Anda di halaman 1dari 8

A.

JUDUL :
ANALISIS LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DI INDONESIA

B. PENDAHULUAN

Proses pendidikan yang sangat panjang semenjak kelahiran anak didik sampai
tingkat puncak dalam jenjang pendidikan memerlukan perhatian dan kepedulian pada
aspek psikologis atau kejiwaan. Memahami aspek kejiwaan anak didik merupakan
modal dasar tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.

Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti
mengalami perubahan, karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan usaha
atau kegiatan berinteraksi antara pendidik, anak didik dan lingkungan. Perubahan
tersebut adalah merupakan gejala yang timbul secara psikologis. Di dalam hubungan
inilah kiranya pendidik harus mampu memahami perubahan yang terjadi pada diri
individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya. Atas dasar itu pula pendidik
perlu memahami landasan pendidikan dari sudut psikologis.

Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari


pendidikan. Antara psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang
sangat sulit dipisahkan. Subjek dan objek pendidikan adalah manusia, sedangkan
psikologi menelaah gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan demikian
keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Dalam proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan


psikologi menjadi sangat mutlak. Analisis psikologi akan membantu para pendidik
memahami struktur psikologis anak didik dan kegiatan-kegiatannya, sehingga kita
dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan secara efektif (Yusuf, 2000).
C. PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendidikan, Psikologi, dan Landasan Psikologi Pendidikan
Menurut Brown (dalam Ahmadi,2004) bahwa pendidikan adalah
proses pengendalian secara sadar dimana perubahan-perubahan tingkah laku
dihasilkan didalam diri orang itu melalui kelompok. Dari pandangan ini
pendidikan adalah suatu proses yang mulai pada waktu lahir dan berlangsung
sepanjang hidup.
Tujuan pendidikan dasar adalah mempersiapkan generasi muda untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan tinggi
dimaksudkan untuk mempersiapkan para mahasiswa untuk dapat memperoleh
sukses dalam karir dan kehidupan pribadi serta mampu berpartisipasi didalam
pembangunan masyarakat (Soemanto, 2006).
Psikologi berasal dari dua kata bahasa yunani psyche yang berarti jiwa
dan logos yang berarti ilmu, secara harfiah psikologi dapat diartikan yaitu
ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa. Menurut Branca ( dalam khodijah, 2006:2 )
menyatakaan bahwa psikologi sebagai ilmu tentang perilaku. 
Psikologi secara umum dapat didefinisikan sebagai disiplin ilmu yang
berfokus pada perilaku dan berbagai proses mental serta bagaimana perilaku
dan berbagai proses mental serta bagaimana perilaku dan berbagai proses
mental ini dipengaruhi oleh kondisi mental organisme dan lingkungan
eksternal (Wade,2007).
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan psikologi adalah ilmu
pengetahuan tentang proses mental dan perilaku seseorang yang merupakan
manifestasi atau penjelmaan dari jiwa itu. 
Landasan Psikologis Pendidikan merupakan pemahaman terhadap
peserta didik yang berkaitan dengan aspek kejiwaan karena merupakan salah
satu kunci keberhasilan pendidikan bagi seorang pendidik. Oleh karena itu,
hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam
bidang pendidikan.
2. Landasan Psikologi dalam Pendidikan
Landasan psikologi memberikan sumbangan dalam dunia pendidikan.
Subjek dan objek pendidikan adalah manusia (peserta didik). Setiap peserta
didik memiliki keunikan masing – masing dan berbeda satu sama lain. Oleh
sebab itu guru memerlukan psikologi. Dengan adanya psikologi memberikan
wawasan bagaimana memahami perilaku individu dalam proses pendidikan
dan bagaimana membantu individu agar dapat berkembang secara optimal
serta mengatasi permasalahan yang timbul dalam diri individu (siswa)
terutama masalah belajar yang dalam hal ini adalah masalah dari segi
pemahaman dan keterbatasan pembelajaran yang dialami oleh siswa.
Psikologi dibutuhkan di berbagai ilmu pengetahuan untuk mengerti dan
memahami kejiwaan seseorang.
Abimanyu (1996) mengemukakan bahwa peranan psikologi dalam
pendidikan dan pengajaran ialah bertujuan untuk memberikan orientasi
mengenai laporan studi, menelusuri masalah-masalah di lapangan dengan
pendekatan psikologi serta meneliti faktor-faktor manusia dalam proses
pendidikan dan di dalam situasi proses belajar mengajar. Psikologi dalam
pendidikan dan pengajaran banyak mempengaruhi perumusan tujuan
pendidikan, perumusan kurikulum maupun prosedur dan metode-metode
belajar mengajar. Psikologi ini memberikan jalan untuk mendapatkan
pemecahan atas masalah-masalah sebagai berikut:

1. Perubahan yang terjadi pada anak didik selama dalam proses pendidikan 
2. Pengaruh pembawaan dan lingkungan atas hasil belajar
3. Teori dan proses belajar 
4. Hubungan antara teknik mengajar dan hasil belajar.
5. Perbandingan hasil pendidikan formal dengan pendidikan informal atas
diri individu.
6. Pengaruh kondisi sosial anak didik atas pendidikan yang diterimanya.
7. Nilai sikap ilmiah atas pendidikan yang dimiliki oleh para petugas
pendidikan.
8. Pengaruh interaksi antara guru dan murid dan antara murid dengan murid.
9. Hambatan, kesulitan, ketegangan, dan sebagainya yang dialami oleh anak
didik selama proses pendidikan 
10. Pengaruh perbedaan individu yang satu dengan individu yang lain dalam
batas kemampuan belajar 

Adapun aspek-aspek yang menjadi landasan psikologi dalam


pendidikan diantaranya adalah:

a. Psikologi Perkembangan

Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-


pendekatan yang dimaksud adalah (Nana Syaodih, 1989).

a. Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-


tahapan tertentu. Pada setiap tahap memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda
dengan ciri-ciri pada tahap-tahap yang lain.
b. Pendekatan diferensial. Pendekatan ini dipandang individu-individu itu
memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu
orang-orang membuat kelompok–kelompok. Anak-anak yang memiliki
kesamaan dijadikan satu kelompok. Maka terjadilah kelompok berdasarkan
jenis kelamin, kemampuan intelek, bakat, ras, status sosial ekonomi, dan
sebagainya.
c. Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap
individu, dapat saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat
perkembangan seseorang secara individual.
Penahapan perkembangan menurut Rosseau dalam (Yusuf,2012),
adalah sebagai berikut:

 Tahap I : 0 sampai 2 tahun usia asuhan


 Tahap II : 2 sampai 12 tahun masa pendidikan jasmani dan latihan panca
indera
 Tahap III : 12 sampai 15 tahun periode pendidikan akal
 Tahap IV : 15 sampai 20 tahun periode pendidikan watak dan
pendidikan agama

Havinghusrt menyusun fase-fase perkembangan sebagai berikut:


a.    Tugas perkembangan masa kanak-kanak.
b.    Tugas perkembangan masa anak.
c.    Tugas perkembangan masa remaja.
d.   Tugas perkembangan masa awal dewasa.
e.    Tugas perkembangan masa setengah baya.
f.     Tugas perkembangan orang tua.
Tugas-tugas yang harus dijalankan atau diselesaikan oleh setiap individu
sepanjang hidupnya seperti yang tertera di atas, memberi kemudahan untuk:
a.    Menentukan arah pendidikan.
b.    Menentukan metode atau model belajar anak-anak agar mereka mampu
menyelesaikan tugas perkembangannya.
c.    Menyiapkan materi pelajaran yang tepat.
d.   Menyiapkan pengalaman belajar yang cocok dengan tugas perkembangan
itu.
b. Psikologi Belajar
Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui praktek atau latihan. Dengan belajar manusia melakukan perubahan-
perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang
(Soemanto, 2006).

Para ahli psikologi cenderung untuk menggunakan pola-pola  tingkah


laku manusia sebagai suatu model yang menjadi prinsip-prinsip belajar.
Prinsip-prinsip belajar ini selanjutnya lazim disebut dengan Teori Belajar.

a. Teori belajar klasik masih tetap dapat dimanfaatkan, antara lain untuk
menghapal perkalian dan melatih soal-soal (Disiplin Mental). Teori
Naturalis bisa dipakai dalam pendidikan luar sekolah terutama pendidikan
seumur hidup.
b. Teori belajar behaviorisme bermanfaat dalam mengembangkan perilaku-
perilaku nyata, seperti rajin, mendapat skor tinggi, tidak berkelahi dan
sebagainya.
c. Teori-teori belajar kognisi berguna dalam mempelajari materi-materi yang
rumit yang membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan
untuk mengembangkan ide (Pidarta, 2007:218).

c. Psikologi Sosial
Psikologi social adalah ilmu tentang perilaku individu dalam kaitannya
dengan situasi stimulus social. Stimulus social atau rangsangan social
yang dimaksud disini bukan hanya orang-orang lain yang mengadakan
interaksi social dengan si pelaku, melainkan dapat berupa benda-benda
dan hal-hal lain yang bernilai social dan mempengaruhi perilaku orang
secara social pula (Sherif&Muzfer dalam Sarwono, 1997).

Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memilki tiga kunci utama yaitu.
a. Kepribadian orang itu. Mungkin kita pernah mendengar tentang orang
itu sebelumnya atau cerita-cerita yang mirip dengan orang itu,
terutama tentang kepribadiannya.
b. Perilaku orang itu. Ketika melihat perilaku orang itu setelah
berhadapan, maka hubungkan dengan cerita-cerita yang pernah
didengar.
c. Latar belakang situasi. Kedua data di atas  kemudian dikaitkan dengan
situasi pada waktu itu, maka dari kombinasi ketiga data itu akan
keluarlah kesan pertama tentang orang itu.

Dalam dunia pendidikan, kesan pertama yang positif yang dibangkitkan pendidik
akan memberikan kemauan dan semangat belajar anak-anak. Motivasi juga
merupakan aspek psikologis sosial, sebab tanpa motivasi tertentu seseorang sulit
untuk bersosialisasi dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu, pendidik punya
kewajiban untuk menggali motivasi anak-anak agar muncul, sehingga mereka dengan
senang hati belajar di sekolah.

Menurut Klinger (dikutip Pidarta, 2007:222) faktor-faktor yang menentukan motivasi


belajar adalah.

 Minat dan kebutuhan individu.


 Persepsi kesulitan akan tugas-tugas.
 Harapan sukses.

3. Implementasi, Permasalahan, dan Solusi


Implementasi :
Salah satu contoh pengimplementasian landasan psikologis di Indonesia
adalah penerapan Kurikulum 2013, dimana dalam kurikulum ini telah tertuang
penilaian terhadap akhlak siswa dan juga dalam pencarian bakat siswa. Hanya
saja penerapan kurikulum 2013 ini belum maksimal.

Permasalahan:
Berbicara mengenai situasi pendidikan di Indonesia, kita tidak dapat
menutupi kenyataan dimana sekolah-sekolah masih mengutamakan
penguasaan mata pelajaran. Akibatnya peranan dan minat guru-guru ataupun
murid-murid dibatasi oleh pengawasan dari pihak pemerintah. Memang ada
kemungkinan, bahwa keberhasilan pendidikan kita adalah tidak lepas
hubungannnya dengan keterampilan guru-guru dalam mengelola belajar
mengajar. Pendidikan kita sekarang belum banyak memperhatikan minat dan
kebutuhan anak didik. Pendidikan kita masih banyak digumuli dengan
masalah-masalah kompetensi lembaga pendidikan serta pemenuhan
kebutuhan dunia kerja akan tenaga kerja.

Solusi:
Dari kenyataan diatas, maka sudah tiba masanya sekarang dimana
pendidikan hendaknya lebih melayani kebutuhan dan hakikat psikologis anak
didik. Pendidikan seharusnya mempunyai kreasi-kreasi baru di sepanjang
waktu dengan berorientasi kepada sifat dan hakikat anak didik. Selama anak
sekolah hanya menyenangi puisi-puisi daripada menulis naskah-naskah kreatif
dan selama anak-anak di sekolah dilatih perhitungan yang kurang berguna
daripada mengajarkan manfaat perhitungan tersebut untuk kegunaannya yang
nyata.

Anda mungkin juga menyukai