Anda di halaman 1dari 15

MODEL PAUD HOLISTIK BERBASIS KARAKTER

Makalah diajukan untuk didiskusikan


Pada mata kuliah Model dan Pengembangan Pembelajaran AUD

Dosen Pengampu :
Hermansyah, M. Pd.I

Disusun Oleh :
Fistaria
Ermiyanti

Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD)

YAYASAN NURUL ISLAM (YASNI)


INSTITUT AGAMA ISLAM
MUARA BUNGO
T.A 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai, Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bungo, 09 Mei 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAS ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Pembelajaran PAUD ........................................................................ 3
B. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter di PAUD .................................. 5
C. Strategi Penilaian .......................................................................................... 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................................... 11
B. Saran .............................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini memiliki peran sangat penting dalam
pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan anak usia dini merupakan
peletak dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. Pendidikan anak usia dini
dilakukan melalui proses stimulasi tumbuh kembang anak, dimana pendidik
lebih berperan menyiapkan wahana dan kegiatan main yang memberikan
kesempatan pada anak untuk menggali potensinya sesuai dengan kemampuan
dan taraf perkembangannya. Proses perkembangan yang terjadi pada anak
melalui pengalaman langsung ini akan terekam dan membekas sangat kuat pada
anak.1
Proses pembelajaran yang terjadi di lapangan saat ini masih dominan
berpusat pada guru. Guru dominan menjelaskan dan memberikan contoh pada
anak, baik tentang cara kerja dan hasil kerja yang diharapkan guru. Target atau
hasil belajar yang dicanangkan pada anak usia dini adalah berupa hasil karya
dan proses yang diharapkan atau dilatihkan guru pada anak. Aktifitas yang
dicanangkan untuk anak-anak usia dini di PAUD/TK masih bersifat parsial atau
terlepas antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain. Kegiatan yang partial
seperti ini akan berdampak pada kehilangan orientasi kegiatan, banyak muncul
pertanyaan, dan kebosanan pada anak. Pendidik PAUD atau guru TK lebih
menekankan baca tulis dan hitung sehingga suasana pendidikan anak usia dini
bukan lagi belajar melalui bermain. Kondisi seperti ini perlu mendapatkan
perhatian yang serius dan dicarikan solusinya bila hendak mengembangkan
potensi dan karakter anak sejak dini. Kondisi seperti yang digambarkan diatas
sangat tidak mendukung optimalisasi capaian pengembangan dan membangun
karakter anak usia dini.

1
Slamet Suyanto. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. (Yogyakarta. Universitas Negeri
Yogyakarta, 2013), h. 22

1
Pendekatan yang tepat merupakan upaya pembelajaran yang lebih
menekankan pada aktifitas anak, dimana anak terdorong untuk melakukan
ekplorasi, menemukan sendiri, dan pengembangan kemampuannya sendiri.
Anak terdorong untuk beraktifitas dan mencari tahu tentang sesuatu yang
menarik baginya. Aktifitas anak berupa bermain atau permainan yang bermakna
atau dalam proses bermain anak mengenal konsep-konsep dan atau menerapkan
konsep berkaitan dengan hidup dan kehidupan.
Guru mempunyai peran yang sangat besar dalam persiapan dan
penentuan aktifitas bermain bagi anak. Guru merupakan seorang desainer
kegiatan main atau main bagi anak, dimana permainan yang disiapkan dan
dilaksanakan anak akan menstimulasi tumbuh kembangnya. Dalam aktifitas
bermain guru lebih perperan sebagai pendamping, fasilitator, pendorong dan
penstimulasi agar anak melakukan eksplorasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pembelajaran model holistik berbasis karakter PAUD ?
2. Bagaimana strategi pembelajaran model holistik berbasis karakter PAUD ?
3. Bagaimana strategi penilaian model holistik berbasis karakter PAUD ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mengetahui konsep pembelajaran model holistik berbasis
karakter PAUD.
2. Mahasiswa mengetahui strategi pembelajaran model holistik berbasis
karakter PAUD.
3. Mahasiswa mengetahui strategi penilaian model holistik berbasis karakter
PAUD

