Anda di halaman 1dari 12

Proposal Desain Intervensi Konseling Komunitas

Efektivitas Pelatihan Manajemen Diri Untuk Kemampuan Belajar Dengan Regulasi Diri
Siswa MTs Muhammadiyah Ponorogo

Rizka Ariefia Rachmawati


201910440211033
Dosen Pengampu : Assoc. Prof. Dr. Diah Karmiyati, M.Si., Psikolog

MAGISTER PSIKOLOGI SAINS


DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
Latar Belakang Masalah
Self-regulated learning merupakan dasar kesuksesan belajar, problem solving, transfer
belajar, dan kesuksesan akademis secara umum. Siswa yang mempunyai tingkat self-regulated
learning yang baik maka ia akan dapat menjaga performanya dalam belajar sehingga prestasi
akademiknya dapat terjaga dengan baik. Menururt Hurlock (1990) berdasarkan tahap
perkembangannya, siswa SMP seharusnya sudah memiliki tanggung jawab dalam belajar, siswa
bisa mengatur diri dengan cara belajarnya dikarenakan pada usia SMP siswa dituntut agar
melakukan cara belajar yang berbeda, lebih baik dan lebih mandiri dibandingkan tingkatan
sebelumnya.
Dengan kemandirian belajar, siswa cenderung belajar lebih baik, mampu memantau,
mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif, menghemat waktu secara efisien, mampu
mengarahkan dan mengendalikan diri dalam berfikir dan bertindak, serta tidak merasa
bergantung pada orang lain secara emosional (Sumarmo, 2006). Siswa yang mempunyai
kemandirian belajar mampu menganalisis permasalahan yang kompleks, mampu bekerja secara
individual maupun kelompok, dan berani mengemukakan gagasan.
Berdasarkan hal tersebut, dalam mencapai kemandirian belajar kemampuan yang harus
dimiliki siswa adalah kemampuan self-regulated learning (Eccles dalam Santrock, 2003). Self-
regulated learning yang sering disamaartikan dengan kemampuan belajar dengan regulasi diri
atau pengelolaan diri dalam belajar. Salah satu karakteristik yang harus dimiliki oleh siswa yang
memiliki kemampuan belajar dengan self-regulated learning adalah kemampuan siswa membuat
rencana strategi dan target yang ingin dicapai.
45,8% siswa memiliki kemampuan belajar dengan regulasi diri yang tergolong tinggi
artinya individu memiliki perencanaan untuk mencapai tujuannya dan mengelola waktu belajar
dengan baik, mengorganisasi dan mengode informasi secara strategis, mempertahankan motivasi,
serta mengelola lingkungan guna mendukung aktivitas belajarnya. Sedangkan 54,2% siswa
memiliki kemampuan belajar dengan regulasi diri yang tergolong rendah, hal tersebut
menggambarkan bahwa siswa tidak memiliki strategi belajar, seperti perencanaan dan
pengaturan waktu belajar rendahnya motivasi, dan kurang memanfaatkan sumber-sumber yang
dimiliki (Savira & Suharsono, 2013).
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran MTs Muhammadiyah
Ponorogo permasalahan yang sering terjadi pada siswa ialah sulitnya mengkondisikan siswa di
dalam kelas dikarenakan kurangnya kesadaran dan tanggung jawab belajar siswa yang
ditunjukkan dengan terlambat mengumpulkan tugas dan sering mencontek. Selain itu, siswa
yang memiliki kesulitan belajar tidak memiliki inisiatif bertanya kepada teman maupun guru,
aktivitas belajar hanya dilakukan ketika ujian dan mengerjakan tugas, selebihnya siswa hanya
bermain handphone (game maupun browsing internet) dan nongkrong, sehingga hasil belajar
kurang memuaskan.
Menurut guru BK MTs Muhammadiyah Ponorogo, kurangnya kesadaran belajar siswa
disebabkan kurangnya motivasi belajar dan keinginan berprestasi atau memperoleh hasil belajar
yang memuaskan. Siswa cenderung tidak memiliki strategi dalam belajar, sering menunda-nunda
pekerjaan, dan tidak memiliki tujuan masa depan, sehingga ia kurang memiliki tanggung jawab
dalam belajar. Selain itu, penyebab permasalahan tersebut yaitu kurang adanya peran orangtua
dalam kegiatan belajar mengajar, orangtua di rumah kurang memberikan perhatian kepada anak
dan cenderung menyerahkan tanggung jawab belajarnya kepada guru di sekolah.
Menurut teori sosial-kognitif Zimmerman (2008) ada tiga hal yang mempengaruhi
kemampuan belajar dengan regulasi diri, yaitu : (1) individu, faktor yang meliputi individu
adalah pengetahuan yang dimiliki individu, tingkat kemampuan metakognisi yang dimiliki, dan
tujuan yang ingin dicapai; (2) perilaku, mengacu kepada upaya individu menggunakan
kemampuan yang dimiliki; (3) lingkungan, siswa yang melakukan kegiatan belajar dengan
regulasi diri akan secara mandiri dan inisiatif dalam menumbuhkan kegiatan belajar yang
dilakukannya, mulai dari menetapkan tujuan belajar secara spesifik dan proksimal, menetapkan
strategi serta langkah-langkah dalam melakukan kegiatan belajar, melaksanakan strategi belajar,
mengatur konteks lingkungan fisik dan sosial untuk mendukung kegiatan belajar, mengawasi
kondisi diri saat belajar, mengelola waktu belajar, mengevaluasi diri, mengatribusikan penyebab
hasil belajar, dan mengadaptasi metode belajar yang lebih baik untuk kegiatan belajar
selanjutnya.
Pada banyak penelitian strategi manajemen diri terbukti berhasil meningkatkan
kemandirian belajar siswa, disiplin belajar, tanggung jawab belajar, motivasi berprestasi dan
berhasil menurunkan kemalasan belajar siswa. Salah satu bidang dalam aplikasi analisis perilaku
yang tampak menjanjikan dalam meningkatkan prestasi dalam organisasi adalah pelatihan
manajemen diri (Godat & Brigham, 1999).
Identifikasi Masalah
Bagaimana efektivitas pelatihan manajemen diri dalam meningkatkan kemampuan
belajar dengan regulasi diri (self regulated learning) siswa Mts Muhammadiyah Ponorogo?
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan intervensi dalam penelitian ini adalah untuk
menguji efektivitas pelatihan manajemen diri dalam meningkatkan kemampuan belajar dengan
regulasi diri (self regulated learning) siswa MTs Muhammadiyah Ponorogo.

