Dari kacamata psikologis, budak cinta merupakan salah satu kondisi psikologis
yang disebut mirip dengan pecandu zat adiktif. Artinya, orang yang termasuk
golongan ‘bucin’ ketagihan terhadap hubungan romantis yang sedang dijalani
bersama pasangannya.
Walaupun sifat antara cinta dan ketagihan terkadang tidak dapat dijelaskan,
ada dua pandangan yang membagi rasa candu ini menjadi baik dan buruk.
Hal ini dapat terjadi karena dopamin di otak Anda diaktifkan oleh cinta dan
kondisi ini juga dapat berlaku ketika seseorang mengonsumsi zat adiktif.
Hanya saja, peneliti menekankan perilaku budak cinta ini hanya memiliki
kemiripan dari segi kondisi psikologisnya, bukan perilaku atau secara kimia.
Kondisi ini dapat terjadi karena ketika seseorang jatuh cinta, dopamin dan
hormon bahagia lainnya pun diaktifkan hingga menimbulkan euforia yang
cukup tinggi.
Fenomena ini umum terjadi ketika Anda baru saja menjalani sebuah hubungan
hingga tidak mengherankan jika ada orang yang ingin merasakan perasaan itu
lagi dan lagi.
Akibatnya, perilaku ini tentu akan menyakiti orang lain yang mungkin ingin
bertahan dan tidak tahu tujuan dari hubungan yang Anda bangun sejak awal.
Bagi mereka yang berada dalam hubungan mungkin istilah budak cinta ini
lebih cocok ketika orang tersebut terjebak dalam fantasi di hubungan
tersebut. Pasangan menjadi center of their world dan Anda tidak dapat
berhenti memikirkannya.