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pembelajaran PAUD


Guru besar Islamic Studi di universitas Cambridge, Arthur J. Arberry
mengemukakan bahwa agama Islam memiliki peran yang cukup besar dan
mengagumkan dalam menyodorkan sebuah konsep pendidikan, baik dalam
bidang seni, hokum, politik, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Dalam hal ini
termasuk pendidikan anak usia dini. Konsep Islam tentang pendidikan anak usia
dini bersifat sistematik, yaitu konsep yang di dalamnya terkandung berbagai
komponen: visi, misi, tujuan, dasar, prinsip, kurikulum, pendidik, strategi
proses belajar mengajar, institusi, sarana dan prasarana, pembiayaan,
lingkungan, dan evaluasi, yang antara satu komponen dan komponen lainnya
salaing berkaitan dan berhubungan secara fungsional.
Visi Islam menjadikan pendidikan anak usia dini sebagai sarana yang
paling efektif dan strategis dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia
yang terbina potensi basyariyah (fisik-jasmaniah), insaniyah (mental-spiritual,
rohani, akal, bakat dan minat), al-naasiyah (sosial kemasyarakatan) secara utuh
dan menyeluruh.2 Sedangkan misi pendidikan anak usia dini yakni menjadikan
anak yang saleh dan saleha baik secara basyariyah, insaniyah, dan al-naasiyah-
nya. Dan juga menjadikan sebagai yang membahagiakan dirinya, agamanya,
orangtuanya, masyarakat, dan bangsanya (QS Al-Furqan, 25:74) :
َ ‫ب ََلَا م ِۡن أَ ۡز َوَٰج َنا َو ُذر ذيَٰت ِ َنا ُق ذرةَ أَ ۡع ُ َ ۡ َ ۡ َ ۡ ُ ذ‬
ً ‫ُي إ َم‬
: ‫اما (الفرقان‬
َ ُ َُ َ ‫َ ذ‬
ۡ ‫ون َر ذب َنا َه‬
ِ ِ‫ُي وٱجعلنا ل ِلمتق‬
ٖ ِ ِ ‫وٱَّلِين يقول‬

) ٧٤

Artinya: “Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah
kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati
(Kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.

2
Nata, Abuddin. Kapita Selekta Pendidikan Islam. (Jakarta: Grasindo, 2012), h. 23

3
Adapun tujuan pendidikan karakter pada anak usia dini yakni
diharapkan mampu mengantarkan, membimbing, dan mengarahkan anak didik
untuk melaksanakan fungsinya sebagai ‘abd dan khalifah, guna membangun
dan memakmurkan alam ini sesuai dengan konsep-konsep yang telah ditetapkan
Allah. Perwujudan ini tidak lepas dari pribadi insan kamil yang bertaqwa dan
berkualitas intelektual.3
Dengan demikian, tujuan pendidikan mempunyai cakupan yang luas
meliputi pencapaian tujuan jasmani, ruhani, mental, sosial, dan bersifat
universal. Untuk itu, Hasan langgulung memberikan penjelasan bahwa tujuan
pendidikan harus mampu mengembangkan fitrah insaniyah tesebut sesuai
dengan kapasitas yang dimilikinya, sehingga terwujudlah apa yang diistilahkan
Hasan Langgulung insan saleh dan masyarakat saleh yang merupakan strategi
pengembangan pendidikan berbasis Islam. Hal ini dapat dipahami bahwa tujuan
pendidikan dalam versi Hasan Langgulung yakni melahirkan peserta didik yang
beriman dan beramal saleh.4
Secara rinci Ratna Megawangi mengungkap ada 9 pilar karakter yang
harus ditumbuhkan dalam diri anak usia dini yaitu :
1. Cinta kepada Allah.
2. Kemandirian dan tanggungjawab.
3. Kejujuran dan bijaksana.
4. Hormat, santun.
5. Dermawan, suka tolong menolong, gotong royong.
6. Percaya diri, keratif, kerja keras.
7. Kepemimpinan dan keadilan.
8. Baik hati, rendah hati.
9. Toleransi, kedamaian, kesatuan.5