TINJAUAN PUSTAKA
Belajar dan Regulasi Diri
Kegiatan belajar membutuhkan strategi atau cara tertentu untuk dapat berjalan dengan
optimal. Teori pembelajaran sosial dan kognitif mulai menyadari bahwa supaya belajar benar-
benar efektif maka pelajar harus dapat mengelola diri dalam kegiatan belajar yang mereka jalani
(Omrod, 2009). Zimmerman (1989) mendefinisikan self-regulated learning sebagai kemampuan
pembelajar untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajarnya, baik secara metakognitif,
motivasional dan behavioral. Secara metakognitif, individu yang meregulasi diri merencanakan,
mengorganisasi, mengintruksi diri, memonitor dan mengevaluasi dirinya dalam proses belajar.
Secara motivasional, individu yang belajar merasa bahwa dirinya kompeten, memiliki
keyakinam diri (self-efficacy) dan memiliki kemandirian. Sedangkan secara behavioral, individu
yang belajar menyeleksi, menyusun, dan menata lingkungan agar lebih optimal dalam belajar.
Bandura mendefinisikan self-regulated learning sebagai suatu keadaan dimana individu yang
belajar sebagai pengendali aktivitas belajarnya sendiri, memonitor motivasi dan tujuan
akademik, mengelola sumber daya manusia dan benda, serta menjadi perilaku dalam proses
pengambilan keputusan dan pelaksana dalam proses belajar (Filho, 2001).

