DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Asesmen dalam Psikologi Klinis” dengan baik dan lancar. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Psikologi Klinis. Tak lupa pula penyusun
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Risydah Fadillah S.Psi., M.Psi, Psikolog., selaku dosen pengampu mata kuliah
Psikologi Klinis yang telah membimbing penyusun agar dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
2. Teman-teman Psikologi A1 yang telah memberi dukungan dalam proses penyelesaian
makalah ini walaupun secara tidak langsung tidak langsung.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh sempurna, untuk itu kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Besar harapannya
penyusun mendapat masukan kritis untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas makalah ini.
Semoga materi yang terdapat pada makalah ini dapat menambah wawasan pembaca.
Kelompok 5
KATA PENGANTAR...........................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................3
BAB 1 ……………………………………………………………………………4
PENDAHULUAN.................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................6
BAB III................................................................................................................24
PENUTUP...........................................................................................................24
1.8 Kesimpulan............................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................25
PENDAHULUAN
Asesmen klinis merupakan proses yang digunakan psikolog klinis untuk mengamati dan
mengevaluasi masalah sosial dan psikologis klien, baik menyangkut keterbatasan maupun
kapabilitasnya. Sebagai prasyarat bagi terapi, asesmen klinis menyediakan jawaban untuk
pertanyaan-pertanyaan kunci, seperti menyangkut kelemahan klien dan akibat-akibatnya,
defisiensi dan gangguan apa yang terjadi pada pemfungsian klien atau lingkungan sosialnya
untuk mengelola masalah dan atau mengembangkan kecenderungan positifnya, serta intervensi
apa yang terbaik digunakan untuk dapat memenuhi kebutuhan klien.
Asesmen juga memberikan kontribusi terhadap riset klinis, antara lain dengan
menyediakan landasan ilmiah untuk mengevaluasi terapi dan membangun teori-teori
pemfungsian dan disfungsi manusia. Asesmen klinis sering pula diartikan sebagai
psikodiagnostik, yaitu upaya untuk memahami sumber sumber penyakit melalui gejala-gejala
sakit atau maladaptif dan kemudian memasukkannya ke dalam kelompok jenis gangguan yang
baku atau telah dibakukan.
Berdasarkan penjelasan di atas, penyusun tertarik untuk membahas lebih dalam hal-hal
yang berkaitan dengan assesmen dalam psikologi klinis.
1.3 Tujuan
Menjabarkan definisi dan tujuan Asesmen dalam Psikologi klinis, mampu menyebutkan metode-
metode Asesmen dalam Psikologi Klinis, dapat memahami proses sistematis Asesmen dalam
Psikologi Klinis, dan mengenali berbagai jenis Asesmen dalam Psikologi Klinis
Asesmen dalam psikologi klinis ialah pengumpulan informasi untuk digunakan sebagai dasar
bagi keputusan-keputusan yang akan disampaikan oleh penilai.
Personality Assesment adalah seperangkat proses yang digunakan oleh seseorang untuk
membentuk citra, membuat keputusan, mengecek hipotesis tentang pola karakteristik orang lain,
yang menentukan perilakunya dalam interaksi dengan lingkungan.
Tujuan Asesmen dalam Psikologi Klinis ada tiga macam yaitu klasifikasi diagnostik, deskripsi
dan prediksi.
1. Klasifikasi diagnostik
Maksud dari klasifikasi diagnostik yang tepat antara lain :
Untuk menentukan jenis treatment yang tepat. Suatu treatment sangat bergantung
pada bagaimana pemahaman klinisi terhadap kondisi klien termasuk jenis
gangguannya (vermande, van den Bercken, & De Bruyn, 1996).
Untuk keperluan penelitian. Penelitian tentang berbagai penyebab suatu gangguan
sangat bergantung kepada validitas dan reliabilitas diagnostik yang ditegakkan.
Memungkingkan klinisi untuk mendiskusikan gangguan dengan cara efektif
bersama profesional yang lain (Sartorius et.al, 1996).
2. Deskripsi
Para klinisi beranggapan bahwa untuk memahami content dari perilaku klien
secara utuh maka harus mempertimbangkan juga tentang konteks sosial, budaya dan fisik
klien. Hal itu menyebabkan asesmen diharapkan dapat mendeskripsikan kepribadian
3. Prediksi
Tujuan asesmen yang ketiga adalah untuk memprediksi perilaku seseorang.
