Anda di halaman 1dari 11

BAB  

I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dengan
pendidikan  manusia dapat memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya. Banyak
pendidik yang memaksakan kehendaknya kepada peserta didik untuk melakukan hal yang
mereka inginkan sedangkan peserta didik sendiri tidak membutuhkanya, maka  setiap
guru dituntut untuk memahami teori psikologi pendidikan  agar  potensi yang ada pada
peserta didik dapat dikembangkan berdasarkan tahap perkembangannya.  Banyak para
ahli yang memaparkan tentang perkembangan  peserta didik diantaranya Piaget, Carl R.
Rogers, Kohnstam. 
Pendidikan selalu melibatkan kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologi
merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Sementara itu,
keberhasilan pendidik dalam melaksanakan berbagai peranannya akan dipengaruhi oleh
tentang  pemahamannya dalam pendidikan perkembangan peserta didik. Oleh karena itu
agar sukses dalam mendidik, perlu memahami proses perkembangan, sebab akan
membantu dalam memahami tingkah laku. Tingkah laku siswa sendiri dipelajari dalam
suatu ilmu yang disebut sebagai psikologi.
Berdasarkan keterkaitan antara pendidikan dan kejiwaan, landasan psikologis
pendidikan diartikan sebagai suatu landasan dalam proses pendidikan yang membahas
berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang
berkaitan dengan aspek  pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu
untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya
yang bertujuan untuk memudahkan  proses pendidikan.
Karena pentingnya landasan psikologi  pendidikan dalam  proses pembelajaran
maka makalah  ini akan membahas  tentang landasan psikologi pendidikan, bentuk
psikologi dalam pendidikan, pentingnya landasan psikologi dalam pendidikan, implikasi
landasan psikologi dalam pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah landasan psikologi pendidikan?
2. Bagaimana bentuk psikologi dalam pendidikan?
3. Bagaimana  pentingnya landasan psikologi dalam pendidikan?
4. Bagaimana  kontribusi landasan psikologi dalam pendidikan?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami landasan psikologi pendidikan.
2. Untuk memahami  bentuk psikologi dalam pendidikan.
3. Untuk memahami  pentingnya landasan psikologi dalam Pendidikan
4. Untuk mengetahui kontribusi  landasan  psikologi  dalam  pendidikan.

2
BAB II 
PEMBAHASAN
A. Landasan Psikologi Pendidikan
Proses kegiatan pendidikan melibatkan proses interaksi psikho-fisik dalam sosio-
kultural yang antropologis-filosofis-normative. Artinya pendidikan adalah suatu
kegiatan yang menyangkut interaksi kejiwaan antara pendidik dan peserta didik dalam
suasana nilai- nilai budaya suatu  masyarakat yang didasarkan pada nilai-nilai
kemanusiaan. Pendidikan selalu melibatkan aspek- aspek yang tidak dipisahkan satu
sama lain yaitu aspek kejiwaan, kebudayaan, kemasyarakatan, norma- norma, dan
kemanusiaan.
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Psikologi berasal dari
kata Yunani “psyche” yang artinya jiwa. Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara
etimologi psikologi  berarti : “ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai
gejalanya, prosesnya maupun latar  belakangnya”. Secara umum, psikologi dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan yang ditampakkan dalam
bentuk perilaku baik manusia ataupun hewan yang  pemanfaatannya untuk
kepentingan manusia ataupun aktivitas-aktivitas individu baik yang disadari ataupun
yang tidak disadari yang diperoleh melalui suatu proses atau langkah-langkah ilmiah
tertentu serta mempelajari penerapan dasar-dasar atau prinsip-prinsip, metode, teknik,
dan  pendekatan psikologis untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah
dalam pendidikan.
Menurut Pidarta (2007:194) Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang
mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan
jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Jiwa manusia berkembang sejajar
dengan pertumbuhan jasmani. Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia,
sehingga landasan psikologis pendidikan merupakan suatu landasan dalam proses
pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada
umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada
setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia
sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan
proses pendidikan.
Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti
mengalami perubahan, karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan usaha
atau kegiatan berinteraksi antara pendidik, anak didik dan lingkungan. Perubahan

3
tersebut adalah merupakan gejala yang timbul secara psikologis. Di dalam hubungan
inilah kiranya pendidik harus mampu memahami perubahan yang terjadi pada diri
individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya. Atas dasar itu pula pendidik
perlu memahami landasan pendidikan dari sudut psikologis.
Dalam perkembangan jiwa dan jasmani inilah seharusnya anak-anak belajar,
sebab pada masa ini mereka peka untuk belajar, punya waktu yang banyak untuk
belajar. Masa belajar ini bertingkat-tingkat sejalan dengan fase-fase perkembangan
mereka. Oleh karena itu, layanan-layanan pendidikan terhadap mereka harus pula
dibuat bertingkat-tingkat, agar pelajaran itu dapat dipahami oleh anak-anak.
Psikologi adalah salah satu landasan pokok dari pendidikan. Antara psikologi
dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan. Subjek dan
objek pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi menelaah gejala-gejala
psikologis dari manusia. Dengan demikian keduanya menjadi satu kesatuan yang
tidak terpisahkan.
Dalam proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan psikologi
menjadi sangat mutlak. Analisis psikologi akan membantu para pendidik memahami
struktur psikologis anak didik dan kegiatan-kegiatannya, sehingga kita dapat
melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan secara efektif (Yusuf, 2000:2).
Landasan Psikologis Pendidikan adalah kajian tentang dasar-dasar psikologi yang
dapat menjadi landasan teori  maupun  praktik  pendidikan. Adapun tujuan pendidikan
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa,  yaitu  pendidik tidak hanya mencerdaskan
intelektualnya saja, tetapi pendidik juga harus mengembangkan  kecerdasan spiritual,
emosional, sosial, dan kecerdasan kognitif.
Pada umumnya para ilmuwan membagi psikologi menjadi 2 golongan, yaitu
1. Psikologi metafisika, yang menyelidiki hakikat jiwa seperti yang dilakukan 
oleh Plato dan Ariestoteles
2. Psikologi Empiris, yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dan tingkah laku
manusia dengan menggunakan pengamatan atau observasi, percobaan atau
eksperimen dan pengumpulan berbagai macam data yang ada hubungannya
dengan gejala-gejala kejiwaan manusia.

4
B. Bentuk-Bentuk Psikologi dalam Pendidikan
1. Psikologis Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang
dimaksud adalah (Nana Syaodih, 1989).
 Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-
tahapan tertentu. Pada setiap tahap memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda
dengan ciri-ciri pada tahap-tahap yang lain.
 Pendekatan diferensial. Pendekatan ini dipandang individu-individu itu
memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu
orang-orang membuat kelompok–kelompok. Anak-anak yang memiliki
kesamaan dijadikan satu kelompok. Maka terjadilah kelompok berdasarkan
jenis kelamin, kemampuan intelek, bakat, ras, status sosial ekonomi.
 Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap
individu, dapat saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat
perkembangan seseorang secara individual.
Dari ketiga pendekatan, yang dilaksanakan adalah pendekatan pentahapan.
Pendekatan pentahapan ada 2 macam yaitu bersifat menyeluruh dan yang bersifat
khusus. Yang menyeluruh akan mencakup segala aspek perkembangan sebagai faktor
yang diperhitungkan dalam menyusun tahap-tahap perkembangan, sedangkan yang
bersifat khusus hanya mempertimbang faktor tertentu saja sebagai dasar menyusun
tahap-tahap perkembangan anak, misalnya pentahapan Piaget, Koglberg, dan Erikson.
Psikologi perkembangan menurut Rouseau membagi masa perkembangan anak
atas empat tahap yaitu :

1) Masa bayi dari 0 – 2 tahun sebagian besar merupakan perkembangan fisik.


2) Masa anak dari 2 – 12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru seperti
hidup manusia primitif.
3) Masa pubertas dari 12 – 15 tahun, ditandai dengan perkembangan pikiran dan
kemauan untuk berpetualang.
4) Masa adolesen dari 15 – 25 tahun, pertumbuhan seksual menonjol, sosial, kata
hati, dan moral. Remaja ini sudah mulai belajar berbudaya.
2. Psikologi Belajar
Di kalangan ahli psikologi terdapat keragaman dalam cara menjelaskan dan
mendefinisikan makna belajar (learning). Namun, baik secara eksplisit maupun secara

5
implisit pada akhirnya terdapat kesamaan maknanya, ialah bahwa definisi manapun
konsep belajar itu selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan prilaku atau
pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.
Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara
sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2). Definisi ini
menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk
mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku. Kedua,
perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar.  Maka kegiatan dan usaha
untuk mencapai perubahan tingkah laku itu dipandang sebagai Proses
belajar, sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri dipandang  sebagai Hasil
belajar. Hal ini berarti, belajar pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu  proses
belajar dan hasil belajar.
Para ahli psikologi cenderung untuk menggunakan pola-pola  tingkah laku
manusia sebagai suatu model yang menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip
belajar ini selanjutnya lazim disebut dengan Teori Belajar.
a. Teori belajar klasik masih tetap dapat dimanfaatkan, antara lain untuk menghapal
perkalian dan melatih soal-soal (Disiplin Mental). Teori Naturalis bisa dipakai
dalam pendidikan luar sekolah terutama pendidikan seumur hidup. 
b. Teori belajar behaviorisme bermanfaat dalam mengembangkan perilaku-perilaku
nyata, seperti rajin, mendapat skor tinggi, tidak berkelahi dan sebagainya. 
c. Teori-teori belajar kognisi berguna dalam mempelajari materi-materi yang rumit
yang membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan untuk
mengembangkan ide (Pidarta, 2007:218).
3. Psikologi Sosial
Menurut Hollander (1981) psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari
psikologi seseorang di masyarakat, yang mengkombinasikan  ciri-ciri psikologi
dengan ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan
antar individu (Pidarta, 2007:219).

Menurut Klinger (dikutip Pidarta, 2007:222) faktor-faktor yang menentukan


motivasi belajar adalah.

a. Minat dan kebutuhan individu. 


b. Persepsi kesulitan akan tugas-tugas. 

6
c. Harapan sukses.

C. Pentingnya Landasan Psikologi dalam Pendidikan


Landasan psikologi   pendidikan merupakan salah satu landasan yang penting dalam
pelaksanaan pendidikan karena keberhasilan pendidik dalam menjalankan tugasnya
sangat dipengaruhi oleh pemahamannya tentang peserta didik. Oleh karena itu pendidik
harus mengetahui apa yang harus dilakukan kepada peserta didik dalam setiap tahap
perkembangan yang berbeda dari bayi hingga dewasa
Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti
mengalami perubahan,karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan usaha atau
kegiatan berinteraksi antara pendidik, Anak didik dan lingkungan. Perubahan tersebut
adalah merupakan gejala yang timbul secara psikologis. Di dalam hubungan inilah
kiranya pendidik harus mampu memahami perubahan yang terjadi pada diri individu, baik
perkembangan maupun pertumbuhannya. Atas dasar itu pula pendidik perlu memahami
landasan pendidikan dari sudut psikologis.
Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari pendidikan.
Antara psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit
dipisahkan. Subyek dan obyek pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi
menelaah gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan demikian keduanya menjadi satu
kesatuan yang tidak terpisahkan.

Dalam proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan psikologi


menjadi sangat mutlak. Analisis psikologi akan membantu para pendidik memahami
struktur psikologis anak didik dan kegiatan-kegiatannya, sehingga kita dapat
melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan secara efektif.

D. Kontribusi Psikologi Pendidikan dalam Proses Belajar


1. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum.

Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan


kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku
dalam konteks belajar mengajar. Terlepas dari berbagai aliran psikologi yang
mewarnai pendidikan, pada intinya kajian psikologis ini memberikan perhatian

7
terhadap bagaimana in put, proses dan out pendidikan dapat berjalan dengan tidak
mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.
Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian,
kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan
keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan,
kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-
karakteristikindividulainnya.
                Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan
kepada setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang
dimilikinya, baik dalam hal subject matter maupun metodepenyampaiannya.
Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum
yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada intinya
menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir
dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi
kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk
melakukan sesuatu.
Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi,
kajian psikologis terutama berkenaan dengan aspek-aspek: (1) kemampuan siswa
melakukan sesuatu dalam berbagai konteks; (2) pengalaman belajar siswa; (3) hasil
belajar (learning outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan siswa
2. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran

Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari


sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran,
seperti : teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt,
teori daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari
kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada
kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam
proses pembelajaran.
              Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah
prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran  Nasution (Daeng
Sudirwo,2002) mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :
1) Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan

8
2) Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan
bukan karena dipaksakan oleh orang lain.
3) Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha
dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.
4) Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
5) Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan.
6) Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
7) Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun
termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
8) Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
9) Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami.
Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis.
10) Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar
tujuan-tujuan lain.
11) Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.
12) Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.
13) Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.

3. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Penilaian


Penilaiain pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan
guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melaui kajian
psikologis kita dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh
peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.
Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam
pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah
dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan,
bakat maupun kepribadian individu lainnya. Kita mengenal sejumlah tes psikologis
yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengukur potensi seorang individu,
seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial Aptitude Tes (DAT), EPPS dan
alat ukur lainnya.
              Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui
pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses
pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai
perkembangan individu yang optimal.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Landasan psikologis pendidikan merupakan suatu landasan dalam proses pendidikan
yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-
gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan
tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia
perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan. Bentuk-bentuk
landasan psikologi pendidikan mencakup, Psikologis Perkembangan,belajar, sosial. Dalam
perkembangannya landasan psikologis pendidikan memiliki peranan sebagai  perkembangan
kurikulum dalam sistem pembelajaran dan penilaian. Pemahaman peserta didik yang
berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan.

B. Saran
1. Pendidik diwajibkan menerapkan nilai-nilai landasan psikologis pendidikan dalam
proses belajar mengajar.
2. Pendidik lebih memperhatikan landasan psikologi pendidikan yang sesuai dengan
peserta didik. Dengan begitu maka perkembangan peserta didik diharapkan
berkembang secara optimal dan mengarah ke arah yang ditujukan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, MD. 2004. Model-Model Mengajar; Beberapa Alternatif Interakasi


Belajar.  Bandung: CV. Diponegoro.

Makmun, Abin S. 2007. Psikologi Kependidikan. Bandung : Rosda. 


Noor, Madjid. (1987). Filsafat dan Teori Pendidikan. Bandung: Subkoordinar 

Mata Kuliah Filsafat dan Teori Pendidikan, Falsafat Ilmu Pendidikan, IKIP Bandung

Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 

Yelon, L. Stephen and Weinsten, W. Grace. (1977). A Teacher World; Psychology in the
Classroom. Aucland, Bogota, etc., McGraw-Hill Kogakusha.

11

Anda mungkin juga menyukai