Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN HASIL AKHIR

PSIKOEDUKASI

(Untuk memenuhi tugas matakuliah Psikologi Perkembangan II)


Dosen Pengampu : Andia Kusuma Damayanti, S.Psi.,M.Psi.

Oleh
Kelompok 2

Anggota:

1. Wahyu Nidar Melasani NIM 2001010002


2. Putri Dewi Gita Syarifuddin NIM 2101010021
3. Fivin dengo NIM 2101010045

PRODI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
2022

1
BAB I
LATAR BELAKANG

Seorang anak dikatakan sudah remaja pada saat dia memasuki jenjang
sekolah menengah atau biasa dikatakan SMP(Sekolah Menengah Pertama).
SMP merupakan tempat peralihan seorang anak tidak mau dikatakan anak
kecil namun juga belum dapat dikatakan anak besar sehingga banyak terjadi
masalah di masa peralihan dari kecil kebesar ini. Mereka berusaha
menemukan apa yang menjadi ciri khas dan keinginan yang ingin dicapai.
Disinilah proses pencarian jati diri mereka dimulai. Bagaimana orang tua
sangat kawatir kepada putra putrinya begitu pula guru yang selalu waspada
terhadap muridnya di masa remaja ini.
Krisis identitas yang dialami remaja membawa mereka kedalam
pertemanan kelompok dimana disana mereka bersama-sama menemukan
kenyamanan dan penguatan akan diri meraka sejatinya. Kelompok
pertemanan ini yang banyak membawa pengaruh kedalam perilaku mereka.
Kelompok pergaulan yang positif dapat meningkatkan kepribadian mereka
sedangkan yang negatif dapat memuncukkan berbagai macam bentuk
masalah remaja. Diantaranya masalah remaja yang sedang marak di masa
pandemi ini adalah banyaknya muncul pernikahan dini disebabkan oleh
remaja yang melakukan pacaran bebas dengan alasan pengaruh totonan
dewasa di internet mengakibatkan remaja perempuan mengalami
kehamilan sebelum pernikahan.
Remaja menghabiskan cukup banyak waktunya untuk berpacaran
atau berpikir mengenai pacaran (collins, Welsh, & Furman, 2009; Conolly &
McIsaac, 2009) dalam Santrock (2012). Pacaran merupakan salah satu
bentuk proses mencari identitas pribadi dari seorang remaja. Mereka
berusaha terlibat dalam suatu hubungan yang biasanya tidak berlangsung
lama. Hal ini dikarenakan mereka hanya ingin merasakan punya pacar tanpa
memberi makna pada hubungan pacaran tersebut yang berakibat mereka
kadang tidak bisa membedakan antara pacaran dan pertemanan. Dengan
adanya arus informasi yang tidak tersaring dengan baik hubungan pacaran
yang dipengaruhi oleh budaya barat dapat memberikan efek negatif kepada
pelakunya diantaranya yaitu pergaulan bebas.
Sebagian besar orang pernah merasakan apa itu pacaran dan biasanya
dalam hubungan tersebut selalu ada yang namanya harapan, keinginan, kasih
sayang, cinta bahkan pengorbanan, sehingga sudah pasti para pelakunya
sangat mendambakan kebahagiaan. Namun dapat berkebalikan ketika pada
kenyataannya banyak dari mereka yang berpacaran tidak mendapat
kebahagiaan seperti yang di inginkan malah justru mereka mendapatkan
perlakuan yang tidak baik dari pacarnya seperti tindak kekerasan dalam

1
berbagai bentuk. Hal ini sebagian besar berdampak kepada pihak perempuan
yang banyak menjadi korban dan bahkan mengalami trauma
berkepanjangan.
Seorang remaja biasanya tergabung dalam sebuah kelompok kecil
atau grup yang terdiri dari laki-laki, perempuan atau campuran. Disinilah
mereka belajar mencoba diterima dan menyampaikan keinginannya. Proses
pergaulan diantara para anggota kelompok laki-laki dan perempuan dapat
menimbulkan kondisi friendzone dimana salah satu bisa berharap lebih dari
sekedar teman biasa sedangkan yang lain tidak merasa seperti itu. Dapat
dikatakan friendzone merupakan suatu kondisi yang membuat hubungan
pertemanan menjadi tidak nyaman untuk dijalani.
Anak laki-laki dan perempuan yang dekat sebagai teman kadang dapat
memunculkan ketertarikan dikarenakan kebutuhan akan kebersamaan yang
kuat yang dijalani setiap harinya jadi tidak heran jika pacar dapat berawal
dari teman dekat namun buruknya friendzone tidak terelakkan. Friendzone
adalah suatu kondisi dimana seseorang memiliki perasaan romantis atau
seksual yang tidak berbalas terhadap temannya (Chakraberty, 2015 : 34)
dalam jurnal oleh Lidyawati, kartini dan Lestari, Sri Budi (2018).
Remaja pacaran sudah pada umumnya namun menghalangi remaja
untuk pacaran membuat mereka melakukannya secara sembunyi-sembunyi
yang dapat berakibat fatal merugikan dirinya dan semua pihak di
sekilingnya. Dengan maksud memberikan informasi kepada remaja dalam
memilih perilaku yang harus dijalani dalam menjalani pacaran maka kami
sebagai mahasiswa tertarik untuk mengangkat tema psikoedukasi say no to
friendzone sebagai daya tarik dalam memberikan wawasan terhadap remaja
mengenai pacaran yang sehat dan tidak sehat dengan harapan dampak
negatif dari pacaran yang tidak sehat dapat dihindari di kemudian hari.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

Feist, Jess dan Feist, Gregory J (2014) menuliskan tentang pendapat Erikson
tentang remaja yaitu periode pubertas hingga dewasa muda merupakan
salah satu tahapan perkembangan yang paling krusial karena di akhir
periode ini, seseorang harus sudah mendapatkan rasa ego identitas yang
tetap sehingga tidak terjadi kebingungan identitas lagi. Itu sebabnyauntuk
remaja awal mereka cenderung mengutamakan pencarian ego yang dapat
berakibat negatif terhadap diri mereka sendiri dan lingkungan di sekitar
mereka. Ketiga tahapan remaja yaitu 11- 13 tahun dikatakan remaja awal,
lalu 14-16 tahun disebut remaja menengah dan terakhir 17-18 tahun
termasuk remaja akhir.
Bukowski (2001), Harris (1998), dan Hartup(1999) dalam Wade,
Carole dan Tavris, Carol(2020) mengatakan bahwa teman sebaya memegang
peranan paling penting karena mereka mewakili generasi yang termasuk
dalam kelompok usia remaja tersebut, yakni generasi dimana remaja akan
berbagi pengalaman dan bersama-sama menyongsong peranan sebagai
orang dewasa nantinya. Disini remaja mulai mencari kelompok-kelompok
pertemanan yang membuat mereka nyaman dalam mengatasi krisis identitas
mereka. Tidak heran banyak sekali kejadian dimana remaja lebih membela
kelompoknya dibandingkan dengan orangtua, sehingga konflik dengan
orangtua meningkat tajam di masa remaja ini.
Salah satu ciri pubertas adalah dimana remaja sudah mulai menyukai
lawan jenis sehingga memunculkan keinginan untuk menjalin hubungan
romantis atau dapat dikatakan pacaran. Santrock (2012) menyatakan bahwa
pacaran merupakan suatu bentuk kesenangan atau hiburan, menyatakan
status, sebuah kondisi mempelajari relasi yang akrab, dan juga suatu cara
untuk menemukan pasangan. Remaja awal dengan segala tujuannya yang
melakukan proses pacaran biasanya tidak akan berlangsung lama karena
mereka hanya merasa coba-coba saja. Namun tidak sedikit pacaran remaja
awal ini menimbulkan pengaruh negatif terhadap pelakunya. Tidak sedikit
terjadi kehamilan di luar nikah karena pelakunya terpengaruh tontonan
dewasa yang diperoleh dari internet.
Bradford Brown’s (Sigelman &Rider:2012) dalam skripsi Ardiyanti,
Yovita Cindy (2015) mengemukakan bahwa dalam menjalin hubungan
dengan lawan jenis atau berpacaran, remaja akan melalui 4 tahapan. Tahapan
tersebut adalah sebagai berikut : pertama yang disebut dengan fase Initation
dimana fokus remaja dalam menjalin hubungan adalah remaja melihat diri
sendiri sebagai seseorang yang mampu menjalin hubungan romantis dengan
kata lain pacaran dengan teman lawan jenis. Kedua fase status dimana

6
remaja berpacaran membutuhkan status dari pasangan, bertujuan untuk
dapat ditunjukkan kepada kelompok teman sebaya, keluarga, maupun di
lingkungan sosialnya. Ketiga fase Sayang yaitu pada fase ini, remaja tidak
hanya mementingkan kepentingan diri sendiri, atau status hubungan semata,
namun telah memiliki rasa sayang terhadap pasangan. Terakhir keempat
adalah fase bonding yakni fase dimana hubungan sudah lebih berkembang
menuju ke tahap perkembangan dewasa awal, sehingga dalam menjalin
hubungan sudah memiliki ikatan emosional yang lebih erat, serta sudah
memiliki komitmen untuk melanjutkan hubungan kearah yang lebih serius.
Ekasari, Mia Fatma , Rosidawati, dan Jubaedi, Ahmad (2019)
menuliskan dalam jurnalnya Pengertian pacar yang dipahami oleh seluruh
partisipan yaitu teman dekat, orang yang disukai dan orang yang
sayang sama kita. Seorang pacar dapat berasal dari teman sebelumnya dan
meningkat menjadi pacar. Dapat disimpulkan seseorang yang menjadi pacar
akan menjadi teman dahulu awalnya dan apabila hubungan dapat
berkembang dengan baik sehingga meningkat menjadi bentuk pacaran.
Namun tidak sedikita dari suatu hubungan pertemanan yang memunculkan
rasa suka di salah satu pihak namun tidak terjadi pada pihak lain yang biasa
disebut dengan friendzone.
Lidyawati, kartini dan Lestari, Sri Budi (2018) dalam jurnalnya
mengatakan bahwa Friendzone dikatakan sebagai zona berbahaya karena
ketiadaan dari hubungan romantis dan takut kehilangan hubungan bersifat
platonis. Jadi bisa dikatakan friendzone adalah hubungan yang
menyebabkan salah satu pihak merasakan dilema dimana terjadi
kebingungan antara perasaan teman dan perasaan lebih dari teman (cinta).
Dimana keduanya akan mempengaruhi kondisi pertemanan di masa depan.
Apabila menjadi pacaran kemungkinan hubungan menjadi putus dan
pertemanan akan merenggang namun jika hanya pertemanan biasa dapat
menyiksa salah satu pihak yang sudah memiliki perasaan lebih dari teman.
Dellanita, Anya(2021) dalam artikelnya menyampaikan tips yang
dapat dilakukan agar terhindar dari firendzone diantaranya yaitu mulai atur
jarak, buat cemburu, jangan terlihat membutuhkan dan putus asa, serta
jangan buat dia menjadi pusat duniamu. Jika tips ini berhasil maka dapat
diketahui jika lawan jenis menaruh rasa yang sama padamu atau tidak
sehingga kondisi friendzone dapat diatasi dengan cepat dan tidak
berlangsung lama yang dapat membuat salah satu pihak menjadi tidak
nyaman dengan hubungan pertemannnya lagi.

7
BAB III
PELAKSANAAN PROGRAM

Kegiatan :Say No to Friendzone


Karakter Komunitas: 13-15 tahun
Durasi : 1 – 1,5 jam
Tanggal : Selasa, 4 Januari 2022
Lokasi : Gmeet
Metode : presentasi, diskusi, game, nonton film
Media : Presentasi Power Point, video

RUNDOWN

No Acara Waktu Durasi Teknis Media Penanggung


Jawab
1. Promosi 15.30– 10 Diputarkan G meet Putry
Kampus 15.40 menit video promosi
kampus sambil
menunggu
minimal 10
orang dari
sasaran masuk
ke dalam g
meet
2. Pembuka 15.40- 5 menit Membuka Gmeet Fivin
/ 15.45 dengan salam,
Perkenal memberikan
an ucapan
terimakasih,
permintaan
maaf , dan
memperkenalk
an semua
anggota
kelompok,
serta
membuka
acara
3. Video 15.45- 5 menit Ditunjukkan Gmeet Mela
motivasi 15.50 video tentang
tentang cinta

8
love
4. Tanya 15.50- 10 Dari video Gmeet Mela
Jawab 16.00 menit yang
diberikan,
peserta
diminta untuk
memberikan
komentar
dengan open
mic atau
menuliskan di
kolom chat
5. Presentas 16.00- 10 Ditunjukkan Gmeet Putry
i PPT 16.10 menit presentasi
berupa
powerpoint
mengenai
pacaran yang
sehat
6. Diskusi/ 16.10- 5 menit Peserta Gmeet Fivin
sharing 16-15 diminta
pengalam diminta untuk
an berpartisipasi
aktif dengan
memberikan
pengalamanny
a mengenai
pacaran
pertamanya
7. Game 16-15- 5 menit Diberikan Gmeet Mela
16-20 game ringan
berupa tebak
gambar
8. Presentas 16.20- 10 Ditunjukkan Gmeet Fivin
i PPT 16.30 menit presentasi
berupa
powerpoint
mengenai
friendzone
9. Diskusi/ 16.30- 5 menit Peserta Gmeet Mela
sharing 16-35 diminta
pengalam diminta untuk
an berpartisipasi
aktif dengan

9
memberikan
komentarnya
mengenai
friendzone
10. Game 16-35- 5 menit Diberikan Gmeet Putry
16-40 game ringan
berupa tebak
suara
11. Post test 16.40- 5 menit Diberikan G- form Mela
16.45 beberapa soal
mengenai
materi pacaran
dan friendzone
12. Evaluasi 16.45- 5 menit Bersama-sama Gmeet Fivin
16.50 mengambil
kesimpulan
tentang
efektivitas
komunikasi
13. Penutup 16.50- 5 menit Menutup acara Gmeet Putry
16.55 dengan ucapan
alhamdulillah,
terimakasih,
permintaan
maaf dan
salam

10
BAB IV HASIIL

Dua hari sebelum pelaksanaan kami selaku kelompok dua melakukan


persiapan berupa gladi bersih untuk menguji coba semua hal yang sudah
kami persiapkan dan dalam paraktek tersebut salah satu anggota terkendala
sinyal sehingga kami melakukan penggantian tugas yang dialkukan olehnya
dan diharapkan pada waktu pelaksanaan nanti tidak ada masalah yang
terkait dengan sinyal tersebut.
Pada hari pelaksanaan yaitu hari selasa, tanggal 4 januari 2022, kami
melaukan persiapan setengah jam sebelumnya dengan membuka link g meet
terlebih dahulu untuk memeriksa semua kelengkapan agar tidak ada
kendala pada waktu kami menampilkannya. Salah satu anggota yang
dikawatirkan terkendala sinyal pun sudah kami ungatkan untuk mencari
lokasi yang terbaik dalam memperoleh sinyal, namun ternyata masih
kesulitan sinyal akhirnya kami memutuskan melakukan penggantian tugas.
Beberapa orang sudah hadir dalam pertemuan lalu kami mencoba
untuk menampilkan video promosi kampus, namun tidak bisa berjalan
lancar, karena suara dari video tidak dapat didengar oleh audiens sehingga
kami kebingungan, bahkan video dari dosen pengampu kami dapat didengar
namun kami tidak dapat memperdengarkan suara dari video. Hal ini
berlangsung lama sekitar setengah jam lebih sampai para audiens ssasaran
kami yang sebelumnya terdaftar menjadi keluar dari pertemuan karena
kesalahan teknis yang lama kami atasi. Alhamdulillah setelah mencari solusi
dari internet kami dapat menampilkan video beserta suaranya yang
ternyata kendalanya kami lupa untuk menyalakan microphone yang ada
pada Gmeet. Disini dapat terlihat audiens kami yang terdiri dari teman-
teman sejawat, dosen penampu dan satu target sasaran yang dapat bertahan
dikarenakan durasi yang terlalu lama menunggu tampilan layar.
Sesudah video promosi kami melakukan pembukaan dan dilanjutkan
penayangan video motivasi yang hanya sekedar menghibur dan dilanjutkan
presentasi dengan tema pacaran karena waktu sudah berjalan terlalu lama.
Setelah presentasi kami memberikan jeda waktu untuk audiens bertanya
tentang materi yang disampaikan atau berbagi pengalaman mengenai
pacaran yang pernah mereka alami. Kami mengiming-imingi hadiah pulsa
bagi yang bersedia melakukannya baik itu melalu bicara langsung ataupun
sekedar menulis di kolom chat. Setelah beberapa menit menunggu dan tidak
ada yang bertanya akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan ke sesi
berikutnya berupa game tebak gambar. Disini audiens teman-teman sejawat
tertarik untuk menjawab karena ada hadiah pulsa, ternyata ketika game

11
berjalan ada audiens teman sekelas yang bertanya tentang materi yang kami
putuskan untuk menjawabnya nanti setelah permainan. Ada dua audiens
teman sekelas yang berhasil menjawab benar game tersebut yang dan kami
kirim pulsa sebesar Rp. 5000,- pada saat itu juga.
Sebelum materi selanjutnya kami berikan, kami sempatkan untuk
menjawab pertanyaan dari audiens yang menayakan tentang dampak
seorang anak remaja yang berpacaran sembunyi-sembunyi karena tidak
mau bercerita kepada orangtuanya dan kami menjawab seperti yang sudah
disampaikan pada materi sebelumnya bahwa tidak menceritakan kondisi
pacaran kepada orang tua dalam hal ini tidak hanya ayah ibu melainkan
orang dewasa yang dipercaya oleh anak tersebut maka kemungkinan dia
terjerumus kepada pacaran yang tidak sehat semakin kecil sehingga untuk
anak remaja yang belum mau menceritakan ada bainya orang tua di sekitar
anak tersebut lebih peduli kepada keadaannya. Kami segera mengirimkan
pulsa sebesar Rp. 10.000,- kepada audiens tersebut agar audiens yang lain
bersemangat dalam partsisipasi pada Gmeet tersebut.
Presentasi berikutnya mengenai friendzone sangat baik disampaikan
oleh salah satu anggota kami sehingga memunculkan pertanyaan setelah
presentasi berakhir. Pertanyaan tersebut mengenai kisah audiens
berhubungan dengan seorang laki-laki yang sebelumnya mereka berkenalan
dan melakukan pendekatan melalui sosial media dan mengetahui satu sama
lain saling menyukai namun karena suatu hal sang laki-laki tidak
menghubunginya kembali, yang ditanyakan olehnya pakah hubungan
tersebut termasuk dengan friendzone atau tidak. Kelaompok kami
menjawab karena ada perasaan menyukai yang muncul namun tidak
berakhi dengan kesepakatan pacaran maka ini bisa dikatakan dengan
firenzone. Auidens yang memberikan pertanyaan dengan live ini kami
kirimkan pulsa sebesar Rp. 10.000,- atas partisipasinya.
Kami tidak memberikan sesi game kembali sesuai dengan rundown
acara karena waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 yang artinya durasi
sudah batas yaitu 1,5 jam jadi kami langsung meminta audiense mengisi
postest yang diberikan di kolom chat gmeet. Selama beberapa menit kami
menunggu tidak ada hasil postest yang masuk membuat kami memutuskan
untuk tidak memberikan evaluasi. Kami langsung menutup acara dan
melihat ternyata hanya satu dari audiens sasaran yang dapat bertahan
sampai akhir. Tidak lama kemudian hasil postest dari sasaran baru terkirim
setelah kami menutup acara dan sasaran keluar dari gmeet.

12
BAB V
PEMBAHASAN
Dari hasil postest satu audiens yang bertahan sampai akhir memberi
pendapat yang sangat singkat sehingga kami belum bisa mengukur
keberhasilan materi dengan baik hanya saja ada beberapa yang kami jadikan
catatan disini yaitu anak remaja dimana mereka memiliki krisis identitas,
mereka malu menunjukkan jati dirinya terutama pada waktu gmeet, hal ini
terlihat dari audiens sasaran ini tidak aktif sama sekali namun menyimak
materinya. Ketika di chat secara personal di sosial media dia merespon
dengan baik jadi bisa diketahui pada waktu di forum besar karena dia sendiri
jadi kemungkinan dia merasa malu sedangkan pada waktu di chat dia
merupakan pribadi yang aktif dan ramah dalam menjawab pesan. Tidak
hanya itu terlihat pula dari jawaban audiens pada postest yang menunjukkan
ketidakpercayaan diri dalam menajalin suatu hubungan sehingga mengalami
firendzone.
Kami sangat merekomendasikan kegiatan lanjutan karena menurut
kami pacaran remaja yang terjadi sat ini sangat meresahkan. Untuk itu
pentingnya psikoedukasi mengenai pacaran remaja yang sehat perlu
disosialisasikan kembali dengan sasaran remaja umur 13-15 karena disaat
itulah mereka sangat labih dan pengaruh kuat dari internet dapat membawa
mereka kedalam pacaran yang tidak sehat sehingga dapat menyebabkan
terjadinya kehamilan di luar nikah dan buruknya dapat terjadi pernikahan
dini yang sebagian besar berujung perceraian karena ketidaksiapan remaja
menjadi orangtua dimasa mereka masih mencari identitas pribadi.
Kekurangan dari psikoedukasi adalah ketidaksiapan pengetahuan
akan teknologi penggunaan gmeet oleh anggota sehingga kesalahan teknis
tidak dapat dihindari. Kerjasama yang kurang maksimal dari para anggota
sehingga pada waktu pelaksanaan membuat tugas yang sebelumnya terbagi
tiga personel menjadi terbagi dua menyebabkan ketika kendala sistem
muncul menjadi tidak berdaya karena panik dan bingung akan solusinya.
Bahasa yang digunakan oleh pemateri sebaiknya dibuat lebih ringan atau
bahasa sehari-hari sehingga audiens lebih santai dalam memahaminya
dengan baik apalagi sasarannya adalah anak SMP yang suka sekali
menunjukkan diri dengan menggunakan bahas gaul dalam keseharian
mereka. Kelebihan dari psikoedukasi dengan materi yang padat dan dinamis
beserta game yang diberikan diharapkan audiens tidak bosan dalam
mengikuti acara dan materi yang diberikan juga sesuai dengan keseharian
mereka dimana mereka sebagian besar pasti sudah merasakan yang
namanya berteman dan ingin menjadi lebih dari teman melalui pacaran.

12
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanti, Yovita Cindy. (2015). Pengaruh Interaksi Teman Sebaya


Dan Kematangan Emosi Terhadap Perilaku Berpacaran Pada Siswa
Kelas Xi Di Sma N 2 Wonosari Gunungkidul. Skripsi . UNY. Hal 61-62
Dellanita, Anya. (2021). 4 Cara Mudah Keluar dari "Friend Zone".
https://lifestyle.kompas.com/read/2021/07/08/174100220/4-cara-
mudah-keluar-dari-friend-zone?page=all. Diakses 30 Desember 2021.
Ekasari, Mia Fatma , Rosidawati, dan Jubaedi, Ahmad. (2019). Pengalaman
Pacaran Pada Remaja Awal. Wahana Inovasi. Vol. 8, No. 1: hal 1-7.
Feist, Jess, dan Feist, Gregory J. 2014. Teori Kepribadian Theories of
Personality. Jakarta. Salemba Humanika. Hal 303-306
Lidyawati, kartini dan Lestari, Sri Budi. (2018). Disolusi Hubungan
Persahabatan Lawan Jenis Ketika Friendzone. Interaksi online. Vol. 6,
No. 4: hal 574-585.
Santrock, John W. 2012. Life-Span Development Perkembangan Masa-Hidup.
Jakarta. Erlangga.
Wade, Carole dan Tavris, Carol. (2020). Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 2.
Jakarta. Erlangga. Hal 267-268

13

Anda mungkin juga menyukai