Anda di halaman 1dari 8

GALENIKA Journal of Pharmacy Vol.

3 (1) : 49 - 56 ISSN : 2442-8744


March 2017

PROFIL PENGGUNAAN OBAT PASIEN HIPERTENSI ESENSIALDI INSTALASI


RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH I LAGALIGO KABUPATEN
LUWU TIMUR PERIODE JANUARI-DESEMBER TAHUN 2014

PROFILE OF DRUG USE IN PATIENTS WITH ESSENTIAL HYPERTENSION AT


OUTPATIENT INSTALLATION GENERAL HOSPITAL I LAGALIGO LUWU
TIMUR REGENCY PERIOD OF JANUARY-DECEMBER 2014

Senfri Tandililing*, Alwiyah Mukaddas, Ingrid Faustine


Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Tadulako, Palu

Received 9 Juni 2016/Accepted 2 Oktober 2016

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik demografis dan klinik serta profil penggunaan
obat pada pasien hipertensi esensial di instalasi rawat jalan RSUD I Lagaligo Kabupaten Luwu Timur periode
Januari-Desember 2014. Metode penelitian yang dilakukan adalah Deskriptif yang dikerjakan secara retrospektif
dengan mengumpulkan data sekunder dari rekam medik pasien Hipertensi esensial yang menjalani rawat jalan
di RSUD I Laga Ligo Kabupaten Luwu Timur periode Januari-Desember 2014. Jumlah sampel dalam penelitian
adalah 145 pasien. Karakteristik demografi perempuan yaitu 87 pasien (60%), rentang usia 41-60 tahun
(55,86%), Hipertensi grade 1 (73,78%), golongan obat yang paling banyak digunakan adalah antagonis kalsium
(45,45%), jenis obat Amlodipin (44,27%), bentuk sediaan tablet 100%, aturan pakai 1 sampai 2 kali sehari,
terapi tunggal yaitu Amlodipin (63,08%), kombinasi 2 antihipertensi yaitu Amlodipin-Hidroklorotiazid
(38,61%), kombinasi 3 antihipertensi yaitu Amlodipin-Hidroklorotiazid-Captopril (69,57%). Hasil penelitian
yang diperoleh telah sesuai dengan alogaritma pengobatan hipertensi menurut JNC 7.

Kata kunci: Profil penggunaan obat, Hipertensi, Antihipertensi

ABSTRACT

This study aimed to determine the demographic and clinical characteristics and profile of drug use in
patients with essential hypertension at outpatient installations I Lagaligo General Hospital East Luwu Regency
period January-December 2014. The research method is descriptive done retrospectively by collecting
secondary data from medical records essential hypertension patients undergoing outpatient treatment at General
Hospital I Lagaligo East Luwu Regency period January-December 2014. The number of samples in the study
were 145 patients. The dominant demographic characteristics of women that 87 patients (60%), age range 41-60
years (55.86%), hypertension grade 1 (73.78%), a class of drugs most widely used is a calcium antagonist
(45.45%), the type of drug amlodipine (44.27%), 100% tablet dosage forms, rules of use 1 to 2 times a day,
namely amlodipine monotherapy (63.08%), the combination of two antihypertensive amlodipine-
hydrochlorothiazide (38.61%), the combination of three antihypertensive amlodipine-hydrochlorothiazide-
Captopril (69.57%). The results obtained in accordance with an algorithm treatment of hypertension according
to Joint National Committee (JNC 7).

Keywords: profile of drug use, hypertension, antihypertensive

*Corresponding Author : Senfri Tandililing tsenfri@gmail.com (ph: +62-853-4183-4645)


Tandililing et al./Galenika Journal of Pharmacy

PENDAHULUAN jumlah kasus sebanyak 736 pasien. Pada tahun


Hipertensi adalah suatu keadaan 2014 total kasus hipertensi esensial adalah
tekanan darah seseorang berada diatas batas 712 pasien. Masih tingginya angka kejadian
normal atau optimal yaitu 120 mmHg untuk hipertensi esensial menuntut adanya berbagai
sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik. upaya untuk meningkatkan mutu layanan
Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent kesehatan karena terapi yang tepat akan
disease karena penderita tidak mengetahui berdampak pada terkontrolnya tekanan darah
dirinya mengidap hipertensi sebelum pada pasien . Profil pengggunaan obat pasien
memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi hipertensi esensial akan membantu tenaga
yang terjadi dalam jangka waktu lama dan kesehatan dalam meningkatkan terapi yang
terus menerus bisa memicu stroke, serangan optimal pada pasien. Hal ini yang mendasari
jantung, gagal jantung dan merupakan peneliti untuk melakukan penelitian tentang
penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, profil pengobatan pasien hipertensi esensial di
2009), sehingga untuk mencapai manfaat instalasi rawat jalan RSUD I Lagaligo
klinis, dilakukan penurunan tekanan darah kabupaten Luwu Timur.
dengan terapi yang tepat (Walker, 2003).
Hipertensi belum diketahui METODE PENELITIAN
penyebabnya dengan jelas, namun ditemukan Jenis penelitian yang digunakan
beberapa faktor risiko yang dapat untuk penelitian ini merupakan penelitian
menimbulkan hipertensi yaitu usia lanjut, deskriptif yang dikerjakan secara retrospektif
adanya riwayat hipertensi dalam keluarga, dengan melihat data rekam medik pasien
kelebihan berat badan yang diikuti dengan hipertensi esensial di RSUD I Lagaligo
kurangnya berolahraga, dan mengkonsumsi periode Januari-Desember 2014 meliputi (usia,
makanan yang berlemak dan berkadar garam jenis kelamin, klasifikasi hipertensi, golongan
tinggi. Penyebab hipertensi yang obat, jenis obat, dosis obat, aturan pakai,
multifaktorial, mengakibatkan jumlah bentuk sediaan, variasi jumlah obat).
penderita yang cukup tinggi (Palmer, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah
Profil Kesehatan Indonesia tahun seluruh rekam medik pasien penderita
2010 menunjukkan bahwa dari 10 penyakit hipertensi esensial yang menjalani pengobatan
utama pasien rawat jalan di rumah sakit, di instalasi rawat jalan di RSUD I Lagaligo
hipertensi esensial menempati urutan ketiga, kabupaten Luwu Timur periode Januari-
dengan jumlah pasien yaitu 464.697 orang Desember 2014, yang memenuhi kriteria
atau 2,93%, setelah infeksi saluran napas inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel
bagian atas akut lainnya (7,05%) dan penyakit dilakukan secara total sampling dari rekam
kulit dan jaringan subkutan lainnya (3,16%) medik pasien yang memenuhi kriteria inklusi
(Depkes RI, 2011). dan kriteria eksklusi
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang Analisis data yang digunakan disajikan
didapat melalui pengukuran pada umur 18 secara deskriptif dengan menjelaskan
tahun sebesar 25,8%, untuk provinsi sulawesi karakteristik tiap variabel penelitian,
selatan berada diatas rata rata yaitu 28,1%
(Riskesdas, 2013). Data Dinas Kesehatan HASIL
Provinsi Sulawesi Selatan proporsi 10 Tabel 1. Karakteristik demografi meliputi
penyakit tidak menular terbanyak pada pasien Jenis Kelamin dan umur pasien hipertensi
rawat jalan di Rumah Sakit pada tahun 2009 Esensial rawat jalan di RSUD I Laga Ligo
hipertensi esensial menempati urutan ke 2 Kabupaten Luwu Timur Periode Januari-
dengan jumlah pasien 7.387 orang (29.22%) Desember 2014
(Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan,2010)
Data rekam medik yang di peroleh di Karasteristik Demografi Jumlah Persentase
Pasien (%)
RSUD I Lagaligo, pada tahun 2012 penyakit Jenis Kelamin
hipertensi esensial menempati urutan ke dua Laki-Laki 58 40
dari 10 besar penyakit rawat jalan, dengan Perempuan 87 60
145 100
jumlah kasus sebanyak 585 pasien. Kemudian Umur (Tahun)
pada tahun 2013 penyakit hipertensi esensial 18-40 6 4,14
menempati urutan ke tiga dari 10 besar 41-60 81 55,86
> 60 58 40,00
penyakit rawat jalan, dengan peningkatan

50
Tandililing et al./Galenika Journal of Pharmacy

Jumlah 145 100 Tabel 5. Distribusi variasi jumlah obat


Rerata Umur 57,75 Tahun
antihipertensi pasien hipertensi rawat jalan di
Tabel 2. Distribusi klasifikasi Hipertensi RSUD I laga Ligo kabupaten Luwu timur
pasien Hipertensi esensial rawat jalan di periode januari sampai desember 2014
RSUD I laga Ligo kabupaten Luwu Timur
Jumlah
Periode januari- Desember 2014 variasi jumlah Obat
Pasien
(%)

