Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MODIFIKASI PERILAKU

PENGENDALIAN DIRI (SELF CONTROL)

Dosen Pengampu : Erny Hidayati, S.Psi., MA., Psikolog

Disusun Oleh :

1. Desta Israwanda (12013238)


2. Lady Farhana (12013242)
3. An ‘Umillah Wahyu Nuri Azizah (12013249)
4. Devi Ardana (12013268)
5. Yanuarista Dri Rachmawati (12013279)
6. Fahrunnisa (12013287)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
MARET, 2015
Pengertian Pengendalian Diri (self control)

Pengendalian diri (self control) adalah prosedur dimana seseorang mengarahkan atau
mengatur perilakunya sendiri. Pada prosedur ini biasanya subyek terlibat pada lima komponen
dasar, antara lain : menentukan perilaku – sasaran, memonitor perilaku tersebut, memilih
prosedur yang akan diterapkan, melaksanakan prosedur tersebut, dan mengevaluasi efektivitas
prosedur tersebut. Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2002), mendefinisikan self control adalah
kemampuan individu untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri dan kemampuan untuk menekan
atau menghambat dorongan yang ada. Menurut Calhoun dan Acocella (dalam Ghufron &
Risnawati, 2010) mendefinisikan self control sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis,
dan perilaku seseorang, dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri.
Sedangkan menurut Goldfried dan Merbaum (dalam Ghufron & Risnawati, 2010) mendefinisikan
self control sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan
mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif, self
control juga menggambarkan keputusan individu yang melalui pertim-bangan kognitif untuk
menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang
diinginkan.

Mengapa penting memiliki self control ?

Pertama, kontrol diri berperan penting dalam hubungan seseorang dengan orang lain
(interaksi sosial). Hal ini dikarenakan kita senantiasa hidup dalam kelompok atau masyarakat dan
tidak bisa hidup sendirian. Seluruh kebutuhan hidup kita (fisiologis) terpenuhi dari bantuan orang
lain, begitu pula kebutuhan psikologis dan sosial kita. Oleh karena itu, agar kita dapat memenuhi
seluruh kebutuhan hidup ini dibutuhkan kerjasama dengan orang lain dan kerjasama dapat
berlangsung dengan baik jika kita mampu mengendalikan diri dari perbuatan yang merugikan
orang lain.

Kedua, Kontrol diri memiliki peran dalam menunjukkan siapa diri kita (nilai diri).
Seringkali seseorang memberikan penilaian dari apa yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-
hari dan kontrol diri merupakan salah satu aspek penting dalam mengelola dan mengendalikan
perilaku kita. Kontrol diri menjadi aspek yang penting dalam aktualisasi pola pikir, rasa dan
perilaku kita dalam menghadapai setiap situasi. Seseorang yang dapat mengendalikan diri dari hal-
hal yang negatif tentunya akan memperoleh penilaian yang positif dari orang lain (lingkungan
sosial), begitu pula sebaliknya.

Ketiga, kontrol diri berperan dalam pencapaian tujuan pribadi. Pengendalian diri dipercaya
dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuan hidup seseorang. Hal ini dikarenakan bahwa
seseorang yang mampu menahan diri dari perbuatan yang dapat merugikan diri atau orang lain
akan lebih mudah focus terhadap tujuan-tujuan yang ingin dicapai, mampu memilih tindakan yang
memberi manfaat, menunjukkan kematangan emosi dan tidak mudah terpengaruh terhadap
kebutuhan atau perbuatan yang menimbulkan kesenangan sesaat. Bila hal ini terjadi niscaya
seseorang akan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Jenis-jenis Pengendalian diri (Self Control)

Jenis-jenis Self Control (Averill dalam Ghufron Risnawati, 2010), antara lain :

