Anda di halaman 1dari 9

Pengaruh Pacaran terhadap Remaja Pelajar

PENGARUH PACARAN TERHADAP REMAJA PELAJAR

PENDAHULUAN

Masa remaja adalah masa yang indah. Sering sekali masa remaja diidentikkan masa remaja dengan
masa pencarian identitas. Satu proses masa yang semua anak manusia sedang dan akan terjadi
dalam sebuah proses tumbuh kembang remaja. Dunia remaja memang unik, sejuta peristiwa terjadi
dan sering menciptakan ide-ide cemerlang dan positif. Namun demikian tidak sedikit juga hal-hal
negatif yang terjadi.

Salah satu hal yang menarik dan terjadi dalam dunia remaja adalah trend pacaran yang digemari
sebagian remaja walau tidak sedikit juga orang dewasa gemar melakukannya. Bahkan ada rumor yang
menarik, bahwasannya bila ada remaja yang belum punya pacar berarti belum mempunyai identitas diri
yang lengkap. Memang tidak dapat dipungkiri bila pacaran merupakan fenomena tersendiri dikalangan
remaja, serta menjadi salah satu penumbuh rasa percaya diri untuk beberapa anak remaja.

Latar Belakang Masalah

Berdasarkan latar belakang tadi, maka perumusan masalah yang dapat dibuat adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian pacaran?
2. Apa pengertian remaja dan remaja pelajar?
3. Apa penyebab pacaran usia remaja?
4. Apa dampak pacaran pada usia remaja?
5. Apa dampak berpacaran terhadap prestasi belajar?
6. Bagaimana kiat-kiat menghindari dampak negatif pacaran pada usia remaja?
7. Siapa pembimbing remaja pelajar yang berpacaran?

Berdasarkan paparan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu pacaran.
2. Untuk mengetahui apa itu remaja dan remaja pelajar
3. Agar dapat mengetahui apa penyebab pacaran usia remaja
4. Agar dapat mengetahui dampak kalau pacaran pada usia remaja.
5. Menganalisa dampak postif dan negatif berpacaran saat remaja terhadap prestasi belajar.
6. Untuk mengetahui kiat-kiat menghindari dampak negatif dalam pacaran di usia remaja.
7. Untuk mengetahui bagaimana orang tua menjalin kerjasama dengan puhak lain berkaitan dengan pacaran remaja
pelajar

Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi kalangan remaja yang belum mengerti tentang berpacaran dengan baik hal ini dapat di jadikan sebagai masukan
dan pengetahuan
2. Bagi orang tua, tulisan ini dapat dijadikan sebagai pencerahan dan sekaligus menambah pengetahuan bagaimana
membimbing dan mendampingi anak-anakanya saat berpacaran.
3. Memahami dengan baik dampak positif yang di dapatkan berpacaran saat remaja
4. Memahami dengan baik dampak negatif yang di akibatkan berpacaran saat remaja dan di harapkan untuk menjauhi dan
menghindarinya.

PEMBAHASAN

Pengertian pacaran.

Menurut Guerney dan Arthur (Dacey & Kenney, 1997) pacaran adalah aktifitas sosial yang
membolehkan dua orang yang berbeda jenis kelaminnya untuk terikat dalam interaksi sosial dengan
pasangannya yang tidak ada hubungan keluarga.

Menurut Erickson (dalam Santrock, 2003) pengalaman romantis pada masa remaja dipercaya
memainkan peran yang penting dalam perkembangan identitas dan keakraban. Pacaran pada masa
remaja membantu individu dalam membentuk hubungan romantis selanjutnya dan bahkan pernikahan
pada masa dewasa.

Menurut DeGenova & Rice (2005) pengertian pacaran adalah menjalankan suatu hubungan dimana
dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling mengenal satu
sama lain. Menurut Bowman (1978) pacaran adalah kegiatan bersenang-senang antara pria dan wanita
yang belum menikah, dimana hal ini akan menjadi dasar utama yang dapat memberikan pengaruh
timbal balik untuk hubungan selanjutnya sebelum pernikahan di Amerika.