Klasifikasi Jumlah Persentase Rerata tekanan Tunggal 65 44,83


Hipertensi Pasien (%) darah (mmHg) Kombinasi 2 Antihipertensi 57 39,31
Sistol Diastol Kombinasi 3 Antihipertensi 23 15,86
HT grade 1 107 73,79 146 91 145 100
HT grade 2 38 26,21 177 104
Jumlah 145 100
Tekanan darah total 154 94 Tabel 6. Distribusi penggunaan antihipertensi
Keterangan: HT Grade 1: Hipertensi Grade 1 secara tunggal pasien hipertensi rawat jalan di
HT Grade 2 : Hipertensi Grade 2 RSUD I Laga Ligo kabupaten Luwu Timur
periode januari sampai desember 2014
Tabel 3. Distribusi golongan obat dan jenis
obat pasien Hipertensi esensial Rawat jalan Jenis obat Jumlah (%)
RSUD I Laga Ligo Kabupaten Luwu Timur Hidroklorotiazid 2 3,08
periode januari sampai desember 2014 Furosemide 5 7,69
Propanolol 3 4,61
Jumlah
Bisoprolol 1 1,54
Golongan Jumlah Captopril 8 12,31
(%) Jenis obat jenis (%)
obat Obat
obat Candesartan 4 6,15
Diuretik 68 26,88 HCT 44 17,39
Amlodipin 41 63,08
Furosemid 24 9,49 Diltiazem 1 1,54
Beta Bloker 6 2,37 Propanolol 4 1,58 65 100
Bisoprolol 2 0,79
ACEI 41 16,21 Captopril 39 15,41
Lisinopril 2 0,79
ARA II 23 9,09
Candesartan 23 9,09
Tabel 7. Distribusi penggunaan kombinasi 2
Antagonis 115 45,45 Amlodipin 112 44,27 antihipertensi pasien hipertensi rawat jalan di
Kalsium Diltiazem 3 1,19
253 100 253 100
RSUD I laga Ligo kabupaten Luwu timur
Keterangan: ACEI
ARA II
: Angiotensin converting enzyme inhibitor
: Antagonis Reseptor AngiotensinII
periode januari sampai desember 2014
HCT : Hidroklorotiazid Kombinasi obat Jumlah (%)

Amlodipin-Hidroklorotiazid 22 38,61
Amlodipin-Furosemid 13 22,81
Tabel 4. Distribusi dosis obat, aturan pakai dan Amlodipin-Captopril 11 19,31
bentuk sediaan pasien hipertensi esensial Amlodipin-Candesartan 5 8,77
rawat jalan di RSUD I Laga Ligo kabupaten Amlodipin-Diltiazem 1 1,75
Amlodipin-Propanolol 1 1,75
Luwu Timur periode januari sampai desember Amlodipin-Lisinopril 1 1,75
2014 Candesartan-Diltiazem 1 1,75
Candesartan-Furosemide 1 1,75
Jenis Obat Dosis Bentuk Aturan Jumlah (%) Captopril-Furosemide 1 1,75
obat sediaan Pakai jenis
(mg) obat 57 100
Hidroklorotiazid 25 Tablet 1x1 44 17,39
Furosemide
Propanolol
40
20
Tablet
Tablet
1x1
1x1
24
4
9,49
1,58
Tabel 8. Distribusi penggunaan kombinasi 3
Bisoprolol
Captopril
5
25
Tablet
Tablet
1x1
1x1
2
25
0,79
9,88
antihipertensi pasien hipertensi rawat jalan di
Captopril 25 Tablet 2x1 14 5,53 RSUD I laga Ligo kabupaten Luwu timur
Lisinopril 5 Tablet 2x1 2 0,79
Candesartan 16 Tablet 1x1 12 4,8 periode januri sampai desember 2014
Candesartan 8 Tablet 1x1 11 4,35
Amlodipin 10 Tablet 1x1 112 44,27
Diltiazem 200 Tablet 1x1 3 1,19 Kombinasi obat Jumlah (%)
253 100

Amlodipin-Hct-Candesartan 4 17,39
Amlodipin-Hct-Captopril 16 69,57
Amlodipin-Captopril-Furosemide 2 8,69
Amlodipin Lisinopril-Bisoprolol 1 4,35
23 100

