Anda di halaman 1dari 3

Kepercayaan Dalam Hubungan Asmara Pada Remaja

Haris Maulana Yusuf (200401110037)


Muhammad Ichsan Mulyadi (200401110211)

A. Latar Belakang
Hubungan asmara yang baik dan sehat dapat dilihat dari berbagai aspek dan indikator. Salah
satunya adalah cinta, tetapi hal yang paling penting dalam sebuah hubungan asmara bukanlah
cinta, melainkan rasa percaya. Kepercayaan dipandang lebih penting dkepikarenakan
menjalani hubungan berdasarkan rasa cinta saja tidak cukup, tetap harus diiringi dengan rasa
percaya kepada pasangannya. Rasa cinta tidak dapat diandalkan karena akan terus berubah.
Namun, dengan adanya kepercayaan terhadap pasangan, rasa cinta itu bisa tumbuh lagi dan
lagi tanpa batas waktu. Dengan kepercayaan pula, individu akan merasa aman, nyaman, dan
dapat saling mengandalkan. Hal ini mengindikasikan bahwasanya kepercayaan adalah aspek
penting dalam hubungan asmara yang dapat menentukan kualitas sebuah hubungan (Yurike,
2018).
Memiliki hubungan asmara merupakan hal yang sudah tidak asing di kehidupan masyarakat
kita saat ini. Sebuah relasi yang mesra dapat diartikan sebagai bentuk sarana bagi individu
untuk merasakan kebersamaan dan mempelajari hubungan akrab penuh kasih sayang dengan
lawan jenis. Hal yang juga menjadi sorotan pada remaja zaman kini adalah mengetahui dan
memahami bagaimana memperlakukan pasangan dengan berbagai tipe-tipe bahasa cinta yang
mana setiap individu dikatakan memiliki tipe bahasa cintanya sendiri. Dalam menjalani
hubungan asmara, diperlukan bagi seorang individu untuk mengetahui bagaimana cara
bekerjasama dalam segala hal demi tercapainya tujuan bersama. Saling bertukar pikiran pun
adalah salah satu kunci terbentuknya suatu kepercayaan terhadap pasangan sehingga kedua
individu dapat mempertimbangkan pilihan dalam memecahkan suatu masalah dan
mempertanggungjawabkan nya bersama. Selain menjadi pilar utama dalam menjalani
hubungan asmara, hal-hal yang baru saja disebutkan juga dapat mengembangkan kemampuan
berinteraksi sosial dengan orang lain.
Kepuasan dalam hubungan asmara dapat dilihat dengan intensitas pemenuhan pada tiga
komponen segitiga cinta secara keseluruhan. Intensitas pemenuhan dari tiga komponen
tersebut terdiri dari komponen intimasi, hasrat, dan komitmen. Dalam suatu hubungan
asmara, ketiga komponen tersebut dapat dikatakan sebagai hal yang sangat penting.
Layaknya kepercayaan yang menjadi pondasi utama sebuah hubungan asmara, langkah
selanjutnya adalah membuat komitmen bersama. Karena tanpa adanya komitmen dari kedua
belah pihak, hubungan tidak akan berjalan dengan baik. Tentu saja, komitmen tidak lepas dari
dimensi kepercayaan, karena memang komitmen dapat dibentuk berdasarkan adanya
kepercayaan antara kedua individu yang sedang menjalani hubungan tersebut. Kepercayaan
adalah harapan dan keyakinan individu terhadap reliabilitas individu lain. Pondasi
kepercayaan menurut carter adalah saling menghargai satu dengan lainnya dan menerima
adanya perbedaan. Setelah dapat menghargai satu sama lain dan menerima perbedaan yang
ada, maka komitmen akan dapat terbentuk dengan lebih kokoh pada tahapan selanjutnya.
Sebuah fenomena yang tidak dapat dihindari tengah terjadi pada masyarakat kita khususnya
remaja di Indonesia. Yang mana dinamika kehidupan yang berubah sangat pesat. Sentuhan
media sosial sebagai bentuk teknologi informasi merupakan fenomena yang mendorong
perubahan tersebut. Kebebasan personal dalam menyampaikan pengalamannya tentang
hubungan asmara sering dijumpai dalam berbagai platform media sosial. Saking banyaknya
informasi yang bertebaran di media sosial, para remaja pun merasa sulit untuk memilah dan
memilih jenis informasi yang mereka cerna. Karena keabsahan informasi mengenai hubungan
asmara yang belum dapat dibuktikan itu, para remaja pun berakhir menyerap banyak hal
negatif yang membuat kepercayaan mereka terhadap pasangan nya tergoyahkan. Informasi
berkonotasi negatif mengenai pasangan tersebut didukung oleh pengunggah konten dan
pengguna lainya yang saling bertukar pengalaman di kolom komentar. Remaja yang
membaca pengalaman negatif orang-orang pada kolom komentar pun akan terpengaruh
sehingga merasa skeptis dan memiliki pandangan buruk terhadap pasangan mereka.
Pengaruh adalah suatu keadaan hubunga timbal balik atau hubungan sebab akibat antar apa
yang mempengaruhi dengan apa yang di pengaruhi. Dari pengaruh terciptalah asumsi-asumsi
baru yang diarahkan kepada pasanganya. Dari sinilah permasalah kepercayaan dalam
hubungan asmara muncul.
Dalam mengukur kebahagiaan pernikahan, kepercayaan juga menjadi salah satu kunci yang
berkorelasi paling signifikan. Hal ini sejalan dengan hasil pada penelitian terdahulu yang
memperlihatkan bahwa kepercayaan menyumbang persentase sebesar 33,05% dalam
memberikan pengaruh terhadap perubahan variabel kebahagiaan pernikahan, 33,05%
dipengaruhi oleh harapan, dan sisanya dipengaruhi oleh variabel di luar penelitian tersebut
(Afiffah, 2019). Hasil tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap pasangan adalah
satu aspek penting yang berbanding sejajar dengan harapan yang menjadi kunci dalam
terciptanya kebahagiaan pernikahan. Maka dari itu, tak dapat dipungkiri jika ingin
menciptakan sebuah hubungan yang baik, sehat, nan berkualitas, individu harus terlebih
dahulu membangun kepercayaan terhadap pasangannya. Jika pada penelitian terdahulu
variabel yang diangkat adalah kepercayaan dan kepuasan pernikahan, setelah menelusuri
lebih dalam, kami sebagai peneliti menemukan ranah yang belum diarungi, yaitu kepercayaan
dalam hubungan asmara pada remaja. Dikarenakan pada masa remaja kondisi seorang
individu belum matang, kepercayaan dapat dapat tergoyahkan bahkan hanya dengan beberapa
informasi dari sosial media. Hal tersebut lah yang menjadi dasar dalam penelitian kali ini.
Kepercayaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah harapan dan keyakinan
seseorang akan kejujuran, kebaikan dan lain sebagainya dari orang lain (kbbi.web.id).
Sesuatu yang paling disorot dari salah satu faktor kepercayaan adalah bagaimana seseorang
yakin bahwa pasangannya jujur dalam berkata, berpikir, bertindak, dan berperilaku. Hal-hal
tersebut dapat kita ketahui melalui cara observasi, contoh kecilnya adalah mengamati
perilaku menepati janji pasangannya. Namun, perlu diketahui bahwa untuk mengetahui
hingga dapat meyakini bahwa seseorang berkata jujur adalah dengan berkomunikasi dan itu
adalah cara tradisional individu untuk mengenal lebih dalam karakter dan pribadi
pasangannya. Dengan melakukan komunikasi, seorang individu akan membangun pondasi
kepercayaan yang kokoh pada pasangannya hingga sulit untuk dihancurkan. Beda hal nya
dengan dewasa kini, di mana sebaran informasi di media sosial sangat mudah untuk merusak
kepercayaan seseorang terhadap pasangannya. Didasarkan oleh hal tersebut, peneliti ingin
mengetahui tingkat kepercayaan seorang individu di masa kehidupan manusia yang telah
dikuasai oleh internet dan teknologi.
Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat kepercayaan seorang
individu terhadap pasangannya. Kepercayaan dalam hubungan asmara dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor atau aspek. Menurut Johnson & Johnson (1997) dalam mempertahankan
hubungan intrapersonal kepercayaan adalah dasar yang paling penting. Jika pasangan dapat
memenuhi harapan individu dan bersungguh-sungguh peduli dalam situasi yang sangat
memungkinkan individu untuk bertindak sebaliknya, maka kepercayaan terhadap pasangan
dapat meningkat. Pasangan dapat disebut sebagai seseorang yang bisa dipercaya apabila ia
melakukan sesuatu bukan karena dia sekedar dapat melakukannya melainkan ia menunjukkan
bahwa ia benar-benar peduli.
Menjalani hubungan asmara antara dua individu memang tidak mudah. Banyak sekali
tantangan dan hambatan yang bisa memisahkan kedua jiwa tersebut, atau bahkan
memperkokoh hubungan antara mereka dengan cara menyelesaikan masalah yang muncul
dari tantangan dan hambatan tersebut. Begitulah suatu pasangan dapat beranjak pada jenjang
hubungan yang lebih sehat, dewasa, dan berkualitas. Namun, tidak terdapat satu pun
pasangan yang mampu melewati tantangan dalam hubungan mereka tanpa adanya rasa
percaya. Dengan adanya rasa percaya yang dibangun melewati komunikasi dan berbagai hal
lainnya, dapat dipastikan hubungan suatu pasangan akan berlangsung sejalan dengan apa
yang diharapkan.
Berdasarkan permasalahan yang telah ditinjau, penulis memutuskan untuk melakukan
penelitian demi mengetahui tingkat kepercayaan seorang remaja terhadap pasangannya pada
zaman serbuan informasi di media sosial. Penulis meyakini bahwa setiap pasangan yang
dapat saling memenuhi harapan dan bersungguh-sungguh peduli dalam situasi yang sangat
memungkinkan seseorang untuk bertindak sebaliknya akan dapat meningkatkan kepercayaan
terhadap pasangannya. Dengan kepercayaan pada pasangan yang semakin meningkat,
individu pun akan merasa aman, nyaman, dan dapat saling mengandalkan. Menggunakan
kepercayaan sebagai pondasi, selanjutnya adalah membuat komitmen dengan pasangan agar
hubungan asmara dapat dikatakan sehat dan berkualitas. Pada penelitian kali ini kami
memutuskan untuk menggunakan metode penelitian kualitatif. Subjek yang digunakan dalam
penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan yang sedang atau tidak menjalani hubungan
asmara secara dekat maupun jarak jauh dengan rentang usia 17-20 tahun. Dengan
diadakannya penelitian ini, kami berharap hasil yang kami sampaikan dapat digunakan
dengan baik di berbagai bidang keilmuan secara umum, dan pada bidang ilmu psikologi
secara khusus.

Anda mungkin juga menyukai