Adanya disfungsi neuropsikologis yang Regulasi diri (self regulation) yang Hubungan antara Conduct Disorder dan
berhubungan dengan temperamen sulit kurang terbentuk sejak dini, regulasi penggunaan obat-obatan terlarang
yang memicu munculnya impulsivitas, emosi yang buruk sehingga anak tidak cenderung kompleks dan transaksional.
perasaan mudah tersinggung dan dapat mengembangkan strategi Di satu sisi remaja yang tidak mampu
aktivitas berlebihan pada anak faktor coping (strategi dalam mengatasi mengatur perilaku dan emosi dapat
biologis lainnya yang juga dapat merasa tertarik pada tantangan dan
masalah) yang baik untuk mengatasi
berperan dalam pembentukan gangguan sensasi penggunaan obat terlarang.
emosi negatifnya dan mengatur Apabila ia telah mencandu obat
tingkah laku pada anak yaitu adanya emosinya, kurang berkembangnya
keracunan pada janin, adanya masalah terlarang, maka selanjutnya ia akan
pemahaman moral dan empati, kognisi semakin sering terlibat dalam aktivitas
psikofisiologis berupa rendahnya denyut sosial anak yang berkembang dengan
jantung dna respons galvanic pada kulit ilegal untuk mendapatkan obat terlarang
buruk, dan penggunaan obat-obatan dan menjadi bagian dari lingkungan yang
sehingga anak mencari stimulasi melalui
perilaku yang tidak terkontrol.
terlarang. antisosial.
04. 05.
Faktor Keluarga Tempramen dan Karakter
dan antisosial, di mana perubahan dalam pemikiran yang salah ini akan membawa pada perubahan perilaku.
Selain itu, PSST membantu mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan kognisi anak dalam situasi sosial
dan memberikan instruksi, latihan serta umpan balik untuk mengajarkan cara baru mengatasi situasi sosial.
Anak belajar untuk menilai situasi, mengubah penilaiannya mengenal motivasi anak lain, menjadi lebih sensitif
terhadap perasaan anak lain serta menghasilkan alternatif dan solusi yang lebih tepat (Kazdin, dalam Mash &
Wolfe, 2005).
Pada problem Problem Solving Skill Training (PSST), anak-anak diajarkan tahap demi tahap cara untuk
memecahkan masalah interpersonal, sedangkan perilaku prososial dikembangkan melalui modeling dan
pemberian penguatan secara langsung. Tugas yang terstruktur seperti game, aktivitas akademis dan cerita
digunakan untuk mengajarkan bagaimana mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari.
Selain pengobatan non-farmakologis, dapat juga menggunakan obat-obatan jika diperlukan, berupa
risperidone, plasebo, lithium, valporate, dan cochrane. Namun, dalam pemberiannya juga harus didampingi
oleh psikiater.
13
KESIMPULAN
Conduct Disorder merupakan bentuk gangguan tingkah laku yang menunjukkan perilaku agresif, merusak
(destruktif), menipu, dan atau berbohong sebelum berusia 18 tahun. Faktor biologis, individual,
penggunaan obat terlarang, faktor keluarga, karakter atau tempramen dapat menjadi faktor penyebabnya.
Dalam skrining Conduct Disorder, dapat digunakan instrumen skrining Strengths and Difficulties
Questionnaire (SDQ) dan Conduct Disorder Rating Scale (CDRS), keduanya berbentuk kuesioner.
Penanganan Conduct Disorder dapat berupa preventif edukatif (memberikan edukasi penyuluhan pada
anak-anak secara berkesinambungan, baik di rumah, sekolah maupun komunitas anak-anak), non-
farmakologis (terapi kognitif Problem Solving Skill Training (PSST)) serta farmakologis (risperidone, plasebo,
lithium, valproate, dan cochrane). Penanganan ini harus disesuaikan dengan petunjuk psikiater.
Terima Kasih!