Anda di halaman 1dari 11

TES WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale)

A. Definisi
WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) merupakan skala
intelegensi yang disusun oleh David Wechsler pada tahun 1939. Tes ini
bertujuan untuk mengukur kemampuan dan intelegensi seseorang. Tes ini
ditujukan untuk orang dewasa berusia 16 – 64 tahun. Tes WAIS terdiri atas
12 sub tes yang dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu kemampuan
verbal (kata) dan performansi (gambar).
B. Sejarah
Tes WAIS Pertama kali disusun oleh David Wechsler pada tahun
1939. Tes WAIS aslinya bernama Wechsler Bellevue (WB). Adapun latar
belakang lahirnya tes ini adalah:
 Karena dalam menangani klien-kliennya, Wechsler sering
menemukan kekurangtepatan penggunaan tes Binet untuk
mengungkap fungsi intelektual pada anak – anak yang usianya sudah
tinggi
 Tes intelligensi yang digunakan untuk orang dewasa hanya
merupakan perluasan dari tes inteligensi untuk anak-anak dengan
jalan menambahkan soal sejenis yang lebih sukar
 Tes intelligensi untuk orang dewasa kurang menarik minat dan
perhatian karena banyak soal yang berkaitan dengan aktivitas dan
dunia anak – anak
Wechsler (1958) mendefinisikan intelegensi sebagai kumpulan atau
totalitas kemampuan seseorang untuk belajar, bertindak dengan tujuan tertentu,
berpikir rasional dan menghadapi lingkungan dengan efektif. Inteligensi
dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan itu sendiri
dipengaruhi oleh beberapa hal seperti gizi, pendidikan, pelatihan, dan
ketrampilan. WAIS digunakan untuk subjek yang berusia 16 – 64 tahun.
C. Skala
Menurut penelitian Paine (1971) tes WAIS terdiri dari 12 sub tes yang
dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu skala verbal dan skala performance

A. SKALA VERBAL, terdiri dari:


 Information (Informasi)
 Comprehension (Pemahaman)
 Arithmetic (Hitungan)
 Similarities (Kesamaan)
 Vocabulary (Kosakata)
 Digit span (Rentang angka)

B. SKALA PERFORMANSI, terdiri dari:


 Picture Completion (Kelengkapan gambar)
 Picture Arrangement (Susunan gambar)
 Block Design (Rancangan Balok)
 Object Assembly (Perakit Objek)
 Coding (Sandi)
 Mazes (Taman Sesat)

Pada tahun 1981 dilakukan revisi terhadap WAIS dan menjadi WAIS-R
(WAIS- REVISED). WAIS-R sama dengan WAIS terdiri dari 6 subtes untk skala
verbal dan 5 subtes untuk skala performansi. Pada tahun 1999 WAIS-R direvisi
menjadi WAIS III.

D. Kelemahan
Adapun kelemahan dari tes WAIS
 Hasil pengukuran tes WAIS dipengaruhi oleh faktor non-intelektual,
 Faktor sosial budaya dan lingkungan ikut mempengaruhi,
 Dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan jenis pendidikan testee,
 Hasil akhir dalam scoring tes WAIS bersifat mekanik/ organik, dimana hasil
akhir merupakan penjumlahan jawaban yang telah dikerjakan dengan benar dan
kemudian diubah menjadi skala.

E. Tujuan dan Fungsi


Wechsler Intelligensi Test (WAIS) merupakan hasil tes intelegensi untuk
mengukur kemampuan dan intelegensi seseorang. Intelegensi (kecerdasan)
adalah seluruh kemampuan individu untuk bertindak dan berfikir secara terarah
guna megolah dan menguasai lingkungan dengan efektif. Semakin tinggi
kecerdasan seseorang akan semakin memungkinkan untuk melakukan tugas
yang banyak menuntut rasio dan akal.