Benokraitis (1996) menambahkan bahwa pacaran adalah proses dimana seseorang bertemu dengan
seseorang lainnya dalam konteks sosial yang bertujuan untuk menjajaki kemungkinan sesuai atau
tidaknya orang tersebut untuk dijadikan pasangan hidup. Menurut Saxton (dalam Bowman, 1978),
pacaran adalah suatu peristiwa yang telah direncanakan dan meliputi berbagai aktivitas bersama
antara dua orang (biasanya dilakukan oleh kaum muda yang belum menikah dan berlainan jenis).

Kyns (1989) menambahkan bahwa pacaran adalah hubungan antara dua orang yang berlawanan jenis
dan mereka memiliki keterikatan emosi, dimana hubungan ini didasarkan karena adanya perasaan-
perasaan tertentu dalam hati masing-masing. Menurut Reiss (dalam Duvall & Miller, 1985) pacaran
adalah hubungan antara pria dan wanita yang diwarnai keintiman. Menurut Papalia, Olds & Feldman
(2004), keintiman meliputi adanya rasa kepemilikan. Adanya keterbukaan untuk mengungkapkan
informasi penting mengenai diri pribadi kepada orang lain (self disclosure) menjadi elemen utama dari
keintiman.

Pengertian Remaja

Menurut Zakiah Darajat (1982 : 28) remaja adalah umur yang menjembatani antara umur anak-anak
dan umur dewasa. Pada usia ini terjadi perubahan-perubahan cepat pada jasmani, emosi, sosial,
akhlak dan kecerdasan. Sedangkan menurut Y. Singgih D. Gunarso (1998 : 8) bahwa masa remaja
adalah permulaannya ditandai oleh perubahan-perubahan fisik yang mendahului kematangan seksual.
Sofyan Willis (1986 : 23) mengemukakan bahwa usia remaja berkisar antara usia 13 sampai 21 tahun,
dengan pembagian pubertas antara 13 sampai 15 tahun dan fase pubertas antara 16 sampai 19 tahun.
Menurut Moh. Surya (1990 : 90) bahwa masa adolesen berawal dari 13 sampai 15 tahun untuk
perempuan, 15 sampai 17 tahun untuk laki-laki sedangkan masa adolesen yang sebenarnya antara 15
sampai usia 18 tahun untuk perempuan, 17 sampai 19 tahun untuk laki-laki.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pacaran adalah


adanya keterikatan emosi antara pria dan wanita yang belum menikah dengan tujuan untuk saling
mengenal dan melihat kesesuaian antara satu sama lain sebagai pertimbangan sebelum menikah.

Sedangkan pengertian remaja adalah masa peralihan individu dari usia anak-anak dengan usia
dewasa dimana rata-rata usianya antara 13 sampai 19 tahun. Dalam hal ini remaja pelajar yang
dimaksud penulis adalah remaja yang menjalani pendidikan lebih spesifiknya sedang duduk dibangku
SMP dan SMA

Penyebab Pacaran di Usia Remaja


Globalisasi

Globalisasi pada masa sekarang ini tidak dapat lagi dibendung. Globalisasi yang paling mempengaruhi
para remaja sekarang adalah globalisasi akibat berkembangnya internet. Dari situlah para remaja
mendapat dorongan untuk mencontoh budaya bangsa barat yang tidak sesuai diterapkan di Indonesia
seperti konsumtif, hedonisme dan gonta-ganti pasangan hidup. Sehingga mendorong para remaja
untuk berpacaran di usia remaja.
Membuktikan diri cukup menarik

Pada saat ini, para remaja sudah melewati batas bergaul yang telah di tetapkan oleh orang tua.
Mereka sudah mengenal pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka merupakan salah satu
bentuk gensi yang membanggakan. Selain itu, pacar merupakan sesuatu yang dapat membuktikan
bahwa mereka cukup menarik dan patut untuk mendapat perhatian dari lingkungan sekelilingnya.
Adanya pengaruh kawan

Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan merupakan salah satu bentuk prestasi tersendiri. Makin
banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya.