Strategi Self-Regulated Learning


Siswa yang belajar berdasarkan regulasi diri selain harus melalui fase-fase belajar di atas,
juga harus mampu mengaplikasikan berbagai strategi regulasi dalam belajar. Strategi pengaturan
diri dalam belajar secara umum meliputi tiga macam strategi, yaitu regulasi kognitif, regulasi
motivasional, dan regulasi behavioral akademik (Wolters, Pintrich, & Karabenick, 2003).
Regulasi kognitif, merupakan strategi yang berhubungan dengan pemrosesan informasi
yang berkaitan dengan berbagai jenis kegiatan kognitif dan metakognitif yang digunakan
individu untuk menyesuaikan dan merubah kognisinya, mulai dari strategi memori yang paling
sederhana, hingga strategi yang lebih rumit. Strategi kognitif meliputi: rehersal (pengulangan),
elaborasi, organisasi dan metakognisi. Regulasi motivasional, merupakan strategi yang
digunakan individu untuk mengatasi stres dan emosi, yang dapat membangkitkan usaha
mengatasi kegagalan dan untuk meraih kesuksesan dalam belajar (Cobb, 2003). Secara umum
strategi regulasi motivasional mencakup: pemikiran-pemikiran, tindakan atau perilaku yang
dilakukan individu untuk mempengaruhi pilihan, usaha dan ketekunannya terhadap berbagai
tugas akademis.
Menurut (Wolters et al., 2003) strategi regulasi motivasional meliputi tujuh strategi yaitu:
(1) konsekuensi diri, (2) kelola lingkungan (environmental structuring), (3) orientasi
penguasaan, (4) meningkatkan motivasi ekstrinsik (extrinsic self-talk), (5) orientasi kemampuan
(relative ability self-talk), (6) motivasi intrinsik, dan (7) relevansi pribadi (relevance
enhancement). Strategi regulasi behavioral, merupakan aspek regulasi diri yang melibatkan
usaha individu untuk mengontrol tindakan dan perilakunya sendiri (Pintrich, 2004). Strategi
regulasi behavioral yang dapat dilakukan oleh individu dalam belajar meliputi: mengaturi usaha
(effort regulation), mengatur waktu dan lingkungan belajar (regulating time and study
environmet) serta mencari bantuan (help-seeking).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Self-Regulated Learning


Menurut Stone, Schunk & Swartz (Cobb, 2003) self-regulated learning, dipengaruhi oleh
tiga faktor utama, yaitu: keyakinan diri (self-efficacy), motivasi dan tujuan. Self-efficacy
mengacu pada kepercayaan seseorang tentang kemampuan dirinya untuk belajar atau melakukan
ketrampilan pada tingkat tertentu (Wang, 2004). Sedangkan motivasi menurut Bandura (Cobb,
2003) merupakan sesuatu yang menggerakkan individu pada tujuan, dengan harapan akan
mendapatkan hasil dari tindakannya itu dan adanya keyakinan diri untuk melakukannya. Dan
Tujuan merupakan kriteria yang digunakan individu untuk memonitor kemajuan belajarnya.
Ketiga faktor di atas, yakni tujuan, motivasi dan self-efficacy saling berhubungan dengan self-
regulated learning. Self-efficacy merefleksikan kepercayaan akan kemampuan diri seseorang
untuk menyelesaikan tugas, yang akan mempengaruhi tujuan (apakah orientasi pada tujuan
belajar atau kinerja. Selanjutnya self-efficacy yang tinggi, akan lebih memotivasi individu untuk
meningkatkan regulasi diri, sehingga individu dapat belajar dengan mengimplementasikan lebih
banyak strategi self-regulated learning, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap prestasi
akademiknya.

Model Intervensi Untuk Meningkatkat Self-Regulated


Terdapat beberapa model intervensi untuk meningkatkan self-regulated learning,
diantaranya: (1) Life Skills Counseling berbasis jurnal belajar, (2) konseling Rational Emotif
Behavioral, (3) bimbingan kelompok dengan teknik Modelling, dan (4) pelatihan manajemen diri
yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Pentingnya Pelatihan Manajemen Diri


Cormier & Cormier (Hartono, 2012) menjelaskan bahwa manajemen diri merupakan
suatu proses terapi di mana konseli mengarahkan perubahan perilaku klien dengan satu atau
lebih strategi terapi secara kombinatif. Suatu pelatihan terdapat sebuah tujuan yaitu mengubah
suatu perilaku tertentu yang diinginkan agar dapat menjadi lebih baik. Godat & Brigham (1999)
mengatakan bahwa salah satu bidang dalam aplikasi analisis perilaku yang tampak menjanjikan
dalam meningkatkan prestasi dalam organisasi adalah pelatihan manajemen diri. Pelatihan
manajemen diri merupakan suatu usaha dalam mengatur lingkungan, menetapkan tujuan yang
spesifik, dan menghasilkan konsekuensi atas tindakan, sehingga individu dapat berpikir untuk
melakukan kontrol lebih besar atas hidup mereka.
Pelatihan manajemen diri ini disusun berdasarkan teknik manajemen diri yang
dikemukakan oleh Yates (2017) dalam pelatihan manajemen diri peserta akan mendapatkan
keterampilan:
a) Self monitoring, yang merupakan peningkatan kesadaran dari masalah dan tujuan. Ketika
individu memilih tujuan untuk target, individu melihat hubungan antara sasaran perilaku,
pikiran, dan perasaan dengan kesadaran baru mengenai kemungkinan untuk mengontrol dan
memperbaikinya.
b) Self-analysis, dilakukan untuk menemukan hal yang mengontrol individu, mencari tahu hal
yang harus dirubah dan cara mengubahnya, serta awal mulai untuk mengubah hal tersebut.
Self-analysis dilakukan dengan menggunakan data self-monitoring yang telah didapatkan
sebelumnya.
c) Self-change, langkah selanjutnya dalam siklus pemecahan masalah adalah untuk
mempengaruhi informasi mengenai solusi pelaksanaan dari masalah self-management
individu. Langkah lainnya yaitu untuk menganalisis hubungan proses dan hasil data self-
monitoring untuk melihat proses psikologis yang benar-benar bertanggung jawab atas
perubahan yang terjadi dalam target self-management.
d) Self-maintenance mengarahkan untuk mengabadikan self-management, yang berarti
membuat self-management menjadi bagian yang lebih alami dari kehidupan individu,
mengantisipasi kekambuhan yang mungkin terjadi, dan membuat rencana untuk mencegah
kekambuhan tersebut.
Perencanaan Program Intervensi
Nama Program Pelatihan Manajemen Diri
Tujuan Intervensi  Meningkatkan kemampuan self-regulated learning siswa MTs Ponorogo
dengan metode pelatihan manajemen diri.
Uraian Materi  Sesi I. Rapoort. Membangun suasana pelatihan (state of mind) dan peserta
Intervensi memiliki gambaran isi pelatihan dan manfaat yang akan diperoleh.
 Sesi II. Self-monitoring. Peserta memahami arahan dan tujuan yang jelas
mengenai target yang ingin dicapai.
 Sesi III. Self-analysis. Peserta mengetahui hal yang harus diubah dalam
dirinya dan mengetahui cara untuk merubah hal tersebut.
 Sesi IV. Self-change. Peserta mampu memimpin diri sendiri untuk
mengubah diri sesuai dengan target yang ditentukan.
 Sesi V. Self-management. Untuk memahami pengertian, manfaat dan etika
pengelolaan diri, karakteristik individu yang mampu mengelola diri dengan
baik, memahami sejauh mana pengelolaan diri yang dimiliki, memahami
kekuatan perilaku yang dimiliki.
 Sesi VI. Self-maintenance. Peserta mampu mempertahankan dan
meningkatkan perubahan yang telah dicapai.
Sesi VII. Penutup & kristalisasi. Peserta mampu menginternalisasi materi
untuk kemudian diaplikasikan dalam keseharian.
Target Program  Untuk meningkatkan performa menyelesaikan tugas-tugas siswa sehingga
Intervensi berdampak pada prestasi yang diperoleh serta dapat berpengaruh terhadap
kemampuan siswa dalam mengelola emosi dan mampu berdampak pada
kebahagiaan psikologis siswa
Sumber yang dilibatkan -Konselor
dalam pelaksanaan  -Fasilitator
program Intervesi
Metode Evaluasi -pretest-posttest
-Feedback quesionnaire
Evaluasi  -Evaluasi pelaksanaan: diberikan form yang berisikan pertanyaan tentang
pelaksaan intervensi (e.g. Apa yang anda rasakan ketika mengikuti program
ini?; Apa pendapat anda tentang program ini?)
 -Evaluasi hasil (dilakukan sebelum dan sesudah pemberian program
intervensi)
Referensi
Bandura, A. (1997). 199 Self-efficacy: The exercise of control. New York : W.H. Freeman and
Company.
Cobb, R. J. (2003). The relationship between self-regulated learning behaviors and academic
performance in web-based courses. Dissertation. Blacksburg, Virginia., 1–146. Retrieved
from http://www.mendeley.com/research/no-title-avail/
Filho, M. K. C. (2001). A Review on Theories of Self-Regulation of Learning. Bulletin of the
Graduate School of Education, Hiroshima University. Part. Ⅲ, Education and Human
Science, (50), 437–445.
Godat, L. M., & Brigham, T. A. (1999). The Effect of a Self- Management Training Program on
Employees of a Mid-Sized Organization. Journal of Organizational Behavior Management,
19(1), 65–83. https://doi.org/10.1300/J075v19n01_06
Hartono, B. S. (2012). Psikologi Konseling Edisi Revisi. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Ormrod, J. E. (2009). Edisi Keenam Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang Jilid 2. Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Pintrich, P. R. (2004). A Conceptual Framework for Assessing Motivation and Self-Regulated
Learning in College Students. Educational Psychology Review, 16(4), 385–407.
https://doi.org/10.1007/s10648-004-0006-x
Savira, F., & Suharsono, Y. (2013). Self-Regulated Learning (Srl) Dengan Prokrastnasi
Akademik Pada Siswa Akselerasi. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 01(01), 66–75.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Sumarmo, U. (2006). Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa, Dan Bagaimana Dikembangkan
Pada Peserta Didik. Jurnal Pendidikan FP MIPA UPI, 1–9.
Wang, C. (2004). Self -regulated learning strategies and self-efficacy beliefs of children learning
English as a second language. ProQuest Dissertations and Theses, (1986), 254. Retrieved
from http://search.proquest.com/docview/305139839?
accountid=14548%5Cnhttp://metadata.lib.hku.hk/hku?url_ver=Z39.88-
2004&rft_val_fmt=info:ofi/fmt:kev:mtx:dissertation&genre=dissertations+&+theses&sid=P
roQ:ProQuest+Dissertations+&+Theses+A&I&atitle=&title=Sel
Wolters, C. A., Pintrich, P. R., & Karabenick, S. A. (2003). Assessing Academic Self-Regulated
Learning. Trends Child. For Indictors of Positive Development Conference.
https://doi.org/10.1007/0-387-23823-9_16
Yates, B. T. (2017). Self-Management: The Science and Art of Helping Yourself.
Zimmerman, B. J. (1989). A Social Cognitive View of Self-Regulated Academic Learning.
Journal of Educational Psychology Bandura & Kupers Bandura & Schunk Schunk & Rice,
81, 22–663. https://doi.org/10.1016/b0-08-043076-7/02465-7
Zimmerman, B. J. (2008). Investigating Self-Regulation and Motivation: Historical Background,
Methodological Developments, and Future Prospects. American Educational Research
Journal, 45(1), 166–183. https://doi.org/10.3102/0002831207312909
Rancangan Pelatihan Manajemen Diri
Hari Tahap atau Sesi Tujuan Aktivitas Metode Waktu Alat/Bahan