51
Tandililing et al./Galenika Journal of Pharmacy

PEMBAHASAN ini sebanding dengan penelitian tentang


Hasil penelitian yang dilakukan di karasteristik pasien hipertensi di bangsal rawat
ruang Rekam Medik RSUD I Laga Ligo inap SMF penyakit dalam RSUP DR. M.
Kabupaten Luwu Timur selama kurun waktu 2 Djamil Padang Tahun 2013 yang
bulan (April -Mei 2015) diperoleh jumlah menunjukkan bahwa pasien hipertensi pada
pasien sebanyak 145 pasien yang memenuhi umur 41tahun lebih banyak terkena hipertensi
kriteria inklusi dan eksklusi. dibandingkan dengan pasien pada umur
Pada tabel 1 tentang karakteristik 41tahun dengan perbandingan 91% berumur
demografi pasien hipertensi esensial untuk 41tahun dan 9% berumur 41 tahun (Sedayu,
jenis kelamin dan umur, berdasarkan jenis 2015).Hipertensi merupakan salah satu
kelamin, perempuan berjumlah 87 pasien penyakit degeneratif. Umumnya tekanan darah
(60%) sedangkan pasien berjenis kelamin lak- bertambah secara perlahan dengan
laki berjumlah 58 pasien (40%). Jumlah pasien bertambahnya usia. Risiko untuk menderita
hipertensi lebih dominan berjenis kelamin hipertensi pada populasi 55 tahun yang
perempuan, Hal ini dikarenakan adanya sebelumnya mempunyai tekanan darah normal
hubungan faktor hormonal yang lebih besar adalah 90% (Chobanian, 2003).
terdapat didalam perempuan dibandingkan Pada tabel 2 trentang karakteristik
dengan laki-laki, (Agrina, 2011). Wanita pasien berdasarkan klasifikasi hipertensi di
premenopause memiliki risiko dan kejadian RSUD I Laga Ligo kabupaten Luwu timur
hipertensi yang lebih rendah dibandingkan dikelompokkan bahwa 107 pasien (73,79%)
laki-laki dengan usia sama tetapi keuntungan menderita hipertensi grade I, dengan rerata
ini untuk wanita secara bertahap menghilang tekanan darah yaitu 146 mmHg untuk sistolik
setelah menopause (Gudmundsdottir, 2012) dan 91 mmHg untuk diastolik. 38 pasien
Perubahan hormonal setelah menopause dapat (26,21%) menderita hipertensi grade II,
meningkatkan risiko penyakit degeneratif dengan rerata tekanan darah 177 mmHg untuk
seperti hipertensi. Hasil penelitian tentang sistolik dan 104 mmHg untuk diastolik. Rerata
pengaruh menopause terhadap tekanan darah tekanan darah pasien hipertensi secara
menunjukkan bahwa pada wanita keseluruhan yaitu 154 mmHg untuk sistolik
postmenopause tekanan sistolik lebih tinggi 4- dan 94 mmHg untuk diastolik. Peningkatan
5 mmHg dari pada wanita premenopause tekanan darah bukan merupakan bagian dari
(Chobanian, 2003).Alasan untuk perbedaan umur, tetapi insiden hipertensi pada lanjut usia
gender dalam tingkat tekanan darah adalah tinggi. Setelah umur 69 tahun,
adalahmultifaktorial dan belum prevalensi hipertensi meningkat sampai 50%.
sepenuhnyadipahami. Ada beberapa National Healt and Nutrition Examination
hipotesistermasuk peran potensial darihormon Survey menemukan prevalensi hipertensi pada
seks, sistem renin angiotensin,stres kelompok umur 65-74 tahun sebagai berikut:
oksidatif,endotelin, berat badan dan Prevalensi keseluruhan 49,6% untuk
aktivasisimpatik. Fungsi protektif hipertensi derajat 1 (140-159/90-99
estrogendapat menunda munculnya mmHg),18,2% untuk hipertensi derajat 2 (
penyakitkardiovaskuler 10-15 tahun 160-179/100-109 mmHg), dan 6,5% untuk
padawanita dibandingkan dengan laki- hipertensi derajat 3 (>180/110mmHg)
laki.Kadar endotelin dan stres oksidatif (kuswardhani, 2006).
meningkat setelah menopause, dan dapat Pada tabel 3 tentang golongan obat
mempengaruhi tekanan darah melalui dan jenis obat. Untuk golongan obat,
peningkatan reabsorpsi natrium dan menunjukkan bahwa dari 253 item obat
vasokonstriksi. Obesitas dan kelebihan berat antihipertensi yang digunakan. 115 item obat
badan meningkat lebih banyak pada wanita (45,45%) merupakan golongan antagonis
postmenopause dibandingkan pria, dan ini kalsium, 68 item obat (26,88%) adalah dari
berkaitan dengan risiko hipertensi dan golongan diuretik, 41 item obat (16,21%)
kematian yang lebih besar daripada laki-laki adalah golongan ACE Inhibitor, 23 item obat
pada usia yang sama (Gudmundsdottir,2012). (9,09%) adalah golongan Antagonis reseptor
Berdasarkan umur menunjukkan bahwa angiotensin II, dan 6 item obat ( 2,37%) adalah
55,86% (81 pasien) berumur 41-60 tahun; golongan beta bloker. Antihipertensi golongan
40,00% (58 pasien) berumur 60 tahun dan antagonis kalsium merupakan obat yang paling
4,14% (6 pasien) berumur 18-40 tahun. Hasil sering digunakan. Antagonis kalsium bekerja

52
Tandililing et al./Galenika Journal of Pharmacy

dengan menghambat influks kalsium pada sel merupakan rekomendasi JNC VII sebagai obat
otot polos pembuluh darah dan otot jantung antihipertensi tahap pertama. Amlodipin
sehingga terjadi relaksasi (Nafrialdi,2008). mempunyai mekanisme yang sama dengan
Efek antihipertensi dari antagonis kalsium antagonis kalsium golongan dihidropiridin
berhubungan dengan dosis, bila dosis lainnya yaitu dengan merelaksasi arteriol
ditambah maka efek antihipertensi semakin pembuluh darah. Amlodipin bersifat
besar dan tidak menimbulkan efek toleransi. vaskuloselektif, memiliki bioavailibilitas oral
Antagonis kalsium tidak dipengaruhi asupan yang relatif rendah, memiliki waktu paruh
garam sehingga berguna bagi orang yang tidak yang panjang, dan absorpsi yang lambat
mematuhi diet garam. Menurut beberapa studi sehingga mencegah tekanan darah turun secara
penggunaan antagonis kalsium dalam mendadak. Amlodipin juga merupakan obat
hipertensi secara umum tidak berbeda dalam yang sangat bermanfaat mengatasi hipertensi
efektivitas, efek samping, atau kualitas hidup darurat karena dosis awalnya yaitu 10 mg,
dibandingkan dengan obat antihipertensi lain. dapat menurunkan tekanan darah dalam waktu
Ditinjau dari mortalitas, tidak ada perbedaan 10 menit (Nafrialdi, 2008).
bermakna antara antagonis kalsium, diuretik, Pada tabel 4 tentang dosis obat, bentuk
dan ACE-inhibitor dalam pengobatan sediaan dan aturan pakai. menunjukkan bahwa
hipertensi. Antagonis kalsium dan ACE- dari 253 total item obat yang digunakan,
inhibitor lebih baik dari diuretik dan beta- diperoleh pemberian tablet Amlodipin dengen
blocker dalam mengurangi kejadian hipertrofi dosis 10 mg sekali sehari 44,27 %, tablet
ventrikel kiri yang merupakan risiko Hidroklorotiazid 25 mg sekali sehari 17,39%,
independen pada hipertensi, selain itu tablet Captopril 25 mg sekali sehari 9,88%,
antagonis kalsium juga mempunyai efek tablet Furosemid 40 mg sekali sehari 9,49%,
proteksi vaskular. Obat-obat golongan tablet Captopril 25 mg dua kali sehari 5,53%,
Antagonis kalsium berguna untuk pengobatan tablet Candesartan 16 mg sekali sehari 4,8%,
pasien hipertensi yang juga menderita asma, tablet Candesartan 8 mg sekali sehari 4,35%,
diabetes, angina dan/atau penyakit vaskular tablet Propanolol 20 mg sekali sehari 1,58%,
perifer (Aziza 2008). tablet Diltiazem 200 mg sekali sehari 1,19%,
Untuk jenis obat menunjukkan bahwa tablet Bisoprolol 5 mg 0,79%, tablet
dari 9 jenis obat yang digunakan dengan total Lisonopril 5 mg dua kali sehari 0,79%.
penggunaan 253 item obat, penggunaan Sebagian besar dosis obat antihipertensi serta
amlodipin sebanyak 112 item obat (44,27%) , frekuensi pemberian yang utama telah sesuai
hidroklorotiazid 44 item obat dengan acuan standar dosis lazim dari
(17,39%),captopril 39 item obat (15,41%), pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi
Furosemid 24 item obat (9,49%) candesartan (Anonim, 2006). Namun pemilihan dosis yang
23 item obat (9,09%), Propanolol 4 item Obat berbeda dengan literatur yang terjadi adalah
(1,58%), Diltiazem 3 item Obat (1,19%) frekuensi regimen dosis captopril dimana
Bisoprolol 2 item obat (0,79%) dan Lisonopril terdapat pasien yang mendapatkan terapi
2 item obat (0,79 %). Amlodipin merupakan captoril 25 mg sekali sehari, Sedangkan
jenis obat yang paling sering di gunakan, yaitu Menurut Depkes RI (2007), Captopril
sebesar (44,27%), penelitian ini sejalan dengan diberikan 12,5 sampai 25 mg, 2 sampai 3 kali
penelitian yang dilakukan (sedayu 2015) di sehari. Captopril memiliki durasi kerja yang
RSUP DR.M Djamil Padang tahun 2013, singkat sehingga harus digunakan 2 sampai 3
dimana amlodipin merupakan obat kali sehari untuk dapat menurunkan tekanan
antihipertensi yang paling banyak digunakan darah selama 24 jam (British Hypertension
dibandingkan HCT ataupun Captopril. Society, 2008).
Amlodipin merupakan obat antihipertensi Pada tabel 5 tentang variasi jumlah
golongan antagonis kalsium yang obat, menunjukkan bahwa penggunaan
pengunaannya sebagai monoterapi atau antihipertensi tidak hanya terdiri dari
dikombinasikan dengan golongan obat lain antihipertensi tunggal tetapi ada pula yang
seperti diuretik, ACE-inhibitor, ARA II atau terdiri dari kombinasi dua antihipertensi dan
beta bloker dalam penatalaksanaan hipertensi. kombinasi tiga antihipertensi. Antihipertensi
Amlodipin juga merupakan salah satu obat tunggal 44,83% (65 pasien) lebih banyak
antihipertensi tahap pertama sejak JNC IV dan digunkan dibandingkan kombinasi dua
WHO-ISH 1989 selain diuretik yang antihipertensi yaitu 39,31% (57 pasien), dan