Misalnya klinisi diminta oleh perusahaan, kantor pemerintah atau militer untuk
menyeleksi seseorang yang tepat bagi suatu posisi kerja tertentu. Dalam kasus tersebut,
klinisi akan melakukan asesmen dengan mengumpulkan dan menguji data deskriptif yang
kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan prediksi dan seleksi.
a. True positive, jika prediksi klinisi berbahaya dan ternyata klien menunjukkan perilaku
berbahaya.
b. True negative, jika prediksi klinisi tidak berbahaya dan ternyata klien menunjukkan
perilaku yang tidak berbahaya.
c. False negative, jika prediksi klinisi tidak berbahaya tetapi klien menunjukkan perilaku
berbahaya.
d. False positive, jika prediksi klinisi berbahaya tetapi klien menunjukkan perilaku tidak
berbahaya.
3. Tes Terstruktur
Tes ini meminta subyek untuk menjawab pertanyaan secara tegas, tidak samar-
samar, ya atau tidak, dan maknanya uniform, serta merespons pertanyaan dengan cara
yang terbatas. Tes terstruktur membutukan standarisasi yang hati-hati dan norma yang
representatif. Termasuk dalam hal standarisasi ini adalah prosedur pengetesan dan klien
serta tempat dan suasana di mana tes berlangsung. Setiap tes sebagai bagian dalam
keseluruhan asesmen, pada dasarnya dapat dibakukan. Yang penting adalah adanya paling
sedikit, reliabilitas dan validitas yang memadai dalam hal alat tesnya, dan terdapat
keseragaman dalam pelaksanaan tes maupun kejelasan subyek pengetesan atau biasa
disebut testee. Wilayah psikis-mental yang dapat dijangkau oleh tes terstruktur tidak
hanya menyangkut dominan kognitif, seperti inteligensi, melainkan juga yang bersifat
afektif, seperti emosionalitas, dan motivasi. Standardisasi, atau pembakuan, diperlukan
agar efek dari faktor-faktor luar yang tidak dikehendaki, misalnya perbedaan yang tidak
dimaksudkan untuk diukur dari orang-orang yang dites, diminimalkan.
10 | A S E S M E N D A L A M P S I K O L O G I K L I N I S
Disebut tak terstruktur karena stimulus tesnya tidak membutuhkan jawaban yang
ditentukan secara tegas dan jelas. Faktor pribadi testee sangat menentukan. Dalam tes tak
terstruktur tidak terdapat ikatan yang terlalu kuat akan adanya item tes dan lebih
menekankan pada bagaimana subyek berespons terhadap alat tes yang ambiguous. Pada
dasarnya terdapat beberapa kemungkinan cara penafsiran, yang terpenting ialah asosiasi
dan simbolisasi. Dengan asosiasi dimaksudkan, bahwa respons-respons itu memiliki
kedekatan dengan kehidupan atau kejadian sehari-hari yang paling dekat dialami
klien/pasien dan memiliki kaitan dengan keluhan yang dimilikinya. Dengan simbolik
dimaksudkan, bahwa apa yang menjadi respons itu bukanlah keadaan yang wujudnya
sama dengan keadaan atau permasalahan yang dialami klien dalam kehidupan sehari-hari.
Wujud itu harus ditafsirkan lebih dalam.
6. Kunjungan Rumah
11 | A S E S M E N D A L A M P S I K O L O G I K L I N I S
keluarga dan perannya masing-masing. Terdapat enam keuntungan dari kunjungan rumah
ini:
3. Terdapat lebih sedikit kemungkinan untuk tidak hadirnya anggota keluarga dalam
sesi terapi
4. Terdapat peluang untuk melihat seluruh keluarga dalam permasalahan, bukan hanya
pada seseorang anggota saja
7. Catatan Kehidupan
Psikolog sering tertarik untuk mempelajari riwayat hidup klien, karena riwayat itu
dapat mendasari permasalahan yang dialaminya saat ini. Permasalahan yang dialaminya
saat ini. Selain itu, juga dari catatan peristiwa dan kesan-kesan pribadi yang akan
memberi pengaruh pada keadaannya saat ini. Bisa jadi permasalahan yang dialami saat
ini justru lebih banyak terungkap dari catatan kehidupan pasien di masa lalu. Ini
didukung oleh teori yang menyatakan bahwa kehidupan sesorang di masa kini tidak lepas
dari kehidupannya di masa lalu. Sebagai alat bantu untuk asesmen adalah dengan
menafsirkan berbagai peristiwa yang dialaminya serta apa yang dilakukan atau
dipikirkannya, kita bisa menafsirkan kepribadian macam apakah individual itu. Dari situ
kita dapat menduga kurang lebih dinamika atau proses kejiwaan macam apakah yang
telah dialaminya, bahkan gangguan macam apakah yang akan dialami orang dengan
kepribadian tersebut. Dengan kata lain, kita dapat menduga mengenai apa saja yang
menjadi penyebab dan jenis gangguan apa yang dialami pasien tersebut.
8. Dokumen Pribadi
12 | A S E S M E N D A L A M P S I K O L O G I K L I N I S
Dokumen pribadi pun tidak harus berisikan mengenai peristiwa dan sikap serta
angan-angan klien, melainkan bisa jadi foto-foto yang dikumpulkannya, ialah peristiwa-
peristiwa apa yang dianggapnya penting. Demikian juga jenis barang-barang koleksi,
seperti barang-barang antik yang ditafsirkan, misalnya oleh McCleland sebagai tanda
kepribadian yang dilandasi oleh kebutuhan akan harga diri, kekuatan, atau menguasai
orang lain.
9. Pemfungsian Psikologi
Hubungan psikis-mental dan faal organ tubuh sangatlah erat. Teekanan darah,
misalnya, sering berhubungan dengan adanya kecemasan dan juga merupakan reaksi atas
tekanan-tekanan psikologis. Seorang yang marah biasanya menampilkan muka yang
merah karena darah banyak dipompa jantung sehingga mengisi saluran-saluran darah
kapiler di permukaan kulit. Bisa jadi juga menjadi gemetar karena ketegangan diotot
(untuk sementara) harus ia tahan, padahal justru ingin dilampiaskan. Makin lama makin
banyak ditemukan organ tubuh yang fungsinya berkaitan erat dengan kondisi dan situasi
psikologis. Dalam gangguan psikolofisiologis yang pernah mengganti nama gangguan
psikosomatis, tercatat hampir semua organ tubuh dapat terganggu fungsinya oleh kondisi
psikologis tertentu.
13 | A S E S M E N D A L A M P S I K O L O G I K L I N I S
ketelitian dan kecepatan kerja. Tes proyeksi merupakan yang penting dilakukan untuk
pemeriksaan klinis dengan tujuan mengungkapkan hal-hal yang kurang atau tidak
disadari. Tes grafis adalah yang paling digemari oleh psikolog di Indonesia karena
memakan waktu yang relatif singkat dan kebanyakan menggunakan analisis kuantitatif.
Kelemahan tes grafis ialah bahwa seringkali pemeriksa terpengaruh oleh keindahan
gambar atau keterampilan menggambar klien dan melupakan segi-segi formal gambar.
11. Penyampaian Hasil Asesmen Klinis dan Laporan Pemeriksaan Psikologi Klinis
Penulisan hasil asesmen dapat dilakukan untuk keperluan akademik (menulis
laporan kasus untuk diskusi ilmiah, keperluan penelitian longitudinal) dan dapat
dilakukan untuk keperluan praktik (membalas surat konsultasi dari dokter tentang
seorang pasien, memberikan hasil evaluasi psikologis kepada seorang yang mengirim
kliennya kepada psikolog klinis).
Penulisan Laporan Akademiz
Untuk keperluan akademik, penulisan laporan pemeriksaan, atau penulisan
hasil asesmen disarankan membedakan berdasarkan pengumpulan data dari
observasi dan wawancara saja (laporan ‘life’), atau dari hasil tes saja dengan data
terpenting subjek seperti seks, usia, pendidikan, masalah subjek. Penulisan
laporan berdasarkan tes dan data terpenting klien disebutkan laporan ‘blind’
karena tidak meliat subjek yang diperiksa.