Hari 1 Sesi 1 a. Menumbuhkan kesan baik  Cipta suasana dan  Game 40 menit  Icebreaking
Rapport dan kepercayaan peserta Gaining Trust  Icebreakin “Siap
kepada fasilitator, sesama  Game perkenalan g Tempur”
peserta, dan pelatihan yang “siapa nama anda?”  Menonton  Video dengan
akan berlangsung  Kontrak belajar video judul cita-cita
b. Membangun suasana serta tujuan dan  diskusi  Kertas HVS
pelatihan (state of mind) proses pelatihan dan kertas A1
c. Peserta memiliki gambaran  Icebreaking “siap  Materi 1
isi pelatihan dan manfaat tempur”
yang akan diperoleh  Video dan diskusi
Hari 1 Sesi 2 a. Peserta memahami teknik  Tinjauan teknik  Kuliah 60 menit  Lembar aksi
Self-Monitoring self-monitoring self-monitoring  Mengisi  Kertas
b. Peserta memahami arah dan  Worksheet dan worksheet  Spidol
tujuan yang jelas mengenai lembar aksi  Pekerjaan  LCD
target yang ingin dicapai “Rencana Belajarku Rumah  Laptop
c. Peserta mampu Sehari-hari”  Game  Materi 2
mengaplikasikan teknik  Lembar aksi
self-monitoring dalam “Pelaksanaan
kegiatan belajar sehari-hari Rencana Belajarku
Sehari-hari”
Hari 1 Sesi 3 a. Peserta memahami teknik  Tinjauan teknik  Kuliah 45 menit  Lembar aksi
Self-Analysis self-analysis self-analysis  Mengisi sebab-akibat
b. Peserta mengetahui hal  Worksheet analisis worksheet  Kertas
yang harus diubah “sebab-akibat”  Debriefing  Spidol
mengenai strategi (untuk peserta)  LCD
belajarnya dan mengetahui  Game “terikat  Laptop
cara untuk merubah hal dengan simpul”  Music
tersebut  Debriefing dan pengiring
Peserta mampu penutup hari game
mengaplikasikan teknik pertama  Materi 3
self-analysis dalam kegiatan
belajar seharai-hari
Hari 2 Sesi 4 a. Peserta memahami teknik  Tinjauan teknik  Kuliah 60 menit  Lembar aksi
Self-Change self-change self-change  Mengisi get the
b. Peserta mampu memimpin  Worksheet “get the worksheet solution
diri sendiri untuk mengubah solution”  Roleplay  Kertas
diri sesuai dengan target  Lembar aksi get the  Spidol
yang telah ditentukan solution”  LCD
c. Peserta mampu  Roleplay  Laptop
mengaplikasikan teknik  Materi 4
self-change dalam kegiatan
belajar sehari-hari
Hari 2 Sesi 5 a. Peserta mendapatkan  Memberikan materi  Kuliah 50 menit  Lembar kerja
Self-Management pemahaman umum tentang mengenai Tinjauan  Mengisi self-
Manajemen Diri dalam Manajemen Diri worksheet management
kegiatan belajar  Mengisi worksheet  Roleplay  Kertas
b. Membuka paradigm peserta dan roleplay  LCD
mengenai hal-hal yang yang Manajemen Diri  Laptop
dapat meningkatkaan Belajar  Materi 5
keterampilan peserta pada
manajemen diri dalam
belajar
Hari 2 Sesi 6 a. Peserta memahami teknik  Tujuan teknik self-  Kuliah 50 menit  Lembar aksi
Self-Maintenance self-maintenance maintenance  Mengisi pencegahan
b. Peserta mampu  Worksheet worksheet  Kertas
mempertahankan dan “pencegahan” dan  Roleplay  Spidol
meningkatkan perubahan lembar aksi  LCD
yang telah dicapai “pencegahan”  Laptop
c. Peserta mampu  Roleplay  Materi 6
mengaplikasikan teknik
self-maintenance dalam
kegiatan belajar seharai-hari
Hari 2 Sesi 7 a. Memberikan kesimpulan  Kristalisasi  Diskusi dan 50 menit  Lembar aksi
Penutup & dari pelatihan serta  Rencana aksi Self- review  Kertas
Kristalisasi mengevaluasi proses Management  Mengisis  Lembar
pelatihan  Lembar aksi “Use worksheet evaluasi
b. Membangun kesan dan Visual Reminder”  Menonton  Spidol
pengalaman positif terhadap  Penutup video  LCD
pelatihan agar tujuan setiap  Game  Laptop
peserta dapat tercapai penutup  Video jangan
menyerah
 Materi 7

Anda mungkin juga menyukai