1. Interpretasi WAIS
Dalam melakukan Interpretasi terhadap hasil dari tes kecerdasan Wechsler, penting
untuk mengetahui dan mengerti secara esensi dari setiap subtes yang diberikan sehingga
dapat diketahui hal-hal apa saja yang akan diukur melalui sub tes yang ada.
A. Skala verbal
a. Mengukur
 Kemampuan untuk bekerja dengan simbol verbal
 Kemampuan perseptual/auditoris
 Kemampuan untuk memproses informasi secara verbal
 Kemampuan berfikir /problem solving dengan kata – kata
Sedangkan esensi dari setiap subtes dari skala verbal adalah sebagai berikut
a. Informasi
 Ingatan jangka panjang
 Kemampuan belajar
 Kemampuan untuk mengumpulkan informasi
 Kewaspadaan dalam hidup sehari-hari
b. Rentangan angka
 Ingatan jangka pendek
 Konsentrasi dan perhatian
 Kemampuan mengubah pola pikir
c. Perbendaharaan kata
 Kecerdasan verbal umum
 Kemampuan belajar verbal umum dan penggunaan bahasa
 Gambaran pendidikan yang diperoleh subjek
 Gambaran ide – ide, pengalaman dan minat subjek
d. Berhitung
 Penalaran numerik dan kecepatan penyelesaian permasalahan numerik
 Konsentrasi dan perhatian
 Kontak dengan realitas dan kewaspadaan menta, hubungan yang aktif
dengan dunia luar
 Gambaran yang dipelajari di sekolah.
 Penalara logis, abstraksi dan analisis problem numerik.
e. Pengertian
 Penilaian sosial, logika dan penilaian situasi sosial sehari – hari
 Pemahaman lingkungan sosial, misalnya informasi, pengetahuan, moral dan
aturan – aturan sosial
 Kemampuan untuk mengevaluasi pengalaman masa lalu, memilih,
mengorganisasi dan penekanan dari fakta – fakta yang saling berhubungan
 Kesadaran realitas, pemahaman dan kewaspadaan terhadap kehidupan
sehari – hari
 Kemampuan berfikir abstrak.
f. Persamaan
 Kemampuan membentuk konsep verbal atau berfikir konseptual
 Penalaran abstrak secara logis
 Kemampuan asosiasi yang dikombinasikan dengan kemampuan Bahasa
B. Skala performasi
a. Mengukur
 Kemampuan untuk mengintegrasikan stimulus perseptual dengan respon
motorik yang sesuai
 Kemampuan berfikir dalam gambar dan memanipulasinya secara tepat,
cepat lancar dan luwes
 Kemampuan memahami dan mengatur secara visual tugas – tugas
dengan pembatasan waktu
 Kemampuan untuk membentuk konsep abstrak dan melihat suatu
hubungan tanpa penggunaan kata – kata
Esensi dari setiap subtes skala performasi adalah sebagai berikut :
a. Melengkapi gambar
 Ketajaman visual, kesadaran akan detail – detail dalam lingkungan, kontak
dengan realitas
 Persepsi keseluruhan hubungan dalam bagian – bagiannya, kemampuan
konsepsi secara visual
 Kemampuan untuk melihat detil yang oenting dan tidak penting
 Kewaspadaan dan konsentrasi perseptual yang digabung dalam kemampuan
untuk menggambarkan materi yang harus diorganisir.
b. Rancangan balok
 Pembentukan konsep non verbal
 Koordinasi visual motorik dan organisasi perseptual.
 Konsentrasi
 Koordinasi visual motorik dan spasial, kecepatan memanipulasi dan
perseptual
c. Merakit objek
 Organisasi visual motorik
 Sintesis, menempatkan bagian melalui bentuk yang bisa dikenali
 Kemampuan untuk membedakan bentuk-bentuk yang bisa dikenali
 Kecepatan perseptual dan manipulative dalam menghubungkan objek yang
tidak diketahui dengan bagian lain
d. Mengatur gambar
 Pemahaman situasi interpersonal secara akurat
 Kemampuan untuk memahami keseluruhan situasi dan mengevaluasi
akibatnya
 Organisasi visual dan mempresepsikan isyarat visual yang penting
 Kemampuan untuk mengantisipasi akibat dari setiap tindakan dan
merencanakan keseluruhan hubungan sosial
 Penyesuaian seksual dan sosial
e. Simbol angka – angka
 Koordinasi dan kecepatan visual motorik
 Kemampuan untuk mempelajari tugas yang tidak lazim, kemampuan
untuk belajar dan merespon terhadap materi visual yang baru.
 Fleksibilitas
 Perhatian, konsentrasi dan efisiensi proses mental
 Belajar asosiasi, kemampuan untuk meniru dengan hal baru yang telah
dipelajari
 Ingatan jangka pendek
Untuk menginterpretasikan tes WAIS, perlu diperhatikan langkah-langkah
berikur ini yaitu
1. Setelah hasil tes keluar, kemudian jawaban dai testee dicocokkan dengan kunci
jawaban yng tersedia, kemudian hasilnya disebut skor mentah
2. Perolehan skor mentah skala verbal dan skala performasi di konversikan pada tabel
sesuai skala masing – masing
3. Hasil konversi tersebut dinamakan skor skala verbal dan skor skala performasi
4. Hasil skor skala verbal dan skor skala performasi kemudian dijumlahkan dan
menghasilkan skor IQ lengkap
5. Skor IQ lengkap kemudian di konversikan dengan tabel kategorisasi IQ
menurut Wehcler, dan kemudian hasil skor IQ tes WAIS akan diketahui
Tabel kategorisasi IQ Wechler
Very Superior >130
Superior 120 – 129
Diatas rata – rata 110 – 119
Rata – rata Atas 105 – 109
Rata – rata 100 – 104
Rata – rata Bawah 90 – 109
Dibawah Rata – rata 80 – 89
Borderline 70 – 79
Defective <69

F. Roleplay Tes WAIS


Seperti tes psikologis pada umumnya, pelaksanaan WAIS menuntut tester mampu
menyelenggarakan tes dengan baik dan teliti, ruangan dan suasana yang kondusif,
serta penyajian alat – alat tes secara teratur. Selain itu, peralatan tes harus tersusun
dengan baik dan runtut, sehingga memudahkan terselenggaranya tes tanpa perlu
penundaan waktu. Materi tes tidak boleh terlihat oleh subyek. Selain itu, kondisi
ruangan harus nyaman, antara lain pencahayaan yang tepat, temperatur yang pas, dan
penataan ruang yang memudahkan subyek leluasa dalam mengerjakan tes. Penataan
ruangan yang baik tentunya juga akan memudahkan tester dalam memberikan
instruksi, mencatat jawaban, mempersiapkan materi tes, melakukan timing, dan
mengobservasi subyek.
Masing-masing sub tes didukung oleh peralatan berikut:
1. Booklet berikat spiral berisi soal-soal tes melengkapi gambar
2. Booklet berikat spiral berisi rancangan-rancangan untuk tes dan rancangan balok.
Isi dari booklet ini diatur sedemikian rupa sehingga soal – soal dapat disajikan
dengan mudah
3. Kantong berisi kartu – kartu untuk tes mengatur gambar, masing-masing soal dalam
kantong yang terpisah
4. Sembilan kubus merah – putih untuk tes rancangan balok, hal ini juga
digunakan untuk soal pertama dalam tes hitungan.
5. Empat kantong berisi bagian-bagian untuk soal – soal tes merakit obyek
6. Kartu perisai melukiskan beberan untuk bagian-bagian soal merakit obyek. Kartu ini
melayani dua tujuan, menyembunyikan potongan – potongan tes dari subyek hingga
selesai diatur untuk penyajian dan menyediakan contoh untuk pengaturan bagi tester
7. Stopwatch untuk mencatat waktu
8. Dan tentu saja, buku panduan WAIS

G. Administrasi WAIS
Administrasi tes WAIS yaitu berupa prosedur pelaksanaan tes dan tugas
administratif tester. Adapun syarat dan ketentuan pelaksanaan tes adalah sebagai
berikut:

 Tester memiliki hubungan baik dengan testee sehingga muncul


kepercayaan,
 Ketersediaan tempat yang nyaman bagi testee dengan penerangan dan
sirkulasi udara yang cukup,
 Ruangan yang nyaman serta terbebas dari gangguan yang dapat
memecah konsentrasi testee,
 Tester haruslah orang yang mampu serta mendapatkan pelatihan khusus,
 Bahan yang digunakan dalam tes harus dipersiapkan terlebih dahulu
secara matang, serta
 Testee tidak diperkenankan melihat alat tes sebelum mendapatkan
instruksi dari tester.
Selain itu, tester memiliki tugas administratif, diantaranya:
 Menjelaskan instruksi pengerjaan tes serta membagikan soal tes kepada
testee,
 Mencatat jawaban serta memberi nilai (skor) pada alat tes,
 Mengoreksi jawaban benar dan salah dengan menggunakan angka kasar
dan skor mentah,
 Pastikan data diri testee sudah sesuai,
 Menemukan IQ verbal, performansi, serta hasil keseluruhan.

H. Bentuk Penilaian (Skoring) WAIS


Menggunakan bentuk penilaian (Record Form) dalam testing untuk
mempermudah pencatatan jawaban dan informasi lainnya tentang subyek,
termasuk perilakunya selama tes berlangsung. Dalam beberapa subtes, seperti
Informasi dan Melengkapi Gambar, penilaian dapat langsung dilakukan begitu
subyek selesai memberikan jawaban. Namun dalam beberapa sub tes lain,
seperti Pengertian, Persamaan, Perbendaharaan Kata, dan Mengatur Gambar,
tester harus mencatat jawaban subyek untuk kemudian dikoreksi lebih lanjut.
Dalam penyajian tes, tester harus selalu membaca petunjuk dan pertanyaan
sesuai dengan yang tertulis dalam Buku Pegangan. Jika tidak, tester mungkin
saja akan mengubah kata-katanya sehingga menyimpang dari prosedur standar.
Petunjuk dan pertanyaan harus dibaca dengan jelas dan lugas. Jangan sampai
kegagalan subyek untuk mengerjakan tes ternyata bersumber dari instruksi tester
yang terdengar "ambigu" atau tidak jelas.

1. Tugas – tugas administratif dalam testing


Selama penyajian tes dan penilaian WAIS, tester harus melakukan langkah-
langkah yang bersifat administratif, yaitu sebagai berikut:
1. Nilai, catat angka – angka untuk setiap soal dengan teliti dan jelas sebagaimana
menilai suatu jawaban soal
2. Bila ada hadiah, catat waktu yang digunakan oleh subyek dan nilai hadiahnya
dengan teliti
3. Bilamana soal – soal permulaan dari suatu tes tidak diberikan, seperti halnya dalam
tes informasi, pengertian, hitungan dan perbendaharaan kata, jangan lupa memberi
nilai pada soal-soal tersebut
4. Periksa penjumlahan nilai-nilai soal dalam menghitung angka kasar dari tes.
5. Pastikan bahwa angka kasar untuk setiap tes sudah dipindahkan ke ruangan yang
selayaknya dalam bagian ringkasan pada sampul formulir penilaian
6. Cocokkan umur subyek dengan mengurangi umur yang dinyatakan dengan tanggal
testing atau periksa catatan yang dapat dipercaya
7. Hindari kesalahan-kesalahan dalam menyalin angka kasar ke angka skala dan angka
skala ke angka kecerdasan (IQ). Ulangi langkah-langkah dalam menggunakan
table – table untuk mengoreksi kesalahan membaca
8. Periksa semua pemindahan bahan, perhitungan, dan penyalinan angka-angka secara
teliti

2. Menyalin angka kasar ke angka skala


Ketika tester sudah melakukan scoring pada setiap subtes, kemudian angka
(hasilnya) sudah dijumlahkan, maka hasil yang diperoleh adalah angka kasar untuk
setiap sub tes tersebut. Angka kasar ini kemudian dipindahkan ke bagian ringkasan
di muka formulir penilaian. Tepat di sebelah kiri bagian ringkasan itu ada suatu
tabel dari skala angka perbandingan. Tabel ini terdapat pada buku pegangan
(manual), digunakan untuk menyalin angka-angka skala untuk semua subyek tanpa
memandang umur dan jenis kelamin. Angka kasar yang diperoleh subyek untuk
suatu sub tes ditempatkan dalam kolom tabel itu untuk sub tes yang bersangkutan.
Tester kemudian membaca secara mendatar dari sesuatu angka kasar ke kolom yang
terkiri atau kanan pada tabel, tester akan menemukan skala angka perbandingan.
Angka skala ini kemudian dimasukkan ke dalam ruangan yang bersangkutan pada
bagian ringkasan, tepat di sebelah kanan angka kasar yang tercatat. Bilamana hal ini
sudah dikerjakan untuk semua sub tes, bagian ringkasan menunjukkan suatu kolom
untuk angka-angka kasar dan kolom yang berdekatan untuk angka – angka skala.
Sesudah itu, tidak perlu memperhatikan lagi angka-angka kasar tersebut, karena
perbandingannya angka-angka skala lebih berarti. Angka Verbal adalah jumlah
angka-angka skala dari enam tes Verbal. Demikian juga, angka Performance
diperoleh dengan menjumlahkan angka – angka skala dari lima subtes Performance.
Angka skala lengkap adalah jumlah angka Verbal dan angka Performance yang
didasarkan atas sebelas sub tes.

3. Menentukan Angka Kecerdasan (ANAK)


Untuk menyalin angka-angka Verbal, Performance dan Skala Lengkap ke
dalam angka kecerdasan (IQ), digunakan tabel norma WAIS yang terdapat pada
buku pegangan (manual). Tabel norma WAIS terdiri atas 10 rangkaian tabel,
masing-masing untuk setiap kelompok umur subyek. AK Skala Verbal, AK Skala
Performance, dan AK Skala Lengkap dapat diperoleh dengan melihat halaman-
halaman tabel norma WAIS, sehingga tester dapat menentukan ketiga AK untuk
seorang subyek dengan memeriksa serangkaian tabel-tabel untuk kelompok umur
subyek. Umur subyek adalah umur kelahiran yang dihitung dari tanggal lahir dan
tahun sampai dengan tanggal tes dilaksanakan yang disebut chronological age.

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin, 2002. Pengantar Psikologi Inteligensi. Edisi I, Cetakan III.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anastasia, Anne & Urbina, Susana (2007). Tes Psikologi. Jakarta: PT.Indeks.
Gregory, Robert J. (2013). Tes Psikologi. Jilid 1, Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai