Anda di halaman 1dari 37

Tugas Psikodiagnostik (Pengenalan Tes Psikologi)

Dosen Pengampuh:
1. Sri Wahyuni, S.Psi., M.Psi., Psikolog
2. Nirwana Permatasari, S.Psi., M.Psi., Psikolog
3. Grestin Sandy R, S.Psi., M.Psi., Psikolog
4. Triani Arfah, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Alat Ukur Intelegensi

Oleh :
Kelompok 1
(Psikologi A)

- Muhammad Imran Rusadi C021181017


- Muh. Albar C021181304
- Diah Paramadani Jumail C021181305
- Mario Muhammad Noer Fauzan C021181321
- Fajriah Rahmah B. Arafah C021181325
- Jihan Chairunnisa C021181336
- Annisa Emily Jasmine Siregar C021181501
- Andi Zohra Ratudiani C021181505
- Jhony Welem Rauan C021181701

Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran


Universitas Hasanuddin
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkat atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat, rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan mengenai Alat Ukur Intelegensi. Penulis telah berproses
dengan berkolaborasi untuk menuliskan laporan Alat Ukur Intelegensi ini.
Laporan ini dibuat sebagai tugas mata kuliah psikodiagnostik (pengenalan tes
psikologi). Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada
dosen pengampu yang telah memfasilitasi penulis untuk memenuhi tugas mata
kuliah psikodiagnostik (pengenalan tes psikologi).

Akhirnya, penulis berharap laporan mengenai Alat Ukur Intelegensi ini


dapat digunakan sebagaimana mestinya. Penulis pula berharap agar laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai bahan referensi. Penulis pula memohon
maaf apabila terdapat kesalahan penulisan dalam laporan ini.

Makassar, 21 Februari 2020


Penulis
Wechsler Adult Intelligence Scale-IV (WAIS-IV)
- Sejarah
Wechsler Adult Intelligence Scale dikembangkan oleh David Wechsler,
seorang psikolog di Rumah Sakit Bullevue di New York (Gregory, 2018).
Wechsler mulai mengerjakan tes pertamanya pada tahun 1932 dengan merancang
sebuah instrumen yang cocok untuk berbagai jenis pasien departemen psikiatri
Rumah Sakit Bellevue. Skala Wechsler terinspirasi dari banyak alat tes yang telah
ada sebelumnya seperti Stanford-Binet, namun Wechsler menjelaskan bahwa
instrumen yang sudah ada memiliki beberapa kelemahan, antara lain soal tes yang
dimiliki bukan untuk orang dewasa, terlalu banyak pertanyaan yang
penekanannya tidak lebih dari sekadar manipulasi kata-kata, instruksinya
menekankan kecepatan namun tidak memedulikan akurasi, dan ketergantungan
pada usia mental tidak relevan untuk tes orang dewasa. Beberapa subtest yang
digunakannya berasal dari bagian revisi Stanford-Binet tahun 1937 (Komprehensi,
Aritmatika, Digit Span, Kemiripan, dan Perbendaharaan Kata), Army Group
Examinations (Susunan Gambar), Koh’s Block Design (Rancangan Balok), Army
Alpha (Informasi, Komprehensi), Army Beta (Digit-Symbol Coding), Healy
Picture Completion (Penyelesaian Gambar), dan Pinther-Paterson Test (Perakitan
Objek) (Groth-Marnat, 2003). Subtes-subtes ini dikombinasikan dan
dipublikasikan pada 1939 dengan nama Wechsler-Bellevue Intelligence Scale.
Wechsler Adult Intelligence Scale-IV merupakan revisi terbaru pada dari Skala
Wechsler-Bellevue setelah melalui beberapa revisi.

- Dasar Teori
David Wechsler mendefinisikan inteligensi sebagai kapasitas agregat atau
global individu untuk bertindak, berpikir rasional, dan menghadapi lingkungan
secara efektif. Ia juga meyakini bahwa inteligensi dapat diketahui dengan
mengetahui apa yang memungkinkan seseorang melakukan sesuatu, bukan hanya
menjawab pertanyaan.

- Pengembangan

1
Skala Wechsler-Bellevue masih memiliki beberapa kekurangan teknis terkait
reliabilitas subtes dan kapasitas representasi sampel normatif (Groth-Marnat,
2003). Skala ini lalu direvisi menjadi Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS)
di tahun 1955. Kemudian pada tahun 1981, diterbitkan sebuah revisi edisi baru
yaitu WAIS-R. Revisi ini didasari 1880 orang yang dibagi dalam sembilan
kelompok usia. Selanjutnya, WAIS-III dipublikasikan pada Agustus 1997 sebagai
revisi WAIS-R tahun 1981. Revisi ini dibuat dengan alasan untuk memperbarui
penormaan dan memperluas jangkauan usia, modifikasi item, mengembangkan
rentang skor IQ, adanya penurunan ketergantungan terhadap waktu kinerja,
mengembangkan skor indeks/faktor, membuat hubungan dengan pengukuran lain
terhadap fungsi atau pencapaian kognitif, dan pengujian reliabilitas dan validitas.
Meski terdapat banyak perubahan, banyak fitur asli dari WAIS-R yang tetap
dipertahankan, termasuk enam subtes verbal dan lima subtes performa. WAIS-IV
merupakan revisi dari WAIS-III yang masih mempertahankan soal-soal dari tes
sebelumnya, namun meliputi penambahan dua subtes, penyederhanaan struktur
tes, dan penekanan pada skor indeks yang memberikan batasan yang lebih tajam
pada domain fungsi kognitif terpisah (Gregory, 2018). Dibandingkan dengan
skala inteligensi Wechsler asli yang hanya menyediakan dua skor gabungan, IQ
Verbal dan IQ Performance, revisi pada WAIS-IV telah bergerak ke arah yang
lebih canggih dan menghasilkan gabungan atau skor indeks pada empat area yaitu
pemahaman verbal, penalaran perseptual, working memory, dan kecepatan
pengolahan.

- Bentuk yang Tersedia (Bentuk Fisik)


WAIS-IV tersedia dalam buku panduan dan bentuk penilaian, serta
perlengkapan materi tes yang mencakup booklet berisi soal-soal tes melengkapi
gambar, booklet berisi rancangan-rancangan untuk tes rancangan balok, kantong
berisi kartu-kartu untuk tes mengatur gambar, sembilan kubus merah putih untuk
tes rancangan balok, kantong berisi bagian-bagian untuk soal merakit objek, kartu
berisi tata cara untuk soal merakit objek, dan stop watch bagi penguji untuk
mencatat waktu.

2
- Aspek yang Diukur
Aspek yang diukur dalam tes WAIS-IV adalah pemahaman verbal, penalaran
perseptual, working memory, dan kecepatan pengolahan (Gregory, 2018).

- Sajian dan Waktu Penyajian


Tes WAIS-IV terdiri dari 15 subtes namun hanya sepuluh subtes, yang dikenal
sebagai subtes inti, yang dibutuhkan untuk mendapatkan skor IQ tradisional dan
skor indeks komponen (Gregory, 2018). Kelima subtes tambahan lainnya biasa
digunakan untuk menyediakan informasi klinis tambahan.

- Tujuan Penggunaan
Wechsler Adult Intelligence Scale bertujuan untuk menghasilkan skor IQ
secara keseluruhan dan mengetahui fungsi intelektual peserta tesnya (Gregory,
2018). Skor-skor subtes dapat digunakan untuk mencari hipotesis yang akan
menjelaskan fungsi yang unik dari individu.

- Validitas dan Reliabilitas


Pengembang WAIS-IV menyediakan sejumlah bukti untuk mendukung
validitas instrumen ini (Gregory, 2018). Validitas isi yang baik harus dibangun
sejak awal pembuatan tes melalui tinjauan dan konsultasi literatur yang
komprehensif dengan para ahli untuk memastikan bahwa soal dan subtes yang ada
telah menjangkau proses kognitif yang relevan. Validitas kriteria yang baik
ditunjukkan pada beberapa studi yang menghubungkan WAIS-IV dengan tes
inteligensi utama dan pengukuran lainnya. Validitas konstruk WAIS-IV juga
didukung oleh analisis yang menegaskan faktor subtes dari sampel standardisasi.
Validitas WAIS-IV juga didukung oleh ketumpangtindihannya dengan tiga edisi
tes terdahulu, yaitu adanya rangkaian yang impresif dari validitas dara.
Reliabilitas composite split-half kelompok umur untuk skor indeks dan IQ
adalah: VCI 0,96, PCI 0,95, WMI 0,94, PSI 0,90, dan IQ Skala Penuh 98
(Gregory, 2018). Untuk mendukung reliabilitas WAIS-IV lebih lanjut , estimasi
reliabilitas untuk skor subtes kelompok khusus (seperti orang-orang dengan

3
ketidakmampuan intelekrual, adanya kemungkinan penyakit Alzheimer, redera
otak traumatis, depresi berat, autisme) sama dengan atau lebih besar dari
reliabilitas yang ditemukan pada masyarakat umum (Wechsler, 2008b). Ini
menunjukkan bahwa WAIS-IV adalah alat tes yang terpercaya, tidak hanya pada
populasi umum namun juga pada populasi khusus yang biasa menjadi fokus
asesmen atau pengukuran.

