Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PSIKOLOGI KOGNITIF
REPRESENTASI PENGETAHUAN SECARA LISAN DAN
REPRESENTASI SECARA VISUAL

DOSEN PENGAMPU : Yara Andita Anastasya S.psi, M.Psi., Psikolog


DISUSUN OELH :
1. Reppi Yani Br Tarigan
2. Erianasla nasution
3. Meisy Ananda
4. Hayutun nufus
5. Rika Mauliana
6. Nopi Andriani

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
Tp 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
nikmat- Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Representai
Pengetahuan Secara Lisan Representasi Pengetahuan Secara Visual tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Psikologi kognitif dengan dosen pengampu ibu Yara
Andita Anastasya S.psi, M.Psi., Psikolog . serta untuk memperluas wawasan
dan menambah pengetahuan penulis dan pembaca dalam bidang yang
sedang ditekuni.Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan, demi kesempurnaan makalah ini di kesempatan yang akan datang.

Reuleut Timur, 19 September 2021


DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………
A. Latar belakang …………………………………………………...
B. Tujuan Penulisan ……………………………………………….
C. Rumusan masalah………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………
A. Representasi Pengetahuan secara verbal………………………
1. Bahasa dan pengetahuan………………………………………
2. Pendekatan asosiasional……………………………………….
3. Pengorganisasian pengetahuan secara sistematik……………..
4. Jaringan-jaringan proposional…………………………………
5. Dukungan neurosains kognitif…………………………………
6. Sebuah taksonomi struktur memori……………………………
7. Koneksionisme dan representasi pengetahuan………………..
8.
B. Representasi Pengetahuan Secara Virtual …………………….
1. Pengertian Representasi secara lisan………………………….
2. Menoline dalam Anagnostopoulou mengklasifikasian……….
3. representasi visual kedalam 8 tipe……………………………

C. PENUTUP……………………………………………………….
A. Fenomena alam…………………………………………….
B. Saran………………………………………………………..
C. Kesimpulan…………………………………………………
D. Daftar pustaka……………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pengetahuan adalah penyimpanan ,pengintegrasian dan


pengorganisasian informasi dalam memori, pengtahuan merupakan
bagian dari sebuah sistem jaringan informasi yang terstruktur dengan
kata lain pengetahuan adalah informasi yang telah diproses.
pemahaman nilai-nilai (value) yang yang Pembelajaran apresiasi
sastra di terkandung dalam teks. Lebih lanjut, sekolah bertujuan
mengembangkan kemampuan apresiasi dikembangkan ke arah
kemampuan siswa dalam menikmati, kemampuan untuk melakukan
kritik terhadap menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya
sastra. Adapun kemampuan menulis karya sastra untuk
mengembangkan kreatif dimaksudkan memberikan pemerolehan
kepribadiaan, memperluas wawasan pengalaman estetik dalam
mengekspresikan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan
pengalaman kehidupan, gagasan pikiran, serta dan kemampuan
berbahasa (Kurikulum Mata — perasaan melalui latihan penulisan
cerpen. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Pelaksanaan
pembelajaran prosa fiksi 2003:1). Tujuan tersebut dicapai melalui di
lapangan menghadapi beberapa masalah pembelajaran apresiasi
puisi, drama, prosa yang cukup serius. Persoalan tersebut, antara
fiksi, kritik sastra, dan penulisan kreatif sastra.

B. Tujuan Penulisan
Membantu mahasiswa/i dalam memahami materi representasi
pengetahuan secara lisan dan representasi pengetahuan secara visual.

C. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan materi representasi pengetahuan
secara lisan dan representasi pengetahuan secara visual?
2. Bagaimana cara menyelesaikan masalah terhadap representasi
pengetahuan secara lisan dan representasi pengetahuan secara
visual?

BAB II
PEMBAHASAN

1. Representasi Pengetahuan secara verbal

1. Bahasa dan pengetahuan


Kata-kata bahasa dipelajari secara mendalam adalah bahwa tingkat
perkembangan kemampuan verbal manusia jauh melampaui spesies-spesies
lain; oleh sebab itu, kemampuan berbahasa berfungsi sebagai demarkasi
(batas pemisah) filogenetik. Beberapa ahli (Baddeley,1990a, 1990b)
memperkirakan bahwa jumlah kata-kata yang maknanya diketahui oleh
seseorang berkisar antara 20.000 hingga 40.000 jumlah kata, dan memori
rekognisi bahkan berjumlah jauh lebih besar daripada angka tersebut,
sehingga tidaklag mengherankan bahwa sebagian besar pengetahuan kita
bersifat verbal. Sebuah alasan lain yang menyebabkan kata-kata dan bahasa
dipelajari secara mendalam dalam psikologi kognitif adalah bahwa struktur
semantik memungkinkan kita mengidentifikasi jenis-jenis "benda" yang
tersimpan dalam memori dan bagaimana "benda" tersebut salimh
berhubungan dengan "benda" yang lain. Studi terhadap kata-kata menjadi
menarik bukan karena nilai instrinsiknya, melainkan karena konsep-konsep
dan hubungan-hubungan yang ditemukan dalam studi-studi, penemuan-
penemuan tersebut mengungkapkan berbagai fakta sehingga struktur
pengetahuan menjadi jelas dan kaya makna. Dengan mempelajari cara kata-
kata direpresentasikan dalam memori, kita dapat mempelajari sejumlah hal
mengenai isi, struktur, dan proses representasi pengetahuan.

2. Pendekatan asosiasionis
Dokrin pendekatan asosiasionis menyatakan bahwa terdapat hubungan-
hubungan fungsional antara fenomena psikologis
 variabel-variabel organisasional
Dalam konteks teori kognitif modern, Bower menggunakan faktor-faktor
organisasional dalam cara tradisioanal sekaligus kontemporer. (Gordon
Bower ialah tokoh yang menetukan sejumlah penemuan penting dalam
memori, mnemonik, psikologi matematis, dan pemrosesan bahasa). Dalam
sebuah eksperimen (Bowe ddk, 1969). Kelompok Bower mencari pengaruh
kuat terhadap kemampuan mengingat variabel-variabel organisasional
dengan menyusun sejumlah hierarki konseptual. Sebuah contoh hierarki
konseptual terkait kata mineral. Sebuah alasan mendasar yang
menyebabkan kita mengasosiasikan dan mengkategorisasikan objek dalam
lingkungan sekeliling kita mungkin berupa fungsi adaptif. Sebagaimana
yang dihasilkan oleh suatu skema pengorganisasian. Geary (2005)
mengajukan gagasan bahwa manusia memiliki kemampuan istimewa untuk
mengkategorisasikan (artinya, secara mental merepresentasikan) objek-
objek, hewan, dan tumbuhan. Dengan kemapuan tersebut, manusia memiliki
kemapuan yang lebih baik untuk memprediksikan dinamika lingkungan
mereka, dan akhirnya berhasil beradaptasi dengan lingkungannya.

3. Pengorganisasian Pengetahuan Secara Semantik


 Model Set-Teoretik
Model set-teoretik membahas konsep-konsep semantik (semantic concepts).
Konsep adalah ideide abstrak yang merepresentasikan kategori-kategori
informasi atau unit-unit pengetahuan. Sebagai contoh, "pisang" bukanlah
sebuah konsep. Namun, ketika digabungkan lebih lanjut dengan apel, jeruk,
dan anggur, pisang menjadi bagian dari konsep "buah". Dalam model set-
teoretik (set-theoretical model) mengenai memori, konsep-konsep semantik
direpresentasikan oleh rangkaian-rangkaian elemen, atau kumpulan
informasi. Dalam model set-teoretik, memori terdiri dari beragam konsep.
Item-item dalam memori dapat disimpan secara asosiatif (berhubungan)
dengan lebih dari satu konsep lainnya. Pengambilan memori (retrieval)
melibatkan vertifikasi, yakni suatu pencarian melalui dua atau lebih
rangkaian informasi untuk menemukan eksemplar-eksemplar yang saling
tumpang-tindih.

 Model Pembandingan-Fitur Semantik


Model pembandingan-fitur semantik (semantic feature-comparison model)
memiliki kesamaan dengan model set-teoretik dalam hal struktur set-
teoretiknya, namun memiliki perbedaan dalam sejumlah asumsi penting
(Rips ddk, 1973: Smith ddk., 1974). Asumsi pertama adalah bahwa makna
sebuah kata direpresentasikan sebagai suatu rangkaian fitur-fitur semantik
(Smith ddk, 1974). Tahap pertama dalam validasi pernyataan melibatkan
perbandingan fitur penegas sekaligus fitur karakteristik dari dua kategori
leksikal (murai dan burung). Jika terdapat tumpang-tindih (overlap) yang
siginfikan, kalimat atau pernyataan tersebut menjadi valid. Eleanor Rosch
telah melakukan penelitian berdasarkan logika bahwa beberapa anggota
suatu kategori memiliki makna leksikal yang lebih kuat dibanding anggota
lain dari kategori yang sama. Sebagai contoh, dalam kategori senjata, kata
pisau dan senapan memiliki konotasi lebih kuat dibandingkan meriam atau
pentungan, dan bahkan lebih kuat lagi dibandingkan tinju dan rantai (yang
bermakna semakin umum).
 Model Aktivasi Menyebar
Model aktivasi menyebar (spreading activation model) terkait pemrosesan
semantik dikembangkan oleh Allan Collins dan Elizabeth Loftus (1975).
Model aktivasi menyebar mengimplikasikan adanya aktivasi konsep-konsep
yang semakin menyebar, yang dapat manjelaskan hasil-hasil eksperimen
priming (upaya membuat suatu kata konsep menjadi lebih mudah diingat).
Sebagai contoh, jika kami menunjukkan gambar api atau kebakaran kepada
anda, anda akan mampu mengenali kata api (kebakaran) lebih cepat dari
sebelumnya tidak di-prime dengan gambar api tersebut. Diasumsikan bahwa
asosiasi sekunderpun akan ikut diaktifkan; artinya, proses aktivasi yang
menyebar akan menjangkau asosiasi demi asosiasi.Asumsi bahwa
pengetahuan dapat direpresentasikan sebagai sebuah jaringan asosiatif yang
luas dan rumit merupakan suatu bagian yang terpenting dari sebagian besar
model-model kognisi jaringan neural.Dukungan Neurosains Kognitif selain
studi behavioral tradisional yang mempelajari model aktivasi menyebar,
studi-studi modern telah menggunakan manfaat teknologi canggih
pencitraan neural yang mampu menunjukkan bahwa sandi-sandi kata-kata
yang bersifat fisik, fonologis, dan semantik mengaktifkan area-area neural
yang terpisah (Posner ddk., 1988; Posner & Rothbart, 1989). Dengan
menggunakan pemindai PET, petersen dan rekan-rekannya (1988)
menyelidiki aliran darah regional di korteks sebagai suatu bentuk
pengukuran terhadap aktivitas neural yang bersosiasi dengam tugas-tugas
semantik yang berbeda-beda.

4. Jaringan jaringan proposisional


sebuah proposisi (proposition) didefinisikan oleh Anderson (1985) sebagai "
unit pengetahuan terkecil yang dapat berdiri sendiri sebagai suatu
pernyataan terpisah (misalnya bayi menangis)".
5. Dukungan neurosains kognitif
Sebuah pendekatan terhadap landasan neurologis memori adalah melalui
studi biologi molekuler dan biologi selular yang mempelajari neuron-neuron
individual beserta sinapsis sinapsisnya (saquire,1986). sejumlah area dalam
otak terasosiasi dengan fungsi-fungsi yang spesifik seperti
penglihatan,namun fungsi-fungsi seperti memory tampaknya juga
melibatkan lokasi-lokasi yang beragam yang masing-masing dapat berfungsi
secara serempak atau paralel dengan lokasi lokasi lain. Larry saquire (1986)
mengajukan gagasan bahwa penyimpanan informasi mungkin bersifat lebih
terpusat daripada yang diyakini sebelumnya dan memori mungkin disimpan
dalam bentuk perubahan fisik dalam sistem neural yang sama, yang terlibat
dalam persepsi. dengan demikian memori bersifat terpusat dalam arti sistem
sistem otak yang spesifik mempresentasikan aspek aspek spesifik dari setiap
peristiwa dan memori terdistribusi dalam arti sejumlah besar sistem nilai

