Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS KASUS PELANGGARAN KODE ETIK

 KASUS
[MK-Ultra, Proyek Rahasia CIA Paling Kejam yang Kontroversial]
Badan intelijen pusat Amerika Serikat, CIA, mengeluarkan proyek rahasia,
di mana seorang psikolog dan penulis terkenal menganjurkan penggunaan LSD
sebagai obat terapi psikedelik untuk mempelajari efek pengendalian pikiran dari
LSD dan psikedelik lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menekan
brainwashing gap dari pihak yang menangkap tawanan perang Amerika Serikat
yang ada di Korea. Selain itu, proyek bernama MK-Ultra ini juga membawahi
sub-proyek lain yang melibatkan implan radiologis, hipnosis, persuasi subliminal,
terapi kejut listrik, hingga isolasi. Mereka secara diam-diam memberikan LSD
kepada karyawan CIA, tentara AS, pasien gangguan jiwa, bahkan masyarakat
umum. Sejumlah agen juga membayar sejumlah pekerja seks komersial untuk
memberikan obat tersebut diam-diam kepada kliennya. Proyek rahasia ini
menimbulkan beberapa korban dan harus dihentikan. Alih-alih dihentikan dan
diberi sanksi khusus, beberapa proyek ini masih diam-diam dijalankan dan
Pimpinan CIA justru ingin segera menghanguskan segala bukti dokumen agar
tidak bocor.

 ANALISIS KASUS
Berdasarkan kasus di atas, dapat saya simpulkan bahwa kasus tersebut
melanggar beberapa pasal dalam Kode Etik Psikologi Indonesia.
Bab 1 Pedoman Umum Pasal 2 tentang Prinsip Umum:
Prinsip A: Penghormatan pada
Harkat Martabat Manusia
(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus menekankan pada hak asasi
manusia dalam melaksanakan layanan psikologi.
(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menghormati martabat setiap orang
serta hak-hak individu akan keleluasaan pribadi, kerahasiaan dan pilihan
pribadi seseorang.
Pembahasan:
Pada kedua ayat di atas, tertulis jelas bahwa Psikolog dan Ilmuwan Psikologi
wajib menghormati dan menjaga martabat dan hak asasi setiap orang. Namun
pihak peneliti dalam kasus tersebut tidak mengindahkan kedua ayat pada pasal 2
dan tetap menjalankan penelitian meski pun tahu bahwa hal itu di luar keinginan
pihak yang diteliti dan memiliki risiko tinggi akan kerugian.

Prinsip B: Integritas dan Sikap Ilmiah


(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi senantiasa menjaga ketepatan,
kejujuran, kebenaran dalam keilmuan, pengajaran, pengamalan dan praktik
psikologi.

Pembahasan:
Pelanggaran pada Prinsip B ayat 2 terlihat dari bagaimana peneliti dan melakukan
penelitiannya secara diam-diam dan tidak secara jujur memberitahu klien yang
akan diteliti. Ketepatan praktik psikologi berupa penelitian juga patut
dipertanyakan izin resmi dan penanganannya.

Prinsip E : Manfaat
(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi berusaha maksimal memberikan
manfaat pada kesejahteraan umat manusia, perlindungan hak dan meminimalkan
resiko dampak buruk pengguna layanan psikologi serta pihak-pihak lain yang
terkait.
(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi apabila terjadi konflik perlu
menghindari serta meminimalkan akibat dampak buruk; karena keputusan dan
tindakan-tindakan ilmiah dari Psikolog dan/ atau Ilmuwan Psikologi dapat
mempengaruhi kehidupan pihak-pihak lain.

Pembahasan:
Pelanggaran prinsip E ayat 1-3 terlihat dari bagaimana pihak CIA dan psikolog
tidak berusaha meminimalisir dampak dan kemungkinan buruk yang akan terjadi.
Mereka justru melancarkan aksi penelitian rahasianya secara global tanpa
mempedulikan kesejahteraan umat manusia dan kehidupan pihak klien. Bentuk
pemanfaatan berskala besar ini sangat merugikan masyarakat, terutama pihak
yang diteliti secara diam-diam.

Bab II Mengatasi Isu Etika


Pasal 4
Penyalahgunaan di bidang Psikologi
(3) Pelanggaran kode etik psikologi adalah segala tindakan Psikolog dan/atau
Ilmuwan Psikologi yang menyimpang dari ketentuan yang telah dirumuskan
dalam Kode Etik Psikologi Indonesia. Termasuk dalam hal ini adalah
pelanggaran oleh Psikolog terhadap janji/sumpah profesi, praktik psikologi yang
dilakukan oleh mereka yang bukan Psikolog, atau Psikolog yang tidak memiliki
Ijin Praktik, serta layanan psikologi yang menyimpang dari ketentuan yang
berlaku dalam Kode Etik Psikologi Indonesia.
Pelanggaran sebagaimana dimaksud di atas adalah:
a) Pelanggaran ringan yaitu:
Tindakan yang dilakukan oleh seorang Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi
yang tidak dalam kondisi yang sesuai dengan standar prosedur yang telah
ditetapkan, sehingga mengakibatkan kerugian bagi salah satu tersebut di
bawah ini:
i. Ilmu psikologi
ii. Profesi Psikologi
iii. Pengguna Jasa layanan psikologi
iv. Individu yang menjalani Pemeriksaan Psikologi
v. Pihak-pihak yang terkait dan masyarakat umumnya.
b) Pelanggaran sedang yaitu:
Tindakan yang dilakukan oleh Psikolog dan/ atau Ilmuwan Psikologi karena
kelalaiannya dalam melaksanakan proses maupun penanganan yang tidak
sesuai dengan standar prosedur yang telah ditetapkan mengakibatkan
kerugian bagi salah satu tersebut di bawah ini:
i. Ilmu psikologi
ii. Profesi Psikologi
iii. Pengguna Jasa layanan psikologi
iv. Individu yang menjalani Pemeriksaan Psikologi
v. Pihak-pihak yang terkait dan masyarakat umumnya.
c) Pelanggaran berat yaitu:
Tindakan yang dilakukan oleh Psikolog dan/ atau Ilmuwan Psikologi yang
secara sengaja memanipulasi tujuan, proses maupun hasil yang
mengakibatkan kerugian bagi salah satu di bawah ini:
i. Ilmu Psikologi
ii. Profesi Psikologi
iii. Pengguna Jasa layanan psikologi
iv. Individu yang menjalani Pemeriksaan Psikologi
v. Pihak-pihak yang terkait dan masyarakat umumnya

Pembahasan:
Kasus di atas termasuk ke dalam pelanggaran berat, di mana Psikolog dan peneliti
sengaja memanipulasi proses penelitian sehingga mengakibatkan kerugian bagi
setiap individu yang terkait dan masyarakat luas. Tak hanya itu, manipulasi
penelitian ini juga sudah memakan korban sehingga sangat perlu ditidaklanjuti ke
proses hukum.

Bab IX Penelitian dan Publikasi


Pasal 48
Partisipan Penelitian
(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi mengambil langkah-langkah untuk
melindungi perorangan atau kelompok yang akan menjadi partisipan penelitian
dari konsekuensi yang tidak menyenangkan, baik dari keikutsertaan atau
penarikan diri/pengunduran dari keikut-sertaan.
Pasal 50
Pengelabuan/Manipulasi
dalam Penelitian
(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan menipu atau
menutupi informasi, yang mungkin dapat mempengaruhi calon niat partisipan
untuk ikut serta, seperti kemungkinan mengalami cedera fisik, rasa tidak
menyenangkan, atau pengalaman emosional yang negatif. Penjelasan harus
diberikan sedini mungkin agar calon partisipan dapat mengambil keputusan yang
terbaik untuk terlibat atau tidak dalam penelitian.

Pembahasan:
Pelanggaran terhadap pasal 48 Bab IX yaitu ketika pihak CIA bekerja sama
dengan psikolog dan peneliti untuk mengambil subjek penelitian secara random
tanpa ditentukan terlebih dahulu bagaimana mekanismenya. Mereka secara acak
mulai menyampurkan LSD ke dalam makanan atau minuman subjek tanpa
sepengetahuan dan seizinnya. Hal ini juga melanggar pasal 50 di mana mereka
juga tidak memberitahukan mengenai penelitian ini terlebih dahulu kepada klien
yang akan diteliti. Mereka melakukannya tanpa sepengetahuan klien dan akhirnya
timbul hal yang tidak diinginkan sehingga banyak klien yang menjadi korban
akibat pengaruh obat-obatan tersebut.

Berdasarkan Ethical Principles of Psychologists and Code of Conducts


APA (2017), peraturan dan ketetapan yang dilanggar adalah sebagai berikut.
1. Resolving Ethical Issues
1.01 Misuse of Psychologists’ Work
If psychologists learn of misuse or misrepresentation of their work, they take
reasonable steps to correct or minimize the misuse or misrepresentation.
Pembahasan:
Pasal di atas menjelaskan bahwa apabila psikolog menyadari adanya kekeliruan
dalam pekerjaan mereka, maka mereka harus mengambil langkah-langkah yang
wajar untuk memperbaiki kesalahan. Namun faktanya dalam kasus proyek rahasia
CIA, meski mereka tahu melakukan pencampuran LSD diam-diam itu salah,
mereka tetap melakukannya dan sudah terlalu lambat untuk menghentikan
penyebaran obat-obatan ini.

3.04 Avoiding Harm


(a) Psychologists take reasonable steps to avoid
harming their clients/patients, students, supervisees, research participants,
organizational clients, and others with whom they work, and to minimize harm
where it is foreseeable and unavoidable.
(b) Psychologists do not participate in, facilitate, assist, or otherwise engage in
torture, defined as any act by which severe pain or suffering, whether physical or
mental, is intentionally inflicted on a person, or in any other cruel, inhuman, or
degrading behavior that violates 3.04a.

Pembahasan:
Pasal di atas menyatakan bahwa psikolog harus mengambil langkah yang tepat
untuk tidak menyakiti klien dan untuk meminimalisir keburukan yang tidak dapat
dihindari. Psikolog juga sebisa mungkin tidak berpartisipasi dan terlibat dalam
sesuatu yang disebut sebagai bentuk menyakiti dan berperilaku kejam terhadap
fisik atau mental klien yang tidak manusiawi atau melanggar. Pernyataan ini
dilanggar oleh pihak peneliti dan psikolog bayaran CIA karena mereka tidak
berupaya untuk meminimalisir kerugian dan tetap menjalankan proyek rahasia
yang berisiko tinggi mengalami kegagalan. Bentuk penelitian yang dilakukan juga
bertentangan dengan pasal 3.04b di mana seharusnya mereka tidak berpartisipasi
dalam hal-hal yang dapat menyakiti klien.
DAFTAR PUSTAKA

HIMPSI. (2010). Kode Etik Psikologi Indonesia HIMPSI: Himpunan Psikologi


Indonesia.

m.kumparan.com. (2021, 27 Februari). MK-Ultra, Proyek Rahasia CIA Paling


Kejam yang Kontroversial. Diakses pada 31 Maret 2021, dari
https://kumparan.com/potongan-nostalgia/mk-ultra-proyek-rahasia-cia-
paling-kejam-yang-kontroversial-1vG3PJP2UD8
American Psychological Association. (2017). American Psychological
Association. Ethical Principles of Psychologists and Code of Conduct.
American Psychologist, 57(12), 1–20. https://apa.org/ethics/code/ethics-
code-2017.pdf%0Ahttp://doi.apa.org/getdoi.cfm?doi=10.1037/0003-
066X.57.12.1060

Anda mungkin juga menyukai