Anda di halaman 1dari 2

Nama tes ini diambil dari nama penyusun tes yaitu, Emil Kraepelin yang lahir pada tanggal

15 februari
1856 di Neustrelitz. Beliau adalah seorang psikiater yang berasal dari Jerman. Saat berumur 18 tahun,
Kraepelin mulai belajar medis di Leipzig dan Würzburg, Jerman. Pada awal kariernya, ia pernah
mengikuti Wilhelm Wundt sebagai muridnya (Kuncoro & Nuryati Atamimi, 1984; Japar, 2013). Kraepelin
menciptakan sebuah tes yang bertujuan untuk membedakan antara orang yang normal dengan
abnormal. Tes ini awalnya diberi nama Simple Arithmetic Test yang kemudian dikenal dengan tes
Kraepelin (Mangunsong, dkk. , 1993).

Kraepelin memiliki pemikiran bahwa terdapat perbedaan pada prosessensori sederhana, sensori motor,
perceptual dan tingkah laku (Japar, 2013). Tes ini awalnya diciptakan sebagai tes kepribadian untuk
mengukur faktor dasar dari karakteristik individu seperti memori, efek latihan, kerentanan terhadap
kelelahan dan distraksi (Anastasi & Urbina, 1997).Dengan mengubah fokus pada penilaian dan
intepretasi hasil tes, tes ini sekarang telah berkembang menjadi tes bakat (Mangunsong, dkk. , 1993).Tes
Kraepelin adalah tes yang dibuat pada akhir abad ke-19 di Jerman. Tes yang berisikan angka-angka
sederhana ini mulai digunakan di Indonesia pada t.ahun 1900-an. Tes ini merupakan tes yang masih
digunakan hingga saat ini, khususnya dalam bidang pendidikan dan pekerjaan, meskipun tes Kraepelin
termasuk tes yang cukup tua.Mengingat hal ini, tes Kraepelin harus diuji Tes Kraepelin adalah tes yang
dibuat pada akhir abad ke-19 di Jerman. Tes yang berisikan angka-angka sederhana ini mulai digunakan
di Indonesia pada tahun 1900-an. Tes ini merupakan tes yang masih digunakan hingga saat ini,
khususnya dalam bidang pendidikan dan pekerjaan, meskipun tes Kraepelin termasuk tes yang cukup
tua. Mengingat hal ini, tes Kraepelin harus diuji secara berulang untuk melihat apakah tes masih baik
untuk digunakan atau tidak.

Menurut buku Encyclopedia of Psychology oleh Eyesenck, beliau dianggap sebagai psikiatri ilmiah
modern. Kraepelin percaya bahwa penyakit kejiwaan berasal dari malfungsi biologis dan genetis. Teori-
teori beliau yang fundamental tentang diagnostik gangguan kejiwaan membentuk dasar sistem
diagnostik utama yang digunakan saat ini seperti DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders ) milik APA dan ICD (International statistical classification of Diseases and related health
problem) milik WHO. Emil Kraepelin percaya bahwa jika klasifikasi gejala-gejala penyakit kejiwaan dapat
di identifikasi maka asal usul dan penyebab penyakit kejiwaan tersebut akan lebih mudah diteliti.
Kraepelin menjadi terkenal terutama karena penggolongannya mengenai penyakit kejiwaan yang
disebut psikosis. Psikosis ini sering pula disebut sebagai Kraepelian dichotomy.

Dalam psikosis, Kraepelin membagi psikosis dalam dua golongan utama yaitu dimentiapraecox dan
psikosis manic-depresif. Dimentia praecox merupakan gejala awal dari penyakitkejiwaan yang disebut
schizophrenia. Kraepelin juga dikenal sebagai tokoh yang pertama kali menggunakan metode psikologi
pada pemeriksaan psikiatri, antara lain menggunakan tes psikologi untuk mengetahui adanya kelainan-
kelainan kejiwaan. Salah satu tes yang diciptakannya di kenal dengan nama Tes Kraepelin. Tes tersebut
banyak digunakan oleh parasarjana psikologi di Indonesia pada era tahun 1980.

Sudah frase
Nama tes ini diambil dari nama penulis tes tersebut, yaitu Emil Kraepelin, yang lahir pada tanggal 15
Februari 1856 di Neustrelitz. Dia adalah seorang psikiater dari Jerman. Pada usia 18 tahun, Kraepelin
mulai belajar kedokteran di Leipzig dan Würzburg, Jerman. Di awal karirnya ia pernah mengikuti
Wilhelm Wundt sebagai mahasiswa (Kuncoro dan Nuryati Atamimi, 1984; Japar, 2013). Kraepelin
mengembangkan tes yang bertujuan untuk membedakan antara orang normal dan abnormal.Tes ini
awalnya disebut Tes Aritmatika Sederhana, kemudian dikenal sebagai Tes Kraepelin (Mangunsong, et al.,
1993). Kraepelin berpendapat bahwa terdapat perbedaan sederhana pada proses sensorik, sensorik,
motorik, persepsi dan perilaku (Japar, 2013). Tes ini pada awalnya dikembangkan sebagai tes
kepribadian untuk mengukur faktor-faktor dasar karakteristik individu seperti memori, efek latihan,
kerentanan terhadap kelelahan dan gangguan (Anastasi & Urbina, 1997) dan untuk mengukur
interpretasi hasil tes Tes Bakat (Mangunsong, 1997). et al., 1993) Tes Kraepelin adalah tes yang
dikembangkan di Jerman pada akhir abad ke-19.Tes yang berisi angka-angka sederhana ini dimulai di
Indonesia pada abad ke-19 dan merupakan tes yang masih digunakan sampai sekarang, terutama di
bidang pendidikan dan pekerjaan, meskipun tes Kraepelin adalah tes yang cukup lama. adalah tes yang
dikembangkan di Jerman pada akhir abad ke-19. Tes angka sederhana ini digunakan di Indonesia pada
tahun 1900-an dan merupakan tes yang masih digunakan sampai sekarang, khususnya di bidang
pendidikan dan pekerjaan. , meskipun bukti Kraepelin mengandung bukti yang cukup lama.Mengingat
hal tersebut maka uji Kraepelin perlu dilakukan pengujian berulang kali untuk melihat apakah pengujian
tersebut masih baik untuk digunakan atau tidak. Menurut Encyclopedia of Psychology Eyesenck, ia
dianggap sebagai psikiater ilmiah modern. Kraepelin percaya bahwa penyakit mental berasal dari
disfungsi biologis dan genetik.Teorinya Landasan diagnosis gangguan mental menjadi dasar dari sistem
diagnostik utama yang digunakan saat ini seperti DSMIV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders), APA dan WHO International Statistical Klasifikasi Penyakit dan kesehatan terkait. Emil
Kraepelin berpendapat bahwa jika klasifikasi Si gejala penyakit jiwa dapat diidentifikasi, maka munculnya
dan penyebab penyakit jiwa akan lebih mudah dipelajari.Kraepelin terkenal karena klasifikasi penyakit
mental yang disebut psikosis. Psikosis ini sering disebut sebagai dikotomi Kraepel. Dalam kasus psikosis,
Kraepelin membagi psikosis menjadi dua kelompok utama, yaitu dimentia praecox dan psikosis manik-
depresif. Juga dikenal sebagai tokoh yang pertama kali menggunakan metode psikologis dalam evaluasi
psikiatri, termasuk penggunaan psikotes untuk mengetahui adanya gangguan psikiatri.Salah satu tes
yang dia buat dikenal sebagai tes Kraepelin. Tes ini banyak digunakan oleh para ilmuwan psikologi di
Indonesia pada tahun 1980-an.

Anda mungkin juga menyukai