Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Konsep Perkembangan dan Tahapan Literasi Anak

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Literasi


Yang Diampu Oleh: Novia Solichah, M. Psi Psikolog

Disusun oleh:
Kelompok 4 Psikologi E
Anggota :
Haris Maulana Yusuf (200401110037)
Endah Sapta Kumaladewi (200401110176)
Aulia Rahma Salsabila (200401110227)
Zia Ijtihadi El-Hakim (200401110233)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas nikmat, karunia
dan keberkahan yang Ia berikan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul ‘’Konsep Perkembangan dan Tahapan Literasi Anak’’ dengan baik.
Penyusunan makalah ini disusun sebagai bentuk pemenuhan tugas mata kuliah
Psikologi Literasi. Kami berharap melalui makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan pembaca dalam hal Psikologi Literasi, terutama dalam
hal perkembangan dan tahapan literasi pada anak.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang terkait
dan ikut membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Kami sadar bahwa
dalam proses penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian.

Malang, 27 Februari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Tahap Fantasi 3
B. Tahap Pembentukan Konsep Diri 6
C. Tahap Gemar Membaca 8
D. Pengenalan Bacaan 9
E. Tahap Lancar Membaca 12
BAB III PENUTUP 14
Kesimpulan 14
DAFTAR PUSTAKA 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Literasi merupakan kemampuan membaca dan menulis.
Perkembangan literasi menjadi hal yang sangat penting untuk
diperhatikan, karena literasi merupakan kemampuan dasar yang harus
dimiliki oleh setiap individu dalam menjalani kehidupan di masa yang
akan datang. Di Indonesia, rendahnya budaya membaca buku sudah
menjadi masalah yang melanda sejak dulu. Berdasarkan survei yang
dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) pada
2019 menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70
negara atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi
rendah. Sementara itu UNESCO menyebutkan bahwa minat baca
masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Artinya dari 1.000 orang Indonesia
hanya 1 orang yang gemar membaca. Data di atas menunjukkan persoalan
literasi yang harus dibenahi di Indonesia.
Literasi perlu dikenalkan pada usia se-dini mungkin agar
mendapatkan hasil yang optimal. Untuk mendapatkan hasil yang optimal,
literasi perlu diberikan sejak anak usia dini yang disebut dengan literasi
awal. Pada usia dini, anak akan mengalami masa golden age atau masa
keemasan. Pada masa tersebut anak mengalami perkembangan otak yang
sangat pesat. Pada masa ini anak banyak menyerap informasi yang
didapatkannya. Pada masa ini pula anak berada pada tahapan pembentukan
kepribadiannya. Masa keemasan ini terjadi pada masa prasekolah atau
terjadi pada usia 0-6 tahun. Pada usia tersebut menjadi usia yang sangat
penting bagi seorang anak. Pendidikan pada masa keemasan sangat
menentukan tahap perkembangan anak pasa masa selanjutnya. Untuk itu
orang tua harus memiliki kesadaran untuk mengenalkan literasi pada anak
usia dini.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep perkembangan literasi pada anak?
2. Bagaimana tahapan literasi pada anak?
3. Apa saja tahapan literasi pada anak?

C. Tujuan
1. Menjelaskan konsep perkembangan literasi pada anak.
2. Memaparkan bagaimana tahapan-tahapan literasi pada anak.
3. Menjelaskan tahapan literasi apa saja yang dilalui oleh anak.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tahap Fantasi

Tahap fantasi adalah tahap awal kemampuan membaca pada anak


usia 4-6 tahun di mana mereka membaca dengan banyak fantasi dan
imajinasi, serta melihat gambar sebagai pendukung pemahaman cerita.
Pada tahap ini, anak masih belum memiliki kemampuan membaca secara
teknis dan belum terbiasa membaca secara berurutan, sehingga lebih
sering membaca berdasarkan gambar.
Anak pada tahap fantasi sangat suka membaca buku dengan
gambar yang menarik perhatian mereka. Mereka biasanya lebih tertarik
pada cerita yang bersifat imajinatif, seperti cerita tentang binatang atau
makhluk fantasi, dan lebih menghayati cerita dengan membayangkan dan
mengalami peristiwa dalam cerita tersebut.
Selain itu, anak pada tahap fantasi juga sering terlibat dalam
kegiatan membaca bersama orang tua atau guru di lingkungan sekolah, dan
pada saat itu mereka lebih menyukai ketenangan dan kenyamanan saat
membaca. Orang tua atau guru diharapkan untuk membantu anak dalam
memahami cerita dengan lebih baik, baik melalui membaca bersama,
menunjukkan gambar, maupun menjelaskan maksud cerita.
Untuk membantu perkembangan kemampuan membaca pada tahap
fantasi, orang tua atau guru dapat memberikan buku-buku bergambar yang
menarik minat anak, serta membaca bersama dan memotivasi anak untuk
membaca lebih banyak. Selain itu, orang tua atau guru juga dapat
melibatkan anak dalam kegiatan membaca seperti teater anak atau
storytelling untuk membantu meningkatkan kemampuan membaca
mereka.
Tahap fantasi pada anak usia 4-6 tahun dalam kemampuan
membaca juga dikemukakan oleh beberapa ahli lainnya. Menurut T.
Vallance dan T. Cook dalam bukunya "Literacy Learning in Preschool and

3
Kindergarten" (2006), tahap fantasi ini disebut dengan "pre-reader stage",
yaitu tahap sebelum anak mulai mengenal huruf dan simbol-simbol
bacaan.
Vallance dan Cook menjelaskan bahwa pada tahap ini, anak belajar
mengenal dunia melalui pengalaman, permainan, dan interaksi sosial.
Anak mulai mengembangkan keterampilan berbahasa dan memahami
makna kata dan kalimat melalui percakapan sehari-hari, cerita yang
dibacakan, dan gambar yang dilihat. Gambar dalam buku membantu anak
membangun imajinasi dan membayangkan cerita.
Sementara itu, menurut L.M. Morrow dan L.B. Gambrell dalam
bukunya "Best Practices in Early Literacy Instruction" (2004), tahap
fantasi pada anak usia 4-6 tahun ini dikenal sebagai "emerging reader
stage". Pada tahap ini, anak mulai mengembangkan kemampuan membaca
dengan memperhatikan gambar dan menyusun cerita berdasarkan
pengalamannya. Anak pada tahap ini juga mulai mengenal huruf dan
membaca kata-kata yang sudah dikenalinya.
Morrow dan Gambrell juga menekankan pentingnya peran orang
tua atau guru dalam membantu anak pada tahap ini. Mereka menyarankan
agar orang tua atau guru membacakan buku dengan gambar yang menarik
dan sesuai dengan minat anak, serta memberikan dukungan dan pujian
untuk memotivasi anak belajar membaca.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tahap fantasi
pada anak usia 4-6 tahun adalah tahap awal dalam kemampuan membaca
di mana anak masih banyak membaca dengan fantasi dan imajinasi, serta
melihat gambar sebagai pendukung pemahaman cerita. Pada tahap ini,
anak belum memiliki kemampuan membaca secara teknis dan belum
terbiasa membaca secara berurutan. Orang tua atau guru dapat membantu
perkembangan kemampuan membaca anak pada tahap ini dengan
memberikan buku-buku bergambar yang menarik minat anak, membaca
bersama, dan memberikan dukungan dan pujian.
Tahap fantasi dalam kemampuan membaca anak usia 4-6 tahun
juga dijelaskan oleh ahli psikologi perkembangan anak, Jean Piaget.

4
Dalam bukunya "The Language and Thought of the Child" (1923), Piaget
mengemukakan bahwa pada tahap praoperasional (2-7 tahun), anak
cenderung berpikir secara konkrit dan bergantung pada gambar dan
tindakan fisik dalam memahami dunia di sekitarnya. Piaget menyebut
tahap fantasi sebagai tahap pra-linguistik, di mana anak belum memahami
bahwa suara dan gambar memiliki hubungan dengan objek atau benda di
dunia nyata. Pada tahap ini, anak masih mengandalkan imajinasi dan
fantasi untuk memahami cerita. Namun, Piaget juga mengemukakan
bahwa pada akhir tahap praoperasional, anak mulai memahami bahwa
simbol-simbol, termasuk huruf dan angka, memiliki hubungan dengan
objek di dunia nyata. Anak mulai mengenal huruf dan memperluas kosa
katanya, dan kemudian mampu membaca dan menulis.
Dalam konteks pembelajaran membaca dan menulis, Piaget
menekankan pentingnya memperhatikan tahap-tahap sebelumnya dalam
perkembangan kognitif anak, seperti tahap sensorimotor dan
praoperasional. Menurut Piaget, perkembangan kemampuan membaca dan
menulis tidak hanya bergantung pada faktor kognitif, tetapi juga faktor
lingkungan dan sosial yang memengaruhi anak.
Selain itu, ahli psikologi perkembangan lainnya, Lev Vygotsky,
juga mengemukakan konsep zona perkembangan proksimal (ZPP).
Menurut Vygotsky, ZPP adalah rentang antara apa yang anak dapat
lakukan secara mandiri dan apa yang dapat dilakukan dengan bantuan
orang dewasa atau teman sebaya. Dalam konteks pembelajaran membaca
dan menulis, ZPP menunjukkan kemampuan membaca dan menulis yang
dapat dicapai anak dengan bantuan orang dewasa atau teman sebaya yang
berpengalaman.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tahap fantasi
pada anak usia 4-6 tahun merupakan tahap awal dalam perkembangan
kemampuan membaca, di mana anak masih mengandalkan fantasi dan
imajinasi untuk memahami cerita. Namun, tahap ini merupakan tahap
penting dalam perkembangan kemampuan membaca dan menulis pada
anak, dan perlu diperhatikan oleh orang tua dan guru dalam memberikan

5
dukungan dan stimulasi yang tepat. Selain itu, perkembangan kemampuan
membaca dan menulis juga dipengaruhi oleh faktor kognitif, lingkungan,
dan sosial yang memengaruhi anak.

B. Tahap Pembentukan Konsep Diri

Tahap pembentukan konsep diri pada kemampuan membaca anak


usia 4-6 tahun adalah tahap di mana anak mulai menyadari identitas
dirinya sebagai individu yang berbeda dari orang lain, termasuk dalam hal
kemampuan membaca dan menulis. Anak mulai menyadari keunikan dan
kelebihan yang dimilikinya, serta mengenali kekurangan dan kesulitan
dalam belajar membaca.

Menurut teori psikologi sosial, tahap pembentukan konsep diri ini


berlangsung dalam rentang usia 3-5 tahun, dan merupakan salah satu tahap
perkembangan psikososial yang dijelaskan oleh Erik Erikson. Dalam
teorinya, Erikson menyebut tahap ini sebagai tahap inisiatif vs rasa
bersalah, di mana anak belajar untuk mengambil inisiatif dalam
menyelesaikan tugas dan membangun kepercayaan pada diri sendiri, atau
mengalami rasa bersalah dan kurang percaya diri.

Dalam konteks kemampuan membaca, anak yang mengalami


kesulitan membaca dapat merasa rendah diri dan kehilangan kepercayaan
pada diri sendiri. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan guru untuk
memberikan dukungan dan penguatan positif pada anak dalam belajar
membaca, serta memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan
dan memotivasi. Selain itu, tahap pembentukan konsep diri juga berkaitan
dengan pengenalan dan pengembangan kosa kata dan pemahaman
kosakata pada anak. Dalam tahap ini, anak mulai mengenal dan
memahami arti kata-kata baru dan menyusun kata-kata tersebut menjadi
kalimat yang sederhana.

Dalam kesimpulan, tahap pembentukan konsep diri pada


kemampuan membaca anak usia 4-6 tahun adalah tahap di mana anak
mulai menyadari identitas dirinya sebagai individu yang berbeda dari

6
orang lain, serta mengenal dan memahami kosa kata dan kalimat yang
sederhana. Tahap ini penting dalam pembelajaran membaca dan menulis,
dan perlu mendapatkan dukungan dan penguatan positif dari orang tua dan
guru.

Tahap pembentukan konsep diri pada anak usia 4-6 tahun


merupakan tahap kritis dalam perkembangan kognitif dan sosial anak.
Menurut David Elkind dalam bukunya yang berjudul "The Hurried Child",
pada tahap ini anak mulai memahami konsep dirinya sendiri dan berusaha
membandingkan dirinya dengan orang lain. Hal ini penting untuk
membangun kepercayaan diri dan rasa percaya pada kemampuan sendiri,
serta untuk mengembangkan keterampilan sosial.

Menurut Karen Stephens dalam artikelnya yang berjudul


"Supporting Children's Development of a Positive Sense of Self", anak
pada tahap pembentukan konsep diri memiliki kebutuhan untuk merasa
dihargai dan diterima oleh orang lain. Orang tua dan guru perlu
memberikan lingkungan yang aman dan ramah bagi anak untuk
bereksplorasi dan belajar, serta memberikan dukungan positif dan
pengakuan atas upaya dan prestasi anak. Selain itu, John W. Santrock
dalam bukunya "Life-Span Development" menyebutkan bahwa pada tahap
ini, anak mulai mengenal peran dan identitas gender mereka. Hal ini dapat
memengaruhi minat dan preferensi membaca anak terhadap jenis buku
atau tema tertentu.

Dalam konteks pembelajaran membaca dan menulis, penting bagi


orang tua dan guru untuk membangun kepercayaan diri dan minat
membaca anak dengan memberikan pengalaman membaca yang
menyenangkan dan memotivasi. Selain itu, orang tua dan guru dapat
membantu anak memahami arti kata-kata baru dan mengajarkan teknik
membaca yang benar agar anak dapat membaca dengan lancar dan
memahami isi bacaan.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tahap


pembentukan konsep diri pada anak usia 4-6 tahun merupakan tahap kritis

7
dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Tahap ini penting dalam
membangun kepercayaan diri dan rasa percaya pada kemampuan sendiri,
serta dalam mengembangkan keterampilan sosial dan minat membaca
anak.

C. Tahap Gemar Membaca

Tahap gemar membaca merupakan tahap di mana anak mulai


menunjukkan minat dan kesenangan dalam membaca. Anak pada tahap ini
biasanya sudah mengenal beberapa huruf dan kata, serta mampu membaca
dengan bantuan orang dewasa atau sendiri. Hal ini membuat mereka mulai
merasa tertarik untuk mengeksplorasi berbagai jenis buku dan cerita yang
menarik perhatian mereka.

Menurut Nurbiana Dhieni dalam bukunya "Perkembangan


Kemampuan Membaca Awal" (2008), tahap gemar membaca adalah tahap
di mana anak belajar bahwa membaca bisa menyenangkan. Anak pada
tahap ini cenderung memilih buku yang menarik perhatian mereka, seperti
buku bergambar dengan cerita yang sederhana dan menarik, atau buku
tentang hewan, transportasi, atau tokoh favorit mereka. Mereka juga dapat
menunjukkan minat pada jenis buku atau tema tertentu, seperti buku
tentang petualangan, fantasi, atau fiksi ilmiah.

Menurut Joan I. Glazer dalam bukunya "Early Childhood


Language Arts" (2013), tahap gemar membaca juga dapat membantu anak
untuk mengembangkan keterampilan berbicara dan berbahasa. Dengan
membaca buku-buku yang menarik, anak dapat memperluas kosa kata
mereka, meningkatkan pemahaman tentang struktur bahasa, dan belajar
cara mengungkapkan gagasan mereka dengan baik dan benar.

Dalam konteks pembelajaran membaca dan menulis, tahap gemar


membaca dapat menjadi dasar penting bagi anak untuk memperoleh
kemampuan membaca yang lebih lancar dan memahami bacaan dengan
lebih baik. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan guru untuk
memfasilitasi dan memperkaya lingkungan membaca anak dengan

8
menyediakan berbagai jenis buku dan cerita yang menarik, serta
memberikan dukungan dan pujian positif ketika anak menunjukkan minat
membaca atau berhasil membaca dengan baik.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tahap gemar


membaca adalah tahap penting dalam perkembangan membaca anak usia
4-6 tahun. Pada tahap ini, anak mulai menunjukkan minat dan kesenangan
dalam membaca, dan memilih buku-buku yang menarik perhatian mereka.
Tahap ini dapat membantu anak mengembangkan keterampilan berbicara
dan berbahasa, serta menjadi dasar penting bagi kemampuan membaca dan
pemahaman bacaan yang lebih baik di masa depan.

D. Pengenalan Bacaan

Membaca didefinisikan sebagai "mendapatkan makna untuk


dicetak, bukan hanya mengucapkan kata," menurut Brewer dalam buku
Pengenalan Pendidikan Anak Usia Dini Preschool Through Primary
Grades (2007: 305). Ini berarti bahwa membaca memerlukan lebih dari
sekedar memahami arti dari kata-kata yang sedang dibaca.

Menurut Santrock (2011: 90), membaca adalah kemampuan untuk


memahami ucapan tertulis. Seorang anak yang bereaksi terhadap kartu
kata tidak dapat diadaptasi sebagai kegiatan membaca, menurut Santrock,
karena anak ini belum menguasai prinsip dasar bahasa fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik.

Selain itu, membaca adalah proses di mana pembaca terlibat dan


mempublikasikan, menurut Tarigan (2008: 7), untuk memahami pesan
yang ingin diungkapkan oleh penulis melalui penggunaan kata-kata atau
bahasa tulis. Tarigan menjelaskan membaca sebagai proses re-encoding
dan decoding dari sudut pandang linguistik (a recording and decoding
process). Membaca, dalam pandangan Tarigan, berbeda dengan berbicara
dan menulis, keduanya melibatkan penyandian. Proses decoding, menurut
Anderson dalam Tarigan, juga melibatkan mengubah kata-kata tertulis

9
atau tercetak menjadi bunyi yang bermakna untuk menghubungkan kata-
kata tertulis (writed words) dengan makna lisan (makna bahasa lisan).

Beberapa para ahli modern mengemukakan pentingtingnya


membaca untuk anak usia dini, antara lain

a. Menurut Thomson (1970), yang dikutip oleh Budihastuti (1983:37)


dalam Hawadi, taman kanak-kanak merupakan usia yang ideal bagi
anak untuk mulai belajar membaca. Faktor-faktor berikut
berkontribusi terhadap hal ini: (1) Anak-anak tumbuh lebih ingin
tahu saat ini; (2) Mereka lebih menerima apa yang mereka pelajari
di sekolah; (3) Hubungan anak-anak dengan benda-benda fisik
menurun, sementara kapasitasnya berkembang menjadi lebih
abstrak. Anak-anak mungkin sudah direpresentasikan dalam
simbol karena hal ini. Anak-anak di taman kanak-kanak berhak
untuk mulai belajar membaca karena keingintahuan alami mereka
dan kedewasaan mereka pada usia ini memungkinkan mereka
untuk berkembang menjadi pemikir yang lebih abstrak.
b. Menurut Montessori, anak usia 4 1/2 sampai 6 tahun berada pada
tahap sensitif untuk belajar membaca karena mereka sudah
memiliki kesiapan membaca atau minat membaca mulai muncul.
Susab Feez (2010) menyatakan demikian.
c. Membaca untuk anak-anak adalah salah satu pendekatan paling
efektif untuk mempromosikan literasi, menurut Papalia (2014:
263).
d. Menurut Bachrudin Mustafa (2008: 2-3) dan Brashear (1988),
proses belajar membaca dan menulis secara informal dalam
keluarga dikenal dengan perkembangan literasi dini (emergent
literacy). Proses ini secara umum bercirikan demonstrasi
membaca-menulis, kerjasama interaktif antara orang tua dan anak,
berdasarkan kebutuhan sehari-hari, dan dengan pengajaran
sekurang-kurangnya tetapi pelajaran langsung (minimum direct).

Berikut ini tahapan mengenal bacaan menurut Chall:

10
1) Tahap 0. Pada tahapan yang dimulai sejak bayi hingga kelas 1,
anak memperoleh berbagai persyaratan membaca, seperti cara
membaca dari kiri ke kanan, cara mengenal huruf, cara menulis
nama, dan cara membaca kata. yang sering ditemukan pada rambu-
rambu. Misalnya, seorang anak akan membaca label suatu barang
ketika mereka melihatnya.
2) Tahap 1. Kelas 1 dan 2. Ketika seorang anak menyadari bahwa
huruf adalah representasi dari ekspresi lisan, mereka telah
mencapai tahap membaca yang sebenarnya. Namun, jika seorang
anak belum benar-benar siap, kita tidak bisa melarang untuk
membaca. Kesiapan ortografis, atau kesiapan untuk melibatkan
hubungan saraf antara area otak yang merekam huruf tertulis dan
area otak yang mengaktifkan fungsi bicara, merupakan
karakteristik kesiapan. Misalnya, kata bola dibaca sebagai B-O-L-
A.
3) Tahap 2. Kelas 2 dan 3. Anak mulai membaca dengan sangat mahir
pada saat ini. Anak-anak muda mulai membaca dan menggunakan
keterampilan decoding mereka. Membaca membangkitkan minat
anak-anak, membuat mereka ingin membaca lebih banyak. Anak-
anak muda sekarang belajar menghubungkan teks bacaan dengan
pengucapan dan bahkan konsep atau ide baru dari sastra.
Kecakapan, kecepatan, dan kehalusan membaca semuanya
meningkat saat ia semakin mahir dalam decoding.
4) Tahap 3. Kelas empat sampai kelas delapan. tahap belajar
membaca. Pada titik ini, membaca menjadi kurang menarik. Pada
tahap 3, transisi dari "belajar membaca" ke "membaca untuk
belajar" dimulai. Anak-anak membaca literatur pada usia ini untuk
mempelajari pengetahuan baru, yang membantu kosakata mereka
berkembang dengan cepat. Biasanya anak memasuki tahap
perkembangan ini saat mereka duduk di kelas 4, atau usia 9 hingga
10 tahun. Pada umumnya, pembaca belajar dari teks yang mereka
baca, tetapi jika siswa di kelas 4 belum belajar “cara membaca”,

11
akan sulit bagi mereka untuk maju dalam membaca di kelas
selanjutnya.
5) Tahap 4. Sekolah Menengah Tinggi. Kemampuan untuk
membandingkan dua atau lebih sudut pandang menggunakan
perbandingan artikel yang telah Anda baca merupakan ciri khas
dari level ini. Hanya ketika guru menugaskan kegiatan berpikir
perbandingan, kapasitas ini akan terwujud.

E. Tahap Membaca Lancar

Seorang anak harus menguasai kemampuan membaca awal


sebelum mereka dapat membaca dengan lancar atau pada tingkat lanjut.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa keterampilan membaca
awal anak berfungsi sebagai tolak ukur keberhasilan akademis mereka di
masa depan. Sebagai contoh, penelitian oleh Cunningham dan Stanovich
(1997) menunjukkan bahwa keterampilan membaca awal seorang anak
merupakan prediktor yang baik tentang seberapa jauh kemampuan
membaca mereka nantinya. Selain itu, Lonigan, Burgess, dan Anthony
(2000) menunjukkan bahwa kemampuan membaca anak di sekolah dasar
dapat diprediksi berdasarkan kemampuan membaca prasekolah mereka.
Demikian pula, Ehri (2005) berasumsi dalam penelitiannya bahwa paparan
huruf selama perkembangan membaca awal anak meningkatkan
kemampuan anak untuk menyerap kosa kata baru dan menstimulus daya
ingat anak dua kali lebih banyak saat mempelajari kata-kata. Ecalle, Biot-
Chevrier, dan Magnan (2008) mendemonstrasikan temuan serupa,
menunjukkan seberapa kuat bakat membaca awal seorang anak
mempengaruhi kemampuan membaca mereka di masa depan.
Tahap Independent atau Tahap Membaca Lancar (Independent
Reader Stage) adalah tahap dimana Anak dapat membaca buku yang tidak
dikenal secara mandiri, memahami subtansi dari huruf dan dari
pengalaman sebelumnya. Anak-anak dapat memperkirakan tentang materi
bacaan. Materi berhubungan langsung dengan pengalaman-pengalaman

12
yang paling mudah dibaca. Pada tahap ini, anak dapat membaca berbagai
jenis buku yang berbeda secara bebas. Menyusun pengertian dari tanda,
pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan
bacaan-bacaan. Unsur-unsur yang berhubungan secara langsung dengan
pengalaman dapat mempermudah anak dalam membaca. Pada tahap ini,
guru masih tetap membacakan berbagai jenis buku pada anak-anak.
Tindakan ini akan menstimulus anak agar dapat memperbaiki bacaannya.
Membantu menyeleksi bahan-bahan bacaan yang sesuai serta memberikan
pelajaran cerita yang berstruktur.
Dari tahapan membaca yang dikemukakan Cochrane dapat
disimpulkan bahwa kemampuan membaca awal adalah kegiatan yang
dilakukan saat anak dapat membedakan gambar dengan tulisan, senang
dengan buku, pura-pura membaca, dan dapat membaca gambar. Dari
pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa membaca permulaan
adalah tahapan membaca paling awal sebelum membaca lancar dimulai
dengan anak senang dengan buku dan aktivitas membaca, dapat membaca
label dan gambar, dapat mengenal huruf, mengenal kata-kata sederhana.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Literasi perlu dikenalkan pada anak sejak usia dini, hal ini dikarnakan
pada masa itu anak mengalami masa keemasan yang dimana masa tersebut
otak anak mengalami perkembangan yang sangat pesat. Tahapan-tahapan
literasi pada anak diantaranya tahap fantasi, tahap pembentukan konsep
diri, tahap gemar membaca, tahap pengenalan bacaan, dan tahap membaca
lancar. Pada tahap fantasi pada anak usia 4-6 tahun merupakan tahap awal
dalam perkembangan kemampuan membaca, dimana anak masih
mengandalkan fantasi dan imajinasi untuk memahami cerita. Lalu pada
tahap pembentukan konsep diri anak mulai menunjukkan minat dan
kesenangan dalam membaca. Pada tahap gemar membaca anak mulai
memilih buku-buku yang sesuai dengan yang diminati. Pada tahapan
selanjutnya anak mulai mengenali bacaannya, dan yang terakhir anak
sudah mulai lancar dalam membacar buku bacaannya.

14
DAFTAR PUSTAKA
Dhieni, N. (2008). Perkembangan Kemampuan Membaca Awal. Jakarta: Bumi
Aksara.

Dini, J. P. A. U. (2022). Strategi Pengembangan Kemampuan Membaca Anak


Usia 5-6 Tahun. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(4),
3701-3713.
Herlina, E. (2019). MEMBACA PERMULAAN UNTUK ANAK USIA DINI
DALAM ERA PENDIDIKAN 4.0. Jurnal Pionir LPPM Universitas
Asahan, 5. Retrieved from https://core.ac.uk/download/pdf/328163913.pdf

Juniati, L. (2013). Membaca, Menulis, Berhitung pada Anak Usia Dini. Jakarta:
Kencana.

Rosenkoetter, S. E., & Irby, B. J. (2011). Literacy Development in Early


Childhood: Reflective Teaching for Birth to Age Eight. SAGE
Publications.

Savage, R., & Abril, K. (2011). Increasing the Value of Shared Reading:
Engaging Children and Parents in Narrative and Expository Texts. Early
Childhood Education Journal, 38(5), 321-327. doi: 10.1007/s10643-010-
0444-y.

15

Anda mungkin juga menyukai