Disusun Oleh :
Pengendalian diri (self control) adalah prosedur dimana seseorang mengarahkan atau
mengatur perilakunya sendiri. Pada prosedur ini biasanya subyek terlibat pada lima komponen
dasar, antara lain : menentukan perilaku – sasaran, memonitor perilaku tersebut, memilih
prosedur yang akan diterapkan, melaksanakan prosedur tersebut, dan mengevaluasi efektivitas
prosedur tersebut. Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2002), mendefinisikan self control adalah
kemampuan individu untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri dan kemampuan untuk menekan
atau menghambat dorongan yang ada. Menurut Calhoun dan Acocella (dalam Ghufron &
Risnawati, 2010) mendefinisikan self control sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis,
dan perilaku seseorang, dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri.
Sedangkan menurut Goldfried dan Merbaum (dalam Ghufron & Risnawati, 2010) mendefinisikan
self control sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan
mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif, self
control juga menggambarkan keputusan individu yang melalui pertim-bangan kognitif untuk
menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang
diinginkan.
Pertama, kontrol diri berperan penting dalam hubungan seseorang dengan orang lain
(interaksi sosial). Hal ini dikarenakan kita senantiasa hidup dalam kelompok atau masyarakat dan
tidak bisa hidup sendirian. Seluruh kebutuhan hidup kita (fisiologis) terpenuhi dari bantuan orang
lain, begitu pula kebutuhan psikologis dan sosial kita. Oleh karena itu, agar kita dapat memenuhi
seluruh kebutuhan hidup ini dibutuhkan kerjasama dengan orang lain dan kerjasama dapat
berlangsung dengan baik jika kita mampu mengendalikan diri dari perbuatan yang merugikan
orang lain.
Kedua, Kontrol diri memiliki peran dalam menunjukkan siapa diri kita (nilai diri).
Seringkali seseorang memberikan penilaian dari apa yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-
hari dan kontrol diri merupakan salah satu aspek penting dalam mengelola dan mengendalikan
perilaku kita. Kontrol diri menjadi aspek yang penting dalam aktualisasi pola pikir, rasa dan
perilaku kita dalam menghadapai setiap situasi. Seseorang yang dapat mengendalikan diri dari hal-
hal yang negatif tentunya akan memperoleh penilaian yang positif dari orang lain (lingkungan
sosial), begitu pula sebaliknya.
Ketiga, kontrol diri berperan dalam pencapaian tujuan pribadi. Pengendalian diri dipercaya
dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuan hidup seseorang. Hal ini dikarenakan bahwa
seseorang yang mampu menahan diri dari perbuatan yang dapat merugikan diri atau orang lain
akan lebih mudah focus terhadap tujuan-tujuan yang ingin dicapai, mampu memilih tindakan yang
memberi manfaat, menunjukkan kematangan emosi dan tidak mudah terpengaruh terhadap
kebutuhan atau perbuatan yang menimbulkan kesenangan sesaat. Bila hal ini terjadi niscaya
seseorang akan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Jenis-jenis Self Control (Averill dalam Ghufron Risnawati, 2010), antara lain :
1. Behavioral control, kemampuan untuk mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang
tidak menyenangkan. Adapun cara yang sering digunakan antara lain dengan mencegah atau
menjauhi situasi tersebut, memilih waktu yang tepat untuk memberikan reaksi atau membatasi
intensitas munculnya situasi tersebut.
2. Cognitive control, kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan
dengan cara menginterpretasi, menilai dan menggabungkan suatu kejadian dalam sutu
kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk mengurangi tekanan. Dengan
informasi yang dimiliki oleh individu terhadap keadaan yang tidak menyenangkan, individu
berusaha menilai dan menafsirkan suatu keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi positif
secara subyektif atau memfokuskan pada pemikiran yang menyenangkan atau netral.
3. Decision control, kemampuan seseorang untuk memilih suatu tindakan berdasarkan pada
sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi
baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan atau kemungkinan untuk memilih berbagai
kemungkinan (alternative) tindakan.
Penyebab Perilaku Berlebihan
Salah satu tipe masalah self control adalah perilaku berlebihan, melakukan sesuatu
terlalu banyak misalnya ; terlalu banyak makan, berlebihan menonton TV, minum kopi
terlalu banyak, dan lainnya prilaku berlebihan yang mengarah ke penguatan langsung
(karena rasa makanan yang enak, sangat menikmati adegan TV, dll). Meskipun hal tersebut
menimbulkan akibat negatif tetapi tidak menjadi masalah, karena dipengaruhi oleh
beberapa hal sebagai berikut :
1. Penguatan langsung VS hukuman yang tertunda untuk sebuah perilaku
Seorang remaja yang ingin pergi dengan temannya, tapi masih harus mengerjakan tugas
sekolah. Ketika orangtuanya meminta dia untuk segera menyelesaikan tugasnya,
remaja itu berbohong dan diizinkan untuk pergi bersama temannya. Berbohong adalah
penguatan langsung. Kebohongan tidak ditunjukkan lagi, dan konsekuensi hukuman
(seperti pekerjaan menjadi berat, gagal dalam tugas) diabaikan akibat berbohong. Jika
sebuah perilaku mengarah ke penguatan langsung dengan mengabaikan hukuman,
penguatan langsung menjadi berhasil (menjadi pemenang). Banyak permasalahan yang
berasal dari fakta seperti itu (Brigham, 1989ab).
2. Penguatan langsung VS kumpulan hukuman berarti untuk sebuah perilaku
Mempertimbangkan masalah makan makanan manis. Makanan pencuci mulut adalah
penguatan langsung akibat rasanya yang enak. Meskipun efek negatifnya seperti
berlebihan kolesterol yang membuat kesehatan menjadi bermasalah. Contoh lainnya
seperti merokok, mempertimbangkan masalah merokok. Akibat langsung dari merokok
(akibat efek nikotin, dll) adalah benar ada bagi perokok. Meskipun ada efek negatif
yang langsung terjadi (akibat bertambahnya kandungan tar yang tersimpan dalam paru-
paru perokok), efek berbahaya dari sebuah cerutu diabaikan oleh para perokok karena
para perokok menikmatinya. Terlebih, dalam paru-paru tersebut tersimpan efek dari
ratusan cerutu yang mengakibatkan nafas yang pendek, batuk, dan kemungkinan
kanker. Tetapi, untuk kebanyakan masalah self control adalah penguatan langsung dari
mengkonsumsi efek bahaya zat kimia (seperti nikotin, dll ) karena tidak dapat dilihat
efek negatifnya secara langsung.
3. Penguatan- Penguatan yang harus disegerakan (untuk perilaku bermasalah) VS
penundaan penguatan- penguatan (untuk perilaku alternatif yang diinginkan).
Misalnya, hari ini adalah hari selasa sore di paruh waktu seseorang. Di ruang
pertemuan baru saja film kesukaan akan mereka tonton. Tapi individu tersebut akan
ujian keesokan harinya. Apa yang akan dilakukan individu tersebut? akan menonton tv
atau belajar selama tiga jam?. Kenyataannya, banyak siswa yang lebih memilih
menonton TV. Masalah self control melibatkan sebuah pilihan antara dua alternatif
perilaku, kedua dari yang memiliki hasil yang positif dan satu hasil penguatan langsung
yang berkali-kali menjadi berhasil (Brigham, 1989ab).
Tipe masalah self control adalah respon yang memerlukan untuk ditambah, seperti
membersihkan sela-sela gigi, mengambil-menerima hasil kuliah, dan latihan rutin. Perilaku
biasanya mengarah ke ringan, hukuman- hukuman langsung. Meskipun ada banyak
keuntungan yang positif jika perilaku terjadi, atau bahkan keuntungan negatif jika perilaku
itu tidak terjadi, kedua hasilnya sering tidak efektif. Hal itu disebabkan karena beberapa
hal, antara lain :
1. Prinsip kemoralan. Setiap agama pasti mengajarkan moral yang baik bagi setiap
pemeluknya, misalnya tidak mencuri, tidak membunuh, tidak menipu, tidak berbohong,
tidak mabuk-mabukan, tidak melakukan tindakan asusila maupun tidak merugikan orang
lain.
2. Prinsip kesadaran. Prinsip ini mengajarkan agar senantiasa sadar saat suatu bentuk
pikiran atau perasaan yang negatif muncul. Pada umumnya orang tidak mampu menangkap
pikiran atau perasaan yang muncul, sehingga mereka banyak dikuasai oleh pikiran dan
perasaan mereka.
3. Prinsip perenungan. Ketika sudah benar-benar tidak tahan untuk meledakkan emosi
karena amarah dan perasaan tertekan, maka kita bisa melakukan sebuah perenungan.
4. Prinsip kesabaran. Pada dasarnya emosi kita naik – turun dan timbul, tenggelam. Emosi
yang bergejolak merupakan situasi yang sementara saja, sehingga kita perlu menyadarinya
bahwa kondisi ini akan segera berlalu seiring bergulirnya waktu. Namun hal ini tidaklah
mudah karena perlu adanya kesadaran akan kondisi emosi yang dimiliki saat itu dan tidak
terlalu larut dalam emosi. Salah satu cara yang perlu kita gunakan adalah kesabaran,
menunggu sampai emosi negatif tersebut surut kemudian baru berpikir untuk menentukan
respon yang bijaksana dan bertanggung jawab (reaksi yang tepat).
5. Prinsip pengalihan perhatian. Situasi dan kondisi yang memberikan tekanan psikologis
sering menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran yang cukup banyak bagi seseorang untuk
menghadapinya. Apabila berbagai cara (4 prinsip sebelumnya) sudah dilakukan untuk
berusaha menghadapi namun masih sulit untuk mengendalikan diri, maka bisa
menggunakan prinsip ini dengan menyibukkan diri dengan pikiran dan aktifitas yang
positif.
(Soekadji, 1983)
Kelebihan
Kelebihan pengendalian diri banyak tergantung pada pemilihan perilaku sasaran, cara memonitor
dan mengevaluasi, serta prosedur yang dipilih sebagai penguatan atau hukuman. Secara umum
kelebihannya adalah :
1. Melibatkan klien secara aktif, menghemat waktu terapis atau orang lain, dan menimbulkan rasa
bebas dari ketergantungan dan kontrol orang lain.
2. Perubahan yang diperoleh lebih tahan lama karena subyek menganggap keberhasilannya
dipengaruhi oleh usaha sendiri, bukan dipengaruhi faktor luar.
Kekurangan
1. Tergantung pada kesediaan, ketelatenan, dan motivasi klien.
2. Perilaku sasaran yang bersifat pribadi sering tidak dapat diamati, tergantung pada persepsi
subyek sendiri. Kadang sulit dideskripsikan (malu atau segan), sehingga sulit member bantuan
untuk menentukan cara memonitoring dan evaluasi.
3. Penguatan yang paling murah ialah penguatan imajinasi namun hanya disarankan pada subyek
yang mempunyai daya imajinasi yang baik.
4. Penggunaan imajinasi sebagai penguatan atau hukuman dapat melebihi ukuran tanpa diketahui
orang lain (seperti kasus anorexia nervosa)
DAFTAR PUSTAKA
Dayakisni, Tri & Hudaniah (2003). Psikologi Sosial. UMM Press. Malang
Martin, Gary & Joseph Pear. 2011. Behavior modification: what it is and how to do it eight edition.
Ramdhani, M. 2013. Penerapan Teknik Kontrol Diri untuk Mengurangi Konsumsi Rokok Pada
Kategori Perokok Ringan. Psychology Forum UMM : Jurnal Sains dan Praktik Psikologi.