53
Tandililing et al./Galenika Journal of Pharmacy

kombinasi tiga antihipertensi 15,86% (23 tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar 15-
pasien) hal ini sebanding dengan penelitian 25% dari tekanan darah awal (McEvoy, 2004).
dari (Norman, 2012) dan (Saepudin, 2013) Pada tabel 7 tentang penggunaan
yang memperoleh hasil bahwa sebagian besar kombinasi 2 antihipertensi, menunjukkan
responden mendapatkan obat antihipertensi bahwa dari 57 pasien yang menggunakan
tunggal. Hasil penelitian menunjukkan pasien kombinasi dua obat antihipertensi amlodipin-
hipertensi grade 1 lebih banyak dibandingkan hidroklorotiazid yang paling banyak
hipertensi grade 2, sehingga penggunaan obat digunakan yaitu 38,61% (22pasien),
lebih dominan menggunakan monoterapi hal amlodipin-furosemide 22,81% (13 pasien),
ini sesui dengan alogaritma pengobatan amlodipin-Captopril 19,31 (11 pasien),
hipertensi bahwa tahap awal pengobatan amlodipin candesartan 8,77% (5 pasien),
hipertensi derajat 1 yaitu dengan terapi kemudian Amlodipin-diltiazem, Amlodipin-
tunggal. Hal ini disebabkan hipertensi derajat propanolol, amlodipin-lisinopril, Candesartan-
1 masih dapat diturunkan dengan satu macam diltiazem, candesartan-furosemide, captopril-
obat antihipertensi. Berdasarkan anjuran The furosemide masing masing 1,75% (1 pasien).
Joint National Committe (JNC) VII Pada penggunaan kombinasi dua
penggunaan obat antihipertensi monoterapi antihipertensi, amlodipin-hidroklorotiazid dan
diberikan pada pasien hipertensi yang tidak amlodipin-furosemid, kedua kombinasi obat
disertai dengan komplikasi dan dianjurkan tersebut merupakan kombinasi dari golongan
untuk mengatur pola hidup sehat. Sedangkan, antagonis kalsium-diuretik yang paling banyak
terapi kombinasi diberikan bagi pasien digunakan yaitu 61,42%. Kedua golongan obat
hipertensi yang disertai dengan komplikasi ini efektif terhadap hipertensi ringan. Namun,
penyakit kardiovaskular lainnya seperti, kombinasi golongan obat ini yaitu antagonis
diabetes mellitus, dan gagal jantung. kalsium dengan diuretik hanya memberikan
(Chobanian, 2003). Pemberian dua macam efek yang kecil (Setiawati, 1998), hal ini
obat sebagai terapi inisial juga disarankan bila sesuai dengan hasil penelitian yang
didapatkan tekanan darah lebih dari 20/10 menunjukkan bahwa pada penggunaan
mmHg diatas target tekanan darah yang kombinasi 2 antihipertensi dari golongan
ditentukan. Misalnya bila target tekanan darah antagonis kalsium-diuretik, penderita
adalah <140/90 mmHg, maka terapi kombinasi hipertensi grade 1 lebih dominan dibandingkan
dapat mulai diberikan bila pada pasien tersebut hipertensi grade 2, sehingga antihipertensi
didapatkan tekanan darah 160/100 mmHg yang paling banyak digunakan yaitu
Pada tabel 6 tentang penggunaan kombinasi antara antagonis kalsium dan
antihipertensi secara tunggal,menunjukkan diuretik.
dari 65 pasien yang menggunakan obat Pada tabel 8 tentang penggunaan
antihipertensi secara tunggal amlodipin kombinasi 3 antihipertensi, menunjukkan
63,08% (41 pasien), captopril 12,31% (8 bahwa dari 23 pasien yang menggunakan
pasien), furosemide 7,69% (5 pasien), kombinasi 3 obat antihipertensi amlodipin-
candesartan 6,15% (4 pasien), propanolol hidroklorotiazid-captopril yang paling banyak
4,61% (3 pasien), Hidroklorotiazid 3,08% (2 digunakan yaitu 69,57% (16 pasien) yang
pasien), Diltiazem 1,54% (1 pasien) dan merupakan kombinasi dari golongan antagonis
bisoprolol 1,54% (1 Pasien). Pada penggunaan kalsium-diuretik-ACE inhibitor, amlodipin-
antihipertensi secara tunggal, amlodipin dari hidrokloritiazid-candesartan 17,39% (4
golongan antagonis kalsium merupakan pasien), yang merupakan kombinasi dari
antihipertensi yang banyak diberikankan. golongan antagonis kalsium-diuretik-antagonis
sesuai dengan pernyataan ( Nafrialdi, 2008) reseptor angiotensin II, amlodipin-furosemide-
bahwa obat ini sangat bermanfaat mengatasi captopril 8,69% (2 pasien) yang merupakan
hipertensi darurat karena dosis awalnya yaitu kombinasi dari golongan antagonis kalsium-
10 mg dapat menurunkan tekanan darah dalam ACE inhibitor-diuretik, amlodipin-lisinopril-
waktu 10 menit. Selain amlodipin, Captopril bisoprilol 4,35% (1 pasien) yang merupakan
juga merupakan antihipertensi yang banyak kombinasi dari golongan antagonis kalsium-
digunakan secara tunggal. captopril efektif ACE inhibitor- blocker.Jika dilihat dari
untuk hipertensi ringan, sedang, maupun berat. golongan obat, penggunaan kombinasi antara
Captoptil umumnya dapat menurunkan antagonis kalsium-diuretik-ACE inhibitor yang
paling banyak digunakan yaitu 78,26%.Pasien

