Anda di halaman 1dari 3

Jenis – Jenis Alat Tes

Salah satu pendekatan yang ada dalam psikologi klinis adalah pendekatan behavioral.
Pendekatan behavioral dalam psikologi klinis memiliki fokus pada perilaku seorang individu dan
bagaimana lingkungan dan kondisi personalnya mempengaruhi perilaku individu tersebut. Dalam
pendekatan ini diasumsikan bahwa perilaku seseorang merupakan hasil dari pengaruh kegiatan
belajar yang berlangsung dalam konteks sosial.

Berikut ini akan dibahas 10 pendekatan behavioral dalam psikologi klinis:

1. Operant Learning

Pendekatan operan learning ini merupakan ide dari Skinner. Menurut Skinner, belajar adalah
hubungan antara stimulus lingkungan dan perilaku yang terlihat, khususnya hubungan antara
perilaku, penyebab dan akibat yang dapat menjelaskan perkembangan, pemeliharaan dan
perubahan perilaku. Metode ini juga disebut functional analysis karena pendekatan ini lebih
fokus pada deskripsi hubungan fungsional antara stimulus, respon dan apa yang ditimbulkan dari
keduanya.

2. Classical Conditioning

Joseph Wolpe (1958, 1982) dan Hans Eysenk (1982) lebih menekankan hubungan stimulus yang
dikondisikan dan tidak dikondisikan, tanpa menolak
pentingnya reinforcement dan punishment  untuk membentuk perilaku. Dalam pendekatan ini,
behavioris mencoba untuk memahami dan mengurangi penderitaan yang dialami oleh manusia,
khususnya yang berkaitan dengan kecemasan.

Sebagai contoh, ketika ada seorang individu lebih suka menyendiri dan tidak ingin bersosialisasi,
bukan berarti dia mengalami hal negatif di lingkungan tersebut, namun juga bisa karena dia
pernah mengalami pengalaman buruk di masa lalu.

3. Social Learning atau Cognitive Behavioral

Albert Bandura dan Walter Mischel adalah tokoh yang paling mewakili pendekatan behavioral
satu ini. Mereka mempelajari dan menggambarkan bagaimana lingkungan sosial dan aktivitas
kognitif seseorang membawa pengaruh pada proses belajar seseorang.

Pendekatan ini sangat fokus pada belajar observasional atau proses kognitif vicarious.
Menggunakan pendekatan ini klinisi akan melihat bahwa perkembangan tidak hanya melalui
observasi dan gambaran kognisi terhadap dunia, melainkan juga dengan mengobservasi individu
lainnya.

4. Evaluasi kognitif

Menurut Aaron Beck (1976), seseorang melakukan evaluasi kognitif atau menilai dirinya sendiri
dan hal ini dapat mempengaruhi reaksi emosional orang tersebut. Seseorang yang terus
mengevaluasi dirinya dan menganggap prestasinya merupakan hasil dari kebetulan, akan
menganggap pujian dari orang lain sebagai basa-basi. Dia juga bisa melihat dirinya sebagai
individu yang tidak mampu sehingga dia lebih mudah depresi.

5. Cognitive Behavioral Albert Ellis

Menurut Albert Ellis, teori cognitive behavioral tidak hanya berfokus pada pengharapan,
penilaian dan atribusi, melainkan juga bagaimana keyakinan yang irasional dan menyalahkan diri
sendiri dapat memberi tekanan atau stress secara psikologi. Hal ini terutama jika keyakinan
‘negatif’ ini berlangsung terus menerus dan dalam jangka panjang.

Contoh dari keyakinan irasional ini adalah pikiran ‘seharusnya’ dan penetapan standar yang
terlalu tinggi sehingga dia menjadi terlalu perfeksionis atau menginginkan kesempurnaan.
Pemikiran seperti ini akan menimbulkan rasa gagal dan kecewa. Maka, Ellis mengenalkan
terapi rational emotive yang akan menyerang keyakinan-keyakinan negatif tersebut agar individu
yang berkaitan menyadari bahwa keyakinan tersebut salah.

6. Teori ABC Ellis

Pendekatan ABC ini ini digunakan Ellis untuk menjelaskan hal-hal yang menyebabkan
ketidakbahagiaan pada manusia. Activating event adalah peristiwa yang menggerakkan atau
memberi  hasil berupa Consequence berupa distress emosional. Kedua hal ini dihubungkan
oleh Belief atau keyakinan dalam diri individu tersebut. Maka, keyakinan yang dimiliki
seseorang akan dapat mempengaruhi konsekuensi yang terjadi dan dampak emosi yang dialami
oleh orang tersebut.

7. Instrumental Behavioral

Thorndike telah melakukan penelitian dan menulis tentang proses belajar dengan menyertakan
hadiah atau reward menghasilkan hukum efek (law of effect). Hal ini juga dikenal
sebagai instrumental behavioral, yaitu sebuah tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan,
yang termasuk untuk mendapatkan reward dan/atau menghindari hukuman (punishment).
Perilaku individu tersebutlah yang akan menentukan tercapai atau tidaknya hasil yang
diinginkan.

8. Case of Little Albert

Sebuah hasil dari penelitian dan tulisan J.B. Watson, Jones dan Rayner, menerapkan teknik dasar
Pavlov untuk menangani orang-orang dengan kelainan jiwa. Teknik ini disebut sebagai ‘a case
of little Albert’, yaitu sebuah eksperimen terkontrol yang menunjukkan bukti empiris
dari classical conditioning pada manusia. Penelitian ini juga merupakan contoh generalisasi
empiris yang nyata.
9. Rational Restructuring

Rational restructuring adalah prosedur kognitif behavioral yang dikembangkan oleh seorang
psikolog bernama Marvin Goldfried. Pendekatan ini merupakan pengembangan atau variasi dari
teori rational-emotive milik Ellis. Goldfried mengemukakan bahwa pengalaman belajar sosial
secara dini akan memberi pelajaran pada individu tersebut untuk memberi ‘label’ pada setiap
situasi yang dialami.

Maka, reaksi emosi yang diberikan dapat dipahami sebagai sebuah respon dari individual
tersebut terhadap ‘label’ yang telah diberikan. Tujuan dari rational restructuring ini adalah untuk
melatih pasien mempersepsikan situasi dengan lebih akurat, bukan lagi berdasarkan label yang
dia ‘percaya’ sebelumnya.

10. Stress Inoculation Training

Stress Inoculation Training (SIT) adalah sebuah metode psikoterapi yang bertujuan membantu
pasien mempersiapkan dirinya sendiri sebelum menangani sebuah kejadian yang ‘menekan’ dan
membuat mereka bisa merasakan dampak kesedihan yang minimal. Dengan metode ini, klinisi
akan membantu pasien menjadi resisten terhadap stressor sebagaimana seseorang yang
menjalani vaksinasi akan resisten terhadap virus yang telah dilakukan vaksinnya.

Anda mungkin juga menyukai