Anda di halaman 1dari 12

uThe 6th University Research Colloquium 2017

Universitas Muhammadiyah Magelang

Psikologi Kewirausahaan: Potensi Riset dalam Konteks Indonesia


Aftina Nurul Husna1*
1
Program Studi Psikologi, Universitas Muhammadiyah Magelang
*Email: anhusna@ummgl.ac.id

Abstrak
Keywords: Psikologi kewirausahaan adalah bidang yang sedang naik daun, sebagai
konteks Indonesia, respon atas pesatnya pertumbuhan usaha di tingkat global. Kebijakan
psikologi sosial-ekonomi terkait peningkatan wirausaha di Indonesia membutuhkan
kewirausahaan masukan ilmu psikologi sehingga bidang ini sangat relevan untuk dikaji.
Artikel ini merupakan review atas sejumlah literatur di bidang psikologi
kewirausahaan dengan tujuan memberikan gambaran tentang sejauh mana
kemajuan riset kewirausahaan di dunia. Pengetahuan ini bermanfaat untuk
mengarahkan penelitian-penelitian kewirausahaan yang hendak
dilaksanakan di dalam konteks Indonesia. Terdapat lima area riset psikologi
kewirausahaan, yaitu: kepribadian wirausahawan, psikopatologi
wirausahawan, kognisi wirausaha, pendidikan wirausaha, dan
kewirausahaan lintas budaya. Dengan mempertimbangkan keragaman
demografis, suku budaya, dan agama masyarakat Indonesia dan tradisi
kewirausahaannya, temuan yang dihasilkan dari riset-riset psikologi
kewirausahaan dapat memberikan masukan bagi pengembangan kurikulum
pendidikan kewirausahaan, penyusunan kebijakan pemerintah, dan
pengambilan keputusan investasi, serta menjadi dukungan bagi
wirausahawan-wirausahawan yang baru maupun potensial untuk
mewujudkan bisnis yang sukses, tangguh, dan berkelanjutan.

1. PENDAHULUAN usaha dan kampus pun menjadi upaya


Wirausaha atau entrepreneurship menjadi prioritas pemerintah Indonesia untuk
kegiatan yang digalakkan saat ini di banyak mempercepat pembangunan dan mengejar
negara. Wirausaha telah terbukti menjadi ketertinggalan dunia usaha.
sumber utama penyediaan lapangan Beberapa di antaranya adalah
pekerjaan, pertumbuhan ekonomi dan inovasi. dicanangkannya Gerakan Kewirausahaan
Ia mendorong perbaikan produk dan kualitas Nasional (GKN) oleh Kementerian oriented)
layanan, kompetisi, dan fleksibilitas ekonomi. dengan filosofi (pharmaceutical care) [2].
Ia pun menjadi sarana berjuta-juta orang Pelayanan kefarmasian di puskesmas
untuk mengambil peran sosial dan ekonomi, masih belum sesuai dengan standar pelayanan
serta menyokong perubahan budaya, integrasi kefarmasian di puskesmas berdasarkan
masyarakat, dan mobilitas sosial [6]. Permenkes No. 74 tagun 2017 tahun 2016.
Perbedaan antara negara maju dan Tujuan dari penelitian p yaitu untuk
berkembang salah satunya dapat dilihat dari membandingkan pelayanan kefarmasian di
seberapa banyak warganya yang Puskesmas Kabupaten Magelang dengan
berwirausaha. Memperbanyak jumlah Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
wirausahawan dan memperkut relasi dunia untuk meningkatkan rasio wirausaha