Akan tetapi, jika tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecawaan. Sebab kawan
dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup tertentu pula seperti halnya berpacaran.
Apabila si remaja berusaha mengikuti tetapi tidak sanggup memenuhinya maka remaja tersebut
kemunginan besar akan di jauhi oleh teman-temannya.

Dampak Pacaran Di Usia Remaja

1. Dampak Positif

a. Belajar bersosialisasi
Dengan berpacaran kita akan mampu bersosialisasi dengan pasangan kita, sehingga kita mampu
mengetahui karakteristik seseorang dan membuat kita tidak canggung dalam bersosialisasi dengan
orang asing yang baru kita jumpai. Karena kita telah belajar bersosialisasi dengan pasangan kita.

b. Mempelajari karakteristik berbagai macam orang

Namun, kalau kita perhatikan apa yang dapat remaja lakukan ketika dia mendapati bahwa
pasangannya itu tidak cocok dengannya? Kata yang keluar adalah putus! Bukannya mencoba untuk
bisa mengerti satu sama lain, para remaja hanya mempelajari untuk bercerai. Bagaimana tidak?
Karena faktor usia yang dibawakan dalam diri hanya emosi sesaat.

Jika dikatakan alangkah lebih menyenangkan untuk mempelajari diri sendiri dulu, membenahi diri, dan
berupaya untuk bisa beradaptasi dengan banyak orang. Ketimbang mengikatkan diri dengan satu
orang yang kadang kala membuat sakit hati, lebih baik seorang remaja mencoba untuk berbaur dengan
yang lainnya. Di situ dia bisa mempelajari karakteristik orang lain. Dan, dia juga sedang mempelajari
dirinya sendiri tentunya.

Setelah dia bisa mengendalikan emosinya, merupakan saat yang tepat untuk berpacaran tentunya dia
sudah berani berkomitmen. Jadi, berpacaran bukan hanya untuk having fun. Tidaklah pantas menurut
penulis jika seseorang mempermainkan perasaan orang lain. Lagipula, masa remaja yang penuh
gejolak ini akan sangat memberikan keragu-raguan dalam hal berpacaran. Maka dari itu, beberapa
orang tua melarang anaknya untuk berpacaran (walau ada juga yang tidak).

2. Dampak Negatif

a. Kekerasan fisik

Bentuknya seperti mendorong, memukul, mencekik, dan membunuh. Kejahatan tersebut sangat
tertutup karena pihak korban ataupun pelaku tidak mengakui adanya masalah selama hubungan
kencan. Penyebab kekerasan fisik pada remaja di antaranya kecemburuan, sifat posesif, dan
temperamen dari pasangan si anak remaja. Pelaku, misalnya, mengontrol cara berpakaian si anak. Hal
itu sebenarnya adalah bentuk kekerasan, yang sering kali dilihat oleh si anak sebagai bentuk perhatian.

b. Kekerasan seksual

Pemerkosaan dalam pacaran adalah bentuk kekerasan seksual dalam pacaran. Komisi Nasional
Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Indonesia mengategorikan kekerasan jenis
itu sebagai kekerasan dalam pacaran (KDP). KDP secara seksual terjadi ketika seseorang diserang
secara seksual oleh orang lain yang dikenal dan dipercaya, seperti teman kencan. Kekerasan seksual
dapat juga terjadi saat korban mabuk di suatu pesta, misalnya. Pesta menjadi ajang yang paling mudah
bagi pelaku untuk mengincar remaja dengan lebih dahulu memberikan narkoba, kemudian
menjadikannya korban kekerasan seksual.

c. Cenderung menjadi pribadi yang rapuh


Anak remaja yang mulai pacaran sejak usia dini lebih banyak mengalami sakit kepala, perut dan
pinggang. Mereka juga lebih banyak depresi dibanding rekan seusianya yang belum pernah pacaran.
Seseorang, yang mengenal cinta lebih dini cenderung menjadi pribadi yang rapuh, sakit-sakitan,
merasa tidak aman dan mudah depresi, contohnya remaja, akan memiliki alarm rasa sakit yang lebih
tinggi, terutama jika remaja itu menjalin hubungan yang buruk dengan pasangannya.