Laporan kasus yang didasarkan atas wawancara dan observasi dapat meliputi
aspek-aspek:
a. keluhan, simtom, atau masalah yang menyebabkan klien datang
b. kepribadian yaitu predisposisi, temperamen, tipologi, struktur, dinamika kepribadian
klien
c. frustasi atau konflik atau stresor terakhir yang dihadapi
d. penyesuaian diri pada saat akhir pemeriksaan
14 | A S E S M E N D A L A M P S I K O L O G I K L I N I S
Laporan pemeriksaan psikologis dapat pula dibuat atas dasar data tes yang
diberikan pada subjek/klien/pasien. Kesimpulan yang diperoleh umumnya meliputi
deskripsi intelegensi dan kepribadiannya subjek. Inferensi/interpretasi data tes juga dapat
menghasilkan suatu gambaran kepribadian namun konsep dan konstruknya lebi banyak
mengambil dari teori tes yang terkait.
Hasil Pemeriksaan untuk Disampaikan Kepada Klien atau Pihak yang Meminta
Bila laporan pemeriksaan klinis akademik dibuat untuk tujuan pendidikan
calon psikolog dan untuk melakukan penelitian, maka laporan pemeriksaan klinik
untuk pihak luar tujuannya adalah untuk memberi informasi, saran atau jawaban
terhadap masalah yang diajukan peminta laporan tersebut, agar dapat dimengerti
dan bermanfaat bagi pihak yang meminta laporan tersebut. Perlu dihindari
kemungkinan terjadinya penyalahgunaan, penafsiran yang tidak tepat, atau
elaborasi yang tidak menjawab masalah yang ditanyakan, yang mungkin dapat
mengganggu kesejahteraan beberapa pihak. Untuk itu sangat dianjurkan bahwa
antara pemeriksa, klien dan peminta laporan, terlebih dahulu ada kesepakatan
tentang isi dan bentuk laporan, penggunaan dan kerahsiaannya, agar sesuai
dengan apa yang dianjurkan dalam Kode Etik Himpsi. Bila pemeriksa diminta
sendiri oleh klien maka biasanya tidak perlu ditulis sebuah laporan. Penyampaian
laporan yang isinya positif tidak terlalu menimbulkan masalah dalam
penyampaiannya. Pemeriksa perlu tahu apakah subjek memahami benar arti
laporan tanpa terjadi misinterpretasi. Penyampaian hasil pemeriksaan sebaiknya
dilakukan secara dua arah, artinya klien tidak hanya mendengarkan hasil tapi juga
mendapat kesempatan bertanya. Bila bentuk hasil pemeriksaan adalah tertulis dan
akan dibaca nonpsikolog, perlu dipertimbangkan isi laporan dan metode menjaga
kerahasiaannya.
Penekanan tersebut harus selalu disesuaikan dengan pendekatan yang akan digunakan :
16 | A S E S M E N D A L A M P S I K O L O G I K L I N I S
Sesuai dengan pertanyaan pada tahap perencanaan maka ditentukan
bagaimana wawancara dilakukan dan informasi apa yang diutamakan. Demikian
juga untuk observasi, perlu ditentukan metode dan focus observasi.
17 | A S E S M E N D A L A M P S I K O L O G I K L I N I S
panjang, life records memberikan suatu sarana bagi klinisi untuk memahami klien
dengan lebih baik.
Hasil dari asesmen biasanya akan ditulis menjadi sebuah laporan asesmen.
Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi suatu laporan asesmen yaitu jelas, relevan
dengan tujuan dan berguna.
Jelas: Kriteria pertama yang harus dipenuhi adalah laporan itu harus jelas.
Tanpa kriteria ini, relevansi dan kegunaan laporan tidak dapat dievaluasi.
Ketidakjelasan laporan psikologis merupakan suatu masalah karena kesalahan
interpretasi dapat menyebabkan kesalahan pengambilan keputusan.
18 | A S E S M E N D A L A M P S I K O L O G I K L I N I S
1.7 Berbagai Jenis Asesmen dalam Psikologi Klinis
a. Asesmen Pemfungsian Intelektual
Asesmen kemampuan dan atau kekurangan intelektual merupakan salah satu
tugas orisinal yang dilakkan psikolog, karena ada sebagian psikolog dan ada masa
dimana faktor inteligensi dinilai dan atau dianggap paling berperan dalam perkembangan
kepribadian dan pendalaman disiplin seseorang dalam melakoni kehidupannya, di bidang
apa pun.
b. Asesmen Kepribadian
Asesmen kepribadian merupakan istilah yg umum dalam upaya umtuk
menemukan pola perilaku dan pola pikiran atau penyesuaian diri seseorang secara khas
terhadap lingkungannya. Dalam asesmen kepribadian, pendapat psikoanalisis tentang
adanya subtansi yg direpresi, merupakan asumsi yang tidak dapat dihindarkan. Setiap
gejala yg tampil dalam perilaku, selain didasari oleh intensi yang sadar, juga sangat
penting mengenai peran yang tidak sadar. Dalam banyak kasus bisa dikemukakan, bahwa
perilaku yang disadari atau disengaja, sering dilatarbelakangi kebutuhan atau motivasi
yang tidak sadar. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk memahami latar belakang itu,
antara lain dengan melihat simbol atau latar belakang motivasi dibalik tingkah laku
sadarnya.
1. Projective Assesment
Projective Assesment berkembang dari perspektif teoritis yang menampilkan
karakterisitika dinamis sebagai inti kepribadian (seperti teori psikoanalisis). Karena
itu, metode dasarnya melibatkan upaya menyiapkan subyek dalam suatu bentuk kisah,
ambifus, dan hampir tanpa isi terhadap mana untuk berespons bersama suatu
minimum struktur atau instruksi.
19 | A S E S M E N D A L A M P S I K O L O G I K L I N I S
Secara teoretis, pemeriksa menganggap bahwa bila semua alat tes berisikan suatu
isi yang minimum maka respons subyek hanya merupakan fungsi kepribadian subyek.
Dapat dikatakan, makin banyak kesempatan subyek harus berespons bebas
idiosinkratis, makin personal dan bermaknalah respons-respons itu. Berdasarkan
pandangan teori psikodinamik mengenai kepribadian, proyeksi dilihat sebagai alat
yang sensitif bagi aspek tak sadar perilaku.mekanisme pertahan diri dan
kecenderungan laten disimpulkan dari data fantasi tak terstruktur yang dihasilkan
dalam konteks dimana tidak ada jawaban yang benar dan salah.
2. Objective Assesment
Pendekatan obyektif asesmen kepribadian merupakan usaha yang secara ilmiah
berusaha menggambarkan karakteristika atau sifat-sifat individu atau kelompok
sebagai alat untuk memprediksi perilaku.Standarisasi sangat penting dalam tes
obyektif. Secara singkat, asesmen obyektif merupakan pendekatan yang terstruktur,
ilmiah, dan non subyektif dalam deskripsi individual.
20 | A S E S M E N D A L A M P S I K O L O G I K L I N I S
2. Berbagai Tes Asesmen Neuropsikologis
1. Tes Persepsi Visual
2. Tes-tes Persepsi Pendengaran
3. Test of Tactile Perception
4. Test of Motor Coordination and Steadiness
5. Test of Sensomotor Construction Skill
6. Test of Memory
7. Test of Verbal (Kemampuan Bahasa)
8. Test of Conceptuan Reasoning Skill
d. Asesmen Perilaku
Asesmen perilaku merupakan pendekatan situasi spesifik, dimana variasi spesifik
dalam keadaan lingkungan dengan teliti dan periksa untuk menentukan peranan mereka
terhadap pemfungsian klien. Asesmen perilaku dapat juga dilihat sebagai pandangan
konseptual yang didalamnya, pengaruh resiprokal tindakan orang dan konteks-konteks
lingkungan, mendapat penekanan. Secara tipikal asesor perilaku akan berusaha untuk
mengidentifikasikan hubungan antara interpersonal klien dan lingkungan fisiknya dan
perilaku yang mencerminkan permasalahan klien dalam kehidupannya.
21 | A S E S M E N D A L A M P S I K O L O G I K L I N I S
nilai akurasi yang tinggi. Pengukuran laporan diri telah berkembang untuk
mengakses aspek-aspek situasi seperti juga untuk mengakses perilaku.
3. Asesmen Analog
Asesmen analog bisa jadi dilaksanakan dengan cara berikut: paper-and-
pencil test, audiotape atau video tape test, enacment tests, role play test, dan
stimulasi. Metode-metode ini berbeda dalam alat yang mana situasi analog
ditampilkan dalam partisipan klien dan dalam tipe respons yang diminta dari
klien
4. Observasi Perilaku dan Peringkatan Perilaku Orang Dekat
Teman bermain, orang tua, guru-guru, dan staf bangsal psikiatris diminta
untuk melakukan observasi langsung atau secara restospektif membuat
peringkat atas perilaku klien. Metode ini menampilkan sumber data yang
menyeluruh karena cara di mana orang dipandang oleh orang yang secara
signifikan sangat kuat mempengaruhi perilaku dan persepsi diri orang.
5. Wilayah Tambahan Asesmen Perilaku
Asesmen respons fisiologis dan asesmen kognitif spesifik menampilkan
dua wilayah tambahan area dalam asesmen kepribadian.
Asesmen Psikofisiologis
Pengukuran atau penilaian psikofisiologis, yang mengukur
besarnya keadaan psikologi yang ditampilkan dalam gejala-gejala
fisiologis, fisik, atau organik, secara umum dapat didefinisikan sebagai
“kuantifikasi kejadian-kejadian biologis sebagaimana mereka
berhubungan dengan pengubah-pengubah psikologis”. ". Secara esensial,
fokusnya adalah pada perekaman reaksi-reaksi jasmaniah terhadap
rangsangan-rangsangan lingkungan. Reaksi yang secara tipikal merupakan
bagian asesmen itu termasuk ketegangan otot, denyut jantung, tekanan
darah, dan resistensi kulit.
Asesmen Kognitif-Perilaku
Target dasar atau umum asesmen kognitif keperilakuan, adalah
respons spesifik, tetapi respons-respons ini adalah aktivitas kognitif klien
atau subyek penelitian dan bukan kejadian yang dapat diamati. Dalam hal
22 | A S E S M E N D A L A M P S I K O L O G I K L I N I S
ini, kejadian-kejadian kognitif bukan merupakan bagian asesmen
perilaku. Meskipun demikian, asesmen respons-respons kognitif yang
spesifik dalam situasi spesifik, baik sebagai bantuan untuk
penanggulangan atau pengubah terikat dalam penelitian, merupakan
tambahan penting bagi asesmen perilaku.
Terdapat banyak metode yang mungkin dilakukan untuk mengases
respons-respons kognitif perilaku. Dua di antaranya adalah contoh
pikiran (thought sampling) dan inventori-inventori pernyataan diri (self-
statement inventories). Contoh pikiran merupakan prosedur asesmen
yang meminta bahwa individu, pada waktu yang berbagai-bagai, terdapat
pada pikirannya.
23 | A S E S M E N D A L A M P S I K O L O G I K L I N I S
Phillip Melachton untuk pada tahun 1530-an melahirkan psikologi sebagai bagian dari
ilmu yang dipelajari untuk menjelaskan perilaku orang.
24 | A S E S M E N D A L A M P S I K O L O G I K L I N I S
BAB III
PENUTUP
1.8 Kesimpulan
Asesmen dalam psikologi klinis ialah pengumpulan informasi untuk digunakan sebagai
dasar bagi keputusan-keputusan yang akan disampaikan oleh penilai. Tujuan Asesmen dalam
Psikologi Klinis ada tiga macam yaitu klasifikasi diagnostik, deskripsi dan prediksi. Asesmen
dalam psikologi juga memiliki 3 sasaran atau target yang akan diusahakan dalam pembuatannya
yaitu, disfungsi psikologis individual; menemukan kekuatan klien dalam aspek keterampilan,
kemampuan, atau sensitivitasnya; dan juga psikolog klinis dapat diminta melakukan evaluasi dan
melukiskan kepribadian subyek.
Ada empat komponen dalam proses asesmen psikologi klinis yakni: Perencanaan dalam
prosedur pengumpulan data (planning data collection procedures), pengumpulan data untuk
asesmen, pengumpulan data dan pembentukan hipotesis atau ‘image making’,
mengkomunikasikan data asesmen baik dalam bentuk laporan maupun dalam bentuk lisan.
25 | A S E S M E N D A L A M P S I K O L O G I K L I N I S
DAFTAR PUSTAKA
Wiramihardja, Sutardjo A., Prof, Dr. 2012. Pengantar Psikologi Klinis. Bandung: Refika
Aditama.
Slamet I. S., Suprapti & Markam, Sumarmo. 2006. Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta: UI-Press
26 | A S E S M E N D A L A M P S I K O L O G I K L I N I S