54
Tandililing et al./Galenika Journal of Pharmacy

hipertensi grade 2 harusnya mendapatkan Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black, H.R.,
kombinasi terapi antihipertensi, hal ini Cushman, W.C., Green, L.A., Izzo,
berhubungan dengan kenaikan tekanan darah J.L., Jones, D.W., and Materson,
pasien yang melebihi 20/10 mmHg diatas J.B., 2003, The Seventh Report of
target yang diharapkan, sehingga harus Joint National Committee on
digunakan kombinasi obat. Terapi dengan Prevention, Detection, Evaluation
lebih dari satu obat akan meningkatkan and Treatment of High Blood
kemungkinan untuk mencapai tujuan tekanan Pressure, Department of Health
darah secara lebih cepat. Penggunaan andHuman Services, USA.
kombinasi obat sering menghasilkan
penurunan tekanan darah yang lebih besar Depkes RI., 2007, Pedoman Pengobatan
pada dosis yang lebih rendah dibandingkan Dasar di Puskesmas,Departemen
ketika obat digunakan secara tunggal, sehingga Kesehatan Republik Indonesia,
kemungkinan efek samping yang terjadi lebih Jakarta. Halaman: 98.
kecil (Chobanian, 2003). Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan, 2011.
hampir smua pasien yang menderita hipertensi Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi
grade 2 mendapatkan terapi kombinasi 3 Selatan 2010
antihipertensi.
Gudmundsdottir, H., Hieggen, A., Stenehjem,
UCAPAN TERIMAH KASIH A., Waldum, B.,Os, I., 2012,
Hypertension inWomen: Latest
Terimah kasih kepada staf rekam Findings andClinical Implications,
medik RSUD I Laga Ligo yang telah banyak Ther AdvChronic Dis, 3(3):137-146.
membantu dan memberikan informasi kepada
peneliti. Kuswardhani, T.A.R. 2006. Penatalaksanaan
Hipertensi PadaLanjut Usia.
DAFTAR PUSTAKA jurnal.FK. Unud.Denpasar.

Agrina, S.S., Hairitama R. 2011.Kepatuhan McEvoy, G. K., 2004,AHFS Drug


Lansia PenderitaHipertensi Dalam Information.: American Society of
Pemenuhan DietHipertensi.Jurnal. Health SystemPharmacists, USA.
Fakultas Keperawatan.Pekanbaru
(Riau). Nafrialdi, 2008, Antihipertensi dalam
Farmakologi dan Terapi,Edisi 5,
Anonim., 2006, Pharmaceutical care untuk DepartemenFarmakologi dan
Penyakit Hipertensi, Departeman Terapeutik,Fakultas Kedokteran
Kesehatan RI, Jakarta UniversitasIndonesia, Jakarta.

Anonim., 2013, Riset Kesehatan dasar Norman, K. F., 2012, Pengaruh Ceramah
Badan Penelitian dan Kesehatan terhadap Kepatuhan dan
Pengembangan Kesehatan, Tekanan darah Pasien Hipertensi di
Departemen Kesehatan Republik Puskesmas Kecamatan Beji Kota
Indonesia, Jakarta Depok Tahun 2012, Skripsi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Program Studi Farmasi
Aziza, L., 2008, Peran Antagonis Kalsium
Universitas Indonesia Depok.
dalamPenatalaksanaan Hipertensi,
Majalah Kedokteran Indonesia, 57
Palmer, A & Williams, B. Simple Guide.,
(8):259-264.
2007, Tekanan Darah Tinggi
Erlangga: Jakarta
British Hypertension Society.,2008,
Angiotensin Converting Enzyme
Purnomo, H., 2009, Pencegahan dan
ACE-Inhibitors. UK:British
Pengobatan Penyakit Yang Paling
Hypertension Society

55
Tandililing et al./Galenika Journal of Pharmacy

Mematikan, Buana Pustaka, periode Januari-juni 2012. Jurnal.


Yogyakarta Universtas Muhammadiyah.
Magelang.
Saepudin., Padmasari, S., Hidayati, P., dan
Ningsih, E.S.,Kepatuhan
Penggunaan Obat pada Pasien
Hipertensi di Puskesmas, Jurnal
Farmasi Indonesia, 2013 6(4) : 246-
253

Sedayu B. 2015. Karasteristik pasien


Hipertensi di bangsal rawat inap
SMF penyakit dalam RSUP DR. M.
Djamil Padang Tahun 2013. Jurnal
Kesehatan. Universitas Andalas

Setiawati, A., dan Bustami, Z.S. (1998),


Antihipertensi. Farmakologi dan
Terapi Edisi 4. Gaya Baru, Jakarta.

Walker, Roger, Edwards, Clive, 2003.,


Clinical pharmacy &

Theurapeutics, 3 Editio,churcill
livingstone

Wisudawan. A. 2013. Gambaran Penggunaan


Antihipertensi di Poliklinik Penyakit
Dalam RSUD Tidar kota Magelang

56

Anda mungkin juga menyukai