d. Kehamilan dan penularan penyakit menular seksual

Anak yang berpacaran di usia dini mengarah pada kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan
hubungan seksual. Hal itu sangat memungkinkan terjadinya kehamilan dan penularan penyakit menular
seksual (PMS). Menurut The Centers for Disease Control (CDC), kelompok remaja dan dewasa muda
(15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS.

e. Menurunkan konsentrasi

Hal ini terjadi jika remaja telah mengakhiri hubungan dengan pacarnya sehingga emosinya menjadi
labil, konsentrasi menjadi buyar karena terus memikirkan pacarnya sehingga remaja tersebut tidak
dapat menyelesaikan tugas-tugas yang di berikan kepadanya dan mengerjakan ulangan dengan baik
sehingga dapat menurunkan prestasi remaja tersebut.

f. Menguras harta

Akan menguras harta, karena orang yang pacaran akan selalu berkorban untuk pacarnya, bahkan
uang yang seharusnya untuk ditabung bisa habis untuk membelikan hadiah untuk pacarnya.

Dampak Berpacaran Terhadap Prestasi Belajar

Bagi remaja (siswa) pacaran merupakan sesuatu yang sudah biasa dilihat atau juga dilakukan oleh
para remaja (siswa), secara langsung maupun tidak langsung hal tersebut dapat berpengaruh terhadap
prestasi belajar mereka menjadi menurun atau semakin giat belajar, Berpacaran dapat membuat
prestasi belajar seorang siswa menurun antara lain contoh-contoh tersebut adalah sebagai berikut,
ketika belajar seorang siswa yang berpacaran pasti akan terganggu konsentrasinya untuk belajar
karena pasanganya selalu mengirim SMS kepadanya dan siswa tersebut pasti hanya fokus untuk
membalas SMS pasangan dan melupakan waktu belajarnya, kemudian siswa yang berpacaran juga
dapat membuat malas untuk masuk sekolah di saat bertengkar dengan pasangan atau berpisah
dengan pasangan karena malas bertemu denganya di sekolah, mungkin beberapa contoh tadi dapat
mewakili dampak negative yang ditimbulkan berpacaran pada saat usia remaja mesi masih banyak
contoh-contoh lainya.

Berpacaran dapat pula membuat prestasi belajar seorang remaja (siswa) meningkat dan semakin giat
belajar antara lain contoh-contoh tersebut adalah sebagai berikut, pada saat seorang siswa yang
sedang berpacaran mereka dapat merasa tidak ingin kalah dari pasanganya dalam hal apapun karena
di saat dia kalah dari pasanganya maka dia akan merasa malu dan ingin melebihi apa yang di raih
pasanganya itu terutama dalam hal pelajaran teradang mereka membuat suatu permainan kecil dimana
apabila salah satu seorang pasangan mendapat nilai yang jelek dari pasanganya maka pasangan yang
menang dia dapat meminta apa saja pada pasanganya tetapi dalam batas kewajaran seperti dibelikan
coklat,snack dll. Hal tersebut juga dapat membuat mereka menjadi giat belajar dan apabila seoarang
siswa yang sedang berpacaran maka mereka akan selalu ingin masuk sekolah setiap hari karena ingin
bertemu pasanganya hal ini juga dapat mempengaruhi absensi siswa dapat juga menjadi dorongan
semangat untuk lebih giat belajar.

Dari beberapa hal diatas seorang remaja (siswa) yang berpacaran hendaknya mendapt bimbingan dari
guru terutamanya adalah orang tua sehingga mereka dapat mendapat sisi positif dan terhindar dari sisi
negative yang di timbulkan.

