PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa remaja adalah masa yang indah. Banyak hal yang terjadi pada masa transisi
remaja dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Satu proses masa yang semua anak
manusia sedang dan akan terjadi dalam sebuah proses tumbuh kembang remaja. Dunia
remaja memang unik, sejuta peristiwa terjadi dan sering diciptakan dengan ide-ide
cemerlang dan positif. Namun demikian tidak sedikit juga hal-hal negatif yang terjadi.
Salah satu hal yang menarik dan terjadi dalam dunia remaja adalah trend pacaran
yang digemari sebagian remaja walau tidak sedikit juga orang dewasa gemar
melakukannya. Bahkan ada rumor yang menarik, bahwasannya bila ada remaja yang
belum punya pacar berarti belum mempunyai identitas diri yang lengkap. Memang tidak
dapat dipungkiri bila pacaran merupakan fenomena tersendiri dikalangan remaja. Dan
kalaupun dicari satu definisi tersendiri pacaran maka akan sulit. Sebagian ada yang
mendifiniskan pacaran adalah ajang dari untuk mendapatkan kepuasan libido seksual,
atau pacaran hanya sebagai label saya punya pacat dan mendogkrak percaya diri.
Ataukah pacaran adalah suatu hal yang penting karena dengan pacaran kita punya
seseorang yang bisa membantu kita dalam mengatasi persoalan hidup untuk definisi
pacaran tentu akan ada banyak yang lainnya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tadi, maka perumusan masalah yang dapat dibuat
C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dini?
Siapa Pembimbingan Remaja yang Berpacaran?
Tujuan Makalah
belajar.
5. Untuk mengetahui kiat-kiat menghindari dampak negatif dalam pacaran di usia
dini.
6. Cara orang tua membimbing anak remaja pada saat masa pacaran.
D.
Manfaat Makalah
Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagi kalangan remaja yang belum mengerti tentang berpacaran dengan baik hal
2.
3.
4.
remaja.
Memahami dengan baik dampak negative yang di akibatkan berpacaran saat
remaja dan di harapkan untuk menjauhi dan menghindarinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian pacaran.
Menurut DeGenova & Rice (2005) pengertian pacaran adalah menjalankan suatu
hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar
dapat saling mengenal satu sama lain. Menurut Bowman (1978) pacaran adalah kegiatan
bersenang-senang antara pria dan wanita yang belum menikah, dimana hal ini akan
menjadi dasar utama yang dapat memberikan pengaruh timbal balik untuk hubungan
selanjutnya sebelum pernikahan di Amerika.
Benokraitis (1996) menambahkan bahwa pacaran adalah proses dimana seseorang
bertemu dengan seseorang lainnya dalam konteks sosial yang bertujuan untuk menjajaki
kemungkinan sesuai atau tidaknya orang tersebut untuk dijadikan pasangan hidup.
Menurut Saxton (dalam Bowman, 1978), pacaran adalah suatu peristiwa yang telah
direncanakan dan meliputi berbagai aktivitas bersama antara dua orang (biasanya
dilakukan oleh kaum muda yang belum menikah dan berlainan jenis).
Kyns (1989) menambahkan bahwa pacaran adalah hubungan antara dua orang
yang berlawanan jenis dan mereka memiliki keterikatan emosi, dimana hubungan ini
didasarkan karena adanya perasaan-perasaan tertentu dalam hati masing-masing. Menurut
Reiss (dalam Duvall & Miller, 1985) pacaran adalah hubungan antara pria dan wanita
yang diwarnai keintiman. Menurut Papalia, Olds & Feldman (2004), keintiman meliputi
adanya rasa kepemilikan. Adanya keterbukaan untuk mengungkapkan informasi penting
mengenai diri pribadi kepada orang lain (self disclosure) menjadi elemen utama dari
keintiman.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan pengertian pacaran
adalah serangkaian aktivitas bersama yang diwarnai keintiman (seperti adanya rasa
kepemilikan dan keterbukaan diri) serta adanya keterikatan emosi antara pria dan wanita
yang belum menikah dengan tujuan untuk saling mnengenal dan melihat kesesuaian
antara satu sama lain sebagai pertimbangan sebelum menikah.
B.
1.
b.
mendapati bahwa pasangannya itu tidak cocok dengannya? Kata yang keluar
adalah putus! Bukannya mencoba untuk bisa mengerti satu sama lain, para
remaja hanya mempelajari untuk bercerai. Bagaimana tidak? Karena faktor usia
yang dibawakan dalam diri hanya emosi sesaat.
Jika dikatakan alangkah lebih menyenangkan untuk mempelajari diri
sendiri dulu, membenahi diri, dan berupaya untuk bisa beradaptasi dengan banyak
orang. Ketimbang mengikatkan diri dengan satu orang yang kadang kala
membuat sakit hati, lebih baik seorang remaja mencoba untuk berbaur dengan
yang lainnya. Di situ dia bisa mempelajari karakteristik orang lain. Dan, dia juga
sedang mempelajari dirinya sendiri tentunya.
Setelah dia bisa mengendalikan emosinya ini merupakan saat yang tepat
untuk berpacaran tentunya dia sudah berani berkomitmen. Jadi, berpacaran
bukan hanya untuk having fun. Tidaklah pantas menurut penulis jika seseorang
mempermainkan perasaan orang lain. Lagipula, masa remaja yang penuh gejolak
ini akan sangat memberikan keragu-raguan dalam hal berpacaran. Maka dari itu,
beberapa orang tua melarang anaknya untuk berpacaran (walau ada juga yang
2.
tidak).
Dampak Negatif
a.
Kekerasan fisik
Koalisi Antikekerasan di Alabama menyebutkan bahwa satu dari tiga anak
mengalami kekerasan fisik selama pacaran usia dini. Bentuknya seperti
mendorong, memukul, mencekik, dan membunuh. Kejahatan tersebut sangat
tertutup karena pihak korban ataupun pelaku tidak mengakui adanya masalah
selama hubungan kencan. Penyebab kekerasan fisik pada remaja di antaranya
kecemburuan, sifat posesif, dan temperamen dari pasangan si anak remaja.
Pelaku, misalnya, mengontrol cara berpakaian si anak. Hal itu sebenarnya adalah
bentuk kekerasan, yang sering kali dilihat oleh si anak sebagai bentuk perhatian.
b.
Kekerasan seksual
Pemerkosaan dalam pacaran adalah bentuk kekerasan seksual dalam
pacaran.
Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan)
Indonesia mengategorikan kekerasan jenis itu sebagai kekerasan dalam pacaran
(KDP).KDP secara seksual terjadi ketika seseorang diserang secara seksual oleh
orang lain yang dikenal dan dipercaya, seperti teman kencan. Kekerasan seksual
dapat juga terjadi saat korban mabuk di suatu pesta, misalnya. Pesta menjadi
ajang yang paling mudah bagi pelaku untuk mengincar remaja dengan lebih
dahulu memberikan narkoba, kemudian menjadikannya korban kekerasan seksual.
c.
Cenderung menjadi pribadi yang rapuh
Anak remaja yang mulai pacaran sejak usia dini lebih banyak mengalami
sakit kepala, perut dan pinggang. Mereka juga lebih banyak depresi dibanding
rekan seusianya yang belum pernah pacaran. Seseorang, yang mengenal cinta
lebih dini cenderung menjadi pribadi yang rapuh, sakit-sakitan, merasa tidak
aman dan mudah depresi, contohnya remaja, akan memiliki alarm rasa sakit yang
lebih tinggi, terutama jika remaja itu menjalin hubungan yang buruk dengan
pasangannya.
Mereka punya kecenderungan tingkat rasa sakit yang lebih mendalam.
Mereka benar-benar meresapi perasaan buruk seperti sedih atau kesal karena
secara psikologi mereka sudah mengenalnya ketika berhubungan dengan
pasangannya. Akibat terlalu mendalami perasaan sedih dan emosional itu adalah
depresi dan penyakit lainnya. Karena terlalu sedih atau marah, perasan depresi
pun bisa muncul. Akibatnya mereka jadi tidak mau makan, kurang tidur atau tidak
mau melakukan apa-apa. Dari situlah muncul penyakit-penyakit seperti pusing,
sakit perut dan lainnya
Mereka yang mengenal cinta dan mengalami masalah dalam berhubungan
dengan pasangan lebih dulu memiliki pandangan yang lebih serius dan sikap yang
lebih tertutup. Hal itu memicu perasaan stres dan penyakit fisik lainnya.
d.
lebih besar untuk melakukan hubungan seksual. Hal itu sangat memungkinkan
terjadinya kehamilan dan penularan penyakit menular seksual (PMS). Menurut
The Centers for Disease Control (CDC), kelompok remaja dan dewasa muda (15-
24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular
PMS.
Sekedar mengingatkan bahaya kehamilan pada remaja:
1. Hancurnya masa depan karena tidak bisa melanjutkan sekolah.
2. Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan
karena jiwa dan fisiknya belum siap.
3. Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya
karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta).
4. Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis
(dukun bayi, tenaga tradisional) sering mengalami kematian karena mengalami
sakit dan pendarahan yang hebat.
5. Pengguguran kandungan yang diperbolehkan oleh undang-undang, kecuali
indikasi medis (misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia meneruskan
kehamilan dapat timbul kematian). Baik yang meminta, pelakunya maupun yang
mengantar dapat dihukum berat .
6. Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami kecacatan dan
gangguan kejiwaan saat ia dewasa.
7. Jadi bahan pembicaraan dan ejekan masyarakat sekitar .
8. Stress berkepanjangan dan bisa jadi GILA.
e.
Menurunkan konsentrasi
Hal ini terjadi jika remaja telah mengakhiri hubungan dengan pacarnya
sehingga emosinya menjadi labil, konsentrasi menjadi buyar karena terus
memikirkan pacarnya sehingga remaja tersebut tidak dapat menyelesaikan tugastugas yang di berikan kepadanya dan mengerjakan ulangan dengan baik sehingga
dapat menurunkan prestasi remaja tersebut.
f.
Menguras harta
Akan menguras harta, karena orang yang pacaran akan selalu berkorban
untuk pacarnya, bahkan uang yang seharusnya untuk ditabung bisa habis untuk
membelikan hadiah untuk pacarnya.
D.
Bagi remaja (siswa) pacaran merupakan sesuatu yang sudah biasa dilihat
atau juga dilakukan oleh para remaja (siswa), secara langsung maupun tidak
langsung hal tersebut dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka menjadi
menurun atau semakin giat belajar, Berpacaran dapat membuat prestasi belajar
seorang siswa menurun antara lain contoh-contoh tersebut adalah sebagai berikut,
ketika belajar seorang siswa yang berpacaran pasti akan terganggu konsentrasinya
untuk belajar karena pasanganya selalu mengirim SMS kepadanya dan siswa
tersebut pasti hanya fokus untuk membalas SMS pasangan dan melupakan waktu
belajarnya, kemudian siswa yang berpacaran juga dapat membuat malas untuk
masuk sekolah di saat bertengkar dengan pasangan atau berpisah dengan
pasangan karena malas bertemu denganya di sekolah, mungkin beberapa contoh
tadi dapat mewakili dampak negative yang ditimbulkan berpacaran pada saat usia
remaja mesi masih banyak contoh-contoh lainya.
Berpacaran dapat pula membuat prestasi belajar seorang remaja (siswa)
meningkat dan semakin giat belajar antara lain contoh-contoh tersebut adalah
sebagai berikut, pada saat seorang siswa yang sedang berpacaran mereka dapat
merasa tidak ingin kalah dari pasanganya dalam hal apapun karena di saat dia
kalah dari pasanganya maka dia akan merasa malu dan ingin melebihi apa yang di
raih pasanganya itu terutama dalam hal pelajaran teradang mereka membuat suatu
permainan kecil dimana apabila salah satu seorang pasangan mendapat nilai yang
jelek dari pasanganya maka pasangan yang menang dia dapat meminta apa saja
pada pasanganya tetapi dalam batas kewajaran seperti dibelikan coklat,snack dll.
Hal tersebut juga dapat membuat mereka menjadi giat belajar dan apabila
seoarang siswa yang sedang berpacaran maka mereka akan selalu ingin masuk
sekolah setiap hari karena ingin bertemu pasanganya hal ini juga dapat
mempengaruhi absensi siswa dapat juga menjadi dorongan semangat untuk lebih
giat belajar.
Dari beberapa hal diatas seorang remaja (siswa) yang berpacaran
hendaknya mendapt bimbingan dari guru terutamanya adalah orang tua sehingga
mereka dapat mendapat sisi positif dan terhindar dari sisi negative yang di
timbulkan.
E.
