Disusun oleh:
Kelompok 4 Psikologi E
Anggota :
Haris Maulana Yusuf (200401110037)
Endah Sapta Kumaladewi (200401110176)
Aulia Rahma Salsabila (200401110227)
Zia Ijtihadi El-Hakim (200401110233)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas nikmat, karunia
dan keberkahan yang Ia berikan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul ‘’Konsep Perkembangan dan Tahapan Literasi Anak’’ dengan baik.
Penyusunan makalah ini disusun sebagai bentuk pemenuhan tugas mata kuliah
Psikologi Literasi. Kami berharap melalui makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan pembaca dalam hal Psikologi Literasi, terutama dalam
hal perkembangan dan tahapan literasi pada anak.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang terkait
dan ikut membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Kami sadar bahwa
dalam proses penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Tahap Fantasi 3
B. Tahap Pembentukan Konsep Diri 6
C. Tahap Gemar Membaca 8
D. Pengenalan Bacaan 9
E. Tahap Lancar Membaca 12
BAB III PENUTUP 14
Kesimpulan 14
DAFTAR PUSTAKA 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Literasi merupakan kemampuan membaca dan menulis.
Perkembangan literasi menjadi hal yang sangat penting untuk
diperhatikan, karena literasi merupakan kemampuan dasar yang harus
dimiliki oleh setiap individu dalam menjalani kehidupan di masa yang
akan datang. Di Indonesia, rendahnya budaya membaca buku sudah
menjadi masalah yang melanda sejak dulu. Berdasarkan survei yang
dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) pada
2019 menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70
negara atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi
rendah. Sementara itu UNESCO menyebutkan bahwa minat baca
masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Artinya dari 1.000 orang Indonesia
hanya 1 orang yang gemar membaca. Data di atas menunjukkan persoalan
literasi yang harus dibenahi di Indonesia.
Literasi perlu dikenalkan pada usia se-dini mungkin agar
mendapatkan hasil yang optimal. Untuk mendapatkan hasil yang optimal,
literasi perlu diberikan sejak anak usia dini yang disebut dengan literasi
awal. Pada usia dini, anak akan mengalami masa golden age atau masa
keemasan. Pada masa tersebut anak mengalami perkembangan otak yang
sangat pesat. Pada masa ini anak banyak menyerap informasi yang
didapatkannya. Pada masa ini pula anak berada pada tahapan pembentukan
kepribadiannya. Masa keemasan ini terjadi pada masa prasekolah atau
terjadi pada usia 0-6 tahun. Pada usia tersebut menjadi usia yang sangat
penting bagi seorang anak. Pendidikan pada masa keemasan sangat
menentukan tahap perkembangan anak pasa masa selanjutnya. Untuk itu
orang tua harus memiliki kesadaran untuk mengenalkan literasi pada anak
usia dini.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep perkembangan literasi pada anak?
2. Bagaimana tahapan literasi pada anak?
3. Apa saja tahapan literasi pada anak?
C. Tujuan
1. Menjelaskan konsep perkembangan literasi pada anak.
2. Memaparkan bagaimana tahapan-tahapan literasi pada anak.
3. Menjelaskan tahapan literasi apa saja yang dilalui oleh anak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tahap Fantasi
3
Kindergarten" (2006), tahap fantasi ini disebut dengan "pre-reader stage",
yaitu tahap sebelum anak mulai mengenal huruf dan simbol-simbol
bacaan.
Vallance dan Cook menjelaskan bahwa pada tahap ini, anak belajar
mengenal dunia melalui pengalaman, permainan, dan interaksi sosial.
Anak mulai mengembangkan keterampilan berbahasa dan memahami
makna kata dan kalimat melalui percakapan sehari-hari, cerita yang
dibacakan, dan gambar yang dilihat. Gambar dalam buku membantu anak
membangun imajinasi dan membayangkan cerita.
Sementara itu, menurut L.M. Morrow dan L.B. Gambrell dalam
bukunya "Best Practices in Early Literacy Instruction" (2004), tahap
fantasi pada anak usia 4-6 tahun ini dikenal sebagai "emerging reader
stage". Pada tahap ini, anak mulai mengembangkan kemampuan membaca
dengan memperhatikan gambar dan menyusun cerita berdasarkan
pengalamannya. Anak pada tahap ini juga mulai mengenal huruf dan
membaca kata-kata yang sudah dikenalinya.