ISSN 2407-9189 167


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

Indonesia. Data terakhir menunjukkan 3,1% monotonnya masalah yang diangkat dalam
atau 7,8 juta orang Indonesia adalah riset-riset yang ada, dan subjek penelitian
wirausaha (“Ratio wirausaha...”). yang tidak representatif, yakni mahasiswa.
Dunia pendidikan pun ikut merespon. Hasil pencarian dengan
Tren saat ini, semakin banyak perguruan scholar.google.com menghasilkan kurang dari
tinggi berlomba-lomba untuk menjadi 10 publikasi riset kewirausahaan yang
entrepreneurial university, di samping dilakukan oleh ahli/ mahasiswa psikologi,
learning and research university [11]. yang mana kebanyakan berupa laporan skripsi
Wirausaha sering diartikan secara umum S1. Riset-riset korelasional pada mahasiswa
sebagai aktivitas bisnis yang menghasilkan monoton pada isu intensi wirausaha ditinjau
uang. Meski begitu, apa yang dilakukan dari sejumlah variabel karakteristik individu,
wirausahawan lebih dari sekedar berjual-beli. seperti kecerdasan emosional, konsep diri,
Detailnya, ia memiliki keterampilan efikasi diri, dan motivasi berprestasi [6, 8, 16]
mengidentifikasi dan memanfaatkan Riset tentang faktor-faktor yang
kesempatan, keberanian mengambil risiko mempengaruhi intensi kewirausahaan lebih
finansial, dan kemampuan memimpin yang banyak diteliti di bidang manajemen dan
efektif sehingga mampu melejitkan kreativitas bisnis. Di antara faktor psikologis dan
dan inovasi [6]. kontekstual yang diketahui adalah determinasi
Wirausaha pada dasarnya bersifat diri, keyakinan dan sikap pribadi, dan
personal (menyangkut tindakan individu), dukungan sosial [2, 13, 14].
sehingga karena itu memiliki dimensi sosial- Sementara itu, isu pendidikan
psikologis. Psikologi termasuk ilmu yang kewirausahaan pun diteliti di bidang ekonomi,
berkontribusi paling besar dalam riset-riset pendidikan, dan bimbingan/ konseling.
kewirausahaan, selain ekonomi, bisnis, dan Beberapa topik yang diangkat adalah
sosiologi [6]. pengembangan kurikulum kewirausahaan,
Psikologi kewirausahaan (psychology of pengembangan metode pembelajaran
entrepreneurship) dengan individu kewirausahaan, dan pengaruh pelatihan
wirausahawan sebagai objek kajiannya kewirausahaan [1,12,14, 16, 17] yang mana
memunculkan topik-topik riset yang khas. Ia semuanya terkait pada usaha meningkatkan
berkenaan dengan penerapan konsep-konsep intensi berwirausaha.
psikologi untuk memahami kepribadian dan Mencermati keseragaman dalam
peran seorang usahawan dan pemanfaatan pemilihan topik, tujuan, dan metode riset-riset
konsep-konsep tersebut untuk mendukung di atas, tampak adanya keyakinan bersama
aktivitas-aktivitas wirausaha setiap fase bahwa rendahnya angka wirausahawan di
perkembangannya yaitu sebelum peluncuran Indonesia disebabkan oleh persoalan
bisnis pada fase identifikasi kesempatan, saat rendahnya ketertarikan dan keinginan untuk
peluncuran pada fase pengumpulan sumber berwirausaha pada generasi muda.
daya untuk memulai usaha, dan Namun demikian, sungguh pun
pascapeluncuran pada fase manajemen agar bermanfaat riset-riset tersebut, hasil-hasilnya
bisnis berkembang dan bertahan [6]. tidak banyak berperan dalam pemecahan
Riset-riset psikologi kewirausahaan masalah yang sebetulnya tidak terbatas pada
memiliki relevansi dan urgensi, terutama bagi persoalan intensi dan tidak banyak pula
kemajuan dunia usaha. Namun sayangnya, hal berkontribusi bagi kemajuan dunia usaha.
ini kurang ditekuni oleh ahli dan mahasiswa Faktor individual yakni.
psikologi di Indonesia. Hal itu tampak dari
minimnya publikasi ilmiah di bidang ini,

168 ISSN 2407-9189


uThe 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

2. PSIKOLOGI KEWIRAUSAHAAN: apa yang dibutuhkan untuk mengenali


LATAR BELAKANG DAN kesempatan-kesempatan bisnis yang
PENDEKATAN-PENDEKATAN YANG potensial. Psikologi dituntut untuk
BERKEMBANG mengungkap faktor penyebab, pola pikir, dan
Kemunculan bidang baru psikologi perilaku-perilaku apa saja yang dapat
kewirausahaan dilatar belakangi oleh membawa seorang mencapai kesuksesan
kebutuhan memahami wirausahawan. bisnis [3].
Meskipun keseluruhan aktivitas wirausaha Psikologi kewirausahaan tidak hanya
dipengaruhi beragam faktor personal, berkutat di seputar diri seorang
organisasional, dan lingkungan, wirausaha wirausahawan, tetapi juga peran faktor
pada dasarnya butuh visi, intensi, dan karya situasi. Kemunculan bisnis baru dan
manusia. Wirausahawan adalah agen utama perkembangannya ditentukan oleh situasi
yang membayangkan dan menerjemahkan lingkungan. Wirausahawan senantiasa
ide-ide bisnis menjadi produk dan jasa, serta bekerja dalam kompleksitas, ketidakpastian,
mengintegrasikan sumber daya manusia dan risiko personal, urgensi, kejutan, dan
finansial untuk mengelola, memproduksi, dan kelangkaan sumber daya, serta dituntut untuk
memasarkan produk [3]. menyesuaikan diri dengan beragam peran [3].
Psikologi kewirausahaan adalah Lantaran bisnis sangat ditentukan oleh
perkembangan yang tak terelakkan dari pengaruh-pengaruh individu, area riset
bidang Psikologi Industri/ Organisasi. psikologi kewirausahaan pada awal
Sebabnya di antaranya, industri dan kemunculannya (tahun 1960an-1970an)
organisasi yang menjadi salah satu konteks cenderung menggunakan pendekatan
penerapan psikologi kebanyakan adalah kepribadian/ sifat. Dengan persepktif yang
organisasi bisnis. Berwirausaha tidak hanya menekankan pada personal wirausahawan
merupakan aktivitas ekonomi, tetapi juga ini, para ahli mengungkap profil
aktivitas mengembangkan dan menjaga wirausahawan dalam hal sifat, keterampilan,
kelangsungan hidup organisasi. Di balik sikap, kognisi, nilai, motif, tujuan, dan
bisnis yang sukses, pasti terdapat pemimpin, bahkan status kesehatannya, yang dianggap
manajer dan tim kerja yang handal [3]. membedakannya dari orang biasa, juga
Wirausaha penting karena ia berperan membedakan di antara mereka sendiri antara
besar mengidentifikasi dan memitigasi yang sukses dari yang kurang sukses [3].
inefisiensi-inefisiensi dalam ekonomi. Salah satu temuan paling menarik dari
Aktivitas ini sangat berorientasi pada hasil riset-riset dengan pendekatan sifat adalah
dan performa, memanfaatkan inovasi dalam tipologi wirausahawan atau penggolongan
teknologi dan organisasi untuk menjadi wirausahawan berdasarkan karakteristik
produk dan jasa yang lebih baik, dan psikologis mereka. Tipologi ini bermanfaat
mendorong kompetisi untuk memperbaiki bagi pengembangan teori dan memiliki
proses dan produk [3]. sejumlah implikasi praktis, misal untuk
Wirausaha didefinisikan sebagai proses memprediksi wirausahawan mana yang
yang terdiri atas penemuan, evaluasi, dan kemungkinan akan sukses, mendeteksi bibit-
eksploitasi kesempatan untuk bibit wirausahawan potensial, dan
memperkenalkan produk dan layanan baru, mempersiapkan program pelatihan yang
cara mengelola baru, atau pasar baru. Makna sesuai dengan kebutuhan individual [8].
wirausaha yang demikian memunculkan Riset-riset berbasis sifat mengungkap
pertanyaan yang berusaha dijawab oleh determinan kewirausahaan di level
psikologi tentang perilaku manusia seperti individual. Namun, faktor penentu

ISSN 2407-9189 169


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

keberhasilan wirausaha tidak terbatas pada Pendekatan kepribadian maupun proses


kualitas-kualitas personal, tetapi juga pada dasarnya berperan secara saling
tindakan-tindakan nyata usahawan melengkapi. Riset-riset kepribadian
(individual maupun tim) untuk mengelola terspesialisasi menyelidiki determinan
dan mengembangkan bisnisnya. Memahami individual: Mengapa ada orang yang memilih
bahwa berwirausaha sesungguhnya adalah jadi wirausahawan sementara yang lain
sebuah proses yang bertahap, sejumlah riset tidak? Mengapa wirausahawan yang satu
kewirausahaan menggunakan pendekatan lebih sukses sementara yang lain tidak?
proses dan mengungkap apa yang disebut Dengan ini, akan diketahui kualitas-kualitas
entrepreneurial process [4,15]. kepribadian seperti apa yang patut didukung
Entrepreneurial process adalah langkah- dan yang tidak.
langkah kognitif dan behavioral usahawan di Sementara itu, pendekatan proses lebih
setiap tahap perkembangan usaha. Proses ini berfokus entrepreneurial cognitive &
terlihat dalam pengalaman banyak behavioral steps dari seorang usahawan.
wirausahawan yang pasti melewati rangkaian Langkah-langkah kognitif dan perilaku apa
tahapan ini (entrepreneurial ladder): mulai saja yang dilakukan usahawan untuk
dari sebelumnya tidak terpikir untuk memulai bisnis dan mengembangkannya?
berusaha, kemudian mulai berpikir untuk Pendekatan ini berorientasi menyelidiki
memulai sebuah usaha kecil, mulai bertindak praktik-praktik seperti apa (pikiran dan
untuk memulai usaha tersebut, sampai perilaku) yang efektif dan tidak efektif bagi
akhirnya memiliki bisnis untuk dikelola [15]. kelangsungan bisnis.
Usaha berkembang setidaknya dalam tiga Psikologi memberikan kontribusi yang
tahap: 1) pra-peluncuran, periode identifikasi besar dalam kedua pendekatan tersebut. Di
kesempatan-kesempatan bisnis, 2) seksi selanjutnya akan dibahas area-area riset
peluncuran atau startup, periode psikologi kewirausahaan yang potensial
mengumpulkan sumber daya yang diperlukan untuk dijajaki berdasarkan kedua pendekatan
untuk memulai usaha (12-18 bulan), dan 3) tersebut.
pasca-peluncuran, periode mengelola
usahanya untuk menumbuhkan dan 3. AREA-AREA RISET PSIKOLOGI
mempertahankannya. Dalam setiap tahap ini, KEWIRAUSAHAAN
usahawan berperan dengan fungsi yang 3.1 Karakter Pribadi Wirausahawan
berbeda, juga menerapkan langkah-langkah Riset di area ini bertujuan
kognitif dan behavioral yang berbeda mengetahui apa saja karakteristik
[4,7,15]. kepribadian usahawan yang berperan
Riset dengan pendekatan proses penting di setiap tahap perkembangan
memberikan implikasi teoretis maupun usaha. Pendekatan ini lebih dari sekedar
praktis yang penting. Selain menjelaskan mendeskripsikan perbedaan antara
kewirausahaan sebagai aktivitas yang utuh, usahawan-bukan usahawan atau
hasil riset proses wirausaha meluaskan usahawan sukses-gagal, tetapi
pengetahuan tentang faktor-faktor apa saja menemukan korelasi, prediktor, dan
yang memudahkan atau menyulitkan transisi faktor pengaruh terkait hubungan antara
menaiki tangga-tangga tahapan usaha. Ketika perbedaan karakter individual dan
faktor-faktor ini diketahui, ini akan menjadi performa usahawan, kreasi,
masukan besar bagi para pembuat kebijakan kebertahanan, dan kesuksesan bisnis
dan usahawan itu sendiri. [12].

170 ISSN 2407-9189


uThe 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

Kesimpulan riset kepribadian terkini sifat-sifat spesifik. Sementara itu, efek


mengungkapkan, sifat usahawan terbagi sifat-sifat spesifik dipengaruhi oleh
dalam dua jenis, yakni sifat proksimal variabel-variabel dari lingkungan, seperti
(sifat spesifik, lebih dekat pada perilaku, informasi, tugas, kondisi sosial, dan
dan merupakan prediktor tindakan lingkungan fisik.
wirausaha yang kuat, seperti orientasi
tujuan dan efikasi diri) dan distal (sifat 3.2 Psikopatologi Usahawan
kepribadian umum, seperti Big Five Sebagai perkembangan pendekatan
Personality). Sifat-sifat itu kini tidak sifat terkini, di area ini dibahas “sisi
hanya diidentifikasi, tetapi juga dibangun gelap” atau dimensi disfungsional dalam
dinamikanya berdasarkan pengetahuan kepribadian wirausahawan. Pengetahuan
mana faktor determinan dan bagaimana ini tak diragukan memiliki implikasi
mekanisme kuncinya [12]. praktis, misalnya untuk membantu
wirausahawan yang bisnisnya
Tabel 1. Sejumlah Sifat Umum-Spesifik bermasalah, membantu investor
[7, 12]. mempertimbangkan kerjasama, dan
membantu pemerintah mengantisipasi
Sifat Umum (Distal) bisnis-bisnis yang dijalankan secara tidak
Big Five Personality (ektraversi, sehat dan merugikan masyarakat.
keterbukaan pada pengalaman, Beberapa riset kini mengungkapkan
agreeableness, conscientiousness, dan bahwa beberapa usahawan cenderungan
stabilitas emosi) sosiopatik. Sifat-sifat buruk yang terkait
Kepribadian proaktif dengan kecerobohan, kesukaan
Toleransi pada stress bermewah-mewah, dan perilaku bisnis
Sifat Spesifik (Proksimal) tak etis berpotensi membangkrutkan
Motif bisnis. Selain itu, banyak wirausahawan
Orientasi wirausaha awalnya adalah karyawan yang
Kebutuhan berprestasi menyimpang dari norma perusahaan dan
Risk propensity sulit diatur. Mereka memilih berusaha
Keinovatifan sendiri karena tidak mau tunduk pada
Otonomi otoritas, tidak cocok bekerja di
Locus of control lingkungan terstruktur, dan punya obsesi
Efikasi diri sendiri.
Proses-proses kognitif (penetapan tujuan) Sifat-sifat yang tampaknya positif
Proses-proses regulasi (perencanaan tidak selalu membawa dampak yang baik
strategi) terutama masyarakat, jika dimiliki secara
Faktor Pengaruh Ekternal (Moderator) ekstrem (terlalu tinggi atau terlalu
Atribut-atribut informasi rendah). Contoh, tingginya motivasi
Atribut-atribut tugas berprestasi dapat mendorong agresivitas,
Atribut-atribut sosial kekejaman, dan ketidakpedulian pada
Atribut-atribut lingkungan fisik orang lain, serta penyimpangan sosial.
Tingginya efikasi diri dan rasa yakin
[12] menyimpulkan bahwa sifat-sifat pada diri dapat berubah menjadi narsisme
umum tidak secara langsung dan menyebabkan kesombongan.
mempengaruhi perilaku/ performa dan Tingginya kebutuhan akan kontrol dapat
hasil bisnis, melainkan dimediasi oleh

ISSN 2407-9189 171


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

menyebabkan perilaku obsesif dan rasa Pada konteks yang lebih besar, sifat-
tidak percaya pada orang lain [5]. sifat kepribadian tertentu dapat
Meski demikian, penelitian- berimplikasi negatif pada diri usahawan,
penelitian ini tidak sekadar bertujuan perusahaannya, orang-orang yang
identifikasi mana saja sifat-sifat yang bekerja padanya, dan masyarakat. Sifat-
buruk dan menyimpulkan bahwa sifat positif yang ekstrem atau sifat-sifat
dampaknya pasti buruk. Prinsipnya, satu yang sejak awal negatif seperti
sifat di konteks yang berbeda dapat Machiavellisme (Dark Triad), psikopati,
memiliki dampak yang berbeda. Para ahli orientasi dominasi sosial, narsisisme, dan
kini membedakan peran sifat kepribadian kekejaman (ruthlessness) mendukung
di tiga ranah konsekuensi, yakni: intensi ambisi untuk sukses tetapi dengan
wirausaha, berhasilan usaha, dan dampak mengabaikan kesejahteraan pihak lain
di masyarakat [5]. (keluarga, karyawan, masyarakat) atau
Sifat-sifat kepribadian distal pada menghancurkan pesaing [5].
umumnya adalah prediktor intensi dan
keputusan untuk berwirausaha. Dalam 3.3 Kognisi Wirausaha
riset tentang pilihan karier, orang dengan Persepsi kesempatan dan pemikiran
tipe wirausaha menunjukkan kemampuan strategis yang merupakan akar
terbaik dalam hal mempersuasi orang kemampuan memanfaatkan kesempatan
lain dan dalam situasi kompetisi. Mereka bisnis merupakan dimensi kognitif dalam
lebih tinggi di aspek conscientiousness kewirausahaan. Kognisi wirausaha
dan ekstraversi, lebih rendah di aspek menjadi bahasan penting karena ia adalah
agreeableness dan neuroticism, lebih kualitas paling menonjol yang
kreatif dan inovatif, serta punya membedakan usahawan dengan non-
kebutuhan akan prestasi, otonomi, dan usahawan [8] dan pemahaman akan ini
kekuasaan yang tinggi. Tidak ditemukan membantu menjelasan bagaimana
sifat-sifat negatif (“dark” personality) wirausaha muncul dan berkembang.
berkaitan dengan intensi berwirausaha Kognisi wirausaha adalah struktur-
[5]. struktur pengetahuan yang digunakan
Terkait keberhasilan usaha, sejumlah orang-orang untuk melakukan asesmen,
sifat mulai tampak memiliki peran yang penilaian, dan pengambilan keputusan,
negatif pada performa bisnis dan well- yang melibatkan evaluasi kesempatan,
being usahawan, meski hubungannya penciptaan dan pengembangan usaha [8].
tidak langsung. Misalnya, tentang Secara garis besar, kognisi wirausaha
pengaruh optimisme, ditemukan bahwa membahas tentang persepsi, intensi,
optimisme yang tinggi mendorong struktur keyakinan, struktur kognitif, dan
keputusan berwirausaha, tetapi untuk belajar dalam konteks kewirausahaan
selanjutnya, terlalu optimistik dapat [10].
mengarah pada kesombongan (hubris), Beberapa temuan menarik di area ini
kecerobohan dalam menghadapi situasi misalnya: Wirausahawan unik tidak
berisiko, manajemen bisnis yang tidak hanya pada kesenangannya menghadapi
efektif, dan berujung pada kegagalan. risiko, tetapi juga persepsi atas risikonya
Selain itu, ambisi yang berlebihan dan yang rendah sehingga mereka lebih
hasrat pada pujian menimbulkan toleran pada risiko [8]. Wirausahawan
kecemasan dan rasa terisolasi, yang memandang situasi bisnis yang ambigu
selanjutnya merugikan well-being [5]. secara lebih positif. Mereka lebih banyak

172 ISSN 2407-9189


uThe 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

menerapkan strategi kognitif (cognitive kreatif, dan pemanfaatan inovasi


shortcuts) untuk mengelola emosi, teknologi. Ia pun perlu dibekali
kelelahan, luapan informasi, kebaruan, pengetahuan tentang karier
ketidakpastian, dan tekanan waktu yang wirausahawan, sumber daya usaha,
berkaitan erat dengan kreasi bisnis baru. proteksi ide, toleransi ketidakpastian,
Meski begitu, mereka juga rentan kepribadian wirausahawan, dan
mengalami cognitive error lantaran tantangan-tantangan pengembangan
pengaruh perasaan, cara berpikir bisnis [11].
kontrafaktual, kekeliruan dalam rencana, Dari sudut pandang psikologi
self-serving bias, dan self-justification keperilakuan, wirausahawan pun
[8]. memiliki keterampilan spesifik tertentu.
Variabel lainnya dengan peran yang Beberapa kompetensi yang membedakan
menarik adalah kemampuan umum atau mereka dari non-wirausahawan adalah:
inteligensi. Inteligensi adalah prediktor ketegasan (assertiveness), komitmen
yang positif terhadap talenta pada kerja, orientasi efisiensi, inisiatif,
berwirausaha. Aspek-aspek inteligensi dan perencanaan sistematis.
seperti kreativitas, intuisi, dan
kemampuan berpikir divergen juga 3.5 Kewirausahaan Lintas Budaya
memiliki peran penting. Kesuksesan Dengan dinamika ekonomi global,
berwirausaha diyakini membutuhkan wirausaha menjadi aktivitas yang
perpaduan tiga macam kecerdasan, yaitu melintasi batas negara-negara. Wirausaha
analitis, kreatif, dan praktis [9]. adalah fenomena global, tetapi setiap
negara memiliki kekhasan masing-
3.4 Pendidikan Wirausaha masing dalam karakter masyarakat dan
Pendidikan kewirausahaan umumnya kebijakan pemerintahnya. Keberhasilan
disajikan dalam bentuk program usaha salah satunya didukung
akademik, pelatihan kewirausahaan, dan kemampuan memahami karakteristik
pembinaan individual/ sebaya. pasar dan rekanan bisnis. Oleh karena
Pendidikan wirausaha berasal dari ide itu, pengetahuan tentang keragaman
dan keyakinan bahwa kewirausahaan budaya sangatlah penting.
adalah keahlian yang dapat dipelajari dan Variasi budaya terdiri atas
diajarkan, meskipun terdapat perdebatan keragaman etnis, bahasa, bangsa,
nature vs nurture, apakah seorang wilayah, agama, dan kelas sosial. Budaya
usahawan itu dilahirkan atau dibesarkan mempengaruhi aktivitas wirausaha via
[9]. Wirausaha bukan bakat yang diri wirausahawan dan orang-orang yang
diturunkan lewat gen, melainkan disiplin bekerja dengannya. Budaya misalnya
yang dapat dilatihkan dan didukung berperan mengarahkan preferensi
dengan pendidikan [13]. masyarakat untuk berwirausaha yang
Tujuan ini pendidikan kewirausahaan mana itu selanjutnya menentukan besar
berbeda dari pendidikan bisnis yang dukungan masyarakat dan pemerintah,
berorientasi pada manajemen. serta kualitas pendidikan kewirausahaan
Pendidikan wirausaha mengajarkan [9].
strategi memasuki dunia bisnis yang Penelitian antarnegara di area ini
untuk itu seseorang perlu menguasai umumnya banyak bertumpu pada konsep
keterampilan negosiasi, kepemimpinan, Hofstede tentang dimensi kebudayaan
pengembangan produk baru, berpikir nasional, yaitu: individualisme-

ISSN 2407-9189 173


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

kolektivisme, penghindaran pemberian bantuan finansial, tetapi juga


ketidakpastian, jarak kuasa, penataan regulasi, peningkatan akses
maskulinitas-femininitas. Sebagai pada sumber daya, pemotongan
contoh, ditemukan bahwa individualisme pungutan-pungutan, dan pengembangan
yang tinggi, jarak kuasa yang tinggi, dan program pelatihan. Dengan intervensi
penghindaran ketidakpastian yang rendah pemerintah, kesempatan wirausaha dapat
berasosiasi dengan kewirausahaan disebarkan pada kelompok-kelompok
nasional [9]. masyarakat yang kurang beruntung [10].
Dalam penelitian lain tentang
keragaman budaya dalam negara, 4. RENCANA RISET PSIKOLOGI
ditemukan bahwa motif memasuki dunia KEWIRAUSAHAAN DI INDONESIA
usaha, pola keuangan usaha baru, dan Rencana dan strategi riset psikologi
keterlibatan keluarga diprediksi oleh kewirausahaan di Indonesia dapat mengikuti
sikap terhadap pendidikan, pengalaman apa yang saat ini tengah berkembang di
bisnis, ikatan keluarga, tradisi keluarga tingkat global, di mana area riset psikologi
dalam bisnis, motif merantau, dan agama kewirausahaan terbagi menjadi lima topik
[9]. utama, yaitu: karakter kepribadian
Dalam konteks Indonesia, kiranya wirausahawan, sisi gelap kepribadian
penting untuk diteliti peran keragaman (psikopatologi) wirausahawan, kognisi
budaya dan agama dalam wirausaha. wirausaha, pendidikan wirausaha, dan
Agama memiliki pengaruh tersendiri wirausaha lintas budaya [9]. Kepribadian,
karena ia menentukan nilai-nilai dasar psikopatologi, dan kognisi wirausaha pertama
dan keyakinan yang dianut oleh individu. menyusun kluster “profil wirausaha”.
Agama diketahui berperan memoderasi Sementara itu, pendidikan dan budaya
hubungan antara pengejaran kekayaan berkaitan hubungan sejumlah variabel
dan kepuasan hidup [9]. psikologis terhadap “infrastruktur lingkungan
Berdasarkan itu, agama dapat wirausaha” [9].
berkontribusi besar mencegah dan Penelitian-penelitian Indonesia hendaknya
mengatasi psikopatologi wirausaha. tidak sekadar mereplikasi apa yang sudah
Agama pun mempengaruhi keputusan pernah dilakukan di negara lain, tetapi
seseorang berwirausaha dengan disesuaikan dengan kondisi masyarakat dan
mendukung: 1) aktivitas ekonomi kebutuhan dalam negeri. Oleh karena itu,
mandiri, 2) strategi bisnis yang beberapa masalah penelitian mungkin sama,
mengindahkan nilai-nilai moral dan tetapi beberapa dapat unik Indonesia karena
keimanan, dan 3) jaringan sosial bagi perbedaan faktor demografis dan budaya
pengembangan usaha [9]. (termasuk agama) serta kebijakan pemerintah.
Faktor sosial lain yang Berdasarkan pemahaman tentang
mempengaruhi kewirausahaan adalah perkembangan terkini di lima area riset
perbedaan kebijakan nasional psikologi kewirausahaan di tingkat global, di
antarnegara. Kebijakan politik dan Tabel 2 disajikan pertanyaan-pertanyaan
ekonomi yang mencerminkan sejauh penelitian yang menarik untuk dikaji dan
mana pemerintah mendukung dunia dikembangkan di konteks Indonesia.
usaha dapat memberikan dampak yang
luas biasa bagi wirausaha. Kebijakan
pemerintah tidak hanya sebatas

174 ISSN 2407-9189


uThe 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

4) Apakah kognisi wirausaha dapat


dikembangkan sejak dini dan dilatihkan?
5) Seperti apa proses kognitif wirausahawan
anak-anak, remaja, dan dewasa?
6) Apa faktor pendukung dan penghambat
Tabel 2. Pertanyaan-pertanyaan Penelitian kognisi wirausaha?
Psikologi Kewirausahaan Pendidikan Wirausaha
Profil Kepribadian Wirausahawan 1) Apa saja kompetensi dasar wirausaha
1) Seperti apa profil kepribadian (kemampuan, keterampilan, dan
wirausahawan Indonesia? pengetahuan)?
2) Apakah karakteristik kepribadian berbeda 2) Apa saja tugas-tugas kognitif-behavioral
antara usahawan dan non-usahawan, yang diperlukan untuk memulai dan
antara usahawan individu-tim? mengembangkan bisnis?
3) Apa saja karakteristik kepribadian yang 3) Bagaimana desain program
berasosiasi dengan keberhasilan dan kewirausahaan yang sesuai untuk
kegagalan bisnis? melatihkan kompetensi-kompetensi
4) Karakteristik mana yang relatif stabil dan wirausaha pada anak-anak, remaja, dan
yang dapat berubah/ berkembang dewasa?
sepanjang waktu? 4) Apa model/ metode pengajaran yang
5) Karakteristik apa yang penting di setiap efektif dan sesuai bagi kebutuhan
fase perkembangan usaha? individu, tim, maupun korporat?
6) Apa saja anteseden karakteristik 5) Apa faktor-faktor yang mempengaruhi
kepribadian usahawan? efektivitas pendidikan kewirausahaan?
Psikopatologi Wirausahawan 6) Bagaimana pola hubungan dunia usaha
1) Seperti apakah profil wirausahawan yang dan dunia pendidikan yang mendukung
disfungsional? keberhasilan program pendidikan
2) Adakah kaitan antara psikopati dan wirausaha?
kewirausahaan? Wirausaha Lintas Budaya
3) Apa faktor penyebab psikopatologi pada 1) Apa saja dimensi-dimensi budaya
wirausahawan? Indonesia yang mendukung maupun
4) Apa dampak-dampak psikopatologi pada menghambat kewirausahaan?
wirausahawan, usaha, dan masyarakat? 2) Apa yang khas dalam karakteristik
5) Apa faktor-faktor yang memunculkan wirausahawan orang-orang dengan latar
psikopatologi pada wirausahawan? belakang suku yang berbeda di
6) Bagaimana metode penanganan dan Indonesia?
pencegahan psikopatologi pada 3) Bagaimana faktor budaya, konteks, dan
wirausahawan? organisasi mempengaruhi aktivitas
Kognisi Wirausaha wirausaha masyarakat Indonesia?
1) Apa saja proses-proses kognitif yang 4) Apa pengaruh faktor agama dan
melandasi aksi wirausaha? religiositas dalam aktivitas wirausaha?
2) Bagaimana pengaruh keterampilan 5) Bagaimana perbandingan karakteristik
berpikir pada keberhasilan wirausaha? wirausahawan Indonesia dan
3) Aspek-aspek kecerdasan apa yang wirausahawan dari negara-negara lain?
dibutuhkan untuk mengembangkan bisnis Profil Kepribadian Wirausahawan
di setiap tahapnya? 7) Seperti apa profil kepribadian

ISSN 2407-9189 175


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

wirausahawan Indonesia? pengetahuan)?


8) Apakah karakteristik kepribadian berbeda 8) Apa saja tugas-tugas kognitif-behavioral
antara usahawan dan non-usahawan, yang diperlukan untuk memulai dan
antara usahawan individu-tim? mengembangkan bisnis?
9) Apa saja karakteristik kepribadian yang 9) Bagaimana desain program
berasosiasi dengan keberhasilan dan kewirausahaan yang sesuai untuk
kegagalan bisnis? melatihkan kompetensi-kompetensi
10) Karakteristik mana yang relatif stabil dan wirausaha pada anak-anak, remaja, dan
yang dapat berubah/ berkembang dewasa?
sepanjang waktu? 10) Apa model/ metode pengajaran yang
11) Karakteristik apa yang penting di setiap efektif dan sesuai bagi kebutuhan
fase perkembangan usaha? individu, tim, maupun korporat?
12) Apa saja anteseden karakteristik 11) Apa faktor-faktor yang mempengaruhi
kepribadian usahawan? efektivitas pendidikan kewirausahaan?
Psikopatologi Wirausahawan 12) Bagaimana pola hubungan dunia usaha
7) Seperti apakah profil wirausahawan yang dan dunia pendidikan yang mendukung
disfungsional? keberhasilan program pendidikan
8) Adakah kaitan antara psikopati dan wirausaha?
kewirausahaan? Wirausaha Lintas Budaya
9) Apa faktor penyebab psikopatologi pada 6) Apa saja dimensi-dimensi budaya
wirausahawan? Indonesia yang mendukung maupun
10) Apa dampak-dampak psikopatologi pada menghambat kewirausahaan?
wirausahawan, usaha, dan masyarakat? 7) Apa yang khas dalam karakteristik
11) Apa faktor-faktor yang memunculkan wirausahawan orang-orang dengan latar
psikopatologi pada wirausahawan? belakang suku yang berbeda di
12) Bagaimana metode penanganan dan Indonesia?
pencegahan psikopatologi pada 8) Bagaimana faktor budaya, konteks, dan
wirausahawan? organisasi mempengaruhi aktivitas
Kognisi Wirausaha wirausaha masyarakat Indonesia?
7) Apa saja proses-proses kognitif yang 9) Apa pengaruh faktor agama dan
melandasi aksi wirausaha? religiositas dalam aktivitas wirausaha?
8) Bagaimana pengaruh keterampilan 10) Bagaimana perbandingan karakteristik
berpikir pada keberhasilan wirausaha? wirausahawan Indonesia dan
9) Aspek-aspek kecerdasan apa yang wirausahawan dari negara-negara lain?
dibutuhkan untuk mengembangkan bisnis
di setiap tahapnya? 5. KESIMPULAN
10) Apakah kognisi wirausaha dapat Di era di mana wirausaha menjadi
dikembangkan sejak dini dan dilatihkan? andalan pertumbuhan ekonomi dan kemajuan
11) Seperti apa proses kognitif wirausahawan masyarakat, dunia ilmu pengetahuan turut
anak-anak, remaja, dan dewasa? berkontribusi dengan melakukan riset-riset
12) Apa faktor pendukung dan penghambat kewirausahaan, termasuk ilmu psikologi.
kognisi wirausaha? Bidang psikologi kewirausahaan memang
Pendidikan Wirausaha relatif baru, tetapi ia memiliki area
7) Apa saja kompetensi dasar wirausaha penyelidikan yang jelas untuk memahami dan
(kemampuan, keterampilan, dan menjelaskan perilaku dan proses mental para

176 ISSN 2407-9189


uThe 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

pelaku usaha mandiri, baik individu, tim, dan [2] Astuti, T.P. & Yulianto. Pengaruh faktor
korporat. demografi, psikologis, dan kontekstual
Di tingkat dunia bidang ini berkembang terhadap niat kewirausahaan pada
pesat, tetapi di Indonesia psikologi mahasiswa. Proceeding Seminar
kewirausahaan kurang diminati oleh para ahli Nasional dan Call for Paper Program
psikologi dan mahasiswa. Penelitian- Studi Akuntansi FEB UMS, 515-530.
penelitian yang sudah dilakukan sangat minim 2014.
dan dengan fokus yang acak, sehingga [3] Baum, J. R., Frese, M., Baron, R. A., &
kesimpulan yang diharapkan dapat berguna Katz, J. A. Entrepreneurship as an area
bagi pengembangan kurikulum pendidikan of psychology study: An introduction.
wirausaha dan perumusan kebijakan publik Dalam J. R. Baum, M. Frese, & R. A.
sulit ditarik. Baron (Eds.), The psychology of
Kontribusi artikel ini adalah bantuan entrepreneurship (h. 1-18). New York:
untuk sistematisasi pelaksanaan penelitian Psychology Press. 2012.
agar lebih terarah. Artikel ini memaparkan [4] Baron, R. A,. Entrepreneurship: A
area-area riset psikologi kewirausahaan dan process perspecive. Dalam J. R. Baum,
masalah-masalah penelitian apa saja yang M. Frese, & R. A. Baron (Eds.), The
berada di dalamnya, yang membutuhkan psychology of entrepreneurship (h. 12-
jawaban. Dengan pengetahuan ini, para 40). New York: Psychology Press. 2012
peneliti dapat mengetahui apa topik riset yang [5] DeNisi, A. S. & Alexander, B. N,. The
baru dan potensial untuk dieksplorasi dan di dark side of the entrepreneurial
mana kedudukan riset di dalam struktur ilmu personality: Undesireable or maladaptive
kewirausahaan, khususnya psikologi traits and behaviors associated with
kewirausahaan. entrepreneurs. Dalam G. Ahmetoglu, T.
Artikel ini diharapkan dapat menjadi Chamorro-Premuzic, B. Klinger, & T.
stimulus bagi peningkatan riset di bidang Karcisky (Eds.), The Wiley handbook of
psikologi kewirausahaan di Indonesia. entrepreneurship (h. 173-186). Hoboken,
Kontribusi psikologi akan membawa NJ: Wiley Blackwell. 2017.
pemahaman baru tentang dinamika bisnis dan [6] Frese, M. & Gielnik, M. M,. The
kesuksesannya, dengan melengkapi temuan- psychology of entrepreneurship. Annual
temuan riset kewirausahaan utamanya dari Review of Organizational Psychology
bidang ekonomi, bisnis, dan manajemen. and Organizational Behavior, 1, 413-38.
Pemahaman di level individu dapat doi: 10.1146/annurev-orgpsych-031413-
diterjemahkan menjadi praktik-praktik yang 091326..
bermakna dan berguna di konteks yang lebih [7] Hisrich, R., Langan-Fox, J. & Grand, S.
besar, serta membantu menyelesaikan Entrepreneurship research and practice:
masalah-masalah bisnis yang mungkin tidak A call to action for psychology.
dapat diatasi dengan pendekatan ekonomi dan American Psychologist; 2014.62(6), 575-
hukum semata. 589. 2007.
[8] Ifham, A. & Helmi, A. F. Hubungan
REFERENSI kecerdasan emosi dan kewirausahaan
[1] Astuti, F. K. Upaya meningkatkan minat pada mahasiswa. Jurnal Psikologi. 200.2,
kewirausahaan melalui diskusi kelompok 89-111.
pada siswa kelas XI SMK Negeri 1 [9] Krueger, N. F. The cognitive psychology
Sanden. Jurnal Bimbingan dan of entrepreneurship. Dalam Z. J. Acs &
Konseling; 2015. 3. D. B. Audretsch (Eds.). Handbook of

ISSN 2407-9189 177


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

entrepreneurship research: An mahasiswa. Dalam Seminar Nasional


interdisciplinasy survey and introduction tentang Isu-isu Kontemporer dalam
(h. 105-140). Boston: Kluwer Academic Penelitian Manajemen dan Bisnis,
Publishers. 2005. Universitas Muhammadiyah Surakart.
[10] Kuratko, D. F. The emergence of 2013. 425-432.
entrepreneurship education: [15] Wasisto, E. Pendidikan kewirausahaan
Development, trends, and challenges. melalui pembinaan karakter bagi siswa
Entrepreneurship theory and practice. sekolah kejuruan di Kota Surakarta.
2005. 29(5), 577-598. Jurnal Ekonomi dan Perbankan. 2017.
[11] Kuswara, H. Strategi perguruan tinggi 2(1), 55-68.
mewujudkan entrepreneurial campus. [16] Widodo, P. B. & Rusmawati, D. Studi
http://www.dikti.go.id/strategi- korelasi konsep diri dan keyakinan diri
perguruan-tinggi-mewujudkan- dengan kewirausahaan pada mahasiswa
entrepreneurial-campus/. 2012. Program Studi Psikologi FK Undip
[12] Saputra, Y. D,. Pengembangan Semarang. Laporan Penelitian. Program
kurikulum kewirausahaan di Sekolah Studi Psikologi Fakultas Kedokteran
Menengah Pertama. Jurnal Pendidikan Universitas Diponegoro, Semarang.
dan Kebudayaan. 2011. 17(5), 599-607. 2004.
[13] Suharti, L. & Sirine, H.,. Faktor-Faktor
yang berpengaruh terhadap niat
kewirausahaan (entrepreneurial
intention): Studi terhadap mahasiswa
Universitas Kristen Satya Wacana,
Salatiga. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, 2011. 13(2), 124-134.
[14] Tunjungsari, H. K. & Hani. Pengaruh
faktor psikologis dan kontekstual
terhadap intensi berwirausaha pada

178 ISSN 2407-9189

Anda mungkin juga menyukai