No Seks
Katakan tidak pada seks, jika pasangan menghendaki aktivitas
berpacaran melebihi batas. Terutama bagi remaja putri permintaan seks sebagai
bukti cinta, jangan dipenuhi, cuma ngapusi ! Karena yang paling rugi adalah
pihak wanita. Ingat, sekali wanita kehilangan kegadisannya, seumur hidup ia akan
menderita, karena norma yang dianut dalam masyarakat kita masih tetap
mengagungkan kesucian. Berbeda dengan wanita, keperjakaan pria tidak pernah
bisa dibuktikan, sementara dengan pemeriksaan dokter kandungan dapat
ditentukan apakah seorang gadis masih utuh selaput daranya atau tidak. Kepuasan
cuma sesaat , penderitaan akan selalu menghantui . Ingat !!!
c)
Rem Keimanan
Iman, merupakan rem paling pakem dalam berpacaran. Justru penilaian
kepribadian pasangan dapat dinilai saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-
hal yang melanggar norma-norma yang dianut, tentunya tidak dapat diharapkan
menjadi pasangan yang baik. Untuk itu, Say Good Bye sajalah! Masih
banyak pria dan wanita lain yang mempunyai iman dan moral yang baik yang
kelak dapat membantu keluarga bahagia.
d)
1. Niatkan bahwa tujuan berpacaran adalah untuk saling mengenal lebih dekat dan
belajar untuk memahami karakter lawan jenis.
2. Hindari pacaran di tempat yang terlalu sepi atau tempat yang mengandung atau
mendukung untuk aktivitas seksual.
3. Hindari makan dan minuman yang merangsang sebelum/selama pacaran.
4. Hindari bacaan/film porno yang merangsang sebelum/selama pacaran.
5. Jangan dituruti kalau pasangan menuntut aktivitas pacaran yang berlebihan.
Oleh karena itu bahwa gaya pacaran yang sehat merupakan sesuatu yang
perlu diperhatikan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Gaya pacaran
yang sehat mencakup berbagai unsur yaitu sebagai berikut:
1. Sehat Fisik.
Tidak ada kekerasan dalam berpacaran. Dilarang saling memukul,
menampar ataupun menendang.
2. Sehat Emosional.
Hubungan terjalin dengan baik dan nyaman, saling pengertian dan
keterbukaan. Harus mengenali emosi diri sendiri dan emosi orang lain. Harus
mampu mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan baik.
3. Sehat Sosial.
Pacaran tidak mengikat, maksudnya hubungan sosial dengan yang lain
harus tetap dijaga agar tidak merasa asing di lingkungan sendiri.Tidak baik
apabila seharian penuh bersama dengan pacar.
4. Sehat Seksual.
Dalam berpacaran kita harus saling menjaga, yaitu tidak melakukan halhal yang beresiko. Jangan sampai melakukan aktivitas-aktivitas yang beresiko,
seperti berciuman hebat (kissing), berpelukan hebat (petting), meraba-raba
bagian sensitif wanita dan apalagi melakukan hubungan seks.
SEKS
SAY NO TO
F.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada dasarnya berpacaran saat remaja merupakan hal yang tidak baik karena
secara usia dan psikologi seorang remaja belum siap, tetapi apabila hanya untuk
mengenal satu-sama lain dan dalam batas sewajarnya hal tersebut tidak apa-apa
dilakukan terutama untuk meningkatkan prestasi belajar mereka sendiri selain itu peran
orang tua dan guru sangat penting agar mereka tidak terjerumus dalam prilaku-prilaku
tidak biak yang ditimbulkan.
B.
Saran
Dalam melakukan hubungan pada saat remaja seperti berpacaran, hendaknya
seorang remaja seperti kita hanya focus untuk belajar saja dan meraih cita-cita,
menyadari dalam berpacaran usia seperti kita ini selayaknya belum mencukupi dan belum
matang untuk hubungan yang lebih serius karena belum siap dalam berbagai aspek hal
yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahira, Anne. (2010). Pengaruh Pacaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa.
Retrieved Desember 10, 2013, from anneahira.com/Pengaruh Pacaran Terhadap
Prestasi Belajar Siswa.htmlp
Seo, Dany. (2013). Retrieved Desember 10, 2013, from Makalah Bahasa
Indonesia Pengaruh Berpacaran Saat Usia Remaja ~ Pusat Sekolah.htm
Oleh:
LALU SAHDAN ( 010114A058 )