moral terlibat dalam proses representasi keseluruhan peristiwa


(Squire,1986,hal.1613).
6. Sebuah taksonomi struktur memori
pengetahuan deklaratif terdiri dari memori episodik dan memori semantik
dan pengetahuan prosedural mencakup keterampilan keterampilan ,priming,
disposisi, dan jenis-jenis representasi asosiatif lainnya.sebuah karakteristik
sistem ini adalah sistem ini menerima memori sadar (eksplisit) sekaligus
memori tidak sadar (implisit) sebagai topik penelitian yang serius. Selain itu
informasi dapat mengaktifkan kedua jenis pengetahuan tersebut .
7. Koneksionisme dan representasi pengetahuan
Koneksionisme (connecting) dapat didefinisikan sebagai sebuah teori
tentang pikiran yang mengajukan gagasan mengenai keberadaan sebuah sel
besar berisi unit-unit sederhana yang saling terselubung dalam sebuah
jaringan yang terdistribusi secara paralel ( parallel distributed network atau
jaringan PDP). Kerja kerja mental seperti memory, persepsi, berpikir dan
sebagainya,dianggap terdistribusi di sepanjang sebuah jaringan mineral
yang sangat rumit yang beroperasi secara paralel.teori tersebut disusun
berdasarkan asumsi bahwa unit-unit saling merangsang (excite)atau
menghambat (inhibit) satu sama lain dalam sistem tersebut secara
bersamaan maupun secara paralel.representasi pengetahuan dalam model-
model putih yang bersifat connect stick sangatlah berbeda dengan model-
model yang menyimpan objek Citra dan sebagainya. Pertama dalam model-
model koksionistik,pola-pola itu sendiri tidaklah disimpan itu midman
disimpan adalah kekuatan kekuatan koneksi antara unit-unit yang
memungkinkan pembentukan pola pola tersebut. Kedua model-model
koneksionistik melakukan pendekatan terhadap pembelajaran secara
berbeda.ketiga tampaknya penting untuk mengulang bahwa model PDP
adalah neurally inspired ( dibuat berdasarkan asumsi neurologist ) meskipun
demikian model PDP tidaklah sama dengan tindakan mengidentifikasi jalur-
jalur nilai neural yang spesifik. fakta bahwa model-model PDP bersifat
neurally inspired membawa dampak langsung terhadap representasi
pengetahuan. Seluruh pengetahuan berpusat dalam koneksi-koneksi,
sebagaimana yang terdapat di dalam koneksi-koneksi neural.model PDP
menyatakan gagasan bahwa ''seluruh pengetahuan bersifat implisit dalam
struktur suatu alat yang mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
2. Representasi Pengetahuan Secara Virtual

1. Teori- teori Representasi Pengetahuan Secara Visual


Studi terhadap representasi pengetahuan secara visual secara khusus
munculkan pertanyaan yang lebih besar mengenai bagaimana informasi
visual disiimpan dan diambil dari memori.
Kita dapat mengajukan argument bahwa aktifitas neurologis yang
terasisional dengan penyimpanan informasi memiliki bentuk yang spesifik .
artinya informasi visual disandikan sebagai suatu fambar internal yang dapat
diaktifkan Kembali dengan kita pula mengajukan argument bahwainformasi
visual akan disaring, dihimpun dan disimpan sebagai pertanyaan-pertanyaan
abstrak mengenai bayangan atau citra yang bersangkutan
Teori terkini mengenai perumpamaan mental berfokus pada tiga hipotesis
1. Hipotesis Penyandian-ganda
Mengenai keberadaan dua sandi dan dua sistem penyimpanan sandi dan
sistem penyimpanan pertama bersifat bersifat khayalan dan yang
lainnyabersifat verbal. Hipotesis ini menyatakan bahwa informasi dapat
disandikan dan disimpan secara imajinalmaupun secara verbal , atau
keduanya. Hipotesis ini terutama didapati dalam paivio.
2. Hipotesis Proposional-konseptual
Yang mengajukan gagasan bahwa informasi visual dan verbal
direpresentasikan dalam bentuk proporsi abstrak mengenai objek-objek
beserta hubungannya. Hipotesis ini teutama didapati dalam karya andreson
dan bower fan juga dalam karya pylyshyn.
3. Hipotesis ekuivalensi-fungsional
Yang mengajukan gagasan bahwa imagery dan persepsi melibatkan proses-
proses yang serupa. Hipotesis ini terutama didapati dalam karya shepart
dan kosslyn.
2. Hipotesis penyandia-ganda

Studi yang dilakukan oleh paivio dan rekan-rekannya telah mempelopori


perkembangan hipotesis penyandian-ganda. Yakni suatu teori yang
menjelaskan cara informasi representasi dalam memori. Hipotesis tersebut
disusun berdasarkan kesimpulan bahwa terdapat dua system penyandian (du
acara informasi direpresentasikan dalam memori): proses imagery nonverbal
dan proses simbolik verbal. Kedua sandi tersebut –imajinasi dan verbal
kadang saling meliputi satu sama lain selama pemrosesan informasi.
3. Hipotesis proposional-konseptual
Hipotesis proposional-konseptual menyatakan bahwa kita menyimpan
interprestasi-interprestasi terhadap peristiwa-peristiwa (verbal dan visual),
alih-alih menyimpan komponen-komponen citra atau gambaran. Andersen
dan bower tidak menyangka mudahnya mempelajari kata-kata yang
kongkriet dibandingkan mempelajari kata-kata yang abstrak, namun mereka
mengantribusikan fenomena tersebut ke suatu gagasan bahwa konsep-
konsep sebagai satu kesatuan. Merea menyatakannya bahwa “satu-satunya
perbedaan antara representasi internal terhadap suatu masukan linguistic dan
suatu gambar memori adalah detail-detail informasi.
Hipotesis proposional-konseptual Anderson dan bower adalah sebuah sudut
pandang yang secara teoritik elegan, dan sesuai dengan model teoritik
nereka (HAM). Meskipun demikian hipotesis tersebut memiliki kesulitan
menjelaskan sejumlah proses imagery yang tampaknya memerlukan suatu
struktur internal yang bersifat isomorfik ueutan kedua terhadap objek fisik
yang sesungguhnya.

4. Hipotesis equifalensi-Fungsional

Shepart (1968) dan Shepart dan chipman (1970) mengenalkan istilah


isomorfisme urutan kedua untuk mempresentasikan hubungan antara objek-
objek eksternal dan representasi-representasi internal dari objek yang tidak
termasuk jenis isomorfik.

5. Dukungan neurosains kognitif

Selain data waktu reaksi yang disajikan dalam eksperimen-eksperimen


shepart, sejumlah penelitian telah menyajikan bukti-bukti neurologis yang
mendukung rotasi mental. Salah satu studi tersebut, yang dilakukan oleh
Georgopoulos, Lutito, Petrides, Schwartz, dan Massey (1989), adalah studi
yang menarik para peneliti tersebut menguji aktifitas elektrik dalam otak
untuk melakukan suatu tugas rotasi mental. Kera tersebut dilatih untuk
memutar sebuah gagang sebagai respons terhadap lokasi suatu berkas
cahaya. jika cahaya tersebut muncul di lokasi tertentu, kera tersebut lebih
merupakan representasi simbolik dan bukan merupakan Salinan yang sama
persis dengan stimulus yang aslinya. Persamaan dalam simorfik urutan
pertama dan simorfik urutan kedua, objek tidak direpresentasikan secara
langsung atau secara struktual dalam otak kita, namun cara kerja hubungan-
hubungan internal tersebut ssangat menyerupai cara kerja hubungan-
hubungan eksternal (sehingga disebut “urutan kedua” atau second order)

