Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH

TES PROYEKTIF
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikodiagnostik 1
yang dibina oleh Fuji Astutik,M.Psi

Oleh:

Hilmi Yatun Solehah (18410002)


Ramadhan Dicky. K (18410038)
Neneng Wahyuningsih (18410128)
Billah Ahsanul Karimaa (18410156)
Alda Wulandari (18410186)
Urfiyah Sari (18410203)
Tegar Dhananjaya.W (18410236)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2019
KATA PENGANTAR
 

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa peran penting masing-masing anggota kelompok
yang telah memberikan sumbangan ide, gagasan serta pemikiran-pemikiran. Harapan kami
semoga dengan kehadiran makalah ini dapat memberikan manfaat besar untuk para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun.

                                                                                      

Malang, 1 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan ..................................................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Ciri-ciri tes proyeksi.............................................................................3
B. Jenis-jenis tes proyektif.......................................................................3
C. Kelebihan dan kekurangan tes proyektif..............................................14
BAB III: PENUTUP.........................................................................................15
A. Kesimpulan...........................................................................................15
B. Saran ....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tes proyektif merupakan tes yang tidak terstruktur yang bersifat ambigu, artinya
stimulus dan responnya tergantung dari masing-masing individu.1 Healy, Bronner, dan
Brouer menyatakan bahwa proyeksi merupakan proses defensive dibawah kekuasaan
prinsip kenikmatan. Ego akan selalu melampiaskan dorongan-dorongan dan keinginan-
keinginan yang tidak disadari ke dunia. Tes proyeksi berfungsi untuk mengungkap
keadaan psikologi bawah sadar manusia yang selama ini di repres atau ditahan ke alam
bawah sadar. Melalui tes proyeksi ini diharapkan dinamika psikologis itu dapat
dikeluarkan alat bantu tes-tes proyeksi dan tujuan utamanya adalah untuk membedakan
karaktristik masing-masing individu.
Tes proyektif memberikan stimuli yang artinya tidak segera jelas, artinya dia
mendorong pasien untuk memproyeksikan kebutuhannya sendiri kedalam situasi tes. Tes
proyeksi kemungkinan tidak mempunyai jawaban benar atau salah, orang yang diuji
harus memberikan arti terhadap stimulus sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu
tes proyektif menuntut kesimpulan yang luas atau kualitatif. Kecenderungan untuk
subjektif dapat diatasi dengan pengetahuan dan pengalaman yang besar terhadap tes.
Sejalan dengan hal tersebut materi tentang tes proyektif ini amat harus dikuasai oleh
mahasiswa jurusan psikologi agar mampu memberikan penafsiran yang objektif dan
memang sesuai dengan keadaan pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis tes proyektif?
2. Bagaimana penggunaan tes proyektif dalam bidang klinis dan non klinis?
3. Apa kekurangan dan kelebihan tes proyektif?

1
1
Kaplan, Robert M. & Dennis p, Pengukuran Psikologi (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), hlm. 9
C. Tujuan
1. Untuk memaparkan jenis-jenis tes proyektif.
2. Untuk mendeskripsikan penggunaan tes proyektif dalam bidang klinis dan non klinis.
3. Untuk memaparkan kekurangan dan kelebihan tes proyektif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ciri-ciri Tes Proyektif


1. Stimulusnya bersifat tidak berstruktur (unstructure) yang memungkinkan subyek
mempunyai alternatif pilihan yang banyak
2. Stimulusnya bersifat ambigous yang memungkinkan subyek merespon stimulus/
materi tes sesuai dengan interpretasinya masing-masing
3. Stimulusnya bersifat kurang mempunyai obyektifitas relatif. Sifat ini
memudahkan untuk medapatkan individual differences karena masing-masing
subyek memiliki kesimpulan yang berbeda-beda dalam mengamati stimulus yang
dihadapkan padanya.
4. Global approach yang artinya menuntut kesimpulan yang luas
Ciri pembeda utama dari teknik proyektif adalah pada penilaian atas tugas
yang relatif tak terstruktur, yaitu tugas yang memungkinkan variasi yang hampir
tak terbatas dari respon-respon yang mungkin.2

B. Jenis-jenis Tes Proyektif


1. EPPS (Edward Personnal Preference Schedule)
Tes EPPS sebagaimana tes-tes kepribadian pada umumnya dikategorikan sebagai
power test yaitu tes yang tidak dibatasi waktu dalam pengerjaannya. Apabila ada satu
item yang terlewatkan makan interpretasi secara akurat tidak dapat dilakukan. Bentuk
tes EPPS berupa pasangan-pasangan pernyataan berjumlah 225 pasang. Tugas testee
adalah memilih satu pernyataan dari pasangan-pasangan pernyataan yang disajikan
yang cocok dengan dirinya.
Dari 225 pasang pernyataan ada 15 pasang yang sama, tujuannya adalah untuk
mengetahui kesungguhan atau keajegan testee dalam mengerjakan tugas. Standar
keajegan pengerjaan EPPS adalah 14, namun di Indonesia keajegan atau konsistensi 9

Anastasi, A & Urbina, S (2007). Tes Psikologi, Edisi Ketujuh (Terjemahan). Jakarta: PT Indeks

3
sudah dapat dikatakan valid. Kelima belas need yang diungkap dari EPPS adalah:
kebutuhan untuk berprestasi dan menghadapi tantangan, kebutuhan untuk mengambil
posisi mengalah dan merasa kurang mampu, kebutuhan untuk melakukan segala
sesuatu dengan teratur, kebutuhan untuk menonjolkan diri, dipuji dan pamer,
kebutuhan untuk tidak tergantung pada orang lain, kebutuhan untuk bergabung
dengan orang lain, kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan pandangan dan
perasaan orang lain, kebutuhan untuk mendapat perhatian yang lebih dari orang lain,
kebutuhan untuk lebih atau menang atas orang lain, kebutuhan untuk selalu merasa
kurang mampu atau merasa bersalah, kebutuhan untuk menolong orang lain,
kebutuhan untuk merasakan sesuatu yang baru, kebutuhan untuk melakukan segala
sesuatu sampai tuntas, kebutuhan untuk berhubungan dengan jenis kelamin lain dan
kebutuhan untuk menentang orang lain dalam pandangan maupun tindakan.
2. Sacks Sentence Completion Test (SSCT)
SSCT adalah tes proyektif yang menggunakan bahasa dan bersifat asosiasi
bebas, bentuknya berupa kalimat-kalimat yang belum lengkap sejumlah 60 kalimat.
Tugas subyeknya adalah melengkapi kalimat-kalimat yang belum lengkap secara
spontan.
SSCT mengungkap empat aspek yaitu:
1) Sikap subyek terhadap keluarga, jumlahnya 12 item.
2) Sikap subyek terhadapseks, jumlahnya 8 item.
3) Sikap subyek terhadap hubungan interpersonal, jumlahnya 16 item.
4) Sikap subyek terhadap konsep diri, jumlahnya 24 item.
3. Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)
Kegunaan dari tes MMPI adalah untuk menangani kasus-kasus klinis.
Kecenderungan-kecenderungan klinis yang diungkap antara lain: hypocondria,
depresi, histeria, psikopat dan schizoprenia. Bentuk tes MMPI berupa pernyataan-
pernyataan yang harus direspon testee sesuai dengan keadaan yang ada pada dirinya.
Ada 556 item, tiap item hanya ada 1 pernyataan. Tugas testee adalah memberikan
pendapat apakah setiap penyataan atau item benar/ mendekati kebenaran, salah/
mendekati kesalahan, atau tidak dapat digolongkan benar/salah.
4. Kuder

4
Merupakan tes minat/tes memilih kesenangan. Kegunaan tes ini adalah untuk
mengetahui minat/ kesenangan dalam berbagai pekerjaan, biasanya untuk kasus-kasus
pekerjaan seperti misalnya seleksi karyawan. Tes kuder mengungkap 10 minat antara
lain: minat pada pelayanan sosial, kesenian, keilmuan, dan mekanika. Item-item
dalam tes kuder berjumlah 168 item, tiap item berisi 3 option. Tugas testee memilih 1
option yang disenangi dan 1 option yang tidak disenangi.
5. Study of Value
Study of Value pertama kali dikemukakan oleh Allport, Vernon dan Lindzey.
Kegunaan dari Study of Value adalah untuk mengetahui nilai-nilai apa yang dominan
pada diri seseorang, didasarkan atas pengelompokan-pengelompokan kepribadian dari
Spanger yang membagi menjadi 6 kepribadian (nilai-nilai), yaitu: nilai ekonomis,
teoritis, estetis, sosial, politik dan agama.
Bagian I terdiri dari 30 item yang masing-masing terdiri dari 2 option : A dan B.
ada beberpa cara dalam memilih yaitu:
1) Memberi huruf A bila setuju nilai: 3
B bila tidak setuju nilai: 0
2) Lebih setuju A daripada B nialai A=2, B=1
6. Group Personality Projective Test (GPPT)
Awalnya GPPT digunakan untuk menentukan kecemasan namun lebih lanjut
GPPT digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kebutuhan psikologis seseorang bisa
muncul dalam kehidupan manusia atau perilakunya. Ada 15 need yang diungkap oleh
GPPT yang secara garis besar dikelompokkan menjadi tiga yaitu: personal needs, social
needs, dan emotional needs.
Bentuk tes GPPT adalah:
- Berupa figur-figur/ figur-figur tertentu tentang aktivitas berjumlah 90
- 5 pernyataan ada disamping masing-masing figur
Administrasi tes
Testee diminta memilih 1 dari 5 pernyataan yang tersedia, manakah yang paling tepat
atau sesuai bagi dirinya.
Waktu: 40 menit (apabila belum selesai tetap diakhiri)
7. Tes Szondy

5
Kegunaan tes Szondy adalah:
- Untuk mengungkap dinamika kepribaian testee
- Untuk mengetahui struktur daerah kepribadian testee
- Untuk mengetahui aspek dinamis dari kepribadian testee
Bentuk tes berupa foto-foto orang yang mempunyai kelainan jiwa.
Administrasi tes
Dilaksanakan secara individual. Testee diminta untuk memilih figur-figur yang telah
disediakan menjadi 2 kelompok yaitu yang disenangi (D) dan yang tidak disenangi
(TD) berdasarkan seri-seri yang disajikan. Testee kemudia diminta untuk memilih
dua figur yang disenangi dan dua figur yang tidak disenangi. Penyajian foto minimal
6 kali.
Dasar untuk melakukan interpretasi adalah bahwa reaksi pilihan subyek terhadap foto
merupakan aktualisasi mental individu yang bersangkutan. Interpretasi untuk masing-
masing pilihan subyek atas foto adalah sebagai berikut:
1) Subyek yang cenderung memilih foto orang homoseks diinterpretasikan sebagai
orang halus, suka mengalah, pasif dan lemah.
2) Subyek yang cenderung memilih foto orang sadistis diinterpretasikan sebagai
orang yang agresif dan suka manipulasi.
3) Subyek yang cenderung memilih foto orang histeria dinterpretasikan sebagai
orang yang perasa (amat peka)
4) Subyek yang cenderung memilih foto-foto yang depresif diinterpretasikan sebagai
orang yang bertipe anal yaitu pelit dan hati-hati.
5) Subyek yang cenderung memilih foto orang-foto orang yang digolongkan epilepsi
diinterpretasikan sebagai orang yang perasa namun agresif.
6) Subyek yang cenderung memilih foto orang-orang yang digolongkan paranoid
diinterpretasikan sebagai orang ekspansif tapi bersifat sosial.
8. Goodenough Harris Drawing Test
Goodenough Harris Drawing Test dapat dikenakan pada anak-anak (mulai dari
usia 3 tahun) dan orang dewasa. Kegunaan dari tes ini adalah untuk mengukur
kemasakan intelektual. Bentuk tes berupa menfigur tiga figur manusia yaitu figur laki-
laki, figur wanita dan figur diri sendiri.

6
Administrasi tes
Dapat dilakukan secara indivual maupun kelompok, yang individual biasanya
bersifat klinis. Subjek diminta untuk menfigur tiga buah figur manusia dengan
pengelompokan tugas sebagai berikut:
1) Menfigur laki-laki
Perintah ditekankan pada menfigur laki-laki secara lengkap, melaksanakan tes
dengansebaik dan semampu mungkin
2) Menfigur wanita
Perintah ditekankan pada menfigur seorang ibu secara lengkap dan diminta
melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.
3) Menfigur diri sendiri
Perintah ditekankan pada menfigru diri sendiri yang paling dikenal testee dan
diminta melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.
Waktu penyajian tidak dibatasi, antara tugas 1 sampai 3 boleh diselingi
istirahat. Setelah subjek selesai mengerjakan tes ini diadakan inquiry yaitu
menanyakan lebih lanjut figur yang dibuat subjek.
9. Visual Motoric Integration
VMI dapat dikenakan untuk anak-anak pra sekolah dan SD serta anak-anak
sekolah luar biasa namun tidak bisa digunakan sebagai terapi. Kegunaa dari tes VMI
adalah untuk memperkirakan keberhasilan seseorang dalam belajar dan juga untuk
memahami terjadinya hambatan-hambatan dalam belajar. Aspek yang dinilai adalah
tingkat kemasakan visual motorik anak yang berupa persepsi dan koordinasi motorik. Tes
ini bersifat bebas budaya.
Bentuk Tes
Berupa 24 figur pola geometrik yang disajikan dalam 8 lembar kertas dengan
masing-masing lembar berisi 3 pola. Lembar-lembar awal bentuk pola geometrisnya
tergolong sederhana sedangkan pad alembar akhir bentuk pola geometrisnya semakin
kompleks.
Administrasi
Penyajian tes VMI dapat dilakukan secara individual atau kelompok, waktu
pengerjaan tes tidak dibatasi, menggunakan pensil dan tidak disediakan penghapus.

7
Subyek tidak dibolehkan mengulang dalam mengerjakan. Bila subyek gagal tiga kali
berurutan maka tes dihentikan.
10. Tes Bender Gestalt
Tes ini pertama kali dipublikasikan oleh Lauretta Bender pada tahun 1938, tes ini
memiliki kesamaan dengan tes VMI. Kelebihan dari tes Bender Gestalt adalah dapat
mengungkap kerusakan fungsi otak dan gangguan emosi. Tes ini dapat dikenakan pada
anak-anak maupun orang dewasa.
Kegunaan tes ini dengan subyek anak-anak adalah:
1. Untuk mengukur inteligensi
2. Sebagai tes kesiapan sekolah (dilihat dari kemasakan visual motoriknya)
3. Untuk mendeteksi kesulitan dalam mempelajari aritmatika
4. Untuk mengungkapkan gangguan emosi dan kerusakan fungsi otak.
Bentuk Tes
Tes Bender gestalt terdiri dari 9 kartu figure geometris, yaitu:
Figur A: Terdiri dari figur sebuah lingkaran dan persegi yang saling bersentuhan,
bangun persegi membentuk diamond. Desain ini ditentukan sebagai pendahuluan, karena
dari figur ini akan dapat dilihat sebagai pemahaman Gestalt individu, bahwa bagian-
bagian yang saling berdekatan, biasanya dipersepsi sebagai satu kesatuan.
Figur 1: terdiri dari figur titik-titik yang disusun mendatar, dengan jarak yang
berbeda. Pada umumnya titik-titik ini akan dipersepsi sebagai pasangan-pasangan titik
dengan jarak yang paling dekat. Hal ini menunjukkan proksimitas (kedekatan) dalam
hukum Gestalt.
Figur 2: terdiri dari figur tiga baris bulatan-bulatan kecil yang diawali dengan
peletakan bulatan kecil yang berbeda pada setiap baris. Figur ini akan dipersepsi sebagai
kelompok garis yang terdiri dari tiga bulatan kecil dari kiri atas ke baewah kanan. Hal ini
juga menunjukkan tentang hukum kedekatan dalam Gestalt.
Figur 3: terdiri dari figur titik-titik satu, tiga, lima, dan tujuh yang dirangkai
sedemikian rupa sehingga titik yang berbeda ditengah berada pada level yang sama.
Sementara titik-titik yang lain diatur membentuk sudut diamond.

8
Figur 4: terdiri dari figur persegi yang terbka kearah atas dengan sudut kanan
bawah bersentuhan dengan bagian tengah garis berbentuk bel (bell-shaped). Bentuk ini
menunjukkan prinsip keberlanjutan Gestalt (continuity principle).
Figur 5: terdiri dari figur garis lengkung putus-putus terbuka ke bawah,
bersentuhan dengan garis putus-putus serong ke kanan di bagian atas.
Figur 6: terdiri dari figur dua garis bergelombang dengan panjang gelombang
yang berbeda, saling bersilangan satu sama lain dalam sebuah tautan.
Figur 7 dan 8: terdiri dari figur dua konfigurasi dari satuan bentuk yang sama,
namun dengan peletakkan yang berbeda, sehingga akan dipersepsi berbeda pula. Pada
umumnya bentuk-bentuk geometris tersebut akan difigur sebagai berikut:
Figur B: pertama digambar lingkaran kemudian persegi.
Figur 1: titik-titik digambar dari kiri ke kanan.
Figur 2: bulatan-bulatan kecil digambardari kiri sebagai kelompok yang terdiri dari tiga
bulatan kecil.
Figur 3: titik tunggal di sebelah kiri digambar terlebih dahulu. Tiga, lima, dan tujih titik
ditambahkan dari kiri ke kanan.
Figur 4: pertama menggambar persegi yang terbuka, kemudian garis berbentuk bel.
Figur 5: pertama semi lingkungan, kemudian ditambahkan garisnya. Jarang yang
menggambar garisnya dulu.
Figur 6: gelombang horizontal dulu, baru kemudian vertical.
Figur 7: bentuk yang vertical dulu, kemudian dipotongkan dengan bentuk kedua.
Figur 8: bentuk yang besar terlebih dahulu kemudian diamond didalamnya.
Administrasi Tes
Administrasi tes Bender Gestalt dapat berfunsi individual maupun klasikal. Untuk
pemberian materi tes dengan cara individual peran observasi menjadi sangat penting
karena reaksi orang yang memiliki gangguan emosi dan fungsi otak akan berbeda dengan
orang normal.sedangkan tes secara klasikal dapat menggunakan proyektor.tugas testee
adalah menyalin figur geometris kedalam selembar kertas. Peletakan figur yang akan
dibuat diserahkan kepada testee karena dengan ini sekaligus dapat diketahui pola piker
testee. Testee boleh mencoba bebrapa kali dalam menyalin figur geometris namun
diingatkan untuk menulis nomor urutannya.

9
Pada dasarnya dalam pelaksanaan tes Bender Gestalt observai memang perlu
dilakukan. Umumnya anak-anak hiperaktif bila meniru figure, meniru tanganya terlebih
dahulu baru dipindahkan ke kertas. Anak anak epilepsi biasanya mengalami
perseverasi(pengulangan) yaitu mengfigur.secara berulang dari pojok ke pojok
kertas.anak anak yang mempunyai gangguan otak umumnya akan mengerjakan dengan
serius namun tidak pernah merasakan kepuasan karena merasa tidak pernah bagus
nilainya.
Skoring
Hal-hal yang dinilai dalam skoring tes Bender Gestalt adalah:
1. Mutu garisnya
2. Ukuran figure yang dibuat
3. Usaha testee saat pelaksanaan tugas (dengan observasi)
4. Penambahan/pengukuranyang dilakukan testee dari stimulasi yang ada
5. Susunan yang dibuatnya (pengaturan figur)
Dalam hal ini standar skoring sudah baku tinggal mencocokan saja.
Interpretasi
Ada 4 hal yang merupakan tanda kerusakan saraf atau otak yaitu:
1. Bila ada penyerdehanaan figur-figur pada anak yang mempunyai MA(Mental
age) dibawah umurnya.
2. Bila ada tabrakan antara satu figur dengan figure lainnya.
3. Bila ada figur yang melebihi kertas yang disediakan atau ada figur-figur
tertentu yang difigur besar(tapi tidak semua). Orang yang mempunyai waham
kebesaran biasanya semua difigur besar.
4. Ada rotasi (pemutaran) figur lebih dari 90 derajat
5. Ada figur-figur yang difigur tidak lengkap (tiap-tiap unit figur difigur secara
tidak lengkap)
6. Mutu garis yang tidak lengkap
7. Pengubahan bentuk (.) menjadi (,) atau menjadi bentuk-bentuk lain.
11. Tes Rorschach
Tes Rorschach merupakan tes bercak tinta dan tes proyektif yang paling popular
karena mampu mengungkap kepribadian secara utuh meliputi aspek intelektual

10
(kapasitas dan efisiensinya), emosi dan fungsi ego. Tes ini dikembangkan oleh Hermann
Rorschach pada tahun 1921 dan merupakan tes bercak tinta yang pertama kali. Tes ini
juga dapat mengungkap berbagai macam gejala psikiatri atau klinis.
Bentuk Tes
Berupa 10 kartu dengan masing masing kartu berisi bercak tinta yang simetris.
Kartu kartu dalam Tes Rorschach terdiri dari kartu kartu yang kromatis (mengandung
warna dan akromatis. Kartu kartu yang kromatis adalah kartu nomor 2,3,8,9,10 dan yang
akromatis adalah kartu kartu nomor 1,4,5,6,7.
Administrasi Tes
Administrasi tes Rorschach terbagi menjadi:
1. Tahap performance proper: setiap kartu disajikan kepada testee secara berurutan.
2. Tahap inquiry: menanyakan lebih lanjut atas jawaban jawaban testee yang muncul
pada tahap performance proper. Baik pada tahap performance proper maupun
inquiry, jawaban testee harus dicatat selengkap lengkap nya.
Skoring
Skoring dalam Tes Rorschach meliputi:
1. Lokasi: bagian bercak yang dijadikan landasan testee dalam memberikan jawaban
2. Determinan: meliputi bentuk, gerakan, dan warna
3. Isi: apakah jawaban testee digolongkan jawaban jawaban obyek, kesenian, hewan,
manusia dan sebagainya
4. Popular – Original: apakah jawaban jawaban testee merupakan respon respon umum
atau spesifik
5. Form Level Rating (FLR): nilai yang menyangkut kualitas jawaban testee
Interpretasi
Hasil tes Rorschach baru dapat diinterpretasi setelah dilakukan tabulasi dan
dituangkan dalam psikogram sebagai figuran mengenai subyek tersebut. Dari hasil
tabulasi dan psikogram kemudian dilakukanlah interpretasi secara kualitatif

Analisis Content
Pendekatan isi ini kurang ditekankan karena hanya merupakan pendekatan tambahan
bagi pendekatan yang sudah baku. Pendekatan ini mendasarkan pada respon respon

11
tertentu pada bagian bercak setiap kartu, kemudian memberikan interpretasinya. Hasil
dari interpretasi pendekatan isi bukan merupakan hasil yang akurat, namun demikian di
tangan klinisi yang sangat berpengalaman dengan Rorschach, hasilnya dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan diagnosis klinis.
12. Holtzman Inkblot Test (HIT)
Holtzman Inkblot Test diciptakan sebagai upaya untuk menyempurnakan tes
Rorschach. Bila dalam tes Rorschach setiap kertu boleh direspon lebih dari satu, tidak
demikian halnya dengan tes ini. Di dalam HIT, subyek hanya diperkenankan untuk
memberikan satu respon saja untuk setiap kartu. Cara demikian menurut pembuatnya
diharapkan dapat lebih terstandar dan dasar pertimbangan utama pembuatan HIT
adalah untuk mendapatkan suatu alat tes yang lebih terstandardisasi.
Materi HIT berupa kartu kartu yang berisi bercak tinta yang simetris dan yang
tidak simetris serta terbagi menjadi dua seri. Setiap seri berisi 47 kartu terdiri dari 45
kartu utama dan dua kartu percobaan. Dua seri kartu tersebut harus diberikan kepada
testee sehingga total kartu yang diberikan dan harus direspon oleh testee berjumlah 94
kartu.
Dalam skoring sebenarnya ada 22 aspek yang diungkap, namun penekanannya
lebih pada mengungkap aspek kognitif, afektif dan konsep diri.
13. Children Apperception Test (CAT)
CAT merupakan pengembangan dari TAT, dikembangkan oleh Bellak
(Leopold Bellal) dan Sonya Sorel Bellak. Menurut Bellak, stimulus kartu TAT tidak
cocok untuk anak-anak, karen itu dikembangkanlah tes yang mirip dengan TAT yang
stimulunya lebih bisa direspon oleh anak-anak yaitu perfigur binatang dan
suasananya pun khas anak-anak. Di Indonesia sudah dilakukan adaptasi figur-figur
kartu CAT yang sesuai dengan budaya Indonesia.
CAT dapat dikenakan untuk anak-anak usia 3 sampai 10 tahun. Hal-hal yang
hendak diungkap lewat setiap kartu CAT adalah :
1. Pemuasan kebutuhan oral (makan,dsb.)
2. Situasi persaingan antar saudara
3. Agresivitas anak
4. Penerimaan lingkungan orang dewasa terhadap anak

12
CAT (baik binatang maupun orang ) tidak akan mempengaruhi respon subyek.
14. Family Apperception Test (FAT)
Kegunaan alat tes ini adalah untuk mengungkap problem-problem
perkembangan anak maupun emosi anak. FAT dapatdipergunakan untuk anak usia 3
sampai 10 tahun. Apabila dengan CAT dapat diungkap sampai lingkngan sosialnya,
FAT hanya terbatas pada lingkungan keluarga. Jumlah kartu dalam FAT ada 7 (0
sampai 6) dengan figuran sebagai berikut:
Kartu 0
Untuk mengungkap keadilan orangtua membagi kasih sayang pada anak-anaknya.
Kartu 1
Mengungkap hubungan ayah-ibu, kedisiplinan anak, hubungan anak dengan
anggota-anggota keluarga yang lain lain (misalnya tante), dan bagaimana sosialisasi
keluarga terhadap lingkungan sekitarnya.
Kartu 2
Kartu 2 ada dua macam, yaitu: satu untuk laki-laki dan satu untuk perempuan.
Kartu ini mengungkap hal-hal yang berkaitan dengan pembagian kasih sayang dan
persaingan antar saudara.
Kartu 3
Mengungkap tentang hukuman, kesepian, dan tipe otorita orangtua
Kartu 4
Mengungkapkan pertikaian-pertikaian orangtua/keluarga, siapakah yang dominan
dalam pertikaian tersebut, status dan posisi anak dalam pertikaian
Kartu 5
Mengungkap kedisiplinan dan tingkat dominasi ayah
Kartu 6
Sama degngan kartu no. 4 yaiu mengungkap pola hubungan orangtua dalam
situasi berbeda dan kedudukan anak dalam hubugan orangtua tersebut.
15. Senior Apperception Technique (SAT)
SAT merupakan pengembangan dari TAT, dan yang mengembangkan adalah
Leopard Bellak dan Sorya Sorel Bellak. SAT untuk orang-orang yang sudah tua (manula)
yang berusia lebih dari 65 tahun.

13
Hal-hal yang diunngkap dalam SAT adalah:
1. Kemarahan-kemarahan yang dimiliki/dipendam pada masa muda sampai tua
2. Rasa ketidakberdayaan diri (belas kasihan pada diri sendiri)
3. Penyesuaian diri; apakah masih semangat atau tidak
4. Ketakutan – ketakutan yang berarti, misalnya merasa tidak berarti karena menghadapi
masa pensiun
5. Ketakutan untuk terluka, misalnya ketakutan diabaikan anaknya
6. Pendapatnya tentang kaum muda.

C. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Proyektif


1. Rapport dan keleluasaan penggunaan
Sebagian besar teknik proyektif dapat berfungsi sebagai ice breaker selama
terjalinnya hubungan antara tester dan testee. Tugas-tugasnya menarik dan tidak
membosankan, bahkan sering kali menghibur. Teknik proyektif non verbal dapat
digunakan untuk anak-anak, mereka yang buta huruf, dan orang-orang dengan gangguan
bicara. Media non verbal ini sangat membantu testee dalam berkomunikasi dengan tester.
2. Variabel tester dan situasi
Teknik proyektif lemah dalam standarisasi baik administrasi maupun skoringnya.
Oleh karena itu untuk hasil yang akurat faktor tester dan situasi tes menjadi sangat
penting. Kadang-kadang sikap dan perilaku tester dikesankan oleh testee seperti
menggurui, mendikte, atau mengarahkan pada respon tertentu. Hal ini akan
mempengaruhi respon dan imajinasi dari klien.
3. Norma
Kelemahan dari teknik proyektif adalah data normatif. Sejumlah data mungkin
sangat kurang atau meragukan. Hal ini juga akan berpengaruh pada obyektivitas
interpretasi.
4. Reliabilitas
Sebuah teknik prosedur skoring yang relatif kurang terstandar, reliabilitas skor
atau penilaian menjadi sangat penting. Pada teknik proyektid, reliabilitas skor tidak hanya
memberikan skor yang obyektif tapi juga merupakan tahap memberikan interpretasi
secara lengkap.

14
5. Validitas
Studi tentang validitas teknik proyektif yang banyak dilakukan adalah concurrent
criterion-related validity. Dengan cara membandingkan performansi dari kelompok-
kelompok kontras, seperti kelompok okupasional dengan kelompok diagnostik, dengan
menggunakan alat ukur lain yang mengungkap hal yang sama.3

3
Karmiyati Diah.,dan Cahyaning Suryaningrum.2005. Pengantar Psikologi Proyektif, Malang: UMM Press

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tes proyektif merupakan tes yang tidak terstruktur yang bersifat ambigu, artinya
stimulus dan responnya tergantung dari masing-masing individu. Secara garis besar
tes proyeksi dibagi menjadi dua kelompok yaitu: verbal (baik materi, komunikasi
antara testee dengan tester dan respon subyek berwujud lisan maupun tulisan) dan
non verbal (wujud materi bukan dalam bentuk bahasa).
Tes proyeksi berfungsi untuk mengungkap keadaan psikologi bawah sadar
manusia yang selama ini di repres atau ditahan ke alam bawah sadar. Melalui tes
proyeksi ini diharapkan dinamika psikologis itu dapat dikeluarkan alat bantu tes-tes
proyeksi dan tujuan utamanya adalah untuk membedakan karaktristik masing-masing
individu.
B. Saran
Tes proyektif merupakan tes yang umum digunakan dikalangan mahasiswa
jurusan psikologi maupun kalangan praktisi, sebab tes proyektif bersifat sangat
ekonomis dan tidak terlalu memiliki tingkat kesukaran yang tinggi. Sejalan dengan
hal tersebut yang dibutuhkan oleh tester adalah kemampuan dan keterampilan yang
khusus dan mumpuni untuk dapat melakukan diagnosa dengan baik, oleh karena itu
diharapkan pembelajaran mengenai tes proyektif ini harus sungguh-sungguh
dilakukan di dalam perkuliahan maupun praktik secara langsung.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, A & Urbina, S (2007). Tes Psikologi, Edisi Ketujuh (Terjemahan). Jakarta: PT
Indeks
Kaplan, Robert M. & Dennis p, Pengukuran Psikologi (Jakarta: Salemba Humanika,
2012), hlm. 9
Karmiyati Diah.,dan Cahyaning Suryaningrum.2005. Pengantar Psikologi Proyektif,
Malang: UMM Press

17

Anda mungkin juga menyukai