Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

TES PROYEKTIF
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikodiagnostik 1
yang dibina oleh Fuji Astutik,M.Psi

Oleh:
Lu’luun Nurul Izzah (18410035)
Maulida Aulia Fitri (18410058)
Shania Aprilianti (18410090)
Ferry Kus Dwi Satria (18410105)
Wardatul Firdaus (18410120)
M. Adam Aulia Septianto (18410165)
Ayu Annisa Ismira Ningrum (18410229)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2019
KATA PENGANTAR
 

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa peran penting masing-masing anggota kelompok
yang telah memberikan sumbangan ide, gagasan serta pemikiran-pemikiran. Harapan kami
semoga dengan kehadiran makalah ini dapat memberikan manfaat besar untuk para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun.

                                                                                      

Malang, 7 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan ..................................................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Pengertian tes proyeksi.........................................................................3
B. Sejarah tes proyektif............................................................................4
C. Jenis-jenis tes proyektif........................................................................6
D. Prinsip dasar tes proyektif......................................................................11
BAB III: PENUTUP.........................................................................................12
A. Kesimpulan...........................................................................................12
B. Saran ....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tes proyektif merupakan tes yang tidak terstruktur yang bersifat ambigu, artinya
stimulus dan responnya tergantung dari masing-masing individu.1 Healy, Bronner, dan
Brouer menyatakan bahwa proyeksi merupakan proses defensive dibawah kekuasaan
prinsip kenikmatan. Ego akan selalu melampiaskan dorongan-dorongan dan keinginan-
keinginan yang tidak disadari ke dunia. Tes proyeksi berfungsi untuk mengungkap
keadaan psikologi bawah sadar manusia yang selama ini di repres atau ditahan ke alam
bawah sadar. Melalui tes proyeksi ini diharapkan dinamika psikologis itu dapat
dikeluarkan alat bantu tes-tes proyeksi dan tujuan utamanya adalah untuk membedakan
karaktristik masing-masing individu.
Tes proyektif memberikan stimuli yang artinya tidak segera jelas, artinya dia
mendorong pasien untuk memproyeksikan kebutuhannya sendiri kedalam situasi tes. Tes
proyeksi kemungkinan tidak mempunyai jawaban benar atau salah, orang yang diuji
harus memberikan arti terhadap stimulus sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu
tes proyektif menuntut kesimpulan yang luas atau kualitatif. Kecenderungan untuk
subjektif dapat diatasi dengan pengetahuan dan pengalaman yang besar terhadap tes.
Sejalan dengan hal tersebut materi tentang tes proyektif ini amat harus dikuasai oleh
mahasiswa jurusan psikologi agar mampu memberikan penafsiran yang objektif dan
memang sesuai dengan keadaan pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian tes proyektif?
2. Bagaimana sejarah tes proyektif?
3. Bagaimana jenis-jenis tes proyektif?
4. Bagaimana penerapan tes proyektif?

1
1
Kaplan, Robert M. & Dennis p, Pengukuran Psikologi (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), hlm. 9
C. Tujuan
1. Untuk memaparkan pengertian tes proyektif.
2. Untuk memaparkan sejarah tes proyektif.
3. Untuk memaparkan jenis-jenis tes proyektif.
4. Untuk memaparkan penerapan tes proyektif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tes Proyeksi

