Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KODE ETIK PSIKOLOGI

Tentang:

BIAYA LAYANAN PSIKOLOGI

KELOMPOK 6

Shalsabilla :1830306046

Sriwahyu Fransiska :1830306054

Vania Desva :1830306053

Wahyu Ningsih :1830306054

Yona Fransiska :1830306062

Dosen Pengampu:

Winda Meri Susila M.,A

JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

BATUSANGKAR

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulilah puji syukur kepada Allah swt yang telah memberi rahmat dan
nikmatnya kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan makalah ini dan memberikan nikmat
kesempatan kepada pembaca dengan judul “ Kode Etik Psikologi tentang Bab 7 Biaya
Layanan Psikologi”. Shalawat kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita
kepada alam yang penuh ilmu sehingga itu jua lah kita bisa mengenal pengetahuan dan keluar
dari zaman kebodohan.

Dalam penulisan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis
meminta saran dan kritikkan untuk perbaikkan penulisan selanjutnya. Demikianlah makalah
ini penulis buat terimakasih atas perhatianya dan perbanyak maaf atas ketidaksempurnaan
penulisannya.

Wassalamualaikum wr.wb

13 maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………………………...1


B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………..1
C. Tujuan …………………………………………………………………………..…..1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pasal 33: penjelasan biaya dan batasan…………………………………….………..2


B. Pasal 34: rujukan dan biaya……………………………………………….…………4
C. Pasal 35: keakuratan data danlaporan keuangan…...……………………….……….4
D. Pasal 36: pertukaran (barter)…… ………………….………………………..……...4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………....5
B. Saran ………………………………………………………………………….…….5

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Psikolog maupun ilmuwan psikologi saat terjun ke masyarakat untuk mengabdikan
ilmu yang dimiliki atau untuk menjalankan profesinya harus memiliki aturan-aturan untuk
berkerja secara normatif. Aturan yang mengikat tersebut berguna untuk mengontrol apa
yang dilakukan oleh seorang psikolog dan ilmuwan psikolog. Oelh karena itu dalam
dunia psikologi khususnya di Indonesia maka disusunlah Kode Etik Psikologi yang
mengatur secara keseluruhan bagaimana seorang psikolog dan ilmuwan psikolog bekerja,
melakukan penelitian, mempublikasikan penelitian, memberikan layanan, mengatasi
situasi klien, asesmen, intervensi, konseling, dll. Dalam makalah kode etik ini membahas
bab 7 tentang biaya layanan psikologi, yang mana pasal pertama yaitu pasal 33 tentang
penjelasan biaya dan batasan, dan pasal selanjutnya yaitu pasal 34 tentang rujukan dan
biaya, dan pasal selanjutnya yaitu pasal 35 tentang keakuratan data dan laporan kepada
pembayar atau sumber dana, dan pasal yang terakhir yaitu pasal 35 tentang pertukaran
(barter).

B. Rumusan Masalah
1. apa maksud pasal 33?
2. apa maksud pasal 34?
3. apa maksud pasal 35?
4. apa maksud pasal 36?

C. Tujuan
Untuk menjelaskan dan memaparkan maksud tentang bab 7 pasal 33,34,35,36, beserta
analisa dan contoh kasusnya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

BAB VII

BIAYA LAYANAN PSIKOLOGI

Pasal 33 : Penjelasan biaya dan batasan

Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi menjunjung tinggi profesionalitas dan senantiasa


terus meningkatkan kompetensinya. Berkaitan dengan hal tersebut psikolog dan/atau
ilmuwan psikologi perlu dihargai dengan imbalan sesuai profesionalitas dan kompetensinya.
Pengenaan biaya atas layanan psikologi kepada pengguna jasa perorangan, kelompok,
lembaga, atau organisasi/institusi harus disesuaikan dengan keahlian dan kewenangan
psikolog dan/atau ilmuwan psikologi, dengan kewajiban untuk mengutamakan dasar –dasar
profesional.

1) Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi pada saat awal sebelum kontrak layanan
dilakukan, perlu menjalaskan kepada pengguna layanan psikologi secara rinci hak dan
kewajiban masing masing pihak termasuk biaya layanan psikologi yang
disediakannya, sesuai kompetensi keilmuan dan profesional yang dimiliki, dalam
cakupan standar yang pantas untuk masyarakat/ kelompok pengguna layanan
psikologi khusus.
Analisa : psikolog /ilmuwan psikologi sebelum memulai layanan terhadap pengguna
layanan psikologi, perlu menjelaskan kontrak yang dilakukan, serta menjelaskan
secara rinci dan jelas hak dan kewajiban masing masing pihak, termasuk biaya
layanan yang sesuai dengan kompetensi yang diberikan.
Contoh : saat seseorang datang untuk melakukan tes intelegensi, sebelum dilakukan
tes sudah ada penjelasan tentang prosedur yang akan dijalani sesuai dengan tes yang
dilakukan dan biaya dalam pelayanan tersebut
2) Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi dapat menggunakan berbagai cara termasuk
tindakan hukum untuk mendapatkan imbalan layanan yang telah diberikan jika
pengguna layanan tidak memberikan imbalan sebagaimana yang telah disepakati.
Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi harus memberitahu pihak yang bersangkutan

2
terlebih dahulu bahwa tindakan tersebut akan dilakukan, serta memberi kesempatan
untuk dapat menyelesaikan permasalahan sebelum tindakan hukum dilakukan.
Analisa : psikolog/ ilmuwan psikologi berhak melakukan berbagai cara termasuk
tindakan hukum untuk mendapat imbalan terhadap jasa yang diberikan jika pengguna
tidak memberi imbalan sebagaimana kontrak yang telah disetujui.
Contoh : seorang psikolog yang tidak atau belum dibayar oleh klien atau pengguna
jasa layanan psikologi maka dia berhak menempuh jalur hukum untuk mendapatkan
imbalan jasa pelayanannya karena sebelumnya sudah ada kesepakatan antara psikolog
dan klien tersebut.
3) Psikolog/ ilmuan psikologi tidak menahan catatan yang diperlukan untuk penanganan
darurat terhadap pengguna layanan psikologi, hanya atau semata-mata karena imbalan
terhadap layanan psikologi yang diberikan belum di terima.
Analisis: psikolog/ ilmuan psikolog tidak menahan catatan hasil kliennya untuk
keperluan yang sangat penting dan hanya karena imbalan dan tidak akan di terima.
Contoh: seorang klien yang terlibat kasus kriminal, maka polisi akan meminta catatan
hasil tesnya untuk keperluan penyelidikan. Jadi seorang psikolog tidak menahan
catatan hasil tesnya untuk keperluan darurat.
4) Psikolog/ ilmuan psikologi tidak bersedia memenuhi permintaan layanan psikologi
yang diketahui melanggar kode etik seperti yang dicantumkan dalam keseluruhan
pasal-pasal dalam kode etik ini. Apalagi menerima imbalan dalam bentuk uang atau
dalam bentuk lain dari pekerjaan tersebut.
Analisis: seorang psikolog/ ilmuan psikolog tidak mamenuhi permintaan klien yang
melanggar aturan kode etik, seperti yang telah di katakan pada pasal-pasal
sebelumnya atau menerima imbalan dari pekerjaanya.
Contoh:seorang klien meminta psikolog dan/atau ilmuan psikologi untuk
memalsukan hasil layanan psikologinya agar bisa di terima dalam pekerjaannya,
permintaan klien tersebut sudah melanggar kode etik, apalagi orang tersebut
memberikan imbalan kepada psikolog dan/atau ilmuan psikologi tersebut.
5) Psikolog dan/ atau ilmuwan psikologi sebagai bentuk kepedulian kepada masyarakat
dapat dan baik untuk menjalankan, atau terlibat dalam aktivitas-aktivitas penyediaan
layanan psikologi secara suka rela, dengan tetap menjunjung tinggi profesionalitas.
Analisis : sebagai bentuk kepedulian kepada masyarakat seorang psikolog tetap ikut
dalam aktivitas pelayanan psikologi secara suka rela tanpa mengharapkan imbalan
tetapi tetap menjalankannya secara profesional.
3
Contoh : ada sebuah musibah yang menimpa warga di suatu desa maka psikolog dan
ilmuwan psikologi yang ada disana harus membantu masyarakat sekitar secara dengan
memberikan konseling dan pelayanan gratis.

Pasal 34: Rujukan Dan Biaya


Psikolog dan/ atau ilmuwan psikologi membagi imbalan dengan profesional lain,
atasan atau bawahan, pembayaran terhadap masing-masing harus berdasarkan layanan yang
diberikan dan sudah diatur sebelum pelaksanaan layanan psikologi dilakukan.
Analisis : dalam hal pembayaran seorang psikolog dan ilmuwan psikologi juga harus
professional berdasarkan pelayanan yang telah dilakukan.
Contoh :di suatu tempat pelayanan psikologi ada beberapa psikolog dan asisten psikolog
maka dalam hal pembagian gaji maka mereka harus membaginya secara professional sesuai
dengan pelayanan yang dilakukan dan kesepakatan mereka sebelumnya.

Pasal 35: Keakuratan Data Dan Laporan Kepada Pembayar Atau Sumber Dana
Psikolog dan/ atau ilmuan Psikologi memastikan keakuratan data dan laporan
pemeriksaan psikologi kepada pembayaran layanan atau sumber dana.
Analisa: Seorang Psikolog dan/ atau ilmuan Psikologi harus memastikan ke tepatan sebuah
data dan laporan pemeriksaan tentang pembayaran atau sumber dana yang di peroleh.
Contoh: Seorang psikolog harus memastikan terlebih dahulu data yang akan di kirimkan
kepada sponsor atau sumber dana, jangan sampai data tersebut merugikan pihak penggunaan
layanan psikologi maupun pihak lainnya.

Pasal 36: Pertukaran (Barter)


Psikolog dan/atau ilmuan psikologi dapat menerima benda atau imbalan non uang dari
pengguna jasa layanan psikologi sebagai hadiah atau imbalan atas pelayanan psikologi yang
diberikan hanya jika tidak bertentangan dengan kode etik dan pengaturan yang dihasilkan
tidak eksploitatif.
Analisa: psikolog dan/atau ilmuan psikolog boleh menerima imbalan dari pengguna jasa
layanan psikologi hanya saja dalam penerimaan imbalan tersebut haruslah sesuai kode etik
dan tidak eksploitatif (secara berlebih-lebihan).
Contoh: klien A meminta layanan kepada psikolog B, dan klien A merasa puas dengan
layanan psikolog B ini, maka klien A memberikan hadiah atau imbalan untuk psikolog B ini
dengan sangat berlebihan, hal ini sangat melanggar kode etik.
4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
makalah kode etik ini membahas bab 7 tentang biaya layanan psikologi, yang mana
pasal pertama yaitu pasal 33 tentang penjelasan biaya dan batasan, dan pasal selanjutnya
yaitu pasal 34 tentang rujukan dan biaya, dan pasal selanjutnya yaitu pasal 35 tentang
keakuratan data dan laporan kepada pembayar atau sumber dana, dan pasal yang terakhir
yaitu pasal 35 tentang pertukaran (barter).
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, pembaca akan mendapatkan manfaatnya. Penulis
meminta saran serta kritikan pembaca untuk perbaikan makalah selanjutnya, karena kami
sebagai penulis menyadari banyak kekurangan baik dalam segi materi maupun
penulisannya.

5
DAFTAR PUSTAKA
HIMPSI. 2010. Kode Etik Psikologi Indonesia. Pengurus Pusat Himpunan Psikologi
Indonesia: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai