
mewujudkan aktivitas yang diperbuat manusia. Satu kegiatan mungkin
memerlukan lebih dari satu kecerdasan, dan satu kecerdasan dapat digunakan
dalam berbagai bidang (Gardner, 1993: 37–38).
B. Komsep Dasar dan Karakteristik Kecerdasan Intelektual (IQ) dan Sosial
IQ (INTELLEGENCE QUOTIENT) Intellegensi adalah keseluruhan
kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara logis, terarah, serta
mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif(Marten Pali, 1993). Konsep
intellegensi yang awalnya dirintis oleh Alfred Bined 1964, mempercayai bahwa
kecerdasan itu bersifat tunggal dan dapat diukur dalam satu angka.
Pengukuran / Klasifikasi IQ :
a. Very Superior : 130
b. Superior : 120 – 129
c. Brght normal : 110 – 119
d. Average : 90 – 109
e. Dull Normal : 80 – 89
f. Borderline : 70 – 79
g. Mental Defective : 69 and bellow
Ciri Khas IQ (Intellegence Quotien) :
a. Logis
b. Rasional
c. Linierd
d. Sistematis
Dengan memiliki IQ yang baik dan terstandar maka masing-masing individu
memiliki kemantapan pemahaman tentang potensi diri dan pengembangannya untuk
kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif dalam kehidupan sehari-hari maupun
untuk peranannya sebagai pelaksana / pelaku profesi.
Kecerdasan sosial sebagai segala sesuatu yang berlangsung antar dua pribadi,
mencirikan proses-proses yang timbul sebagai suatu hasil dari interaksi individu
dengan individu lainnya. Kecerdasan sosial menunjukkan kemampuan seseorang
untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan
berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di
sekelilingnya. Setiap orang yang memiliki intelegensi sosial maka orang yang
bersangkutan dapat berinteraksi dengan baik dengan lingkungannya. Intelegensi sosial
merupakan hal yang paling penting dalam intelek manusia dimana kegunaan kreatif
dari pikiran manusia yang paling besar adalah mengadakan cara untuk
mempertahankan sosial menusia secara efektif.
C. Konsep Dasar dan Kecerdasan Emosi (EQ) dan Spiritual
Pengertian EQ (Emotional Quotient) / kecerdasan emosi :
1. Menurut DANIELGOLDMAN adalah Kemampuan untuk mengenali perasaan
sendiri, perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, mengelola emosi dengan
baik, dan berhubungan dengan orang lain
2. Menurut PETER SALOVELY & JOHNMAYER merupakan Kemampuan
mengerti dan mengendalikan emosi.
Motional Quotient (EQ) mempunyai peranan penting dalam meraih kesuksesan
pribadidan profesional.
Spiritual adalah inti dari pusat diri sendiri. Kecerdasan spiritual adalah sumber
yang mengilhami, menyemangati dan mengikat diri seseorang kepada nilai-nilai
kebenaran tanpa batas waktu (Agus N. Germanto, 2001). Kecerdasan spiritual sering
disebut SQ (Spiritual Quotient) penemunya DANAH ZOHAR dan LAN
MARSHALL, LONDON, 2000) cenderung diperlukan bagi setiap hamba Tuhan
untuk dapat berhubungan dengan Tuhannya. Melibatkan kemampuan,menghidupkan
kebenaran yang paling dalam; artinya mewujudkan hal yang terbaik, untuk dan paling
manusiawi dalam batin.
TEMA 3

