Anda di halaman 1dari 5

Nama : Roza Wahyudi

NIM : 2005112825
Mata Kuliah : Pengelolaan Pendidikan
Topik : Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

MATERI PENGELOLAAN PENDIDIK DAN TENAGA


KEPENDIDIKAN
PROBLEMATIKA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN YANG
TIDAK LINEAR DENGAN BIDANGNYA

LATAR BELAKANG
Faktor utama pada kemajuan suatu bangsa adalah pendidikan, artinya
semakin banyak individu yang menempuh pendidikan sampai tingkat tertinggi
maka akan memberikan sumbangsih pemikiran yang besar kepada bangsanya.
Individu lain yang berperan dalam dunia pendidikan adalah guru dan dosen yang
mana Pendidikan Tinggi dalam rumpun keguruan, menghasilkan lulusan untuk
menjadi tenaga pengajar yang dapat mentransfer knowladge kepada peserta didik.
Guru dan dosen dalam melaksanakan tugasnya harus memiliki kompetensi dan
sikap profesional untuk diajarkan kepada peserta didiknya. Dalam Undang
Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa
kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan
martabat guru serta perannya sebagai agen pembelajaran dan meningkatkan mutu
pendidikan nasional. Profesional merupakan pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh individu yang memerlukan keahlian yang memenuhi mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (Kunandar, 2007: 4).
Guru merupakan tenaga pendidik yang profesional dibidangnya, dibuktikan
dengan kemampuan akademik berupa sertifikat atau ijazah pendidik. Menurut
Payong (2011: 17), kualifikasi bersifat statis artinya pengakuan terhadap
kemampuan akademik seseorang yang dibuktikan dengan pemberian ijazah atau
sertifikat tidak berubah sejauh bersangkutan menyandang gelar akademik yang
sesuai. Hal tersebut menunjukkan dengan dibuktikan ijazah atau sertifkat pendidik
maka dianggap telah menguasai kompetensi sebagai seorang guru. Untuk menjadi

Pengelolaan Pendidikan | 1
guru yang profesional, guru harus menjadi otoritas mutu dan profesionalisme guru
sebagai etos kerja mereka dan menjadikannya sebagai landasan orientasi
berperilaku dalam tugas profesinya sehingga guru yang profesional apabila sesuai
dengan profesi yang diperoleh dan mengajarkan kompetensi yang dimiliki
(Karsidi, 2005: 7).
Guru tidak hanya memiliki satu peran saja, di sekolah pendidik harus bisa
berperan sebagai orang yang disiplin, pengajar, pengenal kebudayaan, pengganti
orang tua, sebagai seorang pendidik, pemberi contoh yang di tiru peserta didik.
Dalam masyarakat, guru berperan sebagai orang yang profesional yang erat
kaitannya dengan kompetensi guru. Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa profesi guru merupakan bidang
pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan standar kompetensi sesuai
bidang tugasnya dan pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan
sepanjang hayat.

MASALAH DAN AKAR PERMASALAHAN


Banyaknya problematika mengenai para pendidik yang bekerja mengajar
tidak sesuai dengan bidang yang di pelajari dari bidang keilmuannya. Hal ini
marak terjadi di kalangan pendidikan formal. Tenaga pengajar yang mengisi
kekosongan pengajar yang seharusnya memang bukan dari bidang yang di
pelajarinya selama ini, semisal banyak guru pendidikan sejarah yang mengajar
pendidikan geografi walaupun pendidik tersebut tetap mengajarkan pendidikan
sejarah. Hal ini jelas tidak seimbang dengan pengetahuan pendidik itu, karena
basic yang di miliki pendidik tersebut adalah pelajaran sejarah. Hal ini pengaruh
terhadap peserta didik yang mana peserta didik kurang memahami dan
berpengetahuan luas tentang mata pelajaran yang diberikan pendidik tersebut
karena bidang keilmuan yang terbatas.
Dalam perspektif perubahan sosial, guru yang baik tidak saja harus mampu
melaksanakan tugas profesionalnya di dalam kelas, namun harus pula berperan
melaksanakan tugas pembelajaran di luar kelas dan di lingkungan masyarakat. Hal
tersebut sesuai pula dengan kedudukan mereka sebagai agent of change yang
berperan sebagai inovator, motivator dan fasilitator terhadap kemajuan serta

Pengelolaan Pendidikan | 2
pembaharuan pembelajaran. Seorang guru tentunya harus mendalami konsep
keilmuan yang dipelajari guna menjawab berbagai pertanyaan yang terlintas
dalam pemikiran peserta didik.

PEMBAHASAN SOLUSI
Upaya mengatasi problematika pendidikan yang berkaitan dengan
profesionalisme guru diperlukan kerja sama antara pendidik dengan instansi
lainnya. Mengintegrasikan sumber informasi yang ada di masyarakat ke dalam
kegiatan belajar mengajar, penanaman tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas
yang di emban dan pembudayaan akhlaqul karimah dalam setiap perbuatan
kesehariannya serta diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, utamanya
pemimpin lembaga pendidikan dan pemerintah sebagai pembuat kebijakan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan penulis,
dapat dirumuskan jawaban dalam mengatasi problematika profesi guru yang
mengajar tidak linear dibidang keilmuannya sebagai berikut :
1. Pertama, meluruskan paradigma guru dan menata ulang berbagai aspek
pendidikan yang selama ini dilakukan. Aspek pendidikan dasar seperti
tujuan, kurikulum, metode dan pendekatan yang digunakan, sarana dan
prasarana yang tersedia, lingkungan, evaluasi dan sebagainya perlu ditinjau
ulang mengingat guru yang garda terdepan dalam kegiatan pendidikan.
Guru harus memiliki kesadaran dan tanggung jawab akan tugas dan profesi
yang sesuai dengan bidang keilmuannya
2. Kedua, dalam diri guru harus ditanamkan sikap tanggung jawab yang tinggi
terhadap tugas yang diembannya dan guru harus memiliki sikap-sikap
sebagai manusia yang berfikir rasional, bersikap dinamis, kreatif, inovatif,
beroientasi pada produktivitas, profesional, berwawasan luas, berpikir jauh
ke depan, menghargai waktu dan selalu berusaha untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam pemanfaatan media pembelajaran
yang berbasis teknologi dan informasi (TI) dan tetap mengedepankan
bidang keilmuannya agar sejalan dengan visi misi pendidikan.
3. Ketiga, dalam rangka penyiapan profesionalisme guru yang mampu
mengangkat kompetensi guru diperlukan kerja sama dari berbagai pihak,

Pengelolaan Pendidikan | 3
utamanya pemimpin lembaga pendidikan sebagai pembuat kebijakan di
sekolah. Dalam hal ini, pemimpin lembaga pendidikan hendaknya memiliki
pandangan ke depan agar termotivasi untuk selalu meningkatkan kinerja
menuju kepada profesionalitas yang tinggi dalam rangka menyiapkan mutu
lulusannya.
4. Keempat, di samping itu untuk meningkatkan profesionalisme guru,
pemimpin hendaknya memiliki strategi yang efektif dan efisien dalam
mewujudkan guru yang profesional tersebut, sehingga visi, misi dan target
pendidikan yang berlangsung dalam lembaga yang dipimpinnya dapat
tercapai dengan mengedepankan guru yang sesuai dibidang keilmuan yang
ia miliki guna dapat memberikan pemahaman kepafa peserta didik dalam
lingkup yang lebih mendalam.
Namun apabila rumusan yang disampaikan penulis sulit terlaksana, maka
cara lain adalah dengan memberikan guru yang tidak sesuai dengan bidang
keilmuannya tersebut dengan memberikan reward berupa studi belajar yang
sesuai dengan mata pelajaran yang akan día ajarkan kepada peserta didik.
Pendidik tersebut juga harus dilakukan supervisi secara berkala dan membuka
kesempatan untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan latihan (diklat), MGMP dan
pelatihan lainnya yang relevan dengan bidang keilmuannya serta dalam jangka
panjang memberikan kesempatan studi banding untuk membangun keterampilan
guru dalam kegiatan mengajar.

KESIMPULAN
Dalam mengatasi problematika pendidikan yang berkaitan dengan
profesionalisme guru diperlukan kerja sama antara berbagai institusi guna
mengintegrasikan seluruh guru yang tidak sesuai dengan bidang keilmuannya agar
dapat memberikan kesempatan berupa studi belajar yang sesuai dengan mata
pelajaran yang akan día ajarkan kepada peserta didik. Pendidik tersebut juga harus
dilakukan supervisi secara berkala dan membuka kesempatan untuk mengikuti
kegiatan pendidikan dan latihan (diklat), MGMP dan pelatihan lainnya yang
relevan dengan bidang keilmuannya serta dalam jangka panjang memberikan

Pengelolaan Pendidikan | 4
kesempatan studi banding untuk membangun keterampilan guru dalam kegiatan
mengajar

DAFTAR PUSTAKA
Alwi Said. (2017). Problematika Guru Dalam Pengembangan Media
Pembelajaran. Jakarta:Jurnal Itqan, Vol 8 No. 2.
Indonesia. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Lembar Sekretariat Negara No 14. Jakarta
Miftahurrahman. (2016). Problematika Guru dan Dosen Dalam Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta:Jurnal Cendekia Vol 14. No. 1.
Kunandar. (2007). Guru Professional Implementasi KTSP dan Sukses Sertifikasi.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Marsh, C. (1996). Handbook for Beginning Teachers. Sydney:Addison Wesley
Longman Australia Pry Limited.
Miarso Y. (2008). Peningkatan Kualifikasi Guru dalam Perspektif Teknologi
Pendidikan. Jakarta;Jurnal Pendidikan Penabur Vol. 7 No 10.
Saragih, A. H. (2008). Kompetensi Minimal Seorang Guru Dalam Mengajar.
Jakarta :Jurnal Tabularasa PPS UNIMED Vol. 5 No 1

Pengelolaan Pendidikan | 5

Anda mungkin juga menyukai