B. Representasi Pengetahuan secara visual


Representasi visual dalam buku teks memiliki banyak fungsi dan manfaat
yang penting untuk mencapai tujuan pembelajaran, yang diungkapkan oleh
Fotakopoulou & Spiliotopoulou di dalam jurnal penelitian representasi
visual dalam buku teks memiliki lima fungsi, yaitu dekoratif, ilustrasi,
pemberian contoh, penjelas dan pelengkap. Representasi visualterkadang
disajikan dalam buku teks tidak memiliki hubungan erat dengan konten
materi bacaan, beberapa buku teks menyajikan representasi visual hanya
untuk meningkatkan nilai estesika saja bahkan ada juga yang menyajikan
sebagai hiasan saja. Seharusnya representasi visual disajikan dalam buku
teks memiliki nilai dan makna yang berkaitan dengan konten materi.
Representasi visual dalam buku pelajaran dapat disajikan dalam bentuk
gambar, diagram, grafik, peta, dan lainnya. Alat belajar visual mempunyai
peranan yang penting dalam proses belajar siswa karena akan berpengaruh
langsung terhadap siswa yaitu dalam bentuk persepsi yang berkenaan
dengan konsep.

1. Pengertian Representasi secara lisan

Visualisasi merupakan salah satu cara dalam mengkonversi data atau


informasi kedalam bentuk visual. Istilah visualisasi dalam penelitian ini
disandingkan dengan kata representasi yang berarti pemetaan data atau
informasi yang akan divisualisasikan dalam bentuk-bentuk tertentu sehingga
muncul istilah representasi visual (Mulyani, 2014). Menurut Wolff
representasi visual memiliki kedudukan yang sangat penting didalam buku
teks, hal ini dikarenakan sebuah gambar dapat mewakili ribuan kata yang
diungkapkan oleh penulis. Representasi visual banyak memberikan peranan
terhadap penyampaian materi, para ahli dari luar negeri banyak yang
melakukan berbagai penelitian sekaligus pengklasifikasian dari berbagai
jenis representasi visual. Terdapat berbagai teori yang yang
mengklasifikasian representasi visual kedalam berbagai jenis, tipe, fungsi
hingga hubungan representasi visual dengan konten materi yang disajikan
dalam buku teks.
2. Menoline dalam Anagnostopoulou (2015 : 101)
mengklasifikasian representasi visual kedalam 8 tipe.

1. Foto (Photography)
Foto dari sebuah subjek atau pemandanga.
2. Gambaran naturalistik.
Seluruh ciri-ciri dari subjek digambarkan secara rinci.
3. Daftar gambar
Bagian dari gambar yang diberi nama dengan label

4. Peta
Ciri-ciri geografis, seperti gunung atau bangunan yang ditandai
untuk memperlihatkan hubungan.
5. Table
Table yang terdiri dari kolom.
6. Grafik, diagram, histogram
Kuantitas informasi yang tersusun didalam format garfik yang
bersifat relative.
7. Potongan gambar
Bagian dari proses yan ditandain dengan label
8. Gambar bermodel
Grafik yang hanya menggambarkan sketsa atau symbol gambar.

seorang ahli visual mengungkap teorinya, bahwa visual dapat


diklasifikasikan kedalam beberapa jenis. Teori Smaldino juga dapat menjadi
pertimbangan pengklasifikasian representasi visual. Berikut penjelasan
jenis-jenis visual yang diungkapkan Smaldino :
1. Realistis, yaitu visual yang menampilkan objek sebenar benarnya yang
sedang dipelajari.
2. Analogis, yaitu visual yang disampaikannya hanya sebuah konsep atau
topik dengan menampilkan sesuatu yang menyiratkan kemiripan
3. Organisasional, yaitu visual yang menampilkan hubungan kualitatif
diantara berbagai elemen.
4. Relasional, yaitu visual yang mengkomunikasikan hubungan-hubungan
kuantitatif.
5. Transformasi, yaitu visual yang menggerakan pergerakan atau perubahan
sesuai dengan waktu dan tempat. 6. Interpretatif, yaitu visual yang
menggambarkan hubungan teoritis atau abstrak.