ORIENTASI RANAH DAN SASARAN PEMBELAJARAN

A. Karakteristik dan Pertumbuhan Kognitif


Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti
mengetahui. Dalam arti yang luas cognitive (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan. istilah kognitif menjadi popular sebagai salah satu domain
atau ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental berhubungan
dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan, dan keyakinan.
Dalam hal ini Piaget menjelaskan secara detail perkembangan kognitif sebagai
berikut.
a. Sensorimotor (0-2 tahun)
Pada tahap sensorimotor anak-anak sangat bergantung pada informasi yang
didapat dari panca indera, dan gerakan-gerakan tubuhnya.
b. Praoperasional (2-7 tahun)
Pada tahap praoperasional anak dapat memanipulasi sejumlah simbol, dan
mampu memahami segala sesuatu dalam satu arah.
c. Konkret Operasional (7-11 tahun)
Tahap konkret operasional, anak mampu memahami operasi yang dibutuhkan
untuk aktivitas mental termasuk konservasi. Anak mampu menyimpulkan
operasi di dalam otaknya, yaitu berhitung tanpa menggunakan jari.
d. Formal Operasional (11 tahun ke atas)
Pada tahap formal operasional, anak sudah mampu berfikir abstrak. Mereka
lebih banyak menggunakan logika ilmiah dalam puncak perkembangannya.
B. Karakteristik dan Pertumbuhan Afektif
Afektif menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa takut
atau cinta, mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, mempunyai gaya atau makna
yang menunjukkan perasaan. Perbuatan atau perilaku yang disertai perasaan tertentu
disebut warna afektif. Jadi perkembangan afektif remaja sangat dipengaruhi oleh
perkembangan emosi individual. Afektif remaja kadang-kadang kuat, lemah atau
tidak jelas. Pengaruh dari warna afektif akan berakibat perasaan menjadi lebih
mendalam yang disebut emosi (Sarlito, 1982).
 Karakteristik Pertumbuhan afektif
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “ badai dan
tekanan”, suatu masa dimana ketegangan keterangan emosional sebagai akibat dari
perubahan fisik dan kelenjar. Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi
masa kanak-kanak. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang
membangkitkan emosinya, dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu
terhadap ungkapan emosi mereka.
- Cinta atau Kasih Sayang
- Gembira
- Kemarahan dan permusuhan
- Ketakutan dan Kecemasan
C. Karakteristik dan Pertumbuhan Psikomotorik
Psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
• Ranah psikomotorik adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya: lari,
melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
• Hasil belajar psikomotorik (keterampilan) dapat diukur melalui:
1. Pengamatan langsung dan penilain tingkah laku peserta didik selama proses
pembelajaran praktik berlangsung.
2. Sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada
peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
3. Beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan peserta didik dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
 Karakteristik Pertumbuhan Psikomotorik
- Masa Kanak-Kanak
Masa anak awal berlangsung dari  usia 2 – 6 tahun, yaitu setelah anak
meninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD. Tekanan
dan harapan sosial untuk mengikuti pendidikan sekolah menyebabkan perubahan
pola perilaku, minat, dan nilai pada diri anak.
- Masa Remaja

Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja yang mencakup


perubahan transisi biologis, transisi kognitif, dan transisi sosial akan dipaparkan di
bawah ini:
 Transisi Biologi (Perubahan Fisik)
 Transisi Kognitif (Perubahan Pola Fisik)
 Transisi Sosial (Perubahan Emosi, Kepribadian dan Perkembangan)
- Masa Dewasa

Masa dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity-


stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah
mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup
luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat.
Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin
dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan
kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal-hal tertentu ia
mengalami hambatan.
TEMA 4

HAKEKAT BELAJAR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH

A. Pengertian, Karakteristik dan Hakekat Belajar


Pengertian belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap
individu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai materi
yang telah dipelajari.
 Karakteristik Belajar

Karakteristik belajar dan pembelajaran Belajar dapat dikatakan belajar jika memiliki
ciri-ciri seperti yang dikemukakan Dimyati dan Mudjiono (2009:8) yaitu:
1) Unsur pelaku, siswa yang bertindak belajar atau pebelajar
2) Unsur Tujuan, memperoleh hasil dan pengalaman hidup
3) Unsur proses, terjadi internal pada diri pebelajar
4) Unsur tempat, belajar dapat dilakukan disembarang tempat
5) Unsur lama waktu, sepanjang hayat
6) Unsur syarat terjadi, dengan motivasi belajar yang kuat
7) Unsur ukuran keberhasilan, dapat memecahkan masalah
8) Unsur faedah, bagi pebelajar dapat mempertinggi martabat pribadi
9) Unsur hasil, hasil belajar dampak pengajaran dan pengiring
 Hakekat Belajar
1. Hakikat belajar dalam istilah Ta’allama
Dalam Islam belajar merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Dilihat dari istilah, belajar adalah menerima ilmu sebagai
konsekuensi adanya pengajaran. Itulah sebabnya dalam tata bahasa Arab belajar itu
disebut dengan ta’allama. Adapun asal kata ta’allama adalah ‘alima yang berarti
mengecap, memberi tanda (Munawwir, 1997: 965).
2. Hakikat Belajar dalam Istilah Darasa
Pengertian ini dapat dipahami belajar merupakan usaha yang melibatkan
konsentrasi psikis dan fisik manusia. Sebab secara normatif manusia tidak akan
mampu menghafal, memahami, mengerti jika fisik tidak hadir, atau seandainya
fisik manusia hadir tanpa adanya pemusatan daya potensi kognitif, tentu mustahil
juga manusia bisa memperoleh ilmu pengetahuan.
3. Hakikat Belajar dalam Istilah Thalaba
Selain istilah lain yang telah diuraikan, dalam tradisi Islam belajar sering
juga dipahami dengan istilah thalaba (‫ طلب‬.(Dalam Kamus Bahasa Arab ‫طلب‬
diartikan mencari atau meminta. Kata ‫ طلب‬juga sama dengan istilah hawala
akhrajahu yaitu berusaha mendapatkannya.
B. Jenis, Proses dan Ciri Khas Perilaku Blajar
 Jenis-jenis Perilaku Belajar
1. Perilaku belajar Klasikal
Perilaku belajar klasikal, bila seseorang guru menghadapi kelompok besar siswa
didalam kelas dan memberi pelajaran dengan satu jenis metode mengajar.
2. Perilaku belajar Kelompok kecil
Perilaku belajar kelompok kecil, bila siswa dalam satu kelas dibagi kedalam
beberapa kelompok (5-7 siswa atau kelompok ) dan masing-masing kelompok
diberi tugas untuk menyelesaikan tugas.
3. Perilaku belajar Perseorangan
Perilaku belajar perseorangan, bila masing-masing siswa secara pribadi diberi
beban beban belajar secara mendiri, misalnya dalam pengajaran modul.
 Ciri khas Perilaku Belajar
1. Perubahan intensional adalah perubahan yang terjadi dalam proses belajar
berkat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari
atau dengan kata lain bukan kebetulan.
2. Pengamatan adalah suatu proses menerima, menafsirkan dan memberi arti
rangsangan yang asuk melalui indranya seperti mata dan telinga.
3. Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan
otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniyah misalnya menulis,
mengetik, berolahraga dan sebagainya.
4. Berfikir rasional adalah berfikir dengan cara megasosiasikan suatu denganyang
lainnya.
5. Berfikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang
bertalian dengan pemecahan masalah.
6. Sikap sebagai pandangan atau kecendrungan yang relative menetap pada siswa.
7. Inhibisi adalah upaya pengurangan atau pencegahan timbulnya suatu respon
karena adanya proses belajar, respon lain yang sedang berlangsung.
8. Apresiasi sering diartikan sebagai penghargaan atau penilaian terhadap benda-
benda abstrak maupun konkret yang memiliki nilai luhur.
9. Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman
prasaan seperti takut, marah, sedih,dan sebagainya.
C. Faktor-Faktor Berpengaruh Dalam Belajar
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam belajar ada 3 ialah:
1. Faktor internal
Faktor internal yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor ini
meliputi dua aspek:

a. Aspek jasmani
Kondisi umum jasmani yang menandai tingkat kebugaran organ-oragan
tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa dalam mengikuti pelajaran.
b. Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi
kuantitas dan kualitas belajar siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah
siswa pada umunya dipandang lebih esensial adalah tingkat
kecerdasan/intelegensi siswa sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan
motivasi siwa.
2. Faktor ekternal
Faktor ekternal yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor ini juga
dapat dua macam yaitu:

a. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti guru, staf, dan teman-teman
sekelasnya yang dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.
Lingkungan masyarakat, tetangga, juga teman-teman bermain yang
sekita perkampungan siswa tersebut juga mempengaruhi belajar siswa.
Yang paling berpengaruh dalam belajar siswa adalah lingkungan
keluarga.
b. Lingkungan nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung
sekolah letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya
alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan
siswa.
3. Faktor pendekatan belajar
Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran
materi-materi pelajaran. Faktor-faktor diatas dalam hal sering saling berkaitan dan
mempengaruhi satu sama lain.
TEMA 5
KONSEP DAN MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE DAN SCIENTIFIC
A. Konsep dan Karakteristik Pembelajaran Saintific

Pembelajaran dengan pendekatan saitifik adalah proses pembelajaran yang terancang


sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif menkonstruk konsep, hukum, atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai tektik, menganalisis data, menarik
kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep atau prinsip yang ditemukan. Pendekatan
saitifikdisebut juga sebagaipendekatan ilmiah, berorientasi atau berpusat pada siswa.

Karakteristik pendekatan sainstifik


1. Berorientasi pada siswa
2. Mengembangkan potensi siswa
3. Meningkatkan motivasi belajar
4. Mengembangkan sikap dan karakteristik siswa
5. Meninkatkan kemampuan mengomunikasikan hasil belajar.
B. Konsep dan Karakteristik Active Learning

Pembelajaran aktif (active learning) adalah metode atau strategi belajar yang
melibatkan siswa secara langsung dalam berinteraksi, menyelidiki, menyelesaikan
masalah dan menyimpulkan pemahaman diri. Melalui pembelajaran aktif, guru akan
mengondisikan siswa untuk selalu mengalami pengalaman belajar yang lebih
bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dilakukan selama proses
pembelajaran.

Karakteristik dan Ciri Pembelajaran Aktif Menurut Suyadi (2013), pembelajaran


aktif memiliki beberapa karakteristik khusus yang membedakan dengan pembelajaran
lainnya, yaitu sebagai berikut:
1. Menekankan pada proses pembelajaran
Proses ini merupakan upaya menanamkan nilai kerja keras kepada siswa.
2. Siswa tidak boleh pasif
Siswa harus aktif mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
Aktif dalam konteks ini merupakan upaya penanaman nilai tanggung jawab, dimana
siswa harus mempraktikkan bahkan membuktikan teori yang dipelajari, tidak sekedar
diketahui.

3. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi


pembelajaran. Dalam hal ini peserta didik berhak menerima materi pelajaran yang
dipandang selaras dengan pandangan hidupnya atau menolak materi pelajaran yang
tidak sesuai dengan pandangan hidupnya.
4. Siswa lebih banyak dituntut berpikir kritis, menganalisis dan melakukan evaluasi
daripada sekadar menerima teori dan menghafalnya.
5. Umpan balik dan proses dialektika yang lebih cepat akan terjadi pada proses
pembelajaran. Pembelajaran yang dialogis, secara tidak langsung membentuk karakter
siswa yang demokratis, pluralis, menghargai perbedaan pendapat, inklusif, terbuka
dan humanitas tinggi.

C. Contoh Model Pembelajaran Active Learning ( belajar aktif )

1.Ceramah

Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini tidak
senantiasa jelek bila penggunaannya dipersiapkan dengan baik, didukung dengan alat
dan media, sera memperhatikan batas-batas penggunaannya.

2.Diskusi umum

Metode Pembelajaran Diskusi Umum - Metode ini bertujuan untuk tukar


menukar gagasan, pemikiran, informasi/pengalaman diantara peserta, sehingga
dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan).

3.Curah pendapat

Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka


menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua
peserta.

4.Diskusi kelompok

Pengertian diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topic dengan cara


tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil yang
direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu.
5.Simulasi

Metode simulasi merupakan bentuk metode praktek yang bersifat untuk


mengembangkan keterampilan peserta didik (keterampilan mental maupun
fisik/teknis).

6. Sandiwara

Metode sandiwara ialah memindahkan „sepeninggal cerita‟ yang menyerupai


kisah nyata atau situasi sehari-hari kedalam suatu pertunjukan.

7.Demostrasi

Demonstrasi adalah suatu metode yang digunakan untuk membelajarkan


peserta didik dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah
pengerjaan sesuatu.

8.Praktek lapangan

Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan


kemampuan peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang
diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di „lapangan‟, yang bisa berarti di tempat kerja,
maupun di masyarakat

9. Permainan

Permainan (games), popular dengan berbagai sebutan anatar lain pemanasan


(ice-breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah „pemecah
es‟. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecahan situasi kebekuan
fikiran dan fisik peserta didik

Anda mungkin juga menyukai