3
Nizar, Samsul. Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta : Gaya Media
Pratama, 2012), h. 106
4
Langgulung, Hasan. Peralihan Paradigma Dalam Pendidikan Islam dan Sains Sosial. (Jakarta:
Gaya Media Pratama, 2012), h. 137
5
Megawangi, Ratna. http/www. langit Perempuan. Com. pelopor Pendidikan Holistik berbasis
karakter, diakses 08 Mei 2021

4
Pendidikan karakter di atas pada prinsipnya universal, holistic,
integrated, seimbang, dinamis, adil, egaliter, manusiawi, unggul, berbasis
ilmu dan riset, sesuai dengan fitrah, sesuai dengan perkembangan zaman,
fleksibel, visioner dan terbuka yang dibangun atas dasar hubungan manusia
dengan Allah(tauhid visi trandental), manusia dengan manusia (akhlak-visi
sosiologis), manusia dengan alam (visi-kosmologis).
Karakter dan prinsip di atas, diajarkan dengan menggunakan metode
knowing the good, feeling the good, acting the good. Tiga metode ini, yakni
metode pertama muda diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitif saja.
Kedua, bagaimana merasakan dan mencintai kebajikan menjadi engine yang
selalu bekerja membuat orang mau selalu berbuat sesuatu kebaikan. Ketiga,
berubah menjadi kebiasaan
jika ditarik kesimpulan di atas menyebutkan bahwa, pendidikan
karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek
pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Karakter
adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu
untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,
bangsa dan negara. Inilah yang dikatakan Thomas Lickona, karakter
berkaitan dengan konsep moral (moral knonwing), sikap moral (moral
felling), dan perilaku moral (moral behavior).6

B. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter di PAUD


Strategi pembelajaran sebagai salah satu komponen pendidikan yang
terpenting juga mengalami perubahan. Strategi pembelajaran yang di tuntut
pada saat ini adalah strategi pembelajaran yang berpusat pada aktivitas peserta
didik (student centris) dalam suasana yang lebih demokratis, adil, manusiawi,
memberdayakan, menyenangkan, menggairahkan, membangkitkan, minat
belajar, merangsang timbulnya inspirasi, imajinasi, kreasi, inovasi, etos kerja

6
Zubaidi. Desain Pendidikan Karakter, Konsepsi dan Aplikasi dalam Lembaga Pendidika. (Jakarta:
Kencana, 2012), h. 29

5
dan semangat hidup.7 Lihat juga dalam peraturan pemerintah Republik
Indonesia nomor 19 Tahun 2005, Bab IV, Pasal 29 dinyatakan, bahwa proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup prakarsa, krativitas,
dan kemadirian sesuai dengan bakat, minat, perkembangan fisik serta psikologi
peserta didik).
Proses pembelajaran dengan model di atas, dalam pendidikan karakter,
lebih mudah memperoleh hasil pembelajaran baik pada ranah kognitif, afektif
dan psikomorik, hanya saja, perangkat pembelajaran berbasis pendidikan
karakter di PAUD melalui tiga tahapan pembelajaran yang saling
mempengaruhi satu sama lainnya, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian.8 Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mengiplementasikan
pendidikan karakter di PAUD terdapat tiga elemen penting untuk diperhatikan,
yaitu prinsip, proses dan praktiknya. Untuk itu diperlukan strategi pembelajaran
yang diantaranya :
1. Moral knowing/learning to know
Tahapan ini merupakan langkah pertama dalam pendidikan karakter.
Tahapan ini tujuan diorentasikan pada penguasaan pengetahuan tentang
nilai-nilai. Siswa harus mampu : a) membedakan nilai-nilai-nilai akhlak
mulia dan akhlak tercelah serta nilai-nilai universal; b) memahami secara
logis dan rasional (bukan secara dogmatis dan doktriner)pentingnya akhlak
mulia dan bahaya akhlak tercela dalam kehidupan; c) mengenal sosok Nabi
Muhammad SAW. Sebagai figur teladan akhlak mulia melalui hadits-hadits
dan sunnahnya.
2. Moral Loving/Moral Feeling
Belajar mencintai dan melayani orang lain. Belajar mencintai
dengan cinta tanpa syarat. Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan
rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulai. Dalam tahapam

7
Nata, Abuddin. Kapita Selekta Pendidikan Islam. (Jakarta: Grasindo, 2012), h. 2-3
8
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2016), h. 26-32

6
ini yang menjadi sasaran guru adalah dimensi emosional siswa, hati, atau
jiwa, bukan lagi akal, rasio atau logika.
3. Moral Doing/Learning to do
Inilah puncak keberhasilan mata pelajaran akhlak, siswa
mempraktikkan nilai-nilai akhlak mulia itu dalam prilakunya sehari-hari.
Siswa menjadi semakin sopan, ramah, hormat, penyayang, jujur, disiplin,
cinta, kasih dan sayang, adil serta murah hati dan seterusnya.9 Di samping
ada dua model membentuk karakter pada diri anak yaitu :
a. STERILISASI = anak dijauhkan dari realitas. Selalu mengatakan jangan
hal ini menjadi tidak efektif karena anak secara diam-diam akan
melakukan maka dia akan menjadi manusia yang munafik, seolah-olah
menjadi anak baik tetapi dibelakang orang tua atau guru mereka
berperilaku semaunya.
b. IMUNISASI = anak didekatkan kepada realitas. Diberikan pemahaman
konsekuensi atau akibat kalau dia melakukan suatu kesalahan maka
anak akan berpikir baik dan buruk setiap perilakunya dan akhirnya anak
menjadi kokoh dan punya benteng pertahanan diri yang kuat.
Secara kongkrit Azyumardi Azra menjelaskan strategi
pembelajaran dalam usaha pembentukan dan pendidikan karakter atau
akhlak melalui lembaga sekolah Khusus PAUD setidaknya melalui
pendekatan sebagai berikut; Pertama, menerapkan pendekatan
modeling atau uswatun hasanah yakni mensosialisasikan dan
menegakkan nilai-nilai akhlak dan moral yang benar melalui model dan
teladan. Kedua, menjelaskan atau mengklarifikasi kepada peserta didik
secara terus menerus tentang berbagai nilai yang baik dan yang buruk.
Ketiga, menerapkan pendidikan berdasarkan karakter (character-based
education). Hal ini bisa dilakukan dengan menerapkan character-based
approach ke dalam setiap mata pelajaran yang ada di samping mata
pelajaran khusus untuk pendidikan karakter, seperti pelajaran agama,

9
Abdul Madjid dan Andayani. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 112-113

7
sejarah, Pancasila, dan sebagainya. Memandang kritik di atas, maka
perlu dilakukan reorientasi baik dari segi isi/muatan, metode dan
pendekatan, sehingga mereka tidak hanya menjadi verbalisme dan
sekedar hafalan, tetapi betul-betul berhasil membantu pembentukan
akhlak atau karakter.10
Dengan demikian, pendidikan menuntut tindakan percontohan
karena hal itu lebih banyak daripada pengajaran verbal. Istilah yang
populer di kalangan masyarakat dikatakan bahwa pendidikan dengan
bahasa perbuatan untuk anak adalah lebih efektif dan lebih mantap dari
pada pendidikan dengan bahasa ucapan. Hal ini diakui Phillips, bahwa
intitusi keluarga dan sekolah hendaklah kembali school of love, sekolah
untuk kasih sayang. Dalam perspektif Islam menurut Azra disebut
madrasah mawaddah wa rahmat, tempat belajar yang penuh cintah
sejati dan kasih sayang.11 Lebih lanjut Muhammad Ali Murshafi
menambahkan bahwa unsur terpenting nilai pendidikan yang
ditanamkan institusi keluarga dan sekolah adalah nilai kejujuran dan
amanah, sehingga menjadi bekal peserta didik dalam proses
pembelajaran di sekolah.12

C. Strategi Penilaian
Menurut Puckett dan Black (1994) bahwa prinsip-prinsip penilaian
dalam pendidikan anak usia dini antara lain :
1. Holistik
Holistik maksudnya adalah kegiatan penilaian dilakukan pada
seluruh aspek perkembangan anak, seperti pada aspek fisik, motorik, moral,
sosial-emosional, intelektual, bahasa dan kreativitas. Perkembangan anak
pada semua aspek tersebut dinilai untuk mengetahui perkembangannya,
kelebihannya dan kelemahannya serta kebutuhan anak. Harapanya semua

10
Azra, Azyumardi. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. (Jakarta: Kompas, 2012), h. 87
11
Ibid, h. 88
12
Murshafi, Muhammad Ali. Mendidik Anak Agar Cerdas dan Berbakti. (Surakarta: Ziyad Visi
Media, 2019), h. 108

8
aspek perkembangan tersebut dapat berkembang secara optimal, sehingga
anak akan tumbuh dan berkembang menjadi manusia seutuhnya.
2. Teknik Penilaian
Banyak cara dapat digunakan oleh pendidik untuk melakukan
penilaian terhadap perkembangan anak. Cara-cara tersebut antara lain:
pengamatan, pencatatan, dan pendokumentasian. Kegiatan pengamatan
dapat dilakukan melalui berbagai teknik antara lain: narative record,
anecdotal record, running record, time sampling dan daftar cek. Hasil
pengamatan tersebut kemudian dianalisis, meliputi tingkat
perkembangannya, kelebihannya, kelemahan serta kebutuhan anak untuk
kelanjutan perkembangannya. Setiap hasil karya anak juga
didokumentasikan. Pendidik bersama orang tua dapat menyusun portofolio
dari dokumentsi tersebut.
3. Komponen Penilaian
Komponen-komponen yang menjadi fokus kegiatan penilaian antara
lain, meliputi perkembangan fisik-motorik, kognitif, moral dan sosial,
emosiional dan bahasa dan lain sebagainya.
4. Instrumen Penilaian
Dari unsur-unsur penilaian tersebut di atas, pendidik dapat
mengembangkan instrumen penilaian. Untuk kelas dengan jumlah anak
didik yang banyak, pendidik dapat menggunakan cek list atau skala
penilaian sebagai berikut :
Aspek penilaian: Kompetensi Personal
Nama : …………………………………
Usia : …………………………………
Hari/tgl : ……………………………..
Penilai : ……………………………..
Unsur yang dinilai yaitu Sangat Baik, Baik, Cukup dan Kurang
a. Tanggung jawab
b. Motivasi belajar
c. Bekerja secara mandiri

9
d. Bekerjasama dalam kelompok
e. Memperhatikan perintah pendidik
f. Mampu mengatasi konflik
Pendidik dapat memberi tanda cek atau centang pada kolom
yang sesuai dengan kenyataan yang ditunjukkan oleh anak. Misalnya
anak sangat baik dalam menyelesaikan konflik dengan teman, maka
pendidik tinggal memberi tanda cek pada baris mampu mengatasi
konflik pada kolom kedua.
5. Cara Penilaian
Penilaian pada anak usia dini hendaknya lebih didasarkan atas
kemajuan belajar atau perkembangan individual. Oleh karena itu bentuk
penilaian dimana anak dibandingkan dengan anak yang lain menjadi kurang
bermakna. Pendidik harus mau menganggap bahwa semua anak, apapun
kondisinya adalah peserta didik yang harus dikembangkan secara optimal
sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Laporan kemajuan belajar anak yang sering kita lihat berisi nilai
dalam bentuk skala angka 0-10 atau 0 -100. misalnya di A nilai
matematikanya 8 atau 80. penilaian di satuan PAUD seperti itu kurang
profesional. Pendidik boleh saja memberi nilai dalam bentuk angka pada
karya anak, misalnya setelah menyelesaikan gambarnya pendidik memberi
nilai 10. tetapi hal itu tidak berarti bahwa gambar anak itu sempurna, tetapi
tujuannya ialah untuk memotivasi anak agar ia menyelesaikan gambarnya
di kemudian hari. Bisa saja nilai tersebut tidak dalam bentuk angka, tetapi
dalam bentuk gambar ekspresif seperti stiker orang menangis, tersenyum,
atau tertawa. Jika mendapat gambar orang menangis artinya pendidik sedih,
karena gambar yang dibuat anak tidak baik. Sebaliknya jika stiker tertawa,
berarti sebaliknya pendidik senang karena gambarnya bagus.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan besar makalah ini, bahwa pendidikan karakter pada peserta
didik usia dini sangat menentukan, oleh karena itu, strategi pembelajaran
pendidikan karakter harus dimulai Moral knowing/learning to know, Moral
Loving/Moral Feeling, Moral Doing/Learning to do. Tiga strategi ini dalam
pembelajaran dapat terlaksana jika para guru Pertama, menerapkan pendekatan
modeling atau uswatun hasanah yakni mensosialisasikan dan menegakkan
nilai-nilai akhlak dan moral yang benar melalui model dan teladan. Kedua,
menjelaskan atau mengklarifikasi kepada peserta didik secara terus menerus
tentang berbagai nilai yang baik dan yang buruk. Ketiga, menerapkan
pendidikan berdasarkan karakter (character-based education). Hal ini bisa
dilakukan dengan menerapkan character-based approach ke dalam setiap mata
pelajaran yang ada.
Model pembelajaran Holistik berbasis karakter dapat diterapkan pada
berbagai pengelolaan atau pendekatan pembelajaran yang diterapkan oleh
pendidik. Model pengelolaan atau pendektan yang dimaksud diantaranya
pendekatan ; Sentra dan Lingkaran; Pendekatan Kelas/Kelompok dan
Pendekatan Area. Model ini lebih menekankan pada pembaharuan dalam proses
pembelajaran anak usia dini yang berpusat pada anak.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari banyak sekali
kekurangan, untuk itu kami meminta kritik dan sarannya agar dapat
memperbaiki segala kekurangan yang ada. Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada pihak yang telah ikut membantu di dalam pembuatan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Sa’dun. (2011). Revitalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar. Naskah


Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Negeri Malang.

Azra, Azyumardi. (2012). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Kompas.

Dimyati dan Mudjiono. (2016). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Haroen, H. (2018). Gaya Belajar Siswa Bagi Burhanuddin Zarnuji. Ulumuddin :


Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 8(1), 17–34.

Langgulung, Hasan. (2012). Peralihan Paradigma Dalam Pendidikan Islam dan


Sains Sosial. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Madjid, Abdul dan Andayani. (2011). Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Megawangi, Ratna. http/www. langit Perempuan. Com. pelopor Pendidikan


Holistik berbasis karakter, diakses 08 Mei 2021

Murshafi, Muhammad Ali. (2019). Mendidik Anak Agar Cerdas dan Berbakti.
Surakarta: Ziyad Visi Media.

Nata, Abuddin. (2012). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Grasindo.

Nata, Abuddin. (2015). Pendidikan Menurut Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: UIN


Jakarta Press.

Nizar, Samsul. (2012). Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam.


Jakarta : Gaya Media Pratama

Slamet Suyanto. (2013) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta.
Universitas Negeri Yogyakarta.

Zubaidi. (2012). Desain Pendidikan Karakter, Konsepsi dan Aplikasi dalam


Lembaga Pendidika. Jakarta: Kencana.

12

Anda mungkin juga menyukai