Kiat-Kiat Menghindari Dampak Negatif Dalam Pacaran Di Usia Remaja

a) Hati-hati berpacaran

Setelah melalui fase ketertarikan maka mulailah pada fase saling mengenal lebih jauh alias
berpacaran. Saat ini adalah saat paling tepat untuk mengenal pribadi dari masing-masing pasangan.
Sayangnya, tujuan untuk mengenal pribadi lebih dekat, sering disertai aktivitas seksual yang
berlebihan. Makna pengenalan pribadi berubah menjadi pelampiasan hawa nafsu dari masing-masing
pasangan. Ungkapan kasih sayang tidak seharusnya diwujudkan dalam bentuk aktivitas seksual.
Saling memberi perhatian, merancang cita-cita serta membuka diri terhadap kekurangan masing-
masing merupakan bagian penting dalam masa berpacaran. Aktivitas fisik seperti saling menyentuh,
mengungkapkan perasaan kasih sayang, ciuman kasih sayang adalah hal tidak terlalu penting, namun
sering dianggap sebagai bagian yang indah dari masa berpacaran. Pada batas-batas tertentu hal ini
dapat diterima, namun lebih dari aktivitas tersebut, apalagi pada hal-hal yang menjurus pada hubungan
seksual tidak dapat diterima oleh norma yang kita anut. Karena justru aktivitas seksual akan mengotori
makna dari pacaran itu sendiri.

b) No Seks

Katakan tidak pada seks, jika pasangan menghendaki aktivitas berpacaran melebihi batas. Terutama
bagi remaja putri permintaan seks sebagai bukti cinta, jangan dipenuhi, cuma ngapusi ! Karena yang
paling rugi adalah pihak wanita. Ingat, sekali wanita kehilangan kegadisannya, seumur hidup ia akan
menderita, karena norma yang dianut dalam masyarakat kita masih tetap mengagungkan kesucian.
Berbeda dengan wanita, keperjakaan pria tidak pernah bisa dibuktikan, sementara dengan
pemeriksaan dokter kandungan dapat ditentukan apakah seorang gadis masih utuh selaput daranya
atau tidak. Kepuasan cuma sesaat , penderitaan akan selalu menghantui . Ingat !!!

c) Tingkatkan Keimanan

Iman, merupakan rambu- rambu yang kuat dalam berpacaran. Justru penilaian kepribadian pasangan
dapat dinilai saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang melanggar norma-norma yang
dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik. Untuk itu, Say Good Bye
sajalah! Masih banyak pria dan wanita lain yang mempunyai iman dan moral yang baik yang kelak
dapat membantu keluarga bahagia.
d) Kiat Sadar Diri
1. Niatkan bahwa tujuan berpacaran adalah untuk saling mengenal lebih dekat dan belajar untuk memahami karakter
lawan jenis.
2. Hindari pacaran di tempat yang terlalu sepi atau tempat yang mengandung atau mendukung untuk aktivitas seksual.
3. Hindari makan dan minuman yang merangsang sebelum/selama pacaran.
4. Hindari bacaan/film porno yang merangsang sebelum/selama pacaran.
5. Jangan dituruti kalau pasangan menuntut aktivitas pacaran yang berlebihan.

Oleh karena itu bahwa gaya pacaran yang sehat merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan agar
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Gaya pacaran yang sehat mencakup berbagai unsur yaitu
sebagai berikut:

1. Sehat Fisik.

Tidak ada kekerasan dalam berpacaran. Dilarang saling memukul, menampar ataupun menendang.

2. Sehat Emosional.

Hubungan terjalin dengan baik dan nyaman, saling pengertian dan keterbukaan. Harus mengenali
emosi diri sendiri dan emosi orang lain. Harus mampu mengungkapkan dan mengendalikan emosi
dengan baik.

3. Sehat Sosial.

Pacaran tidak mengikat, maksudnya hubungan sosial dengan yang lain harus tetap dijaga agar tidak
merasa asing di lingkungan sendiri. Tidak baik apabila seharian penuh bersama dengan pacar.