1. Behavioral control, kemampuan untuk mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang
tidak menyenangkan. Adapun cara yang sering digunakan antara lain dengan mencegah atau
menjauhi situasi tersebut, memilih waktu yang tepat untuk memberikan reaksi atau membatasi
intensitas munculnya situasi tersebut.
2. Cognitive control, kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan
dengan cara menginterpretasi, menilai dan menggabungkan suatu kejadian dalam sutu
kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk mengurangi tekanan. Dengan
informasi yang dimiliki oleh individu terhadap keadaan yang tidak menyenangkan, individu
berusaha menilai dan menafsirkan suatu keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi positif
secara subyektif atau memfokuskan pada pemikiran yang menyenangkan atau netral.
3. Decision control, kemampuan seseorang untuk memilih suatu tindakan berdasarkan pada
sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi
baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan atau kemungkinan untuk memilih berbagai
kemungkinan (alternative) tindakan.
Penyebab Perilaku Berlebihan
Salah satu tipe masalah self control adalah perilaku berlebihan, melakukan sesuatu
terlalu banyak misalnya ; terlalu banyak makan, berlebihan menonton TV, minum kopi
terlalu banyak, dan lainnya prilaku berlebihan yang mengarah ke penguatan langsung
(karena rasa makanan yang enak, sangat menikmati adegan TV, dll). Meskipun hal tersebut
menimbulkan akibat negatif tetapi tidak menjadi masalah, karena dipengaruhi oleh
beberapa hal sebagai berikut :
1. Penguatan langsung VS hukuman yang tertunda untuk sebuah perilaku
Seorang remaja yang ingin pergi dengan temannya, tapi masih harus mengerjakan tugas
sekolah. Ketika orangtuanya meminta dia untuk segera menyelesaikan tugasnya,
remaja itu berbohong dan diizinkan untuk pergi bersama temannya. Berbohong adalah
penguatan langsung. Kebohongan tidak ditunjukkan lagi, dan konsekuensi hukuman
(seperti pekerjaan menjadi berat, gagal dalam tugas) diabaikan akibat berbohong. Jika
sebuah perilaku mengarah ke penguatan langsung dengan mengabaikan hukuman,
penguatan langsung menjadi berhasil (menjadi pemenang). Banyak permasalahan yang
berasal dari fakta seperti itu (Brigham, 1989ab).
2. Penguatan langsung VS kumpulan hukuman berarti untuk sebuah perilaku
Mempertimbangkan masalah makan makanan manis. Makanan pencuci mulut adalah
penguatan langsung akibat rasanya yang enak. Meskipun efek negatifnya seperti
berlebihan kolesterol yang membuat kesehatan menjadi bermasalah. Contoh lainnya
seperti merokok, mempertimbangkan masalah merokok. Akibat langsung dari merokok
(akibat efek nikotin, dll) adalah benar ada bagi perokok. Meskipun ada efek negatif
yang langsung terjadi (akibat bertambahnya kandungan tar yang tersimpan dalam paru-
paru perokok), efek berbahaya dari sebuah cerutu diabaikan oleh para perokok karena
para perokok menikmatinya. Terlebih, dalam paru-paru tersebut tersimpan efek dari
ratusan cerutu yang mengakibatkan nafas yang pendek, batuk, dan kemungkinan
kanker. Tetapi, untuk kebanyakan masalah self control adalah penguatan langsung dari
mengkonsumsi efek bahaya zat kimia (seperti nikotin, dll ) karena tidak dapat dilihat
efek negatifnya secara langsung.
3. Penguatan- Penguatan yang harus disegerakan (untuk perilaku bermasalah) VS
penundaan penguatan- penguatan (untuk perilaku alternatif yang diinginkan).
Misalnya, hari ini adalah hari selasa sore di paruh waktu seseorang. Di ruang
pertemuan baru saja film kesukaan akan mereka tonton. Tapi individu tersebut akan
ujian keesokan harinya. Apa yang akan dilakukan individu tersebut? akan menonton tv
atau belajar selama tiga jam?. Kenyataannya, banyak siswa yang lebih memilih
menonton TV. Masalah self control melibatkan sebuah pilihan antara dua alternatif
perilaku, kedua dari yang memiliki hasil yang positif dan satu hasil penguatan langsung
yang berkali-kali menjadi berhasil (Brigham, 1989ab).

Penyebab Kekurangan Perilaku

Tipe masalah self control adalah respon yang memerlukan untuk ditambah, seperti
membersihkan sela-sela gigi, mengambil-menerima hasil kuliah, dan latihan rutin. Perilaku
biasanya mengarah ke ringan, hukuman- hukuman langsung. Meskipun ada banyak
keuntungan yang positif jika perilaku terjadi, atau bahkan keuntungan negatif jika perilaku
itu tidak terjadi, kedua hasilnya sering tidak efektif. Hal itu disebabkan karena beberapa
hal, antara lain :

1. Hukuman- hukuman kecil langsung untuk sebuah perilaku VS kumpulan penguatan-


penguatan yang berarti (signifikan)
Bagi yang bukan seorang pelatih, awal masa latihan bisa tidak menjadi menyenangkan
(menghabiskan waktu, meletihkan, dan stress, dll). Dan meskipun contoh dari latihan
bisa memberikan keuntungan langsung (misal sirkulasi darah bertambah), keuntungan
demikian sangat kecil untuk dibentuk. Hal itu berbeda jika kesempatan itu dilakukan
dengan rutin pasti memiliki keuntungan yang berlebihan.
2. Hukuman- hukuman kecil langsung untuk perilaku VS langsung tetapi tidak mungkin
hukuman utama jika perilaku tidak terjadi
Setiap orang tahu jika memakai helm itu akan melindungi dia saat mengendarai motor.
Namun, kenyataannya mengapa banyak orang yang tidak menggunakannya? Pertama,
karena perilaku biasanya mengarah pada hukuman ringan yang disegerakan (misalnya
memakai helm menjadi panas dan tidak nyaman).
3. Hukuman- hukuman kecil langsung untuk perilaku VS keterlambatan hukuman utama
jika perilaku tidak terjadi
Contoh : mengapa banyak orang gagal menjaga gigi mereka atau memeriksakan
giginya ke dokter gigi atau gagal mencatat perkuliahan dengan baik? Ini masalah self
control yang mempunyai penghukum langsung yang lemah. Berlatih dapat membuat
tubuh menjadi panas dan tidak nyaman. Suara bor gigi di klinik tidak menyenangkan.
Tanganmu akan lelah sementara mencatat apa yang disampaikan dosen. Apalagi,
semua aktivitas membutuhkan waktu dari aktivitas penguat yang lebih. Sementara
menunda konsekuensi seperti memeriksa gigi masalah dapat menjadi hal ekstrim yang
tidak disukai, mereka terjadi ketika meninggalkan kejadian tersebut. Konsekuensi
hukuman langsung sering berhasil. Dengan kata lain, dengan menghindari selama
seminggu stimulus yang tidak disukai, akhirnya menerima konsekuensinya bahwa itu
adalah sesuatu hal yang tidak disukai.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengendalian diri (self control)

1. Kepribadian. Kepribadian mempengaruhi kontrol diri dalam konteks bagaimana


seseorang dengan tipikal tertentu bereaksi dengan tekanan yang dihadapinya dan
berpengaruh pada hasil yang akan diperolehnya. Setiap orang mempunyai kepribadian
yang berbeda (unik) dan hal inilah yang akan membedakan pola reaksi terhadap situasi
yang dihadapi. Ada seseorang yang cenderung reaktif terhadap situasi yang dihadapi,
khususnya yang menekan secara psikologis, tetapi ada juga seseorang yang lamban
memberikan reaksi.
2. Situasi. Situasi merupakan faktor yang berperan penting dalam proses kontrol diri. Setiap
orang mempunyai strategi yang berbeda pada situasi tertentu, dimana strategi tersebut
memiliki karakteristik yang unik. Situasi yang dihadapi akan dipersepsi berbeda oleh setiap
orang, bahkan terkadang situasi yang sama dapat dipersepsi yang berbeda pula sehingga
akan mempengaruhi cara memberikan reaksi terhadap situasi tersebut. Setiap situasi
mempunyai karakteristik tertentu yang dapat mempengaruhi pola reaksi yang akan
dilakukan oleh seseorang.
3. Etnis. Etnis atau budaya mempengaruhi kontrol diri dalam bentuk keyakinan atau
pemikiran, dimana setiap kebudayaan tertentu memiliki keyakinan atau nilai yang
membentuk cara seseorang berhubungan atau bereaksi dengan lingkungan. Budaya telah
mengajarkan nilai-nilai yang akan menjadi salah satu penentu terbentuknya perilaku
seseorang, sehingga seseorang yang hidup dalam budaya yang berbeda akan menampilkan
reaksi yang berbeda dalam menghadapi situasi yang menekan, begitu pula strategi yang
digunakan.
4. Pengalaman. Pengalaman akan membentuk proses pembelajaran pada diri seseorang.
Pengalaman yang diperoleh dari proses pembelajaran lingkungan keluarga juga memegang
peran penting dalan kontrol diri seseorang, khususnya pada masa anak-anak. Pada masa
selanjutnya seseorang bereaksi dengan menggunakan pola fikir yang lebih kompleks dan
pengalaman terhadap situasi sebelumnya untuk melakukan tindakan, sehingga pengalaman
yang positif akan mendorong seseorang untuk bertindak yang sama, sedangkan
pengalaman negatif akan dapat merubah pola reaksi terhadap situasi tersebut.
5. Usia. Bertambahnya usia pada dasarnya akan diikuti dengan bertambahnya kematangan
dalam berpikir dan bertindak. Hal ini dikarenakan pengalaman hidup yang telah dilalui
lebih banyak dan bervariasi, sehingga akan sangat membantu dalam memberikan reaksi
terhadap situasi yang dihadapi. Orang yang lebih tua cenderung memiliki kontrol diri yang
lebih baik dibanding orang yang lebih muda.

Prinsip-prinsip dalam Pengendalian diri (self control)

1. Prinsip kemoralan. Setiap agama pasti mengajarkan moral yang baik bagi setiap
pemeluknya, misalnya tidak mencuri, tidak membunuh, tidak menipu, tidak berbohong,
tidak mabuk-mabukan, tidak melakukan tindakan asusila maupun tidak merugikan orang
lain.
2. Prinsip kesadaran. Prinsip ini mengajarkan agar senantiasa sadar saat suatu bentuk
pikiran atau perasaan yang negatif muncul. Pada umumnya orang tidak mampu menangkap
pikiran atau perasaan yang muncul, sehingga mereka banyak dikuasai oleh pikiran dan
perasaan mereka.
3. Prinsip perenungan. Ketika sudah benar-benar tidak tahan untuk meledakkan emosi
karena amarah dan perasaan tertekan, maka kita bisa melakukan sebuah perenungan.
4. Prinsip kesabaran. Pada dasarnya emosi kita naik – turun dan timbul, tenggelam. Emosi
yang bergejolak merupakan situasi yang sementara saja, sehingga kita perlu menyadarinya
bahwa kondisi ini akan segera berlalu seiring bergulirnya waktu. Namun hal ini tidaklah
mudah karena perlu adanya kesadaran akan kondisi emosi yang dimiliki saat itu dan tidak
terlalu larut dalam emosi. Salah satu cara yang perlu kita gunakan adalah kesabaran,
menunggu sampai emosi negatif tersebut surut kemudian baru berpikir untuk menentukan
respon yang bijaksana dan bertanggung jawab (reaksi yang tepat).
5. Prinsip pengalihan perhatian. Situasi dan kondisi yang memberikan tekanan psikologis
sering menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran yang cukup banyak bagi seseorang untuk
menghadapinya. Apabila berbagai cara (4 prinsip sebelumnya) sudah dilakukan untuk
berusaha menghadapi namun masih sulit untuk mengendalikan diri, maka bisa
menggunakan prinsip ini dengan menyibukkan diri dengan pikiran dan aktifitas yang
positif.

Tahap-tahap Pengendalian diri (self control)

(Soekadji, 1983)

1. Tahap monitor diri atau observasi diri


Didalam tahap ini subyek dengan sengaja dan cermat dalam mengamati perilakunya sendiri
dan mencatat hal tersebut. Terapis harus memiliki atau mempunyai cara pencatatatan yang
praktis dan efisien. Terapis harus mencontohkan kepada klien cara mencatat observasi diri
klien yang terdapat didalam formulir pencatatannya. Pencatatatan data ini sangat penting
untuk dapat melihat perubahan dengan seksama, sehingga tidak memberikan kesan yang
salah yaitu, perubahan perilaku tidak selalu hanya harapan saja.
2. Tahap evalusi diri
Dalam tahap ini subyek dapat membandingkan apa yang tercatat sebagai kenyataan dengan
apa yang harus dilakukan. Catatan data observasi perilaku yang teratur sangat penting
untuk mengevaluasi efisiensi dan efektifitas program. Namun apabila evaluasi data
menunjukkan bahwa program tidak berhasil maka perlu ditinjau kembali. Letak kegagalan
mungkin terdapat pada ketidakcocokkan perilku sasaran, penguat, atau prosedur yang
harus ditinjau kembali. Kadang-kaang semua ini sudah merupakan pilihan yang tepat
dengan prosedur yang tidak dilakukan sebagaimana mestinya.
3. Tahap Pemberian Penguatan (Reinforcement +), Penghapusan (Reinforcement -), hukuman
(Punishment)
Orang dewasa diharapkan dapat mengatur diri sendiri antara lain dengan pemberian
pengutan maupun menghukum diri sendiri sebagai konsekuensi tindakannya. Kesulitan
pelaksanaan pemberian penguatan atau hukuman dapat diatasi dengan meminta bantuan
orang lain. Seperti dalam prosedur lain penguatan, penghapusan, dan hukuman dapat
menggunakan berbagai bentuk stimulus benda, makanan, simbolis verbal, aktivitas fisik
maupun imajinasi. Tentu saja stimulus yang terbaik adalah yang bersifat intrinsik seprti
senyum puas terhadap keberhasilan atas usaha sendiri atau munculnya rasa bangga
terhadap diri sendiri.
Contoh penggunaan stimulus berupa imajinasi : orang yang biasanya makan es
krim, sesudah makan bukan lagi dapat menikmati rasa enaknya, tetapi membayangkan rasa
hambar ( penghapusan reinforcement +), atau membayangkan rasa muak atau mual diperut
(pemberian punishment).
Seperti pada penerapan program – program lain, prosedur hukuman hanya dipakai
jika prosedur lain tidak efektif. Ini mengingat banyaknya efek samping negative dari
punishment. Contoh dari efek negatif punishment : seorang wanita yang ingin menurunkan
berat badan namun ketika ia makan, ia memberikan hukuman kepada dirinya sendiri secara
berlebihan, akibatnya perempuan tersebut menderita anorexia.
Langkah-langkah dalam program Pengendalian diri (self control)

(Martin & Pear, 2011)

1. Menetapkan masalah dan tujuan


Meminta subyek untuk menuliskan tujuan dan membuat daftar perilaku spesifik yang dapat
membantu subyek mencapai tujuan. Hal – hal yang dapat dilakukan sesuai dengan proses
ini menurut Mager adalah :
a. Menuliskan tujuan
b. Membuat list yang berisi hal – hal yang akan di katakan atau dilakukan. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa individu sudah mempunyai tujuan.
c. Menandai orang – orang yang mempunyai tujuan yang sama.
d. Jika tujuan tersebut adalah sebuah hasil ( lebih dari sekedar hal-hal yang harus individu
lakukan), kemudian buat list tentang perilaku yang lebih spesifik. Ini akan membantu
dalam memperoleh hasil tersebut.
2. Membuat komitmen untuk berubah
Komitmen untuk berubah mengacu pada pernyataan dan tindakan yang mengindikasikan
bahwa penting untuk merubah perilaku tersebut, dimana individu akan melakukan hal-hal
tersebut, dan individu dapat mengatur hal tersebut menjadi bermanfaat, sehingga
diperlukan komitmen untuk menjaga perilaku agar tetap kuat. Hal-hal yang perlu dilakukan
untuk menjaga komitmen agar tetap kuat adalah ;
a. Membuat list mengenai apa keuntungan yang diperoleh jika merubah perilaku.
Tuliskan, pasang, dan tempel di tempat yang terlihat.
b. Membuat komitmen dengan orang-orang di sekitar dengan memberikan program
perlakuan yang akan dilakukan kepada orang-orang terdekat subyek seperti keluarga
atau teman.
c. Menata ulang lingkungan individu untuk mengingatan terhadap komitmen dan tujuan
yang telah dibuat.
d. Luangkan waktu dan tenaga untuk merencanakan tujuan awal.
e. Individu pasti mengalami godaan yang akan menghalangi dalam mencapai tujuan,
maka individu harus membuat rencana yang matang sehingga dapat bertahan terhadap
godaan apapun.
3. Mengambil data dan menganalisis penyebab
Mengambil data yang akurat dari perilaku yang bermasalah. Subjek diminta
mencatat (tally) kapan, dimana, dan seberapa sering keinginan tersebut muncul, dan
kemudian bersama-sama dengan peneliti menganalisis penyebab perilaku tersebut.
Misalnya perilaku merokok. Jika perilaku yang bermasalah adalah merokok, subjek harus
mencatat tiap batang yang akan dia hisap sebelum ia merokok, sehingga perilaku akan
memperkuat pencatatan tersebut. Subjek juga dapat mempersiapkan penguatan eksternal
yang dikendalikan oleh orang lain. Subjek dapat memberikan kendali atas pengeluaran
uangnya kepada sesorang yang dapat mengawasi perilakunya secara berkelanjutan dalam
jangka waktu yang lama dan sesorang yang dapat mengembalikan uang subjek tergantung
pengambilan data. Subjek juga dapat meminta orang-orang untuk menguatkan perilaku
pencatatan dengan cara ;
a. Memberitahukan kepada teman-teman tentang rencana modifikasi perilaku diri sendiri
yang akan dilakukan,
b. Meletakkan grafik pencatatan di tempat yang dapat dengan jelas dilihat untuk
meningkatkan kemungkinan pemberian feedback dari teman-teman,
c. Memberitahukan teman-teman tentang bagaimana perkembangan dari rencana
modifikasi perilaku yang telah dilakukan dan hasilnya.
4. Membuat desain dan mengimplementasikan program
Program yang harus diutamakan adalah situasi yang pasti, memiliki perilaku yang pasti
dan adanya suatu konsekuensi atau akibat dari perilaku tersebut. Misalnya mengubah
kebiasaan merokok. Desain yang digunakan untuk mengurangi kebiasaan merokok yaitu
manage situasi atau stimulus dengan menggunakan instruksi diri, manage perilaku dengan
menuliskan jumlah batang rokok yang ingin dikurangi, manage konsekuensi dengan
menghindari penguat tertentu yang justru memicu munculnya keinginan untuk merokok.
5. Mencegah kekambuhan dan mempertahankan perubahan
Kekambuhan berarti kembalinya perilaku lama yang tidak diharapkan dan biasanya
perilaku tersebut hampir sama atau tidak jauh berbeda dengan perilaku sebelum kita
melakukan program. Subjek diminta untuk membuat kontrak perilaku (behavior contract),
yaitu menuliskan langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan untuk mencegah situasi
atau kondisi yang dapat mengakibatkan keinginan untuk perilaku tersebut muncul kembali.
Individu telah membuat kemajuan dalam program self control. Misalnya, berat
badan berkurang, tidak merokok lagi selama tiga bulan, dan dapat fokus belajar sehingga
bisa nilai A. Sekarang pertanyaannya adalah: akankah perubahan berakhir? Akankah
mampu mempertahankannya?. Sayangnya perilaku tidak baik tersebut kambuh. Dalam self
control ada yang dinamakan ‘relapse’ atau kambuh atau kembali ke perilaku maladaptif.
a. Penyebab relapse pada antesenden
i. Penghindaran dari anteseden
Kesalahan umum dalam kekambuhan perilaku tersebut pada anteseden adalah
kegagalan untuk mengantisipasi kemunduran anteseden. Artinya, anteseden
meningkatkan salah satu resiko kembalinya pola perilaku yang tidak diinginkan
lebih awal. Beberapa kemunduran antesenden dapat dihindari sampai individu
mampu untuk mengatasi. Contohnya, Fred ingin diet, dia memakan makanan yang
sehat dan mengonsumsi makanan berkalori rendah. Tapi ia tahu bahwa ia tidak dapat
tahan dengan banana splits yang dijual di supermarket tempat ia terbiasa berbelanja.
Solusinya adalah ia mengubah tempat berbelanja. Jika dapat menghindari
antesenden sampai individu telah mencapai beberapa keberhasilannya dengan
program self control maka individu tersebut akan mampu lebih baik menghadapi
situasi yang memberikan antesenden yang kuat untuk masalah perilaku.
ii. Antesenden yang tidak dapat dihindari
Beberapa antesenden tidak dapat dihindarkan. Sebuah strategi untuk mencegah
kekambuhan perilaku adalah untuk mengantisipasi kemunduran yang tidak bisa
dihindari dan mengambil langkah untuk mengatasinya. Contohnya kasus John. Dia
mengikuti program latihan tubuh selama 1,5 bulan, tetapi saat kurun waktu tersebut
ia mengikuti perkemahan. Dia tahu dengan detail bahwa perubahan rutinitas yang
akan dihadapinya dan hal-hal yang biasanya dilakukan di area perkemahan pada
malam hari tidak memungkinkan dirinya untuk berlatih tubuh. Solusinya adalah
mencari dan mendapatkan agen kemah yang menerima untuk tidak melakukan
perjalanan setiap malam selama satu jam lebih cepat. Selama yang lain menikmati
area kemah, John dapat berolahraga. Individu dapat mengenali kemunduran
anteseden yang tidak dapat dihindari sebelum menghadapinya secara langsung, hal
tersebut lebih baik karena dapat memberi kesempatan untuk merencanakan strategi
coping.
iii. Reaksi yang berlebihan hingga kadang-kadang
Setelah dua minggu berkomitmen untuk belajar, Janice menyewa lima film dan
melihatnya 10 jam tanpa berhenti. Fred, mengikuti sebulan diet , dan memakan
banana split dalam tiga hari . Sangat sedikit orang mencapai keberhasilan self
control tanpa mengalami kemunduran yang kadang-kadang. Bagaimanapun,
kemunduran bukanlah masalah jika individu dapat kembali lagi pada program
semula. Ketika individu bertahan pada kemunduran, jangan tinggalkan. Melainkan,
review kembali banyaknya frekuensi kadang-kadang tadi ketika individu sudah
berkomitmen pada programnya secepat untuk menetapkan tujuan baru dan
membuat komitmen yang baru.
iv. Self talk yang merugikan
Ketika orang mencoba untuk mengubah perilakunya, mereka terikat ibaratnya
dengan suatu blok. Ketika terjadi, self talk yang merugikan dapat memperburuk
masalah dan mungkin akan menjadi kambuh. Orang yang sulit diet mungkin akan
mengatakan “saya terlalu lapar, untuk menunggu sampai makan malam. Jadi saya
akan makan camilan untuk mengganjalnya.” Tipe self talk tersebut mengisyaratkan
untuk makan. Apa jenis self talk pada program self control yang memungkinkan
untuk kambuh? Contoh ; katakanlah “saya merasa lapar, tapi saya tidak kepalaran.
Saya hanya akan fokus pada sesuatu yang membuat saya tidak berpikir tentang
makanan”.
b. Penyebab kambuh pada perilaku
i. Sebuah target perilaku yang tidak jelas atau kabur dan Sebuah target perilaku
jangka panjang.
Misalnya ketika individu ingin menetapkan tujuan untuk mendapat nilai A pada
mata kuliah tertentu. Tujuannya jelas, tetapi membutuhkan waktu yang lama.
Seperti proyek, seharusnya menetapkan tujuan jangka pendek menetapkan
pemeriksaan kemajuan yang spesifik sepanjang jalan. Dengan tetap menghargai
tujuan untuk mendapatkan nilai A, individu seharusnya menetapkan tujuan jangka
panjang pada materi belajar untuk mata kuliah minimal satu jam setiap hari. Tujuan
jangka pendek harian seharusnya ditempatkan dengan tepat dan realistik,
seharusnya dapat mengantarkan individu pada tujuan jangka panjang.
ii. Mencoba terlalu sering dan terlalu cepat
Beberapa program self control tidak pernah melepaskan rencana yang berat karena
terlalu ambisius. Jika individu telah mengidentifikasi beberapa area untuk
diperbaiki, prioritaskan menurut kebutuhan personal yang akan menguntungkan.
Dari atas ke bawah area prioritas. Pilih satu yang menjadi fokus. Mulailah dengan
peningkatan kecil yang memungkinkan untuk sukses.
c. Penyebab kambuh pada konsekuen
i. Kesalahan menggabungkan rewards setiap hari ke dalam program.
Banyak orang memulai self control program dengan antusias. Setelah sebentar,
bekerja ekstra untuk merekam, membuat grafik, menyusun kembali lingkungannya,
dan lebih maju dapat menjadi tugas yang sangat berat. Mencegah kekambuhan
adalah untuk menghubungkan program self control menjadi aktivitas reward setiap
hari.
ii. Konsekuen yang kumulatif secara signifikan
Satu strategi untuk mencegah kambuh pada situasi tertentu adalah menetapkan
tanggal yang jelas, yang dicek list dan mendaftar strategi yang spesifik. Contohnya
jika program self control salah satunya adalah mengurangi berat badan, individu
seharusnya setuju dengan temannya bahwa ia akan menimbang dirinya pada
presentase selama satu minggu sekali. Jika berat badan individu meningkat kepada
level yang spesifik, kemudian individu akan segera kembali pada programnya.
iii.Strategi tambahan untuk mempertahankan perilaku
Mungkin cara yang paling efektif untuk mempertahankan perilaku adalah
melibatkan orang lain yang dapat mendukung program individu, pada jangka
pendek dan jangka panjang. Satu strategi adalah menyiapkan sistem pertemanan.
Ketika memulai suatu program individu mungkin akan menemukan sahabat atau
teman yang mempunyai masalah sama serta saling mengingatkan dalam mencapai
tujuan. Sebulan sekali, individu dapat bersama-sama saling mengecek
kemajuannya. Khususnya, strategi yang efektif adalah menandai kontrak perilaku
dengan dukungan orang lain.
Kelebihan dan Kelemahan Pengendalian diri (self control)

Kelebihan

Kelebihan pengendalian diri banyak tergantung pada pemilihan perilaku sasaran, cara memonitor
dan mengevaluasi, serta prosedur yang dipilih sebagai penguatan atau hukuman. Secara umum
kelebihannya adalah :

1. Melibatkan klien secara aktif, menghemat waktu terapis atau orang lain, dan menimbulkan rasa
bebas dari ketergantungan dan kontrol orang lain.
2. Perubahan yang diperoleh lebih tahan lama karena subyek menganggap keberhasilannya
dipengaruhi oleh usaha sendiri, bukan dipengaruhi faktor luar.

Kekurangan
1. Tergantung pada kesediaan, ketelatenan, dan motivasi klien.
2. Perilaku sasaran yang bersifat pribadi sering tidak dapat diamati, tergantung pada persepsi
subyek sendiri. Kadang sulit dideskripsikan (malu atau segan), sehingga sulit member bantuan
untuk menentukan cara memonitoring dan evaluasi.
3. Penguatan yang paling murah ialah penguatan imajinasi namun hanya disarankan pada subyek
yang mempunyai daya imajinasi yang baik.
4. Penggunaan imajinasi sebagai penguatan atau hukuman dapat melebihi ukuran tanpa diketahui
orang lain (seperti kasus anorexia nervosa)
DAFTAR PUSTAKA

Dayakisni, Tri & Hudaniah (2003). Psikologi Sosial. UMM Press. Malang

Ghufron, M N dan Risnawati, R S. (2010). Teori-teori Psikologi. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Martin, Gary & Joseph Pear. 2011. Behavior modification: what it is and how to do it eight edition.

New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Ramdhani, M. 2013. Penerapan Teknik Kontrol Diri untuk Mengurangi Konsumsi Rokok Pada

Kategori Perokok Ringan. Psychology Forum UMM : Jurnal Sains dan Praktik Psikologi.

Vol. I (3), 240 – 254

Soekadji, Soetarlinah. 1983. Modifikasi perilaku: penerapan sehari-hari dan penerapan

profesional. Yogyakarta: Liberty.

Anda mungkin juga menyukai