Dalam Psikologi, Proyeksi psikologi (bias proyeksi) adalah sebuah mekanisme


pertahanan yang mana mencirikan pelarian diri seseorang pada sesuatu kondisi atau emosi
yang tidak dikehendaki. Proyeksi meng;urangi tingkat kecemasan dengan mengalihkan pada
ekspresi dari dorongan alam bawah sadar yang tidak diinginkan tanpa dikenali oleh ego. teori
ini dikembangankan oleh Sigmund Freud dan kemudian didefinisi ulang oleh anaknya Anna
Freud, dengan alasan ini maka seringkali teori ini disebut Freudian Projection.
Menurut Corey Mixon, proyeksi adalah sebuah mekanisme pertahanan dimana seseorang
memunculkan prilaku, motivasi, dan perasaan yang tidak diinginkan kepada orang lain.
Untuk memahami prosesnya, bayangkan seseorang dari pasangan yang tidak beragama.
walaupun mereka berhadapan dengan pikiran yang tidak diinginkan secara sadar akan tetapi
secara alam bawah sadar memproyeksikan perasaan ini pada orang lain, dan memulai berpikir
bahwa orang lain akan berpikir untuk memulai suatu hubungan. dengan cara ini akan terlihat
bahwa proyeksi terbentuk dari satu penolakan, singkat kata mekanisme pertahanan yang
paling primitif yaitu proyeksi. mereka yang memproyeksikan penolakan dalam bagian dari
diri mereka hal yang menyedihkan itulah yang akan muncul ke permukaan. dalam kasus ini,
mereka tidak bisa menghadapi perasaan ketidak beragamaan mereka dan memproyeksikannya
kepada orang lain.
Pengertian proyeksi tidaklah dapat didefenisikan secara pasti. Munculnya konsep-konsep
yang ingin menerangkan pengertian proyeksi diwarnai dengn problem-problem mengenai
konsep proyeksi itu sendiri. Istilah proyeksi pertama kali dikemukakan oleh Freud pada awal-
awal tahun 1894 dalam tulisannya “The Anxiety Neurosis” yang mengatakan bahwa : Jiwa
manusia memilki potensi untuk mengembangkan kecemasan yang neurotis di saat dirinya
merasa tidak mampu mengatasi rangsangan-rangsangan atau gairah-gairah seksual. Dorongan
ini akan diproyeksikan ke dunia luar.

3
Tes psikologi pada dasarnya adalah alat ukur yang obyektif dan dibakukan atas sampel
tertentu. Tes-tes psikologi mirip dengan tes-tes dalam ilmu-ilmu lainnya, sejauh observasi
dibuat atas sample yang kecil, namun dipilih secara hati-hati atas perilaku individu.  Tes
Proyektif adalah tes yang mengungkap aspek-aspek psikologis seseorang, di mana individu
memproyeksikan diri dalam suatu objek. Tes ini membutuhkan alat untuk mengungkap apa
yang ada di alam bawah sadar, alatnya berupa kartu, kertas.
Tes proyektif adalah alat yang memungkinkan untuk mengungkap motif, nilai, keadaan
emosi, need yang sukar diungkap dalam situasi wajar dengan cara individu memproyeksikan
pribadinya melalui objek diluar individu.
Dalam tes proyeksi, bila subjek dihadapkan pada materi atau stimulus yang sifatnya
ambiguous, kemudian subjek diminta untuk memberi respon terhadap stimulus tersebut,
subjek akan memberi respon dengan cara memproyeksikan dorongan-dorongan yang ada pada
dirinya dalam perbuatan yang biasanya melalui koreksi/kerjasama dengan tuntutan-tuntutan
yang bersifat eksternal. Menurut Murray, reaksi individu terhadap stimulus ambiguous
tersebut merupakan kerjasama atau interaksi antara need dan press yang disebut thema.

B. SEJARAH TES PROYEKSI

Tes ini berawal dari lingkungan klinis dan tetap merupakan alat yang penting bagi ahli
klinis. Sejumlah metode berkembang dari prosedur terapeutis yang digunakan pada pasien
psikiatris. Dalam kerangka teoritis, kebanyakan teknik proyektif mencerminkan pengaruh
konsep psikoanalitik yang tradisional dan modern. Ada berbagai upaya yang terpisah yang
meletakkan dasar bagi teknik proyektif dalam teori stimulus respon dan dalam teori
perceptual tentang kepribadian. Asumsi dasarnya adalah apabila subjek atau individu
dihadapkan pada hal-hal yang ambiguitas maka subjek akan memproyeksikan personalitinya
melalui jawaban-jawaban terhadap stimulus itu. Syarat-syarat untuk proyeksi antara lain
diperlukan screen dan layar. Screen  adalah sebuah alat tes untuk memproyeksikan gambar
dan stimulus.
Tes proyeksi adalah pengungkapan aspek psiklogis manusia dengan menggunakan alat
proyeksi. Tes ini berdasar pada eksternalisasi aspek-aspek psikis terutama aspek-aspek
ketidaksadaran ke dalam suatu stimulasi/rangsang yang kurang atau tidak berstruktur yang

4
sifatnya ambigious agar dapat memancing berbagai alternatif jawaban tanpa dibatasi oleh
apapun.
Pelopor tes proyeksi adalah Freud (1984) dengan teori psikodinamikanya, dan kemudian
dikembangkan oleh Herman Rorschach (1921) dengan tes Rorschach dan Murray (1935)
dengan tes TAT (Thematic Apperception Test) untuk mengungkap aspek-aspek kepribadian
manusia.
Tes proyeksi memberikan stimuli yang artinya tidak segera jelas; yaitu beberapa hal yang
berarti dia mendorong pasien untuk memproyeksikan kebutuhannya sendiri kedalam situasi
tes. Tes proyeksi kemungkinan tidak mempunyai jawaban benar atau salah, orang yang diuji
harus memberikan arti terhadap stimulus sesuai dengan kebutuhan dalamnya, kemampuan dan
pertahanannya.
Oleh karena tes proyektif menuntut kesimpulan yang luas atau kualitatif (tend to
subjective). Kecenderungan untuk subjektif ini dapat diatasi dengan pengetahuan, pengalaman
yang besar terhadap tes. Validitas dan reliabilitas tes rendah, karena dalam memberikan
kesimpulan sangat luas.
 Pengertian proyeksi tidaklah dapat didefinisikan secara pasti. Munculnya konsep-konsep
yang ingin menerangkan pengertian proyeksi diwarnai dengan problem-problem mengenai
konsep proyeksi itu sendiri. Proyeksi adalah suatu istilah yang sekarang digunakan dalam
psikologi klinis, psikologi dinamik dan psikologi sosial.
Psikologi proyeksi merupakan dasar dari berbagai macam bentuk proteksi termasuk tes-
tes proyektif yang bersifat verbal maupun non verbal. Istilah proyeksi pertama kali
dikemukakan oleh Sigmund Freud pada awal-awal tahun 1894 dalam tulisannya “The Anxiety
Neurosis” yang mengatakan bahwa “Jiwa manusia memiliki potensi untuk mengembangkan
kecemasan yang neurotis disaat dirinya merasa tidak mampu mengatasi rangsangan atau
gairah-gairah seksual. Hal itu diartikan bahwa jiwa bertindak seolah-olah telah
memproyeksikan gairah-gairah ini ke dalam dunia luar.
Pada tahun 1896 dalam tulisan “On The Defense Neuropsychosis” Freud menyampaikan
elaborasi lebih jauh mengenai konsep proyeksi. Secara eksplisit Freud mengatakan bahwa
proyeksi merupakan proses pelampiasan keluar dorongan-dorongan, perasaan-perasaan dan
sentimen-sentimen yang ada pada diri individu ke orang lain atau dunia luar sebagai proses
yang sifatnya defensif dan individu tidak menyadari fenomena yang terjadi pada dirinya.

5
Freud memberi contoh elaborasi tersebut melalui kasus Schreber (penderita paranoid
yang memiliki kecenderungan homoseksual). Karena ada tekanan dari super ego yang tidak
memperbolah kan pria mencintai sejenisnya terjadi reaksi formasi dalam membentuk
menransfer suatu sikap “I Love him” menjadi “I hate him” (proyeksi benci yang sebenarnya
cinta). “I hate him” masih ada kelanjutannya menjadi “He hates him”.
Konsep proyeksi Freud ini serupa dengan konsep kompensasi dari Alder (prissip
inferioritas dan kompensasi). Sejak lahir manusia memiliki kelemahan, namun manusia tidak
putus asa dengan cara melakukan kompensasi untuk menutupi kelemahan-kelemahannya.
Bentuk kompensasi Alder ini sama dengan proyeksi.
Healy, Bronner, dan Brouer menyatakan bahwa proyeksi merupakan proses defensive
dibawah kekuasan prinsip kenikmatan. Ego akan selalu melampiaskan dorongan-dorongan
dan keinginan-keinginan yang tidak disadari ke dunia.
Pada dasarnya memang tidak banyak ahli yang memberikan pengertian atau definisi
mengenai proyeksi. Oleh karena itu pengertiannya pun menjadi terbatas. Freud sebagai ahli
pertama yang memberikan pengertian konsep proyeksi lebih memfokuskan dibidang klinis
karena sesuai dengan asal usulnya freud memang banyak menemukan gejala perilaku
proyeksi dari kasus-kasus klinis yaitu psikosa dan neurosa. Pada akhirnya konsep proyeksi
menjadi paling banyak dipakai dibidang klinis

C. JENIS-JENIS TES PROYEKSI

Ada dua jenis tes proyektif yaitu, tes proyektif verbal dan non-verbal. Tes proyektif
verbal yaitu tes proyektif yang materinya maupun reaksi subyek dan instruksinya
menggunakan bahasa, sehingga dalam tes ini dituntut suatu kemampuan bahasa. Tes proyektif
non verbal wujud materinya bukan dalam bentuk bahasa. Faktor bahasa hanya berperan untuk
komunikasi antara testee dan tester. Tes proyektif ini yang memakai bahasa hanya
intruksinya.
Macam-macam tes proyeksi dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Lindzey 1959) :
 ASSOCIATIVE TECHNIQUES
Subjek menjawab stimulus dengan perkataan, image, atau ide-ide yang pertama
kali muncul. Contoh : Rorschach Inkblots, Word Association, SSCT.

6
 CONSTRUCTION PROCEDURES
Subjek mengkonstruk atau membuat suatu produk (cerita). Dan dari cerita itulah
keadaan psikologis klien diungkap. Contoh : TAT, MAPS (Make a picture story).
 COMPLETION TASKS
Melengkapi kalimat atau cerita yang sudah ada disedikan sebelumnya. Contoh :
SSCT, Rosenzweig Picture-Frustation Study.
 CHOICE OR ORDERING DEVICES
Mengatur kembali gambar, mencatat referensi atau semacamnya. Contoh : Szondi
Test, Tomkins-Horn Picture Arrangement Test.
 EXPRESSIVE METHODS
Gambar, cara / metode dalam menyelesaikan sesuatu dievaluasi. Contoh : BAUM,
HTP, DAP.

Berikut beberapa macam tes proyektif :


1. SSCT ( Sack Sentences Complation Test )

SSCT adalah test kepribadian yang bersifat proyektif yang dikembangkan oleh Joseph
Sac dan Sidney Levy bekerjasama dengan lembaga pelayanan kesehatan mental di New
York. Test SSCT ini merupakan salah satu tes non verbal, SSCT sifatnya sangat sederhana
baik pengerjaannya maupun interpretasinya, jumlahnya terdiri dari 60 item. Dimana masing-
masing item merupakan kalimayt yang belum selesai, tidak terstruktur/ambigu, selanjutnya
subyek berkewajiban menyelesaikan kalimat tersebut dengan cara mengisi atau
mengemukakan kata-kata yang pertama kali muncul dalam pikirannya. Pada awalnya tes ini
digunakan untuk proses terapi setelah perang, seperti yang kita ketahui bahwa setelah perang
banyak veteran perang yang mengalami gangguan jiwa, tes ini juga dapat membantu biro
konseling.
Secara garis besar, aspek-aspek kepribadian yang akan diungkap oleh SSCT ada 4
faktor yaitu:
 Sikap individu dalam hubungannya dengan keluarganya
 Sikap individu dalam kehidupan sexualnya
 Sikap individu dalam hubungannya dengan orang lain atau antar individu
 Konsep diri dari individu yang di tes

7
2. DAP (Draw A Person)

Tes DAP atau DAM (Draw-A-Man) dikembangkan Goodenough untuk memprediksi


kemampuan kognitif anak yang direfleksikan dari kualitas hasil gambarnya.Asumsinya,
akurasi dan detail gambar yang dihasilkan menunjukkan tingkat kematangan intelektual
anak. DAP test ini digunakan untuk usia 3-10 tahun. Tes DAP yaitu menggambar
orang.Tetapi instruksi tersebut belum berstruktur. Jadi orang yang di tes berusaha membuat
bentuk yang sesuai dengan gambaran yang timbul dari dalam dirinya sendiri, oleh karena itu
penelitian yang secara cermat terhadap gambar (juga gambar pohon) akan mengungkap arti-
arti emosionil atau ketidaksadaran individu tersebut. Selain itu juga arti artistiknya
mempunyai tanda tertentu dari ciri-ciri tiap ahli melukis.Dalam psikologi klinis waktu tidak
terbatas, namun dapat ditentukan juga kurang lebih 20 menit.

3. HTP (House Tree Person Test)

Dikembangkan tahun 1947,direvisi tahun 1948, 1949 dan (revisi Buck and Waren
1992. Pada prinsipnya dikembangkan dari Goodenough Scale yang berfungsi untuk
mengatur fungsi/kematangan intelektual. Buck meyakini bahwa gambar rumah dan pohon
juga dapat memberikan informasi yang relevan mengenai kepribadian individu. Tes HTP
umumnya memiliki tujuan untuk mengatur keseluruhan individu.Waktu yang dipergunakan
dalam tes psikologi HTP normalnya selama 10 menit, dalam psikologi klinis tidak dibatasi.
Prinsip Tes HTP yang utama adalah tidak bisa lepas dari interpretasi masing-masing
gambar, karena pada dasarnya merupakan salah satu tes grafis yang berguna untuk
melengkapi tes grafis yang lain, yaitu mengetahui hubungan keluarga.

4. WARTEGG

Tes wartegg disebut juga dengan drawing completion test karena subyek harus
melengkapi gambar-gambar kecil yang telah tersedia pada 8 kotak. Tes ini di perkenalkan
pertama kali oleh Miss Kinget untuk mengetahui tentang HORN – HELLERSBRG tes.
Kemudian di ambil oleh EHRIG WARTEGG. Dasar teori dari tes ini adalah psikologi
Gestalt yang dikembangkan oleh F. Kreinger dan F. Sander di University of Lepzeig.
Menurut psikolgi Gestalt bukan saja obyek yang dipersepsikan, tetapi juga subyek yang

8
mengalami harus dianggap sebagai struktur. Struktur ini terbentuk dari sejumlah orientasi
dan disposisi yang spesifik dan dinamis yang cenderung memberi bentuk dan mengorganisir
yang alami. Dengan adanya kebebasan yang besar dalam menkonstruksikan stimulus maka
semakin besar pula kemungkinan individu mengekspresikan dirinya. Materi test yang
digunakan oleh wartegg juga bertujuaan untuk menghindarkan faktor-faktor yang
mengancam misalnya dari sifat test yang ambigius dan asing yang mungkin menimbulkan
sikap ragu-ragu, cemas, dll.

5. TAT

TAT merupakan singkatan dari Thematic Apperception Test. TAT adalah sebuah tes
yang dilakukan untuk mengetahui kognitif atau gambaran kepribadian secara umum dari
seseorang. TAT terdiri dari 30 buah kartu yang berukuran 4 x 6 inchi, yang terdapat
gambar-gambar yang hanya berwarna hitam dan putih, dan gambar tersebut dalam
menggambarkan keadaan yang suram, dan kebanyakan kartu, menyajikan gambar yakni satu
atau lebih orang dengan situasi yang aktivitas yang ambigu. Terdapat pula 1 kartu itu hanya
berisi halaman kosong yang tidak ada gambar sama sekali. (Robert J. Gregory,
Psychological Testing, hal. 367).
31 kartu tersebut, dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok, yaitu :
o Netral
o Boy (B), untuk subyek anak laki-laki dengan batasan usia kurang dari 14 tahun
o Girl (G), untuk subyek anak perempuan dengan batasan usia kurang dari 14 tahun
o Female (F), untuk perempuan yang berusia lebih dari 14 tahun
o Male (M), untuk laki-laki yang berusia lebih dari 14 tahun.

TAT dapat dikenakan untuk subyek dengan usia minimal 4 tahun. Kartu yang
disajikan cukup 20 kartu, dipilih berdasarkan tingkat usia dan permasalahan subyek.

6. CAT

CAT merupakan singkatan dari Children Apperception Test. CAT merupakan tes
proyeksi kepribadian yang diadministrasikan secara individual pada anak-anak usia 3 sampai
10 tahun. CAT merupakan penurunan langsung dari TAT namun bukan untuk

9
menggantikannya. TAT digunakan untuk melihat kepribadian orang dewasa, sedangkan
CAT untuk anak. CAT dimaksudkan untuk melihat sikap, sifat, dan proses psikodamika
kepribadian pada anak-anak pra pubertas. CAT terdiri dari 10 gambar, yang mana gambar-
gambar tersebut menyajikan gambar-gambar binatang dalam setting manusia. Pengembang
tes ini mengasumsikan bahwa dengan kartu-kartu yang bergambar binatang, maka anak
diharapkan dapat mengientifikasi lebih baik dari pada gambar manusia. (Robert J. Gregory,
Psychological Testing, hal. 370).
Hal-hal yang hendak diungkapkan lewat setiap kartu dalam CAT adalah :
 Pemuasan kebutuhan oral (makan,dsb)
 Situasi persaingan antar saudara
 Agresivitas anak
 Penerimaan lingkungan orang dewasa terhadap anak. (Diah Karmiyati, Cahyaning
Suryaningrum, Pengantar Psikologi Proyektif, hal 53)

7. RORSCHACH TEST

Tes ini merupakan tes psikologi yang meminta subjek untuk menulis atau
menyebutkan gambar-gambar berupa bercak tinta (inkblot), dan kemudian dianalisis dengan
menggunakan interpretasi psikologis, algoritma kompleks, atau keduanya. Beberapa
psikolog menggunakan tes ini untuk mengetahui karakter dan emosional seseorang. Tes
Rorschach telah digunakan untuk mendeteksi masalah-masalah psikologis seperti gangguan
pikiran, terutama dalam kasus ketika pasien enggan menyatakan proses berpikir mereka
secara terbuka.
Diperkenalkan pertama kali oleh psikiater dari Swiss, Hermann Rorschach. Terdiri
dari 10 inkblots. Tes ini dikritik pada 1950 dan 1960 karena norma dan prosedurnya tdk
terstandardisasi. Dapat mendeteksi gangguan berpikir, seperti skizofrenia atau manik
depresi. Namun, biasanya diperiksa lagi dengan tes yang lebih obyektif. Tes ini tidak valid
untuk mendeteksi kekerasan seksual pada anak, perilaku impulsif, dan perilaku kriminal.

D. PRINSIP DASAR TES PROYEKTIF


1. Stimulusinya bersifat tidak berstruktur yang memungkinkan subjek mempunyai
alternative pilihan yang banyak.

10
2. Stimulusnya bersifat ambiguous yang memungkinkan subjek merespon stimulus atau
materi tes sesuai dengan interpretasi masing-masing.
3. Stimulisnya bersifat kurang mempunyai objektivitas relative. Sifat ini memudahkan
untuk mendapatkan individual difference karena masing-masing subjek memiliki
kesimpulan yang berbeda-beda. Dalam menghadapi stimulus yang dihadapkan
kepadanya.
4. Global approach yang artinya menuntut kesimpulan yang luas.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tes proyektif merupakan tes yang tidak terstruktur yang bersifat ambigu, artinya
stimulus dan responnya tergantung dari masing-masing individu. Secara garis besar tes
proyeksi dibagi menjadi dua kelompok yaitu: verbal (baik materi, komunikasi antara testee
dengan tester dan respon subyek berwujud lisan maupun tulisan) dan non verbal (wujud
materi bukan dalam bentuk bahasa).
Tes proyeksi berfungsi untuk mengungkap keadaan psikologi bawah sadar manusia
yang selama ini di repres atau ditahan ke alam bawah sadar. Melalui tes proyeksi ini
diharapkan dinamika psikologis itu dapat dikeluarkan alat bantu tes-tes proyeksi dan tujuan
utamanya adalah untuk membedakan karaktristik masing-masing individu.
Tes proyeksi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu;
1. Verbal : Baik materi, komunikasi antara testi dengan tester dan respon subjek berwujud
verbal (lisan, maupun tulisan).
2. Non verbal: Wujud materi bukan dalam bentuk bahasa. Faktor bahasa hanya berperan
untuk komunikasi antara testi dan tester.

B. Saran
Tes proyektif merupakan tes yang umum digunakan dikalangan mahasiswa jurusan
psikologi maupun kalangan praktisi, sebab tes proyektif bersifat sangat ekonomis dan tidak
terlalu memiliki tingkat kesukaran yang tinggi. Sejalan dengan hal tersebut yang
dibutuhkan oleh tester adalah kemampuan dan keterampilan yang khusus dan mumpuni
untuk dapat melakukan diagnosa dengan baik, oleh karena itu diharapkan pembelajaran
mengenai tes proyektif ini harus sungguh-sungguh dilakukan di dalam perkuliahan maupun
praktik secara langsung.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, A & Urbina, S (2007). Tes Psikologi, Edisi Ketujuh (Terjemahan). Jakarta: PT
Indeks
Kaplan, Robert M. & Dennis p, Pengukuran Psikologi (Jakarta: Salemba Humanika,
2012), hlm. 9
Karmiyati Diah.,dan Cahyaning Suryaningrum.2005. Pengantar Psikologi Proyektif,
Malang: UMM Press
Markam, S.S. Pengantar Psikodiagnostik.  Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana
Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Gregory, Robert J. (2007). Psychological Testing : History, Principles, and applications
– 5th edition. USA. Pearson
Karmiyati, Diah & Cahyaning Suryaningrum. (2008). Pengantar Psikologi Proyektif.
Malang. UMM Press
Kinget, G. Marian. (2000). Wartegg:tes melengkapi gambar. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Daeng. Saung. (2014). Macam-Macam Tes Pyoyektif.
http://saungdaeng.blogspot.com/2014/03/macam-macam-tes-proyektif.html. Diakses pada
tanggal 7 September 2019.
Nisa, Ummu Khairun. (2014). Tes Kepribadian.
http://cichaa25a.blogspot.com/2014/05/tes-kepribadian.html. Diakses pada tanggal 7 September
2019.
Subardja, Farida. 1987. Diktat Proyeksi. Depok: Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia.
Kinget, G.M (2000). Wartegg, Tes Melengkapi Gambar (Terjemahan), Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.

13

Anda mungkin juga menyukai