4. Sehat Seksual.

Dalam berpacaran kita harus saling menjaga, yaitu tidak melakukan hal-hal yang beresiko. Jangan
sampai melakukan aktivitas-aktivitas yang beresiko, seperti berciuman hebat (kissing), berpelukan
hebat (petting), meraba-raba bagian sensitif wanita dan apalagi melakukan hubungan seks. SAY NO
TO SEKS

Pembimbingan Remaja yang Berpacaran

Dilihat dari segi usianya seorang remaja (siswa) yang berpacaran suka atau tidak suka harus ada
pendampingan yang intensif. Pendampingan ini diharapkan bisa meminimalis hal-hal yang berdampak
negatif. Karena bagaimana pun sebagai remaja yang masih labil peran orang dewasa atau peran orang
yang lebih tua bisa memonitoring para remaja khususnya yang masih duduk dibangku SMP dan SMA
supaya mereka tetap berjalan pada jalan yang benar.Oleh karena itu peranan orang tua dan guru
sangat di perlukan untuk membimbing para remaja agar terhindar dari perilaku-perilaku negative yang
ditimbulkan oleh karena berpacaran.

Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk membimbing anak-anaknya adalah
memantau dan slalu mengawasi kegiatan mereka apakah mereka dapat menepatkan waktu yang tepat
atau tidak seperti saat belajar maka harus belajar dll. Hal itu dapat membuat mereka tidak melupakan
kegiatan belajarnya karena terlalu memikirkan hubunganya, selain itu orang tua juga dapat
mengajarkan hal-hal apa yang di larang oleh agama kepada seseorang yang bukan muhrimnya
sehingga prilaku negative dapat dihindarkan akibat berpacaran.

Guru adalah salah satu yang sangat berperan dalam prestasi belajar disekolah bagi seorang siswa
dimana guru merupakan orang tua setelah di sekolah selain di rumah ada ayah dan ibu,peran guru
dalam membimbing siswa yang berpacaran agar tidak menurun prestasi belajarnya adalah dengan
cara selalu memberi nasihat semangat dan dorongan kepada siswa dan tak lupa mengajarakan
bagaimana berpacaran yang baik dan tidak melupakan kewajiban belajaranya selain hal tersebut
seorang guru dapat pula mengajarkan mana hal yang baik dan buruk terutama pada guru agama
sehingga mereka dapat mengerti dan menghindari perilaku yang tidak baik pada saat berpacaran.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada dasarnya berpacaran saat remaja merupakan hal yang tidak baik karena berdasarkan usia dan
aspek psikologis seorang remaja belum siap, tetapi apabila hanya untuk mengenal satu-sama lain dan
dalam batas sewajarnya hal tersebut tidak apa-apa dilakukan terutama untuk meningkatkan prestasi
belajar mereka sendiri akan tetapi peran orang tua dan guru sangat penting agar mereka tidak
terjerumus dalam perilaku-perilaku tidak baik yang ditimbulkan.

B. Saran

Dalam melakukan hubungan pada saat remaja seperti berpacaran, hendaknya seorang remaja fokus
untuk belajar saja dan meraih cita-cita. Menyadari besarnya pengaruh eksternal dalam berpacaran usia
remaja pelajar, para orang tua menjalin hubungan dan kerjasama yang baik dengan guru dan
lingkungan sekitar termasuk dengan para remaja supaya terjadi keterbukaan antara remaja dan orang
tua

DAFTAR PUSTAKA

Santrock, J. W. (2005). Adolescense. Singapore : Mc. Graw Hill

Sofyan Willis (1986). Remaja dan Perkembangannya

BLOG TERKAIT
Imran, I. (2000). Modul 2 : Perkembangan Seksualitas Remaja. Jakarta :
4 Obat Untuk
Menghilangkan Jerawat PKBI.
Membandel
Masalah Cinta dan Ahira, Anne. (2010). Pengaruh Pacaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa.
Solusinya
Retrieved Desember 10, 2013, from anneahira.com/Pengaruh Pacaran
Tips dan Trik Mengatasi
Kebosanan Kuliah Terhadap Prestasi Belajar Siswa.htmlp
Serba Tetangga
Duh...Anakku
Seo, Dany. (2013). Retrieved Desember 10, 2013, from Makalah Bahasa Indonesia Pengaruh
Berpacaran Saat Usia Remaja ~ Pusat Sekolah.htm

http://cahnjuwet.blogspot.com/2011/04/pengaruh-pacaran-terhadap-prestasi.html

Anda mungkin juga menyukai