Representasi visual juga dapat dikelompokan berdasrkan fungsinya, Yeh


dan Mc Tigue dalam Anagnostopoulou mengemukakan terdapat tiga level
fungsi, yaitu :
1. Level 1, tingkat rendah, representasi visual menampilkan informasi yang
tidak berlebihan terhadap pertanyaan-pertanyaan didalam buku teks dan
dianggap tidak perlu dijawab pertanyannya karena tanpa dukungan
representasional.
2. Level 2, memberikan informasi parsial yang diperlukan, tetapi tidak
cukup, untuk menjawab pertanyaan itu. Siswa harus memperoleh informasi
dari representasi visual, tes lisan, dan pengetahuan sebelumnya dalam
rangka untuk menyelesaikan tugas.
3. Level 3, yaitu dari tingkat ini memiliki semua informasi yang diperlukan
untuk menjawab pertanyaan.

Fotakopoulou, D dan Spiliotopoulou, V (2008 : 324) membuat klasifikasi


representasi visual yang terdiri dari 4 dimensi, yaitu :
1) Tipe representasi visual
2) Hubungan representasi visual dengan konten mater
3) Hubungan representasi visual dengan realitas
4) Fungsi representasi visual.
Keempat dimensi tersebut masing-masing memiliki kategori, seperti
dimensi tipe representasi visual terdiri dari gambar dan diagramatik.
Kategori gambar terdiri dari sketsa, komik, klip and scrap, serta foto,
sedangkan kategori diagramatik terdiri dari tabel, grafik, tampilan skematik,
dan peta konsep.

Representasi visual yang dikelompokan berdasarkan hubungan dengan


konten materi terdiri tiga jenis, yaitu :
1. Tidak Ada Hubungan, representasi visual yang ditampilkan tidak
berhubungan dengan bacaan.
2. Ada Hubungan, representasi visual memiliki hubungan dengan bacaan
namun terlalu mempengaruhi persepsi terhadap konsep didalam bacaan.
3. Bermakna, representasi visual memiliki hubungan dengan bacaan dan
sangat mempengaruhi pembentukan persepsi terhadap konsep.
Pengelompokan representasi visual yang berdasarkan hubungan dengan
realitas terdiri dua aspek, yaitu :
1. Realitas, Merupakan tampilan representasi visual yang sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya, benar-benar nyata, asli, tidak mengandung
unsur rekaan atau rekayasa.
2. Metafora, Merupakan tampilan representasi visual yang memiliki unsur
rekaan atau rekayasa, ilustrasi, sketsa, tidak menampilkan tampilan yang
benar-benar nyata.
Representasi visual berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi 5, yaitu :
1. Dekoratif, yaitu representasi visual memiliki fungsi hanya sebagai
hiasan, untuk menambah nilai estetika buku
2. Pemberian Contoh, yaitu representasi visual memiliki fungsi untuk
memberikan contoh, keberadaannya tidak terlalu signifikan dan tidak
terlalu mempengaruhi pembentukan persepsi konsep dalam bacaan.
3. Ilustratif, yaitu representasi visual memiliki berfungsi untuk
memberikan ilustrasi atau gambaran dari konsep bacaan dan sangat
berpengaruh terhadap pembentukan persepsi konsep bacaan.
4. Pelengkap, yaitu representasi visual memiliki fungsi pelengkap bacaan
yang disajikan secara tidak tersurat
5. Penjelas, yaitu representasi visual memiliki fungsi yang memberikan
unsur informasi baru yang berkaitan dengan bacaan sekaligus
memberikan konstribusi terhadap penyelesaian konsep informasi yang
sedang dibahas.
BAB III
KESIMPULAN

A. FENOMENA LAPANGAN

B. SARAN

C. KESIMPULAN
Representasi visual memiliki peran penting dalam buku teks
pelajaran biologi karena dapat memudahkan para pembacanya dalam
memahami konsep yang sedang dipelajari. Selain itu juga dapat
meningkatkan ketertarikan dan motivasi belajar siswa sehingga akan
memberikan hasil belajar yang baik.

D. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai