Anda di halaman 1dari 13

ESSAY PROFESI KEPENDIDIKAN

“KECENDERUNGAN GURU MENGAJAR DILUAR BIDANG


KEAHLIANNYA”

(Essay Ini DiSusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Profesi Kependidikan)

Dosen Pengampu : Shabiel Zakaria, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

Nur Afdalia Tahir


(220407561003)

KELAS : 32B

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023
PENDAHULUAN

Sebagai seseorang yang membutuhkan keahlian yang khusus, guru


memiliki tugas penting terhadap siswa untuk dilatih mengembangkan
kemampuan, didik untuk pengembangan nilai-nilai hidup, serta diajari akan
pengembangan ilmu pengetahuannya serta teknologi. Untuk meningkatkan
kualitas serta mutu pada bidang pendidikan serta pembelajaran, maka perlu
diadakan upaya oleh banyak pihak yakni pemerintah serta pihak terkait lainnya
dan guru adalah bagian terpenting dari semuanya dengan tugasnya serta
tanggungjawab besarnya. Oleh karena itu kemudian pemerintah menetapkan
Standar Nasional Pendidikan yang terdiri dari 8 standar dimana salah satunya
adalah standar pendidik dan tenaga kependidikan (Heti Baniati, 2023).

Pada profesinya, seorang guru dalam pekerjaannya dituntut memiliki


keprofesionalan dikarenakan tugasnya membutuhkan baik keilmuan dalam hal isi
atau pedagogisnya. Guru yang profesional tentu mendapat perhatian secara
globalnya, dikarenakan ia bukan saja memberikan informasi keilmuan atau
teknologi saja tetapi juga mampu dalam pembentukkan sikap dan jiwa pada era
yang marak akan kompetisi. Ia dinilai sebagai sosok yang memiliki tingkat
professionalisme bukan hanya pada pekerjaannya saja tapi sebagai bentuk
profesinya yang signifikan dan layak diperhitungkan. Selain itu untuk menjadi
guru professional diperlukan beragam keterampilan yang akan menunjang
tugasnya di lapangan.

Sebagai sosok yang dinilai profesional pada keahliannya mengartikan


bahwasannya hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki kualitas pada
akademiknya, kompetensinya dan memiliki bukti sertifikat kependidikannya
sesuai persyaratan yang telah ditentukan. Keberadaan guru merupakan faktor yang
tidak dapat digantikan oleh komponen lain manapun dalam kehidupan bangsa.
Keberadaan guru sangatlah penting, apalagi bagi bangsa yang sedang
membangun. Semakin baik para guru melaksanakan tugasnya, semakin terbina
kesiapan seseorang sebagai manusia pembangunan (Heti Baniati, 2023).
Namun, dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru, seringkali
muncul kecenderungan di mana sebagian guru mengajar di luar bidang
keahliannya. Hal ini dapat merugikan, tidak hanya bagi guru tersebut tetapi juga
bagi perkembangan pendidikan secara keseluruhan. Dengan adanya keterbatasan
pada bidang keahlian, guru mungkin tidak dapat menyampaikan materi secara
efektif, mengurangi dampak positif dari pembelajaran yang seharusnya diberikan.

Menyadari pentingnya peran guru dan dampaknya terhadap kualitas


pendidikan, perlu untuk memahami penyebab di balik kecenderungan ini. Apakah
karena keterbatasan sumber daya, kebijakan yang tidak memadai, atau faktor-
faktor lain yang memaksa guru untuk mengajar di luar bidang keahliannya?
Pemahaman mendalam terhadap masalah ini akan membantu merumuskan solusi
yang tepat guna meningkatkan profesionalisme guru dan, pada gilirannya, kualitas
pendidikan nasional.

PEMBAHASAN

Tolak ukur antara bidang keahlian dengan tugas mengajar adalah dua hal
yang berkaitan dan penting serta serta merupakan keutamaan yang mempengaruhi
kualitas seorang pendidik. Kesesuaian antara materi yang diajarkan, dengan
bidang keahlian atau kemampuan guru tersebut akan menentukan keberhasilan
dalam penyerapan pemahaman oleh para siswa, karena akan disayangkan jika,
materi yang diberikan karena tugas mengajar yang tidak sesuai dengan keahlian
guru akan membuat materi tersebut tidak tersampaikan dan siswa kesulitan dalam
belajar dan mutu guru akan dipertanyakan kemudian (Heti Baniati, 2023).

Dalam artian, bahwasannya guru harus paham akan makna dari kesesuaian
antara bidang keahlian dan tugas mengajarnya. Meskipun harusnya kepala sekolah
yang menjadi manajer atau pengelola staf pengajar di sekolah terlebih dahulu
mempertimbangkan pembagian jam kerja, materi pengajaran serta kemampuan
atau bidang keahlian guru tersebut. Sehingga, kesesuaian yang dituntut ada antara
bidang keahlian dan pembagian tugas mengajar yang memang harus benar dan
sinkron dengan seharusnya. Karena relevansi menjadi tolak ukur keberhasilan
materi yang disampaikan jika benar adanya sama dengan bidang keahlian guru
yang bersangkutan. Atas dasar persyaratan di atas, jelaslah bahwa jabatan
profesional harus ditempuh melalui jenjang pendidikan yang memang khusus
dipersiapkan untuk itu. Demikian juga dengan profesi guru, harus ditempuh
melalui jenjang pendidikan pre service education, seperti Akta IV, Diploma IV, S-
1 keguruan baik keagamaan maupun umum, di samping juga adanya sertifikasi.

Guru profesional pada intinya adalah guru yang memiliki kompetensi yang
dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Oleh karena
itu, membedah aspek profesionalisme guru berarti mengkaji kompetensi yang
harus dimiliki seorang guru. Dalam hal ini, jika tenaga pendidik tidak sesuai
dengan bidangnya atau dengan kompetensi yang dimilikinya, maka tentu hal ini
akan berdampak terhadap proses pembelajaran siswa. Dimana siswa akan
cenderung tidak memahami materi yang disampaikan karena tenaga pendidik
tidak menguasai materi pembelajaran tersebut.Siswa juga akan sulit untuk
mengembangkan wawasannya karena pengetahuan yang dimilikinyapun terbatas.
Pada akhirnya pembelajaran siswa tidak maksimal sehingga memungkinkan siswa
belajar dengan pasif. Akibatnya ketika siswa beranjak ke pembelajaran yang lebih
lebih tinggi, maka akan sulit untuk menyeimbangkan pengetahuannya dengan apa
yang telah dibekali sebelumnya (Anugrah, 2020).

Terdapat unsur terpenting dalam profesi guru yaitu penguasaan sejumlah


kompetensi sebagai keterampilan dan keahlian khusus yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas mendidik dan mengajar secara efektif dan efisien. Hubungan
antara profesi dengan kompetensi dijelaskan oleh Muhibin Syah dalam Rismawati
(2016) dengan mengatakan pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan dan
kecakapan. Kompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme yaitu guru yang
profesional adalah guru yang berkompeten (berkemampuan). Kenyataan yang
ditemukan di lapangan karena profesi guru yang diperoleh tidak berlatar belakang
pendidikan guru sehingga guru tersebut kurang berkompeten (kemampuan) dan
kecakapannya dalam menjalankan profesi guru.
Terkadang terjadi ketimpangan dan miskomunikasi yang menyebabkan
tugas dan fungsi tenaga pendidik tidak berjalan dengan baik, untuk mencetak
tenaga pendidik yang profesional, diharapkan mampu menjadi tenaga pendidik
yang kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran sebagai fasilitator bagi
peserta didiknya. Dalam hal ini diharapkan pemerintah dapat memberikan
kontribusi yang lebih baik lagi untuk kemajuan di bidang Pendidikan.

Menurut Hasan Saragih dalam Muyasaroh (2016), seorang guru yang


profesional harus menguasai keterampilan mengajar, termasuk kemampuan dalam
membuka dan menutup pelajaran, mengajukan pertanyaan, memberikan
penguatan, dan menciptakan variasi dalam pengajaran. Selain itu, seorang guru
juga perlu memiliki pengetahuan yang komprehensif tentang kurikulum dan
landasan pendidikan. Namun, dalam praktiknya, terdapat kecenderungan di mana
beberapa guru mengajar di luar bidang keahlian mereka, yang dapat
mengakibatkan kebingungan bagi siswa. Banyak juga guru yang belum
menerapkan metode dan strategi pembelajaran yang menarik perhatian siswa
secara optimal

Adanya kecenderungan guru untuk mengajar di luar bidang keahliannya


dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Salah satu faktor utama adalah
keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam dunia pendidikan, di mana
kurangnya guru berkeahlian khusus dalam beberapa mata pelajaran tertentu
memaksa lembaga pendidikan menggunakan guru yang tersedia, meskipun tidak
memiliki keahlian yang sesuai. Ketidakseimbangan dalam penempatan guru juga
dapat menjadi penyebab, dimana lembaga kesulitan menempatkan guru sesuai
dengan bidang keahlian mereka karena distribusi guru yang tidak merata. Selain
itu, sulitnya menemukan guru yang memiliki keahlian khusus dalam bidang
tertentu, terutama di daerah-daerah dengan keterbatasan sumber daya, juga dapat
menjadi kendala.

Di sisi lain, kebijakan dan peraturan pendidikan dapat memainkan peran


penting dalam memaksa guru untuk mengajar di luar bidang keahliannya. Hal ini
bisa terkait dengan kebijakan penggunaan tenaga pengajar atau alokasi anggaran
yang membatasi penempatan guru sesuai dengan keahlian mereka. Perubahan
cepat dalam kurikulum pendidikan juga dapat menciptakan kebutuhan akan
pengajar yang memiliki pemahaman mendalam dalam bidang baru, yang mungkin
sulit diikuti oleh guru yang sudah lama berada dalam profesi. Terlebih lagi,
adanya inisiatif atau program pendidikan tambahan yang memerlukan guru untuk
mengisi mata pelajaran di luar bidang keahliannya dapat menjadi pemicu lainnya.
Terakhir, kondisi ekonomi dan gaji guru juga bisa menjadi dorongan, di mana
beberapa guru mungkin terdorong untuk mengajar di luar bidang keahliannya
karena adanya insentif ekonomi, seperti gaji tambahan atau tunjangan tertentu
yang terkait dengan mata pelajaran tertentu. Memahami kompleksitas faktor-
faktor ini menjadi penting dalam merancang solusi yang tepat guna meningkatkan
profesionalisme guru dan kualitas pendidikan secara keseluruhan.

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya, kecenderungan


guru untuk mengajar di luar bidang keahliannya juga dapat dipengaruhi oleh
kurangnya lowongan pekerjaan yang tersedia khususnya dalam konteks dunia
pendidikan. Lulusan dari bidang tertentu mungkin menghadapi tantangan dalam
menemukan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian dan spesialisasi mereka di
sektor pendidikan. Hal ini dapat terjadi akibat dari penyesuaian kebijakan
pendidikan yang belum sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat atau
pasar kerja di bidang pendidikan.

Ketidaksesuaian antara kurikulum pendidikan dengan tuntutan pasar kerja


dapat menciptakan kesenjangan yang menyebabkan lulusan bidang tertentu sulit
menemukan lowongan pekerjaan yang sesuai di sektor pendidikan. Para lulusan
tersebut, sebagai upaya bertahan hidup dalam mencari pekerjaan, mungkin
mengambil peluang mengajar di luar bidang keahliannya sebagai langkah interim.
Kurangnya lowongan pekerjaan untuk lulusan bidang tertentu di dunia pendidikan
juga dapat menjadi pemicu utama di balik keputusan sejumlah guru untuk
mengejar karir pengajaran di mata pelajaran yang mungkin tidak sesuai dengan
latar belakang pendidikan mereka.
Pentingnya menciptakan keselarasan antara kurikulum pendidikan dan
kebutuhan pasar kerja di sektor pendidikan menjadi penting agar lulusan bidang
tertentu dapat dengan mudah menemukan lowongan pekerjaan yang sesuai.
Dengan merancang kebijakan pendidikan yang responsif terhadap perubahan
kebutuhan masyarakat dan dunia kerja, dapat diharapkan bahwa guru akan lebih
mampu ditempatkan sesuai dengan keahlian dan spesialisasi mereka, yang pada
gilirannya akan meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran di Indonesia.

Saat ini banyak terjadi permasalahan pendidikan mengenai banyaknya


guru yang mengajar tidak pada bidang bidangnya, di SD khususnya, misalnya
guru sarjana Sastra Inggris akan tetapi mengajar di SD kelas rendah bahkan
menjadi seorang wali kelas, sering kali guru menganggap remeh hal itu, walaupun
para guru yang tidak sesuai bidangnya itu mampu, akan tetapi akan lebih baik jika
guru mengajar itu sesuai pada bidangnya, guru yang mengajar tidak sesuai pada
bidangnya tersebut dapat membuat bingung para muridnya, selain membuat
bingung para muridnya, materi yang disampaikan juga tidak merinci, atau sebatas
konsep-konepnya saja. Guru juga dinilai tidak profesional dalam mengajar. Hal
yang menyebabkan itu terjadi karena banyaknya guru yang menyepelekan mata
pelajaran yang di ajarakan tadi, selain itu juga dari pihak sekolah kekurangan
tenaga kerja pada bidang mata pelajaran tadi.

Berdasarkan peraturan pemerintah, penugasan guru diarahkan agar sesuai


dengan latar belakang pendidikan mereka, terutama lulusan dari jurusan atau
program studi yang relevan dengan bidang pengajaran. Sebagai contoh, guru SD
diharapkan merupakan lulusan PGSD atau program studi serupa seperti Psikologi,
PGMI, dan sejenisnya. Namun, implementasi aturan tersebut di lapangan
menghadapi sejumlah realitas yang kompleks. Kondisi ketidakcukupan jumlah
guru, terutama pada saat ini, menimbulkan kendala dalam mencapai tujuan agar
setiap guru sejalan secara langsung dengan bidang studinya dan tugas
pengajarannya. Meskipun demikian, perlu ditekankan bahwa kebijakan ini
dirancang untuk mencapai optimalisasi kualifikasi guru dan meningkatkan mutu
pendidikan (Arifin, 2022).
Uji Kompetensi Guru (UKG) menjadi gambaran konkret bahwa hubungan
langsung antara kualifikasi akademik dengan tugas pengajaran tidak selalu sejalan
dengan tingkat kompetensi. Sejumlah guru mampu meraih hasil optimal di UKG
meskipun bidang studi mereka tidak secara linear sesuai dengan tugas pengajaran
sehari-hari. Sebaliknya, beberapa guru yang memiliki kesesuaian akademik
dengan mata pelajaran yang diuji dalam UKG menghadapi hambatan,
menunjukkan perlunya peninjauan kembali terhadap sistem penempatan guru dan
kebijakan pengembangan kompetensi. Evaluasi mendalam ini diperlukan agar
kebijakan pendidikan dapat lebih responsif terhadap kebutuhan riil di lapangan,
mendukung efektivitas penempatan guru, dan meningkatkan kualitas
pembelajaran di Indonesia (Arifin, 2022).

Relevansi memang dibutuhkan dalam lembaga pendidikan terutama


berkaitan langsung dengan guru. Namun pada kenyataannya, jumlah guru yang
berlebih tidak sesuai dengan jam pelajaran sehingga guru dialihkan ke mata
pelajaran yang tidak sesuai bidang keahliannya. Guruguru di sekolah ini masih
ada yang menjalankan tugasnya tidak sesuai atau tidak relevan antara tugas
mengajar dengan bidang keahliannya. Meskipun demikian, pihak sekolah
memberikan strategi atau alternatif dengan memberikan pelatihan, pendekatan,
pengawasan, komunikasi, koordinasi kepada para guru yang mengalami kesulitan,
dukungan diberikan juga dalam bentuk fasilitas, media dan sumber ajar, walaupun
hambatan menyertai para guru yang mengalami kesulitan karena tidak memahami
materi pelajaran dan harus mencari referensi agar peserta didik tidak mendapatkan
dampak penyerapan materi ajarnya (Heti Baniati, 2023).

Menurut Mulyaningrum (2015) untuk mengatasi tantangan yang dihadapi


dalam pengajaran di sekolah, sejumlah solusi dapat dipertimbangkan. Pertama,
pihak sekolah dapat mengambil langkah-langkah proaktif dengan membuka
lowongan atau melakukan perekrutan guru yang memiliki keahlian dan
pemahaman mendalam pada bidang mata pelajaran yang akan diajarkan. Dengan
cara ini, dipastikan bahwa guru yang direkrut memiliki kualifikasi yang sesuai dan
dapat memberikan pengajaran yang berkualitas kepada siswa.
Selanjutnya, penting bagi pihak sekolah untuk memberikan pelatihan
pendidikan lanjutan kepada para guru. Pelatihan ini harus disesuaikan dengan
mata pelajaran yang diajarkan oleh masing-masing guru, sehingga mereka dapat
terus meningkatkan pemahaman dan keterampilan mereka dalam menyampaikan
materi dengan cara yang efektif. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan guru
akan menjadi lebih terampil dan mampu menanggapi tantangan yang muncul
dalam proses pembelajaran.

Selain itu, solusi lain yang dapat diadopsi adalah mendorong guru untuk
melanjutkan pendidikan mereka dalam bidang mata pelajaran yang mereka
ajarkan. Pihak sekolah dapat memberikan insentif atau dukungan finansial agar
guru dapat mengikuti program pendidikan yang relevan. Melalui pendidikan
lanjutan ini, diharapkan guru akan memiliki pemahaman yang lebih mendalam
dan terkini terhadap perkembangan terbaru dalam bidang mereka, yang nantinya
akan tercermin dalam cara mereka menyampaikan materi kepada siswa.

Ketiga solusi ini, jika diterapkan secara bersamaan, dapat menciptakan


lingkungan pendidikan yang lebih berkualitas dan mendukung perkembangan
guru dan siswa. Dengan merekrut guru yang berkualifikasi tinggi, memberikan
pelatihan pendidikan lanjutan, dan mendorong pendidikan lanjutan bagi para
pendidik, diharapkan sekolah dapat mengatasi permasalahan pengajaran dan
meningkatkan mutu pendidikan secara menyeluruh.

Kemudian, pemerintah telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi


permasalahan ini melalui kebijakan dan persyaratan tertentu yang ditetapkan
untuk mendaftar sebagai guru PPPK. Informasi yang diambil dari sumber Guru
dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud mencatat bahwa verifikasi atau
verval ijazah merupakan salah satu langkah yang diambil untuk meminimalisir
permasalahan di bidang ini (Waspodo, 2020).

Proses verval atau verifikasi ijazah dilakukan melalui Dapodik (Data


Pokok Pendidikan) dengan tujuan untuk memverifikasi keaslian dan kepemilikan
ijazah oleh calon guru. Dalam proses ini, calon guru diwajibkan mencantumkan
Nomor Induk Mahasiswa (NIM) dan jurusan saat kuliah. Langkah ini bertujuan
agar pemerintah dapat memastikan bahwa calon guru memiliki kualifikasi dan
keahlian yang sesuai dengan bidang keilmuannya (Waspodo, 2020).

Dengan demikian, pemerintah berusaha menerapkan kontrol yang lebih


ketat terhadap kualifikasi pendidikan para calon guru PPPK. Dengan
memverifikasi ijazah melalui Dapodik, diharapkan dapat dihasilkan tenaga
pendidik yang lebih sesuai dengan bidang keilmuannya, sehingga kualitas
pengajaran di tingkat pendidikan dasar dapat ditingkatkan. Keberhasilan
implementasi persyaratan verifikasi ini menjadi kunci dalam memastikan bahwa
guru yang diangkat memiliki kompetensi dan keahlian yang sesuai, memberikan
kontribusi positif terhadap pengembangan pendidikan di Indonesia.

Salah satu permasalahan krusial yang muncul dalam konteks


kecenderungan guru mengajar di luar bidang keahliannya dapat ditemukan ketika
seorang guru yang semula bidang keahliannya untuk mengajar di jenjang sekolah
menengah menghadapi kendala akibat terbatasnya lowongan pekerjaan di tingkat
tersebut. Dalam situasi ini, beberapa guru dengan terpaksa mengalihkan fokus
pengajaran mereka ke sekolah dasar. Meskipun beberapa di antara mereka
mungkin tidak mengalami hambatan signifikan dalam melaksanakan tugas
pengajarannya, sebagian besar guru menemui kesulitan karena perbedaan
substansial dalam bidang keahlian mereka.

Permasalahan yang timbul selanjutnya adalah ketika guru-guru ini


terlanjur mengabdi di sekolah dasar untuk jangka waktu yang signifikan.
Akibatnya, ketika ada kesempatan untuk mendaftar sebagai guru Pendidikan dan
Pengembangan Keprofesian (P3K), mereka menghadapi hambatan serius.
Persyaratan pendaftaran yang mencakup relevansi ijazah dan bidang keahlian
menjadi kendala utama. Guru-guru yang telah mengabdikan diri lebih dari lima
tahun merasa terbatas karena ijazah mereka tidak lagi relevan atau bidang
keahlian mereka tidak sesuai dengan persyaratan pekerjaan yang ingin mereka
tekuni sebagai guru PPPK yang digaji oleh negara.
Situasi ini membentuk sebuah kompleksitas dalam keterlibatan guru yang
dihadapkan pada kebijakan penerimaan guru PPPK. Dalam konteks ini,
penyesuaian kebijakan pendidikan dan pengembangan profesional guru menjadi
imperatif untuk mengatasi ketidaksesuaian bidang keahlian dan persyaratan ijazah
yang mungkin menjadi hambatan bagi guru-guru yang memiliki pengalaman
panjang di dunia pendidikan.

Salah satu solusi untuk permasalahan krusial yang muncul terkait


kecenderungan guru mengajar di luar bidang keahliannya adalah dengan
memperhatikan kondisi guru honorer yang memiliki pengalaman panjang di dunia
pendidikan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dapat
mengambil langkah-langkah konkret untuk memfasilitasi partisipasi guru-guru ini
dalam seleksi PPPK.

Dalam hal ini, Kemendikbud telah memberi kebijakan bahwa guru honorer
yang memiliki ijazah tidak sesuai secara linier masih dapat mendaftar seleksi
PPPK. Meskipun banyak guru honorer yang menghadapi kendala, terutama
mereka yang usianya sudah di atas 50 tahun, langkah ini dapat membantu mereka
yang terpaksa mengalihkan fokus pengajaran ke tingkat sekolah dasar.

Namun, perlu dipertimbangkan pula penyesuaian kebijakan PPPK untuk


memberikan peluang yang lebih adil bagi guru-guru yang telah mengabdi di
sekolah dasar untuk jangka waktu yang signifikan. Hal ini melibatkan pengakuan
terhadap pengalaman panjang mereka, meskipun ijazah atau bidang keahlian
mereka mungkin tidak lagi sesuai dengan persyaratan pekerjaan yang ingin
mereka tekuni sebagai guru PPPK. Perlu diperhatikan bahwa kebijakan
pemerintah terkait perekrutan guru PPPK cenderung mengalami perubahan secara
berkala. Dalam hal ini, dinamika perubahan kebijakan tersebut dapat
memengaruhi berbagai aspek, seperti persyaratan pendaftaran, proses seleksi, dan
kriteria penilaian.

Dengan demikian, langkah-langkah konkret dalam penyesuaian kebijakan


pendidikan dan pengembangan profesional guru dapat membantu mengatasi
hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru-guru yang memiliki pengalaman
panjang di dunia pendidikan, sehingga mereka dapat lebih mudah berpartisipasi
dalam seleksi PPPK dan berkontribusi secara optimal dalam dunia pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anugrah, G. (2020, Maret). Pentingnya Tenaga Pendidik Yang Sesuai Dengan


Bidangnya. Retrieved From Bantennews.Co.Id:
Https://Www.Bantennews.Co.Id/Pentingnya-Tenaga-Pendidik-Yang-
Sesuai-Dengan-Bidangnya/

Arifin, A. (2022, November 19). Guru Mengajar Tidak Sesuai Bidang


Akademiknya. Retrieved From Gurusiana.Id:
Https://Www.Gurusiana.Id/Read/Azzam/Article/Bolehkah-Guru-
Mengajar-Tidak-Sesuai-Bidang-Akademiknya-1726959

Heti Baniati, M. I. (2023). Problematika Tugas Mengajar Dengan Bidang


Keahlian Guru. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam.

Kemendikbud. (2021, Juli 24 ). Kemendikbudristek Imbau Pelamar Guru PPPK


Segera Tuntaskan Pendaftaran. Retrieved From Kemdikbud.Go.Id:
Https://Www.Kemdikbud.Go.Id/Main/Blog/2021/07/Kemendikbudristek-
Imbau-Pelamar-Guru-Pppk-Segera-Tuntaskan-Pendaftaran

Mulyaningrum, A. (2015, November 20). Banyaknya Kasus Guru Yang Mengajar


Tidak Pada Bidangnya. Retrieved From Blog.Unnes.Ac.Id:
Https://Blog.Unnes.Ac.Id/Ardyanimulya/Author/Ardyani/

Rismawati, W. C. (2016). Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Guru Terhadap .


Educational Background, Professional Competence.

Waspodo, M. (2020). Studi Guru Tidak Tetap Pada Jenjang Pendidikan Dasar.
Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan, Badan Penelitian Dan Pengembangan
Dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. Retrieved
From Kemdikbud.Go.Id.

Anda mungkin juga menyukai