- Cara Pemberian Skor


Selain skor IQ skala penuh tradisional yang memiliki standar nilai mean
sebesar 100 dan deviasi standar sebesar 15, WAIS-IV akan dinilai dalam empat
skor indeks yang masing-masing berdasarkan 2 atau 3 subtes dari 10 subtes inti.
Seluruhnya didapatkan dari analisis faktor subtes yang menghasilkan empat
domain: pemahaman verbal, penalaran perseptual, working memory, dan
kecepatan pengolahan.

- Penormaan
Penormaan WAIS-IV dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan dalam
sensus penduduk Amerika Serikat tahun 2005. Sampel standardisasi dibagi dalam
13 kelompok usia yaitu 16-17, 18-19, 20-24, 25-29, 30-34, 35-44, 45-54, 55-64,
65-69, 70-74, 75-79, 80-84,85-90. Kecuali pada empat kelompok usia terakhir,
setiap sampel terdiri dari 200 peserta yang distratifikasi secara teliti pada variabel
demografis, dan empat kelompok terakhir dengan masing-masing 100 peserta.
Individu yang diperkirakan sedang mengalami penurunan kognitif tidak dilibatkan
dalam standardisasi. Secara khusus, beberapa kriteria eksklusf digunakan dalam
sampel standardisasi, termasuk gangguan penglihatan, pendengaran, perawatan
saat ini, penggunaan obat, dan berbagai kondisi gangguan otak. Peserta yang tidak
kooperatif menggunakan Bahasa Inggris juga tidak dilibatkan.

- Catatan Tambahan
-

- Daftar Pustaka

4
Gregory, R. J. (2018). Tes Psikologi, Sejarah, Prinsip, dan Aplikasi (6th ed.).
Jakarta: Erlangga.
Groth-Marnat, G. (2003). Handbook of Psychological Assessment (4 th ed.). New
Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

5
Skala Wechsler Intelligence Scale for Children IV (WISC-IV)

- Sejarah
Tahun 1932 Wechsler mulai mengerjakan alat tes pertamanya dengan
merancang sebuah instrumen yang cocok untuk semua jenis pasien di rumah sakit
Bellevue di New York departemen psikiati. Skala Wechsler sebagian besar
terinspirasi oleh gerakan awal seperti skala Binet, tes-tes Army Alpa, dan beta.
Tes Wechsler pertama kali dipublikasikan pada tahun 1939 dengan nama
Wechsler-Belleuve Intelligence Scile. Wechsler menyatakan bahwa tes-tes seperti
Stanford-Binet sangat tidak tidak memadai untuk mengukur intelegesi orang
dewasa. Hal tersebut menyebabkan Wechsler mendesain tesnya terkhusus untuk
orang dewasa dengan menambahkan soal pemformance untuk menyeimbangkan
test verbal dengan berdasarkan aktivitas sehari-hari anak sekolahan sehingga tidak
cocok untuk orang dewasa, penekanan pada pertanyaan kecepatan, dan membuat
metode baru untuk mengukur IQ [CITATION Gre17 \l 1033 ].

Usia Mental
Wechsler mengganti rumusnya yang awalnya IQ= menjadi
Usia Kronologis

Skor Aksual
IQ= . Rumus baru tersebut
Mean skor yang diharapkanuntuk usiatersebut
berdasarkan pada dugaan yang dinyatakan dalam bentuk aksioma dasar, yaitu IQ
tetap tetap konstan dengan proses penambahan usia yang normal. Tahun 1949,
Wechsler Intelligence Scale for Cildren (WISC) dikembangkan sebagai bentuk
adaptasi dari Wechsler-Bellevue. WISC pada tahun 1974 mengalami revisi karena
WISC edisi pertama mendapat kritikan karena isinya tidak benar-benar
berorientasi pada anak-anak, tidak ada individu selain bangsa berkulit putih yang
menjadi sampel standarisasi, ambiguitas pada penilaina, serta tidak adanya
gambar perempuan dan warga afrika amerika pada soal gambar sehingga WISC
disempurnakan oleh WISC-R, WISC-III, dan WISC IV (Anastasi dan Urbina,
2017; Gregory, Collage, dan Illinois, 2017).

- Dasar Teori

6
David Wechsler mendefinisikan inteligensi sebagai kapasitas agregat atau
global individu untuk bertindak, berpikir rasional, dan menghadapi lingkungan
secara efektif. Ia juga meyakini bahwa inteligensi dapat diketahui dengan
mengetahui apa yang memungkinkan seseorang melakukan sesuatu, bukan hanya
menjawab pertanyaan.

- Pengembangan
Tahun 1949, Wechsler Intelligence Scale for Cildren (WISC) dikembangkan
sebagai bentuk adaptasi dari Wechsler-Bellevue. WISC pada tahun 1974
mengalami revisi karena WISC edisi pertama mendapat kritikan karena isinya
tidak benar-benar berorientasi pada anak-anak, tidak ada individu selain bangsa
berkulit putih yang menjadi sampel standarisasi, ambiguitas pada penilaina, serta
tidak adanya gambar perempuan dan warga afrika amerika pada soal gambar
sehingga WISC disempurnakan oleh WISC-R, WISC-III, dan WISC IV. WISC-
IV merupakan penyempurnaan dari tes WISC sebelumnya [CITATION Gre17 \l
1033 ].

- Bentuk yang Tersedia (Bentuk Fisik)


WAIS-IV tersedia dalam buku panduan dan bentuk penilaian, serta
perlengkapan materi tes yang mencakup booklet berisi soal-soal tes melengkapi
gambar, booklet berisi rancangan-rancangan untuk tes rancangan balok, kantong
berisi kartu-kartu untuk tes mengatur gambar, sembilan kubus merah putih untuk
tes rancangan balok, kantong berisi bagian-bagian untuk soal merakit objek, kartu
berisi tata cara untuk soal merakit objek, dan stop watch bagi penguji untuk
mencatat waktu.

- Aspek yang Diukur


Aspek yang diukur dalam tes WAIS-IV adalah pemahaman verbal,
penalaran perseptual, working memory, dan kecepatan pengolahan (Gregory,
2018).

- Sajian dan Waktu Penyajian

7
Tes WAISC-IV terdiri dari 15 subtes namun hanya sepuluh subtes, yang
dikenal sebagai subtes inti, yang dibutuhkan untuk mendapatkan skor IQ
tradisional dan skor indeks komponen (Gregory, 2018). Kelima subtes tambahan
lainnya biasa digunakan untuk menyediakan informasi klinis tambahan.

- Tujuan Penggunaan
Wechsler Adult Intelligence Scale bertujuan untuk menghasilkan skor IQ
secara keseluruhan dan mengetahui fungsi intelektual peserta tesnya (Gregory,
2018). Skor-skor subtes dapat digunakan untuk mencari hipotesis yang akan
menjelaskan fungsi yang unik dari individu.

- Penormaan dan Skoring


Sampel standarisasi skala Wechsler terbaru dipilih dengan sangat berhati-hati
untuk menjamin representativitasnya. Sampel-sampel normatif mencakup kurang
lebih 2000 kasus untuk tiap skala. Para peserta diseleksi agar sesuai dengan
laporan yang ada pada US Census pada waktu standarisasi. Variabel berupa
geografis, ras, tingkat pekerjaan, dan prestasi pendidikan. Untuk anak-anak
digunakan kasus pekerjaan orang tua. Test WISC-III secara eksplisit memasukkan
jumlah yang representatif dari siswa-siswa yang menerima pelayanan khusus di
sekolah, contoh anak-anak yang tidak mampu belajar dengan baik (berkebutuhan
khusus) [CITATION Placeholder3 \t \l 1033 ]
Standarisasi WISC-IV merupakan standarisasi yang menggunakan 100 sampel

1 1
anak laki-laki dan perempuan pada setiap rentang usia dari 6 sampai 16 tahun
2 2
dengan total N=2.2000. pengambilan sampel dilakukan secara seksama dan
distratifikasi berdasarkan sensus Amerika Serikat tahun 2000 dengan berbagai
pertimbangan seperti faktor gender, ras, wilayah, serta pendidikan orang tua.
Sampel penelitian standarisasi terdiri dari 5,7% anak-anak dengan karakteristiik
tertentu (bakat), ketidak mampuan belajar, dan gangguan bicara. WISC-IV
menunjukan realibilitas yang tinggi dan dapat dibandingkan dengan tes
sebelumnya [CITATION Gre17 \l 1033 ].

8
Penemuan sementara mengidentifikasi adanya kolerasi yang tinggi dengan
WISC-III pada batas atas 0,70an atau batas bawah 0,80an. IQ skala penuh
menunjukkan korelasi yang lebih tinggi, yaitu r=0,89. Korelasi yang tinggi
dengan WPPSI-III juga ditemukan IQ skala penuh dengan korelasi yang kuat,
yaitu r=0,89. Pola tersebut juga ditemukan pada peserta tes umur 16 tahun.
Sebuah counterblance order yang dilakukan terhadap 198 sampel anak-anak
dengan satu periode berlangsu selama kurang lebih tiga minggu menunnjukkan
korelasi yang tinggi untuk subtes serupa sedangkan korelasi yang sangat tinggi
ditemukan untuk skor keseluruhan dan IQ skala penuh (r=0,89).
Pemberian skor terhadap empat aspek yang diukur memiliki mean sebesar 100
dan deviasi standa (SD) sebesar 15. WISC-IV menyediakan rincian yang
substansial untuk masing-masing fungsi intelektual 15 skor subtes, skor keempat
subtes, dan IQ skala penuh. WISC-IV tidak memiliki metode untuk mendapatkan
IQ performance karena pembagian yang sudah tidak sesuai dengan konsus sifat
dasar inteligensi. Contoh, 550 sampel anak berusia 6-16 tahun, skor subtes
prestasi membaca pada Wechsler Individual Achievement Test-II (Tes Prestasi
Individual Wechsler-II) memiliki korelasi dengan skor indeks pemahaman verbal
WISC-IV.

- Catatan Tambahan
-

- Daftar Pustaka
Anastasi, A., & Urbina, S. (2017). Tes Psikologi. Jakarta: PT Indeks.
Gregory, R. J., Collage, W., & Illinois, W. (2018). Tes Psikologi Sejarah, Prinsip,
dan Aplikasinya. Jakarta: Penerbit Erlangga.

9
Stanford-Binet Intelligence Scale

- Sejarah
1905: Binet dan Simon merancang sebuah tes sederhana yang berisikan 30 soal.
untuk mengukur kemampuan mental dan aspek fisiologis, seperti pengertian
verbal (verbal comprehension), kemampuan angka-angka (numerical ability),
penglihatan keruangan (spatial visualization), kemampuan penginderaan
(perceptual ability), ingatan (memory), penalaran (reasoning), dan kelancaran
kata-kata (word fluency). 1908: Binet dan Simon memperkenalkan konsep usia
mental (mental age).
1911: Binet dan Simon memperluas cakupan tes tersebut untuk orang dewasa.
1916: Revisi pertama atas skala Simon-Binet yang memperkenalkan konsep IQ
dan memperkenalkan banyak perubahan dan tambahan sehingga menampilkan
suatu tes baru.
1937: Revisi kedua yang terdiri dari dua bentuk yang ekuivalen dan paralel, yaitu
L dan M dan penggunaan pertama kali bentuk tersebut. Pada revisi ini isi dari
skala tersebut diperluas dan distandarisasi ulang sepenuhnya berdasarkan sebuah
sampel baru dari masyarakat AS.
1960: Revisi ketiga menggunakan metode analisis soal yang lebih modern.
1972: Stanford-Binet 3 distandarisasi ulang pada 2.100 orang.
1986: Restrukrisasi lengkap hingga 15 subtes.
2003: Lima factor intelegensi.

- Dasar Teori
SB5 didasarkan pada teori Cattell-Horn-Carroll (CHC) tentang fungsi kognitif
yang telah diselidiki secara empiris selama beberapa decade .

- Pengembangan
Pada SB5 untuk pertama kalinya dalam sejarah tes intelegensi tradisi religius
dipertimbangkan.

10
- Bentuk yang Tersedia (Bentuk Fisik)
SB5 disusun atas tiga buku yang dicetak pada easel format, yaitu buku pertama
adalah dua routing subtest, buku kedua nonverbal subtes level 1-6 dan buku
ketiga adalah verbal level 2-6.subtes

- Aspek yang diukur


Factor kecerdasan yang diukur adalah general comprehension, visual-motor
ability, arithmetic reasoning, memory & concentration, vocabulary and verbal
fluency, judgement & reasoning.

- Sajian dan Waktu Penyajian


Penyajian Tes Stanford-Binet dalam bentuk L-M. Waktu penyajian: waktu
yang dibutuhkan untuk mengerjakan SB5 berkisar dari 15 hingga 75 menit,
bergantung pada jenis skala yang diberikan. Full scale membutuhkan waktu
selama 45-75 menit dan Abbreviated Battery IQ selama 15-20 menit. Selanjutnya,
penguji dapat memilih untuk memberikan hanya tes Verbal IQ atau Nonverbal IQ
dan masing-masing tes tersebut membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk
menyelesaikannya.

- Tujuan Penggunaan
Dipergunakan untuk memprediksi performa di sekolah, menentukan anak yang
berkebutuhan khusus dan tidak agar dapat berkembang dengan optimal, mengukur
kecerdasan anak terutama pada keterampilan verbal dengan tingkat kesulitan
yenag teratur dan untuk SB5 difokuskan untuk mengukur spektruk kognitif, yaitu
anak dengan keterlambatan perkembangan dan yang berbakat.

- Validitas dan Reliabilitas


Validitas: Makin tinggi M.A, makin tinggi korelasi dengan tes perbendaharaan
kata secara isi dan Stanford-Binet sarat dengan pengukuran verbal. Criterion-
relaeted validity, yaitu membaca: 0,73, biologi:0,54, geometri:0,48, berhitung:
0,64, dan Bahasa 0,70.

11
Reliabilitas: Pengujian Fels Research Institute dengan test-retest menunjukkan
bahwa makin lama interval waktu, korelasi makin kecil. Bila interval waktunya
konstan, maka korelasi membesar. Kesalahan pengukuran ±5 poin IQ. Reliabilitas
SB5 diperkirakan menggunakan beberapa macam metode, seperti metode split-
half, test-retest, interscorer agreement.

- Cara pemberian skor


Setiap tes dari bentuk L-M diikuti oleh intruksi cara penyekorannya dan tester
perlu memahami dengan baik caranya sesuai dengan buku kunci dan menghindari
terjadi hallo effect.

- Penormaan
Beberapa sampel yang digunakan mulai dari usia 2 hingga 85 tahun ke atas
menunjukkan kecocokan dengan variable pada dokumen biro sensus U.S tahun
2001. Variable startifikasi tersebut adalah jenis kelamin, usia, ras/etnis, tingkat
social ekonomi dan wilayah geografis. Status social ekonomi ditentukan
berdasarkan tingkat pendidikan dan pekerjaan orangtua dan hasilnya
mengungkapkan overrepresentation tertentu pada tingkat atas dan
underrepresentation pada tingkat bawah. Kesenjangan yang ada disesuaikan
melalui pembobotan diferensial atas frekuensi dalam menghitung nilai-nilai skor
pada table-tabel normative. Table normative digunakan untuk mengonversi skor-
skor mentah pada masing-masing tes menurut Standard Age Scores (SAS), yaitu
skor standar yang dinormaliasikan dengan rata-rata 50 dan SD 8 di dalam tiap
kelompok umur.

- Catatan Tambahan
-

- Daftar Pustaka
Andriani, Neny. 2016. Buku Panduan Tes Intelegensi. Padang
Anne, Anastasi. 1997. Tes Psikologi Edisi Tujuh. Jakartaa: Prenhallindo.
Gregory, Robert J. 2017. Tes psikologi Sejarah, Prinsip, dan aplikasinya Jilid I
Edisi 6. Jakarta: Penerbit Erlangga.

12
Kush, Joseph C. 2005. Review of the Stanford-Binet Int

Kaufman Assessment Battery For Children (KABC)

- Sejarah
Skala kaufman dikembangkan oleh Alan S. Kaufman dan Nadeen L. Kaufman
pada tahun 1980-an dan 1990-an, skala kaufman merupakan kemajuan yang
mutakhir dalam penyusunan tes. Skala kaufman dibuat dengan instrumen yang
desainnya berakar pada perkembangan teori inteligensi, dan dibuat untuk
memberikan informasi yang berguna dalam berbagai bentuk-bentuk penilaian dari
aspek-aspek yang diukur pada anak-anak dan remaja berusia 3 sampai 18
tahun[ CITATION Urb16 \l 1033 ]. Tes ini bersifat culturally fair, menarik, dan
menyenangkan tes ini juga dapat menilai anak-anak dari berbagai latar belakang
dengan beragam masalah. KABC terdiri dari subtes yang berbeda dan skala global
pada rentang usia 3 tahun, 4-6 tahun, dan 7-18 tahun[ CITATION Gre13 \l 1033 ].

- Dasar Teori
Edisi pertama tes KABC didasari oleh teori neuropsikologis milik Luria dan
KABC II berlandasarkan pada dua model teori yaitu model Luria dan teori Catell-
Horn-Carroll (CHC). CHC digunakan untuk mengevaluasi program bagi anak-
anak yang memiliki bakat dan talenta yang tersembunya karena penekanan pada
crystallized ability (kemampuan yang terkristalisasi) pada anak dibutuhkan, anak
yang memiliki ketidakmampuan dalam matematika, membaca, menuliskan
ekspresinya, anak yang memiliki keterbelakangan mental, gangguan emosi dan
perilaku. Model Luria digunakan untuk anak yang berasal dari latar belakang
budaya yang tidak lazim sehingga budaya inilah yang mempengaruhi perolehan
pengetahuan dan perkembangan verbalnya, anak yang memiliki gangguan bicara
dan bahasa, anak yang menderita autisme, dan anak yang sulit mendengar atau
tuli[ CITATION Gre13 \l 1033 ].

- Pengembangan

13
Edisi pertama tes KABC didasari hanya oleh teori Luria, kemudian KABC-II
berlandaskan pada dua model yaitu model Luria dan teori CHC (Catell-Horn-
Carroll) mengenai kemampuan luas dan terbatas. Para pengembang KABC-II
secara sengaja menghindari referensi Inntellegence Quotient dalam bentuk
penaamaan skala ataupun skor. Para pengembang KABC-II secara memilih istilah
Fluid Crystallized Index (FCI) sebagai skor kesimpulan pada model CHS karena
istilah tersebut tidak mengandung terlalu banyak sejarah dan mempu
mengkomunikasikan kualitas kognitif yang ingin diuji. Para pengembang KABC-
II juga lebih memilih istilah Processing Index (MPI) sebagai skor kesimpulan
pada model Luria karena istilah ini menggambarkan gagasan pengolahan yang
penting dalam penting dalam pendekatan Luria. Terdapat juga skor kesimpulan
yaitu Nonverbal Index (NVI), yang terdiri dari subtes-subtes yang dapat dilakukan
dengan cara pantonim sehingga sangat berguna terhadap anak-anak yang tidak
mampu mendengar, gangguan bicara dan bahasa, dan anak-anak yang dengan
kemampuan bahasa inggris yang terbatas[ CITATION Gre13 \l 1033 ].

- Bentuk yang Tersedia (Bentuk Fisik)


Buku yang berisi assessment yang terdiri dari 5 skala dan 18 subtes.

- Aspek yang Diukur


Aspek yang diukur pada Kaufman Assessment Battery For Children (KABC)
ini yaitu sebagai berikut :
- Sequential (berurutan) : Pada CHC memori jangka pendek (Short-term memory)
dan Sequential Processing (Pengolahan yang berurutan) pada Luria.
- Simultaneous (simultan) : Pada CHC pengolahan visual (Visual processing) dan
simultaneous Processing (Pengolahan yang simultan/serempak) pada Luria.
- Learning (pembelajaran) : Pada CHC kemampuan mengingat kembali dan
penyimpanan jangka panjang dan kemampuan pembelajaran (Learning Ability)
pada Luria.
- Planning (Perencanaan) : Pada CHC fluid reasoning dan Planning Ability
(Kemampuan Merencanakan) pada Luria.
- Knowledge (Pengetahuan) : Crysatallized Ability

14
[ CITATION Gre13 \l 1033 ]

- Sajian dan Waktu Penyajian


Kauffman Assessment For Children (KABC) dan Standford-Binet biasanya
dapat menghabiskan satu atau dua jam untuk mengerjakannya, bagi peserta tes
yang mempunyai kemampuan verbal yang baik[ CITATION Gre13 \l 1033 ].

- Tujuan Penggunaan
Kaufman assesment battery for children-II (KABC II) adalah sebuah tes
kemampuan kognitif yang dilakukan secara individual dan bukan perkelompok,
digunakan untuk mengukur kemampuan pemrosesan dan kemampuan kognitif.
Tujuan penggunaan untuk mengurangi perbedaan skor antara anak-anak dari
kelompok etnis dan budaya yang berbeda juga untuk mengukur anak dan remaja
dari berbagai latar belakang [ CITATION Gre13 \l 1033 ]. Rancangan dari Kaufman
assesment battery for children-II juga dimaksudkan untuk mengakomodasi
kebutuhan bagi kelompok-kelompok khusus seperti anak-anak cacat, dan anak-
anak dari kelompok minoritas kultural dan bahasa, serta untuk membantu
diagnosis ketidakmampuan belajar [ CITATION Urb16 \l 1033 ].

- Validitas dan Reliabilitas


Validitas Kaufman assesment battery for children-II (KABC II) pengembang
tes ini menunjukkan bukti-bukti yang sangat mendukung validitas tes ini yaitu
korelasi yang sangat baik dengan pengukuran berbagai kognisi, kesesuaian
dengan model teoritis tes dalam analisis faktor confirmatory, korelasi yang sesuai
dengan tes-tes prestasi belajar, dan penelitian validitas klinis untuk kelompok
diagnostik memiliki hasil yang positif [ CITATION Gre13 \l 1033 ].
Skala global Kaufman assesment battery for children-II (KABC II) menunjukkan
relialibilitas split-half yang sangat tinggi 0,95 hingga 0,97 untuk MPI dan FCI,
0,90 hingga 0,92 untuk NVI. Kelima komponen skala (sequential, simultaneous,
learning, planning, dan knowledge) memiliki realibilitas yang sangat tinggi yaitu
0,88 hingga 0,93 [ CITATION Gre13 \l 1033 ].

15
- Cara Pemberian Skor
Kumpulan tes pada Kaufman assesment battery for children-II (KABC II)
menghasilkan empat skor global: Pemrosesan berurutan, simultan, komposit
pemrosesan mental, dan prestasi [ CITATION Urb16 \l 1033 ]. Skor standar untuk
berbagai rentang paling tinggi (skor standar 131 atau lebih), tinggi (116-130),
rata-rata (85-115) dan sangat rendah (<79).

- Penormaan
Subtes yang digunakan pada indeks nonverbal dibedakan menurut rentang usia
3 tahun, 4-6 tahun dan 7-18 tahun hal, ini akan menghasilkan indeks global mean
sebesar 100 dan standar deviasi sebesar 15.

- Catatan Tambahan
-

- Daftar Pustaka
Gregory, R. R. (2013). Tes Psikologi sejarah, prinsip dan aplikasi. Jakarta :
Erlangga.
Urbina, A. A. (2016). Tes Psikologi Psychological Testing Edisi Ketujuh. Jakarta:
Indeks .

16
Kaufman Brief Intelligence Test-2 (KBIT-2)

- Sejarah
Berawal dari Alan Kaufman yang menanggapi kebutuhan akan pengukuran
intelegensi yang dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, sehingga Alan
Kaufman mengembangkan Kaufman Brief Intelligence Test (Gregory, 2013).
KBIT asli diterbitkan pada tahun 1990 dan mencakup pula subtes verbal dan
nonverbal, hanya saja terdapat revisi pada subtesnya yaitu menjadi verbal
knowledge dan matriks. Hasil dari revisi tersebut yang saat ini dinamakan menjadi
Kaufman Brief Intelligence Test-2 (KBIT-2) (Gray, 2013).

- Dasar Teori
Kaufman Brief Intelligence Test-2 (KBIT-2) terdiri dari sebuah skala
crystallized atau verbal yang meliputi dua soal yaitu verbal knowledge dan
riddles, serta terdiri dari skala fluid atau nonverbal yang mencakup soal-soal
matriks. Crystallized intelligence / pengetahuan didefinisikan sebagai
pengetahuan individu yang mendalam dan luas yang diperoleh individu dari
pengetahuan budaya, pengetahuan bahasa, informasi, dan konsep budaya,
crystallized intelligence pula meliputi aplikasi pengetahuan verbal dan budaya
(misalnya, produksi oral, kelancaran verbal, dan kemampuan berkomunikasi).
Fluid intelligence / penalaran mencakup penalaran tingkat tinggi dan digunakan
untuk melakukan tugas-tugas baru yang tidak dapat dilakukan secara otomatis,
dalam hal ini fluid intelligence meliputi kemampuan menarik kesimpulan,
membentuk konsep, membuat dan menguji hipotesis, memahami implikasi, serta
melakukan penalaran induktif dan dedukif (Gregory, 2013).

- Pengembangan
Kaufman Brief Intelligence Test-2 (KBIT-2) merupakan tes intelegensi
individual yang di dalamnya telah dikembangkan dan dimodifikasi bersamaan
dengan subtes Kaufman Assessment Battery for Children-2 (KABC-2). Hal yang
dikembangkan dan dimodifikasi adalah subtes verbal knowledge dan riddles.
Subtes KABC-2 dan KBIT-2 ini telah diuji coba, yang dilakukan pada akhir tahun

17
2000 dan awal 2001 pada 212 anak-anak berusia 4 tahun dan anak-anak pada
jenjang kelas 2. Selain itu, khusus untuk verbal knowledge pada subtes ini, telah
dilakukan uji coba pertama pada anak-anak yang berjumlah 1.337 yaitu antara
anak-anak pada jenjang kelas 2 dan 12. Uji coba kedua untuk subtes verbal
knowledge pula berlangsung pada tahun 2002 pada anak-anak yang berjumlah
1.442 yaitu antara anak-anak pada jenjang kelas 2 hingga 12. Item yang paling
sulit dari subtes verbal knowledge diberikan kepada 84 mahasiswa sarjana (Bain
& Jaspers, 2010).
Hal yang direvisi pada Kaufman Brief Intelligence Test-2 (KBIT-2) ini adalah
matriks subtesnya. Revisi dari matriksnya dikembangkan juga bersama Kaufman
Assessment Battery for Children-2 (KABC-2). Setelah membuat beberapa item,
item matriks pertama kali diuji pada 189 anak-anak yang berusia 4 hingga 18
tahun. Item tambahan dengan kesulitan yang lebih besar dibuat dan dilakukan uji
coba nasional. Dari hal tersebut ditentukan bahwa KABC-2 tidak akan
memasukkan matriks subtes. Pada akhirnya item yang pertama kali dan item
tambahan dikumpulkan bersama dan uji coba 75 item dilakukan pada tahun 2002
pada 463 anak-anak yang berusia 4 hingga 18 tahun (Bain & Jaspers, 2010).

- Bentuk yang Tersedia (Bentuk Fisik)


Kaufman Brief Intelligence Test-2 (KBIT-2) tersedia dalam bentuk buku soal.

- Aspek yang Diukur


Aspek yang diukur pada Kaufman Brief Intelligence Test-2 (KBIT-2) ini
adalah kemampuan intelektual dari seseorang [CITATION Placeholder1 \l 1033 ].
Kaufman Brief Intelligence Test-2 (KBIT-2) digunakan untuk mengukur
kecerdasan verbal dan nonverbal ada anak-anak dan orang dewasa (Bain &
Jaspers, 2010).

- Sajian dan Waktu Penyajian


Kaufman Brief Intelligence Test-2 (KBIT-2) ini disajikan dalam 3 subtes. Dua
subtes diklasifikasikan sebagai subtes verbal dan satu subtes diklasifikasikan
sebagai subtes nonverbal. Subtes verbal, yaitu verbal knowledge terdiri dari 60

18
item. Subtes nonverbal, yaitu matriks terdiri dari 46 item jenis pilihan ganda,
dalam subtes ini untuk 10 item pertama, peserta ujian memilih dari 5 gambar yang
paling cocok terhadap konsep yang digambarkan dalam gambar yang menjadi
stimulus, kemudian untuk item 10 hingga 46, peserta ujian memilih dari 6 gambar
yang paling baik untuk melengkapi matriks 2x2, 2x3, atau 3x3 (Bain & Jaspers,
2010). KBIT-2 dapat dilaksanakan selama kurang lebih 20 menit (Gregory, 2013).

- Tujuan Penggunaan
Tujuan dari penggunaan Kaufman Brief Intelligence Test-2 (KBIT-2) yaitu
sebagai berikut (Gregory, 2013):
- Menyediakan estimasi inteligensi dengan cepat, dalam hal ini akurasi bukan
merupakan hal yang esensial
- Memperkirakan perbandingan inteligensi verbal dan nonverbal pada anak-anak
serta orang dewasa
- Mengevaluasi kembali status peserta tes dari tes sebelumnya
- Menyeleksi atau menyaring siswa-siswa pada tes penempatan program anak
berbakat
- Menyeleksi atau menyaring siswa-siswa bermasalah yang mungkin memerlukan
asesmen selanjutnya
- Mendapatkan perkiraan inteligensi dengan cepat dalam treatment orang dewasa
atau setting institusional (kelembagaan)

- Validitas dan Reliabilitas


KBIT-2 ini digunakan oleh Kaufman dan Kaufman dalam melakukan studi
terhadap concurrent validity (Bain & Jaspers, 2010). Manual KBIT-2
menunjukkan data validitas yang sangat suportif dari berbagai penelitian korelasi
(Gregory, 2013).
Pada KBIT-2 terdapat data konsistensi internal untuk skor verbal, nonverbal,
dan IQ composite, untuk masing-masing 23 kelompok umur. Skor reliabilitas rata-
rata untuk skor verbal adalah 0,91 dan untuk IQ composite adalah 0,93 serta skor
nonverbal sebesar 0,8-an dan 0,9-an (Bain & Jaspers, 2010). Panjangnya subtes
KBIT menghasilkan koefisien reliabilitas lebih tinggi daripada koefisien

19
reliabilitas yang dihasilkan oleh skla lain yang bentuknya pendek (Anastasi &
Urbina, 2017).

- Cara Pemberian Skor


Administrasi yang lengkap akan menghasilkan skor verbal, skor nonverbal,
dan IQ composite. Untuk skor verbal, skor mentah dari subtes verbal knowledges
dan riddles ditambahkan bersama sebelum mengubahnya menjadi skor standar.
Untuk skor nonverbal yaitu skor mentah pada subtes matriks dikonversi langsung
menjadi skor standar. Skor standar verbal dan nonverbal ditambahkan bersama-
sama dan dikonversi ke IQ composite (Bain & Jaspers, 2010).

- Penormaan
Kaufman Brief Intelligence Test-2 (KBIT-2) memiliki norma untuk peserta tes
berusia 4 hingga 90 tahun. Tes ini akan menghasilkan skor standar dengan mean
sebesar 100 dan standar deviasi sebesar 15 untuk skor verbal, nonverbal, serta
kombinasi (Gregory, 2013).

- Catatan Tambahan

- Daftar Pustaka
Anastasi, A., & Urbina, S. (2017). Tes Psikologi (7th ed.). Jakarta: Indeks.
Bain, S. K., & Jaspers, K. E. (2010). Review of Kaufman Brief Intelligence Test,
Second Edition. Journal of Psychoeducational Assessment, 28 (2), 167-174.
Gray, S. A. (2013). Kaufman Brief Intelligence Test. Encylopedia of Autism
Spectrum Disorders, 1673-1675.
Gregory, R. J. (2013). Tes Psikologi, Sejarah, Prinsip dan Aplikasinya. Jakarta:
Erlangga.

20
Nature and Assessment of Learning Disabilities

- Pengembangan
Setelah masa-masa yang membingungkan dan penuh pergumulan mengenai
bagaimana mendefinisikan ketidakmampuan belajar, para spesialis dan pendidik
mulai membuat kesepakatan menyangkut pandangan ketidakmampuan belajar di
awal tahun 1990an. Definisi baru diusulkan oleh Komite Gabungan Nasional bagi
Ketidakmampuan Belajar, yaitu kelompok yang berisikan masing-masing
perwakilan dari 8 organisasi nasional yang memiliki ketertarikan khusus pada
ketidakmampuan belajar [ CITATION Gre18 \l 1057 ].
Pada tahun 2004, Kongres Amerika Serikat mengesahkan kembali Undang-
undang Pendidikan Individu dengan Keterbatana/Individual with Disabilities
Education Act (IDEA), yang merupakan legislasi berkelanjutan yang mengatur
pelayanan khusus, termasuk penilaian LD dalam sistem sekolah yang memberikan
dana federal. IDEA 2004 mengubah pandangan hukum tentang bagaimana
mengidentifikasi anak yang mengidap ketidakmampuan belajar dengan
meninggalkan model diskrepansi yang berkuasa sejak 1970an. Hukum yang baru
merekomendasikan Response to Intervention (RTI) sebagai metode yang lebih
diutamakan untuk mengidentifikasi anak dengan ketidakmampuan belajar
[ CITATION Gre18 \l 1057 ].
RTI adalah konsep yang lebih luas dibandingkan LD dan merujuk pada (1)
metode untuk meningkatkan kapasitas sistem sekolah demi merespons secara
efektif keanekaragaman kebutuhan akademis siswa, dan (2) pendekatan untuk
mengidentifikasi anak-anak LD yang membutuhkan pelayanan pendidikan
khusus. Pendekatan RTI secara spesifik tidak menekankan diskrepansi kognitif
dalam proses diagnostik, namun lebih menekankan tingkat prestasi dengan standar
usia yang rendah dan kegagalan untuk merespons pendekatan instruksional
berdasarkan bukti-bukti. RTI merupakan sebuah pergeseran perspektif yang
berfokus pada hasil dini dari anak-anak yang berisiko dan bukan pada
penghabisan waktu serta sumber daya berlebihan atas pertanyaan mengenai

21
kelayakan berbasis diskrepansi setelah anak-anak tersebut mengalami kegagalan
karena LD yang dideritanya [ CITATION Gre18 \l 1057 ].

- Aspek yang Diukur


Praktek yang sering dilakukan dalam identifikasi anak-anak dengan
ketidakmampuan belajar (LD) adalah membandingkan IQ Skala Penuh tes
inteligensi individual seperti WISC-III dengan skor prestasi spesifik dalam tes
prestasi individual seperti WIAT (Wachsler Individual Achievement Test)
[ CITATION Gre18 \l 1057 ].

- Sajian dan Waktu Penyajian


Fuchs dan Fuchs (2005; Gregory, 2018) telah menyediakan sebuah rancangan
terkait bagaimana RTI dapat dipraktekkan dalam sistem sekolah. RTI dilakukan
pada minggu pertama tahun ajaran baru, asesmen dilakukan kepada para siswa
untuk mengidentifikasi mereka yang “berisiko” mengalami kegagalan sekolah.
Para siswa yang berisiko dimonitor selama 8 minggu untuk mengidentifikasi
mereka yang tidak dapat merespons dengan baik, seperti contohnya mereka yang
skornya di bawah persentil 16 dalam kemampuan matematika atau membaca.
Mereka yang tidak merespons/nonresponden menerima tambahan 8 minggu
instruksi ekstra dengan pendekatan pengajaran berbasis bukti [ CITATION Gre18 \l
1057 ].

- Tujuan Penggunaan
Mengenali lebih dini anak-anak yang berisiko sehingga mampu mengurangi
jumlah anak yang membutuhkan pelayanan pendidikan khusus [ CITATION Gre18 \l
1057 ]

- Penormaan
Dinormakan dengan mean sebesar 100 dan SD sebesar 15. Perbedaan sebesar
15 poin atau lebih antara IQ Skala Penuh dan prestasi spesifik pada area-area
tertentu akan meningkatkan kecurigaan mengenai adanya ketidakmampuan belajar
(LD) [ CITATION Gre18 \l 1057 ].

22
- Catatan Tambahan
-
- Daftar Pustaka
Gregory, R. J. (2018). Tes Psikologi, Sejarah, Prinsip, dan Aplikasi (6 ed.).
Jakarta, Erlangga.

23
Differential Ability Scales (DAS)

- Sejarah
Bukan sebuah kebetulan bahwa alat tes ini dinamakan Differential Ability
Scale dan bukan Differential Intelligence Scale. Alat tes DAS yang dikembangkan
oleh C.D. Elliott menolak kemungkinan bahwa setiap alat tes dapat mengukur
sebuah kecerdasan (intelegensi), dengan mengatakan bahwa istilah tersebut secara
samar-samar didefinisikan tidak berarti secara praktik [ CITATION Phy01 \l 1033 ].
Oleh karena itu, baik dalam prosedur maupun kualitas teknik, DAS mengandung
lebih banyak kemajuan dalam teori dan praktik psikometris yang tidak dimiliki
pada skala-skala sebelumnya [CITATION Placeholder2 \t \l 1033 ]. Pada alat tes ini
menekankan istilah “intelegensi” dan “IQ” bukanlah bagian dari alat tes DAS ini.
Mengutip Spearman yang menggambarkan kecerdasan sebagai “a word with so
many meanings that finally it has none”. Sebaliknya, Elliott menetapkan tujuan
DAS untuk mengukur berbagai kemampuan kognitif (Phye et al., 2001).
Kemampuan kognitif yang dimaksudkan mengacu pada bagian yang lebih spesifik
dan sempit pada kognisi manusia daripada istilah “intelegensi”.

- Dasar Teori
Alat tes DAS dirancang utama untuk mengukur kemampuan-kemampuan
tertetu dengan reabilitas memadai, dan juga membantu dengan tujuan-tujuan lebih
kompleks dari penilaian individu, yaitu diagnosis diferensial dan perencanaan
penanganan [CITATION Placeholder2 \t \l 1033 ] . Beberapa tugas yang terdapat pada
DAS mengacu pada dasar pemikiran teoritis ataupun empiris serta penguat
teoritisnya elektis dan fleksibel. DAS menggunakan pendekatan hierarki
(tingkatan) pada kemampuan mental yang dapat membantu tingkatan generalitas
yang berbeda serta memberikan informasi yang lebih luas, sehingga dapat
membangun sebuah hipotesis mengenai tes individu. Oleh karena itu strukrur ini
cukup sesuai dengan temuan empiris tentang perkembangan kemampuan-
kemampuan kognitif.
Alat tes DAS untuk semua tingkatan umur mulai dari 3 tahun 6 bulan ke atas,
terdapat enam subtest yang mengukur sejumlah kemampuan kognitif, dari skor

24
komposit keseluruhan yang mencerminkan faktor (g) Spearman (Phye et al.,
2001). Psikometri (g) didefinisikan oleh Elliott sebagai "kemampuan umum
seseorang untuk melakukan pemrosesan mental yang melibatkan konseptualisasi
dan transformasi informasi". Dari definisi tersebut memunculkan istilah yang
digunakan untuk menggambarkan skor komposit DAS paling umum yaitu
kemampuan konseptual umum (General Conceptual Ability) atau yang biasa
disingkat GCA.

- Pengembangan
Differential Ability Scales (DAS) dikembangkan oleh C.D. Elliot di Inggris
pada tahun 1970an. DAS merupakan revisi dan perluasan dari British Ability
Scales (BAS) [CITATION Placeholder2 \t \l 1033 ] . DAS dan versi terbaru Standford-
Binet serta skala Weschler memiliki tujuan umum yang sama yaitu
mengklasifikasikan individu dengan tingkat umum kemampuannya dan
menghasilkan profil kekuatan serta kelemahan intelektual individu. DAS
dikembangkan berdasarkan perpaduan teori teori tentang perkembangan kognitif
yang dimulai dari Spearman sampai dengan J.P. Das dan ada beberapa
karakteristik teoritis yang membedakan tentang tes tersebut (Phye et al., 2001).
Terdapat pula instrument baru utama lainnya untuk penilaian individu atas
fungsi-gungsi kognitif yang diterbitkan pada tahun 1990an, yaitu DAS-Naglieri
Cognitive Assesment System (CAS). Alat tes yang dikembangkan selama lebih 10
tahun didasarkan pada PASS (planning, attention, simultaneous, succesive)
inteligensi yang diusulkan oleh pengarang-pengarangnya [CITATION Placeholder2 \t
\l 1033 ].
Tugas-tugas dari alat tes ini dirancang untuk mengukur fungsi-fungsi kognitif
dasar yang dilibatkan dalam proses belajar seperti perencanaan, perhatian,
simultan, dan berurutan. Sistem ini menggunakan tes-tes verbal dan nonverbal
yang disajikan melalui saluran indra pendengaran dan penglihatan. CAS disajikan
untuk orang-orang yang berusia 5 tshun sampai 17 tahun 11 bulan [CITATION
Placeholder2 \t \l 1033 ].

- Bentuk yang Tersedia (Bentuk Fisik)

25
Ada beberapa perbedaan penting dalam pemberian DAS dibandingkan dengan
kebanyakan alat tes lainnya untuk anak-anak. sebagian besar subtes DAS dikelola
menggunakan model adaptif atau model yang disesuaikan dengan pengujian.
Untuk melakukan ini, sebagian besar subtes DAS menunjuk satu set item yang
biasanya sesuai untuk sebagian besar anak pada tingkat usia tertentu. Anak
menyelesaikan semua item dalam set itu, dan mencapai titik keputusan (Phye et
al., 2001).

- Aspek yang Diukur


Differential Ability Scales (DAS) mengukur berbagai kemampuan kognitif
(Phye et al., 2001). Kemampuan kognitif yang dimaksudkan mengacu pada
bagian yang lebih spesifik dan sempit pada kognisi manusia daripada istilah
“intelegensi”.

- Sajian dan Waktu Penyajian


DAS terdiri dari 20 subtes yang diorganisasikan ke dalam tiga komponen
utama yaitu; (1) subtes inti; (2) subtes diagnostik; (3) tes prestasi [CITATION
Placeholder2 \t \l 1033 ] . Setiap judul dari subtes ini memaparkan beberapa tugas
yang dicakup pada tes tersebut dan cukup jelas. Terdapat 12 subtes inti dan 5
subtes diagnostik yaitu mencocokkan bentuk gambar, mengingat digit, mengingat
objek, mengenali gambar, dan kecepatan pemrosesan informasi yang membentuk
suatu kumpulan tes kognitif. DAS pada dasarnya terbagi menjadi dua tingkat usia,
yang pertama ditujukan untuk anak-anak prasekolah dari usia 2 tahun 6 bulan
hingga 5 tahun 11 bulan, dan yang kedua dirancang untuk anak-anak usia sekolah
dari usia 6 tahun 0 bulan hingga 17 tahun 11 bulan (Phye et al., 2001). Tingkat
prasekolah DAS selanjutnya dibagi menjadi tingkat prasekolah atas dan bawah.
tingkat bawah dirancang khusus untuk anak-anak dari 2 tahun 6 bulan hingga 3
tahun 5 bulan, tingkat prasekolah atas digunakan untuk menilai anak-anak dari 3
tahun 6 bulan hingga 5 tahun 11 bulan,
Pada tingkat usia prasekolah bawah (2 tahun 6 bulan – 3 tahun 5 bulan)
terdapat 4 subtes inti (membangun balok, pemahaman verbal, kemiripan gambar,
menyebut kosakata) dan terdapat 6 subtes inti (pemahaman verbal, kemiripan

26
gambar, menyebut kosakata, konsep angka awal, meniru, penyusunan pola) untuk
usia prasekolah atas (3 tahun 6 bulan – 5 tahun 11 bulan) sedangkan pada tingkat
usia sekolah (6 tahun 0 bulan – 17 tahun 11 bulan) terdapat 6 subtes inti
(penyususnan pola, mengingat desain, definisi kata, matriks, kesamaan, penalaran
berurutan dan kuantitatif) [CITATION Placeholder2 \t \l 1033 ]. Tes-tes yang disebut
subtes inti dari kumpulan tes DAS memiliki pemuatan tinggi pada faktor umum
kumpulan test atau “g”. sedangkan subtes diagnostil memiliki korelasi rendah
dengan g dan tidak mengelompokkan ke dalam faktor-faktor kelompok, yang
berarti subtes diagnostik mengukur kemampuan yang relatif independen. Ketika
tes-tes diagnostik tepat dua dari lima subtes dan tergantung pada tingkat usia,
maka akan disediakan tiga tes prestasi (yaitu keterampilan numerik dasar,
mengeja, dan membaca kata) dan umumnya dijalankan oada peserta-peserta tes
yang berusia sekitar enam tahun.

- Tujuan Penggunaan
Tujuan penggunaan dari DAS yaitu untuk membuat anak bekerja mandiri
terutama pada item yang tingkat kesulitannya sedang dan mengurangi jumlah item
yang dikelola yang terlalu sulit atau terlalu mudah untuk bagi anak tersebut (Phye
et al., 2001).

- Validitas dan Reabilitas


Reabilitas konsistensi internal memperkirakan, mencakup semua tingkat umur
yang sesuai, merentang dari 0,66 sampai 0,95 untuk subtes, dari 0,86 sampai 0,94
untuk skor-skor kelompok, dan dari 0,89 sampai 0,96 untuk skor-skor GCA
[CITATION Placeholder2 \t \l 1033 ].
Validitas DAS telah ditelaah dari sudut pandang internal maupun eksternal.
Dengan kaitannya validitas internal, analisis faktor eksploratoris dan
konfirmatoris telah digunakan untuk menurunkan skor-skor DAS. Hasil dari
kedua jenis analisis sangat mirip dan secara keseluruhan memberikan bukti lebih
jauh untuk temuan bahwa kemampuan lebih dideferensiasikan dengan
bertambahnya usia [CITATION Placeholder2 \t \l 1033 ].

27
- Cara Pemberian Skor
Skor mentah yang didapatkan dari setiap subtest harus terlebih dahulu
dikonversi menjadi "skor kemampuan". konversi ini dilakukan langsung pada
Formulir Catatan melalui prosedur penskalaan Rasch, dan pada dasarnya
memberikan ukuran kemampuan anak berdasarkan jumlah test yang berhasil
dilakukan dan tingkat kesulitan relatif dari item tersebut (Phye et al., 2001).
Begitu skor-skor kemampuan pada subtes kumpulan tes kognitif diperoleh
(skor GCA, skor cluster, komposit nonverbal khusus, dan skor tes prestasi) skor-
skor tersebut bisa dikonversikan ke dalam skor-skor standar yang dinormakan
dengan rata0rata 50 dan SD 10 (skor T) seperti halnya juga ekuivalen persentil
[CITATION Placeholder2 \l 1033 ]. Kedua jenis skor ini diberikan dalam tiap
kelompok umur. Tes-tes prestasi menggunakan skor standar dengan rata-rata 100
dan SD 15, bukan skor T, dan persentil berdasarkan nilai bukan berdasarkan usia.
DAS menggunakan sistem klasifikasi untuk nilai GCA dan kluster yang
deskriptif tentang fungsi anak daripada menggunakan terminologi yang terdengar
diagnostik (Phye et al., 2001). Berikut tabel interpretasi dari skor GCA dan skor
kluster:

GCA & Cluster score Descriptive Category

130 ke atas Sangat tinggi


120-129 Tinggi
110-119 Diatas rata-rata
90-109 Rata-rata
80-89 Dibawah rata-rata
70-79 Rendah
69 ke bawah Sangat rendah

- Penormaan
DAS merupakan tugas individu untuk mengukur kemampuan kognitif. Pada
alat tes ini terdapat standar untuk anak-anak yang berusia 2 tahun 6 bulan hingga
17 tahun 11 bulan. Hal tersebut berdasarkan British Ability Scale (BAS). DAS

28
secara umum terbagi menjadi dua tingkatan usia yaitu usia prasekolah (2 tahun 6
bulan hingga 5 tahun 11 bulan) dan usia sekolah (6 tahun 0 bulan hingga 17 tahun
11 bulan) (Phye et al., 2001).

- Catatan Tambahan

- Daftar Pustaka
Anastasi, A., & Urbina, S. (2017). Tes psikologi. Jakarta: PT Indeks.
Phye, G. D., Saklofske, D. H., Andrews, J. J., & Janzen. (2001). Handbook of
psychoeducational assesment: a practical handbook a volume in the educational
psychology series. Elseiver.

29
Detroit Test of Learning Aptitude (DTLA)

- Sejarah
Detroit Test of Learning Aptitude (DTLA) adalah alat tes yang dikembangkan
oleh Donald D. Hammill, Ronnie L. McGhee, dan David J. Ehrler dari alat tes
Baker dan Leland yang sebelumnya dirilis pada tahun 1935. Alat tes ini
merupakan sebuah alat tes yang dirancang untuk psikolog dan pengajar dengan
tujuan agar mereka dapat mengukur kemampuan belajar anak. Alat tes DTLA
telah mengalami empat kali pembaharuan, pembaharuan pertama (DTLA-2) pada
tahun 1985, pembaharuan kedua (DTLA-3) pada tahun 1991, pembaharuan ketiga
(DTLA-4) pada tahun 1998 dan yang terbaru adalah DTLA-5 yang dirilis pada
tahun 2018 (Salvia, 2006; Rigney, 2018)

- Pengembangan

Salvia (2006) menjelaskan bahwa bentuk pengembangan yang dilakukan


dalam pembentukan DTLA-4 adalah penambahan serta pembaharuan material
stimulus, penjelasan norma yang lebih lengkap, informasi tentang validitas dan
reliabilitas yang lebih lengkap dan penyusunan subtes yang dikembangkan dari
kritik dan metode baru yang dikembangkan.

- Bentuk Fisik yang Tersedia


DTLA-4 tersedia dalam bentuk paket alat yang terdiri dari buku manual, buku
bergambar untuk subtes tertentu, lembar catatan penguji, lembar jawaban peserta,
dan paket alat yang digunakan dalam subtes tertentu.

- Aspek yang Diukur


Salvia (2006) menjelaskan bahwa DTLA disusun untuk mengukur kemampuan
individu yang telah dikembangkan (developed abilites). DTLA mengukur
kemampuan verbal, nonverbal, atensi, dan motorik untuk menggambarkan
kemampuan mental individu secara umum maupun gambaran kemampuan mental
individu yang menonjol. DTLA juga memberikan gambaran kemampuan mental

30
berdasarkan teori-teori intelegensi, misalnya Verbal-nonverbal Weschler, Fluid-
Crystalized Horn & Cattell, dsb.

- Sajian dan Waktu Penyajian


Salvia (2006) menyebutkan bahwa DTLA-4 terdiri dari 10 subtes dan disajikan
kepada anak berumur 6 hingga 17 tahun dengan waktu penyajian selama 50 menit
hingga 2 jam. Subtes yang diberikan dalam DTLA-4 adalah sebagai berikut:
1. Word Opposites, pada subtes ini, peserta diminta untuk menyebutkan lawan
kata dari kata yang diberikan.
2. Design Sequences, pada subtes ini peserta akan diperlihatkan sebuah gambar
bentuk selama 5 detik dan kemudian diminta untuk merekonstruksi ulang
bentuk tersebut.
3. Sentence imitation, pada subtes ini peserta akan dibacakan sebuah kalimat
tanpa inflection (akhiran kata dalam bahasa inggris, mis. -ing, -ed, dll.) dan
akan diminta untuk mengucapkan kembali kalimat yang telah dibacakan.
4. Reversed letters, pada subtes ini peserta akan dibacakan susunan huruf dengan
kecepatan satu huruf per detik dan kemudian diminta untuk menuliskan huruf
yang telah disebutkan dengan urutan yang terbalik.
5. Story construction, pada subtes ini peserta akan diperlihatkan sebuah gambar
dan akan diminta untuk membuat cerita setelah melihat gambar tersebut.
6. Design Reproduction,pada subtes ini peserta akan diperlihatkan gambar bentuk
dalam rentang waktu tertentu dan diminta untuk menggambarkan kembali
bentuk yang telah dilihat.
7. Basic information, pada subtes ini peserta diminta untuk menjawab pertanyaan
factual tentang wawasan kehidupan sehari-hari tanpa berdasar pada
pengetahuan yang didapatkan di sekolah.
8. Symbolic relation, pada subtes ini peserta diperlihatkan gambar pola dan
dminta untuk memilih gambar yang sesuai dengan pola.
9. Word sequences, pada subtes ini peserta dimimnta untuk mengucapkan
kembali kata-kata tidak berkaitan yang diberikan secara berurutan.

31
10. Story sequences, pada subtes ini peserta diberikan beberapa gambar dan akan
diminta untuk menyusun gambar tersebut sehingga membuat sebuah cerita.

Dalam setiap subtes, peserta akan diminta untuk menjawab pertanyaan terus
menerus sampai peserta melakukan 5 kesalahan berturut-turut atau 3 kesalahan
berturut-turut khusus pada subtes design reproduction. Kesalahan ini dinilai
menandakan individu telah mencapai batas kemampuan yang disebut ceiling.

- Tujuan Penggunaan
Hammil (dalam Salvia, 2006) menyebutkan bahwa DTLA-4 digunakan untuk:
1. Melihat kemampuan mental yang menjadi kekuatan dan kelemahan.
2. Melihat adanya keterlambatan perkembangan anak dibandingkan dengan
teman sebayanya dalam kemampuan yang penting.
3. Membuat prediksi kemampuan dan prestasi.
4. Digunakan sebagai alat ukur penelitian tentang bakat, intelegensi, dan perilaku
kognitif.

- Validitas dan Realibilitas


DTLA-4 telah melalui proses uji pada 1350 pelajar di Amerika yang di
sampling berdasarkan sensus penduduk sehingga komposisi sampel uji dapar
merepresentasikan jumlah keseluruhan pelajar di Amerika. Sampel diambil dengan
mempertimbangkan data jenis kelamin, ras, tempat tinggal, pendapatan keluarga,
Pendidikan orang tua dan kondisi geografis tempat tinggal (Gregory, 2015).

Hasil uji reliabilitas DTLA-4 menunjukkan koefisien konsistensi internal subtes


lebih besar dari 0.8 dan koefisien konsistensi internal composite lebih besar dari
0.9. Peneliti juga melakukan metode test-retest dan menunjukkan hasil rata-rata
diantara 0.8 dan 0.9. Hasil ini menujukkan bahwa DTLA-4 akan menunjukkan
hasil yang konsisten jika alat tes digunakan ke banyak subjek (Gregory, 2015;
Salvia 2006).

Salvia (2006) menjelaskan bahwa hasil uji validitas konten DTLA-4 disebutkan
dalam buku panduan DTLA-4. Validitas konten dibuktikan dengan menunjukkan

32
bahwa DTLA-4 menggunakan konten yang sama (similar) dengan alat tes yang
lain dalam subtes yang mengukur kemampuan yang sama. Selain itu, validitas
konten juga dibuktikan dengan menunjukkan bahwa aitem-aitem dalam subtes
mampu mengukur berbagai aspek dari intelegensi berdasarkan berbagai teori
intelegensi (Gregory, 2015; Salvia 2006).

Uji validitas kriteria DTLA-4 dilakukan dengan melakukan uji korelasi dengan
alat tes lain, yaitu dengan K-ABC, SAS, Peabody Picture Vocabulary Test-
revised, WISC-III, dan revised Woodcock-Johnson Psychoeducational Battery.
Hasil uji korelasi dengan sampel 25 sampai 50 orang menunjukkan adanya korelasi
yang beragam dengan berbagai alat tes yang berkisaar antara 0.55 hingga 0.91.
Pola korelasi yang terbentuk cenderung memiliki korelasi dengan theoretical
composites, seperti hasil korelasi antara subtes verbal DTLA yang memiliki
koefisien korelasi yang tinggi dengan subtes verbal WISC-III (Gregory, 2015;
Salvia 2006).

Validitas konstruk DTLA-4 dibuktikan dengan menunjukkan kemampuan


aitem-aitem dan subtes dalam mengukur kemampuan orang-orang dari berbagai
ras, jenis kelamin, dan budaya. Selain itu, validitas kontruk juga dibuktikan dengan
menunjukkan adanya perkembangan skor seiring dengan bertambahnya usia serta
berhasil mengukur kemampuan anak dengan retardasi mental dan gangguan belajar
dengan hasil skor dibawah dari anak-anak tanpa gangguan. Hasil pengujian
validitas menunjukkan bahwa DTLA memiliki kemampuan untuk mengukur
intelegensi lintas budaya, jenis kelamin dan ras serta mampu digunakan pada anak
dengan kondisi abnormal (Salvia, 2006).

- Cara Pemberian Skor


DTLA menghasilkan dua jenis skor, yaitu skor subtes dan skor composite.
Skor composite adalah skor dari setiap subtes yang mengukur aspek yang sama
dan mengukur kemampuan optimal individu. Skor subtes diberikan jika pengguna
mampu menjawab aitem dengan benar. Skor-skor dari setiap subtes kemudian

33
akan dibentuk menjadi 16 composites yang akan menggambarkan kemampuan
individu. Gregory (2015) menyebutkan composites tersebut sebagai berikut:
1. General mental ability composites adalah gambaran tentang kemampuan
mental individu secara umum dengan melihat hasil seluruh subtes.
2. Optimal level composite adalah gambaran tentang kemampuan paling optimal
yang dimiliki oleh individu. Composite ini didapatkan dengan melihat empat
subtes dengan nilai tertinggi.
3. Verbal composite adalah gambaran kemampuan verbal individu, seperti
membaca dan berbicara.
4. Nonverbal composite adalah gambaran kemampuan nonverbal individu, seperti
olahraga.
5. Attention enhanced composite adalah gambaran kemampuan individu dalam
mengerjakan tugas yang membutuhkan atensi tinggi.
6. Attention reduced composite adalah gambaran kemampuan individu dalam
mengerjakan tugas yang tidak membutuhkan atensi tinggi.
7. Motor enhanced composite adalah gambaran kemampuan individu dalam
mengerjakan tugas yang membutuhkan kemampuan motorik tinggi.
8. Motor-reduced composite adalah gambaran kemampuan individu dalam
mengerjakan tugas yang tidak membutuhkan kemampuan motorik yang tinggi.
9. Fluid composite adalah gambaran kemampuan individu yang berdasar pada
teori intelegensi Horn & Cattell.
10. Crystalized composite adalah gambaran kemampuan individu yang berdasar
pada teori intelegensi Horn & Cattell.
11. Simultaneous composite adalah gambaran kemampuan individu yang berdasar
pada teori intelegensi Das.
12. Successive comoposite adalah gambaran kemampuan individu yang berdasar
pada teori intelegensi Das.
13. Associative composite adalah gambaran kemampuan individu yang berdasar
pada teori intelegensi Jensen.
14. Cognitive composite adalah gambaran kemampuan individu yang berdasar
pada teori intelegensi Jensen.

34
15. Verbal composite adalah gambaran kemampuan individu yang berdasar pada
teori intelegensi Wechsler.
16. Performance composite adalah gambaran kemampuan individu yang berdasar
pada teori Wechsler.

- Penormaan
Penormaan tiap subtes didasari pada norma hipotetik dengan mean adalah 10
dan standar deviasi 3. Skor dapat disajikan dalam bentuk persentil dan skor sesuai
usia. Penormaan skor composite juga didasari pada norma hipotetik dengan mean
100 dan standar deviasi 15 (Gregory, 2015; Salvia, 2006).

- Catatan Tambahan
-

- Daftar Pustaka
Rigney, A. M. (2018). Test Review. Journal of Psychoeducational Assessment, 1-
5.

Salvia. (2006). Review Test Detroit Learning Aptitude. Assessment: In Special


and Inclusive Edition.

Gregory, R. J. (2015). Psychological Testing : History Principle Application (7th


ed.). Harlow: Pearson Education Limited.

35

Anda mungkin juga menyukai