Anda di halaman 1dari 6

Aulia Rachma

201810230311437/ F 2018

SEJARAH TES INTELEGENSI

Didalam psikologi, keberadaan tes merupakan hal penting sebagai salah satu upaya
untuk mengetahui pemahaman akan diri. Tes merupakan prosedur standar yang digunakan
dalam pengambilan suatu perilaku kemudian digambarkan dengan skor atau kategori
(Gregory, 2013). Tes dalam psikologi memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah tes
intelegensi. tes intelegensi merupakan tes yang bertujuan untuk mengukur kemampuan
seseorang dalam bidang verbal, persepsi, atau penalaran untuk membantu seseorang dalam
meningkatkan potensi, kemampuan dan kinerjanya yang akan berguna bagi kehidupan kerja
atau akademik.

Secara umum, penggunaan tes psikologi terjadi pada abad 20 tepatnya tahun 2200 SM
di China. Bowman,dkk (dalam Gregory, 2013) menjelaskan bahwa pemerintah China pada
waktu itu meminta para pejabat kekaisaran untuk melakukan suatu uji kelayakan setiap 3
tahun. Model tes ini terus diperbaharui hingga masa pemerintahan dinasti Han (202 SM-200
M). prosedur dalam tes ujian yang dikembangkan oleh China menuntut subjeknya untuk
melaksanakan ujian dengan menginap dalam bilik kecil yang terisolasi. Selama masa ujian
tersebut, subjek akan mengetahui hasil yang mereka peroleh apakah mereka akan lolos ke
tahap berikutnya atau tidak. Apabila subjek lolos, maka akan subjek akan terpilih menjadi
pejabat di kantor public.

Kemudian di era tahun 1800-an, di Eropa mulai bermunculan para ilmuwan yang
fokus pada bidang psikologi eksperimen, seperti Wilhelm Wundt, Galton, dan Cattel.
Wilhelm Wundt mengenalkan sebuah alat tes psikologi yang berfungsi sebagai pengukur
pikiran. Alat ini menggunakan pendulum yang berayun dan mampu memukul lonceng
dengan jarum-jarumnya. Posisi pendulum ditentukan pada saat bel berbunyi yang kemudian
akan dicatat oleh pengamat. Wundt berasumsi bahwa perbedaan posisi pendulum yang
diamati dan posisi aktualnya akan menghasilkan suatu cara untuk mengetahui kecepatan
berpikir pengamat.

Galton and Catel Intelligence Scale

Perkembangan awal dari tes intelegensi terjadi pada tahun 1860 di Amerika Serikat.
Dalam teori tes intelegensi yang dikembangkan, Galton dan Catel menjelaskan intelegensi
dapat ditentukan dari ketajaman sensorik. Menurut Galton, semakin baik tingkat intelegensi
seseorang maka akan semakin baik pula fungsi indra dan geraknya.

Galton memprakarsai pengukuran intelegensi dengan menggunakan waktu reaksi dan


tugas pemedahan sensori. Galton menggunakan pengukuran fisik dan perilaku sebagai upaya
dalam pelaksanaan tes. Namun, usaha Galton ini tidak mendapatkan hasil apapun untuk
pengukuran intelegensi. Cattel mengembangkan tes setelah mempelajari penemuan yang
dihasilkan oleh Wundt dan Galton. Ia mengenalkan sebuah tes yang diberi nama dengan tes
mental yang dirancang dengan ukuran aspek sensori-motor dan fisiologis. Tes ini merupakan
pengembangan lanjutan dari tes yang diciptakan oleh Galton.

Tes Intelegensi Binet

Perkembangan tes intelegensi yang sesungguhnya dimulai dari penemuan seorang


ilmuwan psikologi Eropa bernama Alfred Binet. Ia menemukan alat intelegensi modern
pertama pada tahun 1905. Tes ini digunakan dalam rangka untuk mengidentifikasi
pengukuran pendidikan anak-anak yang memerlukan suatu metode pengajaran khusus.
Didalam tes ini berisi tes yang mewakili pengukuran kemampuan sensori dan verbal. Tes
binet pada 1905 dapat mencakup pengukuran terhadap seseorang yang memiliki retardasi
mental hingga bakat tingkat tinggi.

Namun pada 1908, Binet dan temannya Simon merevisi tes yang ia kembangkan pada
tahun 1905. Binet dan Simon memutuskan untuk menambah soal dalam tesnya menjadi
hampir dua kali lipat daripada sebelumnya. Perubahan utama yang mereka lakukan adalah
mengenalkan konsep tingkat mental yang didasarkan pada usia. Dengan konsep tersebut,
mereka menyesuaikan tes berdasarkan usia mental dan usia kronologis.

Pada tahun 1911, terjadi revisi untuk ketiga kalinya terhadap tes binet-simon. Revisi
kali ini mencakup pengembangan skala yang diperluas untuk rentang usia dewasa. Skala
Binet-Simon kembali mengalami revisi kembali pada tahun 1916. Pada revisi kali ini, lahirlah
konsep penting bernama IQ yang kemudian menjadi sorotan penting hingga saat ini. Revisi
ini dilakukan oleh professor dari Stanford, L. Terman, akhirnya sejak saat itu tes ini dikenal
dengan Tes Stanford-Binet. Selain mengenalkan konsep IQ, pada revisi ini juga terdapat
penambahan soal menjadi 90 soal. Skala juga diperbaharui agar dapat disesuaikan untuk
mereka yang memiliki retardasi mental, anak-anak, ordang dewasa normal hingga orang-
orang “superior”. Tes Stanford-Binet memiliki instruksi yang jelas dan teorganisir dalam
proses pelaksanaan hingga pemberian skor.
Tes Intelegensi Wechsler-Bellevue Intelligence Scale

Setelah perkembangan tes intelegensi Stanford-binet, pada tahun 1930-an muncul


sebuah inovasi dalam tes psikologi yang dilakukan oleh Wechsler. Tes ini pada mulanya
muncul sebagai sarana untuk menguji intelegensi bagi para prajurit yang ingin bergabung
dalam Perang Dunia Ke 2. Setelah perang selesai, Wechsler mengenalkan tes ini pada
khalayak umum dengan mengubahnya sebagai Wechsler-Bellevue Intelligence Scale Versi 2.
Dasar lain pemikiran Wechsler memunculkan tes ini adalah sebagai pengganti tes Stanford-
binet yang ia rasa kurang memadai apabila digunakan untuk mengukur intelegensi pada orang
dewasa. Sebenarnya, skala yang digunakan Wechsler tidak berbeda jauh dengan apa yang
sudah dikembangkan dalam Stanford-Binet, karena ternyata ia banyak mengambil soal yang
sama dengan tes yang dikembangkan sebelumnya. Wechsler berinovasi dengan menambah
soal performance pada soal verbal, mengurangi penekanan pertanyaan yang hanya
menekankan pada kecepatan semata, dan membuat metode baru dalam memperoleh
perhitungan IQ.

Rumus untuk memperoleh IQ sebelumnya adalah sebagai berikut :

IQ = Usia mental : Usia kronologis

Kemudian diubah menjadi : Q = Skor yang dicapai atau skor aktual : mean skor yang
diharapkan

Pada tahun 1949 Wechsler-Bellevue Intelligence Scale Versi 2 diperkenalkan kembali


untuk mengukur intelegensi pada anak yang kemudian berubah nama menjadi The Wechsler
Intelligence Scale for Children (WISC). Pada WISC terdapat beberapa penambahan item
skala.

Dalam perkembangannya, tes intelegensi yang dikembangkan oleh Wechsler juga


mengalami beberapa revisi. Ia membuat beberapa versi seperti WAIS-III, WISC-IV dan
WAIS-IV. Pada tahun 1949, ia juga mengenalkan tes yang dapat digunakan oleh anak-anak
bernama WISC.

The Wechsler Intelligence Scale for Children – Revised (WISC – R)

WISC-R merupakan versi revisi dari skala WISC yang diterbitkan pada tahun 1967
dan 1974. Pada tahun 1967 Wechsler mengembangkan tes yang dibuatnya untuk anak-anak
pra- sekolah. Skala yang dibuat pada tahun 1974 ditujukan bagi anak-anak usia 6-16 tahun.
WISC-R terdiri dari 12 subtes yang digunakan sebagai antisipasi dari pergantian subtes yang
lain dan terdiri dari dua golongan skala yaitu verbal dan performansi.

Wechsler Adult Intelligence III (WAIS-III)

Tes Wechsler-Bellevue kemudian mengalami revisi kembali menjadi WAIS-III.


Revisi ini hanya membatasi penggunaan skala hanya pada orang dewasa dan memperbaharui
norma-norma dalam skala dengan baik.

Wechsler Adult Intelligence Scale-IV (WAIS-IV)

WAIS-IV adalah hasil perkembangan dari WAIS-III yang dikembangkan Wechsler


dalam menguji intelegensi untuk orang dewasa. Perubahan yang ada pada tes ini adalah
penambahan dua subtes, penyederhanaan struktur tes, dan penekanan pada skor indeks pada
aspek kognitif. WAIS-IV juga membagi IQ menjadi dua golongan, IQ Verbal dan IQ
Performance. Dalam WAIS-IV terdapat 15 subtes yang terdiri atas 10 subtes inti yang
berguna bagi proses penghitungan IQ dan 5 subtes sebagai tambahan. Subtes tambahan
digunakan sebagai informasi klinis pengganti jika dari subtes inti ada yang tidak memadai
untuk diolah. Terdapat empat domain yang akan menjadi pedoman dalam perhitungan skor
yang ada dalam WAIS-IV yaitu pemahaman verbal, penalaran perseptual, working memory,
dan kecepatan pengolahan.

Culture Fair Intelligence Scale (CFIT)

Pada tahun 1945, Cattel dan Karen dari Illnois University, USA mengembangkan
skala yang terdiri dari 3 skala. Tujuan dari skala ini adalah untuk mengukur kemampuan
umum atau general ability (G Factor). Menurut Cattel tes CFIT ini adalah untuk mengukur
Fluid Ability yaitu kemampuan kognitif seseorang yang bersifat herediter, Crystallized Abilty
(kemampuan kognitif yang diambil dari interaksi dengan lingkungan sekitar).

Detroit Test Of Learning Aptitude-4

Tes yang dikembangkan pada tahun 1935 dan mengalami revisi pada tahun 1999 ini
digunakan untuk rentang usia 6-17 tahun. DTLA-4 terdiri atas 10 subtes. Tes ini merupakan
pengukuran intelegensi umum yang baik namun masih membutuhkan dukungan empiris.
The Standard Progressive Matric (SPM)

SPM merupakan skala yang dirancang oleh J.C Raven dan diterbitkan terakhir kali
oleh H.K Lewis pada tahun 1960. SPM merupakan rangkaian tes yang bersifat nonverbal atau
hanya berupa soal-soal dalam bentuk gambar. Instruksi yang diterapkan dalam proses
pengerjaannya skala ini adalah dengan menggunakan penjelasan secara lisan sehingga orang
dengan buta huruf pun tetap dapat memahaminya. Mengalami revisi sebanyak 3 kali
(1936,1938 dan 1960).

Isi Skala SPM :

1. Jumlah soal : 60

2. Terdiri atas 5 set soal

3. Aspek dalam skala : penalaran ruang, analisis, integrasi, pemahaman sistem hubungan
dan kemampuan ketepatan.

4. Hasil akhir bukan berupa IQ tetapi Grade (dalam skala I-V)

Kaufman Assesment Battery For Children-II

Skala ini diperuntukkan bagi seseorang dalam rentang usia 3-18 tahun untuk
mengukur kemampuan kognitif. Skala ini dilandasi dari dua teori yaitu pendekatan model
intelegensi Luria dan model CHC. Pendekatan Luria banyak digunakan untuk mengukur
mental processing index (kemampuan perolehan pengetahuan dan verbal). Pendekatan CHC
dilakukan untuk mengukur crystallized ability (kemampuan yang terkristalisasi).

Kaufman Brief Intelligence Test-2

Skala ini diciptakan agar bisa memudahkan dan mempercepat proses pengukuran
intelegensi. KBIT-2 terdiri atas skala Crystallized atau verbal yang terdiri atas dua soal
(verbal knowledges and riddles) dan skala nonverbal berupa soal-soal matriks. Skala ini dapat
digunakan oleh usia 4-90 tahun dengan durasi tes 20 menit.

Kaufman Test of Educational Achievment-II

KTEA-II merupakan tes untuk menentukan prestasi pendidikan bagi orang dengan
usia 4,5-25 tahun. Skala tes ini terdiri atas 8 subtes yang mencakup 4 area berikut :

a. Membaca (Pengenalan kata dan huruf serta pemahaman bacaan)


b. Matematika (Konsep, aplikasi dan penghitungan matematika)

c. Bahasa tertulis (ekspresi tertulis dan mengeja)

d. Bahasa oral (Pemahaman lisan dan eskpresi oral)

Daftar Pustaka

Boake, C. (2002). From the Binet–Simon to the Wechsler–Bellevue: Tracing the history of
intelligence testing. Journal of clinical and experimental neuropsychology, 24(3), 383-405.

Gregory, R.J. (2013). Tes Psikologi : Sejarah, Prinsip, dan Aplikasi. Jakarta : Penerbit
Erlangga

Rohmah, U. (2011). Tes Intelegensi Dan Pemanfaatannya Dalam Dunia Pendidikan.


Cendekia: Jurnal Kependidikan Dan Kemasyarakatan, 9(1), 125-139.

Anda mungkin juga menyukai