Morrow dan Gambrell juga menekankan pentingnya peran orang
tua atau guru dalam membantu anak pada tahap ini. Mereka menyarankan
agar orang tua atau guru membacakan buku dengan gambar yang menarik
dan sesuai dengan minat anak, serta memberikan dukungan dan pujian
untuk memotivasi anak belajar membaca.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tahap fantasi
pada anak usia 4-6 tahun adalah tahap awal dalam kemampuan membaca
di mana anak masih banyak membaca dengan fantasi dan imajinasi, serta
melihat gambar sebagai pendukung pemahaman cerita. Pada tahap ini,
anak belum memiliki kemampuan membaca secara teknis dan belum
terbiasa membaca secara berurutan. Orang tua atau guru dapat membantu
perkembangan kemampuan membaca anak pada tahap ini dengan
memberikan buku-buku bergambar yang menarik minat anak, membaca
bersama, dan memberikan dukungan dan pujian.
Tahap fantasi dalam kemampuan membaca anak usia 4-6 tahun
juga dijelaskan oleh ahli psikologi perkembangan anak, Jean Piaget.
4
Dalam bukunya "The Language and Thought of the Child" (1923), Piaget
mengemukakan bahwa pada tahap praoperasional (2-7 tahun), anak
cenderung berpikir secara konkrit dan bergantung pada gambar dan
tindakan fisik dalam memahami dunia di sekitarnya. Piaget menyebut
tahap fantasi sebagai tahap pra-linguistik, di mana anak belum memahami
bahwa suara dan gambar memiliki hubungan dengan objek atau benda di
dunia nyata. Pada tahap ini, anak masih mengandalkan imajinasi dan
fantasi untuk memahami cerita. Namun, Piaget juga mengemukakan
bahwa pada akhir tahap praoperasional, anak mulai memahami bahwa
simbol-simbol, termasuk huruf dan angka, memiliki hubungan dengan
objek di dunia nyata. Anak mulai mengenal huruf dan memperluas kosa
katanya, dan kemudian mampu membaca dan menulis.
Dalam konteks pembelajaran membaca dan menulis, Piaget
menekankan pentingnya memperhatikan tahap-tahap sebelumnya dalam
perkembangan kognitif anak, seperti tahap sensorimotor dan
praoperasional. Menurut Piaget, perkembangan kemampuan membaca dan
menulis tidak hanya bergantung pada faktor kognitif, tetapi juga faktor
lingkungan dan sosial yang memengaruhi anak.
Selain itu, ahli psikologi perkembangan lainnya, Lev Vygotsky,
juga mengemukakan konsep zona perkembangan proksimal (ZPP).
Menurut Vygotsky, ZPP adalah rentang antara apa yang anak dapat
lakukan secara mandiri dan apa yang dapat dilakukan dengan bantuan
orang dewasa atau teman sebaya. Dalam konteks pembelajaran membaca
dan menulis, ZPP menunjukkan kemampuan membaca dan menulis yang
dapat dicapai anak dengan bantuan orang dewasa atau teman sebaya yang
berpengalaman.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tahap fantasi
pada anak usia 4-6 tahun merupakan tahap awal dalam perkembangan
kemampuan membaca, di mana anak masih mengandalkan fantasi dan
imajinasi untuk memahami cerita. Namun, tahap ini merupakan tahap
penting dalam perkembangan kemampuan membaca dan menulis pada
anak, dan perlu diperhatikan oleh orang tua dan guru dalam memberikan
5
dukungan dan stimulasi yang tepat. Selain itu, perkembangan kemampuan
membaca dan menulis juga dipengaruhi oleh faktor kognitif, lingkungan,
dan sosial yang memengaruhi anak.
6
orang lain, serta mengenal dan memahami kosa kata dan kalimat yang
sederhana. Tahap ini penting dalam pembelajaran membaca dan menulis,
dan perlu mendapatkan dukungan dan penguatan positif dari orang tua dan
guru.
7
dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Tahap ini penting dalam
membangun kepercayaan diri dan rasa percaya pada kemampuan sendiri,
serta dalam mengembangkan keterampilan sosial dan minat membaca
anak.
8
menyediakan berbagai jenis buku dan cerita yang menarik, serta
memberikan dukungan dan pujian positif ketika anak menunjukkan minat
membaca atau berhasil membaca dengan baik.
D. Pengenalan Bacaan
9
atau tercetak menjadi bunyi yang bermakna untuk menghubungkan kata-
kata tertulis (writed words) dengan makna lisan (makna bahasa lisan).
10
1) Tahap 0. Pada tahapan yang dimulai sejak bayi hingga kelas 1,
anak memperoleh berbagai persyaratan membaca, seperti cara
membaca dari kiri ke kanan, cara mengenal huruf, cara menulis
nama, dan cara membaca kata. yang sering ditemukan pada rambu-
rambu. Misalnya, seorang anak akan membaca label suatu barang
ketika mereka melihatnya.
2) Tahap 1. Kelas 1 dan 2. Ketika seorang anak menyadari bahwa
huruf adalah representasi dari ekspresi lisan, mereka telah
mencapai tahap membaca yang sebenarnya. Namun, jika seorang
anak belum benar-benar siap, kita tidak bisa melarang untuk
membaca. Kesiapan ortografis, atau kesiapan untuk melibatkan
hubungan saraf antara area otak yang merekam huruf tertulis dan
area otak yang mengaktifkan fungsi bicara, merupakan
karakteristik kesiapan. Misalnya, kata bola dibaca sebagai B-O-L-
A.
3) Tahap 2. Kelas 2 dan 3. Anak mulai membaca dengan sangat mahir
pada saat ini. Anak-anak muda mulai membaca dan menggunakan
keterampilan decoding mereka. Membaca membangkitkan minat
anak-anak, membuat mereka ingin membaca lebih banyak. Anak-
anak muda sekarang belajar menghubungkan teks bacaan dengan
pengucapan dan bahkan konsep atau ide baru dari sastra.
Kecakapan, kecepatan, dan kehalusan membaca semuanya
meningkat saat ia semakin mahir dalam decoding.
4) Tahap 3. Kelas empat sampai kelas delapan. tahap belajar
membaca. Pada titik ini, membaca menjadi kurang menarik. Pada
tahap 3, transisi dari "belajar membaca" ke "membaca untuk
belajar" dimulai. Anak-anak membaca literatur pada usia ini untuk
mempelajari pengetahuan baru, yang membantu kosakata mereka
berkembang dengan cepat. Biasanya anak memasuki tahap
perkembangan ini saat mereka duduk di kelas 4, atau usia 9 hingga
10 tahun. Pada umumnya, pembaca belajar dari teks yang mereka
baca, tetapi jika siswa di kelas 4 belum belajar “cara membaca”,
11
akan sulit bagi mereka untuk maju dalam membaca di kelas
selanjutnya.
5) Tahap 4. Sekolah Menengah Tinggi. Kemampuan untuk
membandingkan dua atau lebih sudut pandang menggunakan
perbandingan artikel yang telah Anda baca merupakan ciri khas
dari level ini. Hanya ketika guru menugaskan kegiatan berpikir
perbandingan, kapasitas ini akan terwujud.
12
yang paling mudah dibaca. Pada tahap ini, anak dapat membaca berbagai
jenis buku yang berbeda secara bebas. Menyusun pengertian dari tanda,
pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan
bacaan-bacaan. Unsur-unsur yang berhubungan secara langsung dengan
pengalaman dapat mempermudah anak dalam membaca. Pada tahap ini,
guru masih tetap membacakan berbagai jenis buku pada anak-anak.
Tindakan ini akan menstimulus anak agar dapat memperbaiki bacaannya.
Membantu menyeleksi bahan-bahan bacaan yang sesuai serta memberikan
pelajaran cerita yang berstruktur.
Dari tahapan membaca yang dikemukakan Cochrane dapat
disimpulkan bahwa kemampuan membaca awal adalah kegiatan yang
dilakukan saat anak dapat membedakan gambar dengan tulisan, senang
dengan buku, pura-pura membaca, dan dapat membaca gambar. Dari
pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa membaca permulaan
adalah tahapan membaca paling awal sebelum membaca lancar dimulai
dengan anak senang dengan buku dan aktivitas membaca, dapat membaca
label dan gambar, dapat mengenal huruf, mengenal kata-kata sederhana.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Literasi perlu dikenalkan pada anak sejak usia dini, hal ini dikarnakan
pada masa itu anak mengalami masa keemasan yang dimana masa tersebut
otak anak mengalami perkembangan yang sangat pesat. Tahapan-tahapan
literasi pada anak diantaranya tahap fantasi, tahap pembentukan konsep
diri, tahap gemar membaca, tahap pengenalan bacaan, dan tahap membaca
lancar. Pada tahap fantasi pada anak usia 4-6 tahun merupakan tahap awal
dalam perkembangan kemampuan membaca, dimana anak masih
mengandalkan fantasi dan imajinasi untuk memahami cerita. Lalu pada
tahap pembentukan konsep diri anak mulai menunjukkan minat dan
kesenangan dalam membaca. Pada tahap gemar membaca anak mulai
memilih buku-buku yang sesuai dengan yang diminati. Pada tahapan
selanjutnya anak mulai mengenali bacaannya, dan yang terakhir anak
sudah mulai lancar dalam membacar buku bacaannya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Dhieni, N. (2008). Perkembangan Kemampuan Membaca Awal. Jakarta: Bumi
Aksara.
Juniati, L. (2013). Membaca, Menulis, Berhitung pada Anak Usia Dini. Jakarta:
Kencana.
Savage, R., & Abril, K. (2011). Increasing the Value of Shared Reading:
Engaging Children and Parents in Narrative and Expository Texts. Early
Childhood Education Journal, 38(5), 321-327. doi: 10.1007/s10643-010-
0444-y.
15