A. Latar Belakang
Di dalam kehidupan ini jika seseorang ditanya, apakah yang mereka inginkan.
Kebanyakan dari mereka akan mengatakan bahagia, keadaan dimana seseorang
merasakan perasaan senang, nyaman, dan gembira. Kebahagiaan akan menjadi suatu
prioritas utama untuk dicapai dalam kehidupan setiap orang. Kebahagian merupakan
hal yang tidak dapat dibayar, karena kebahagiaan merupakan perasaan senang yang
tidak dapat ditukar oleh apapun. Setiap orang memiliki tolak ukur tersendiri terhadap
suatu hal yangg membahagiakan bagi dirinya. Ryff (dalam Kartikasari, 2013)
happinnes atau well being merupakan suatu keadaan dimana individu mampu
memerima dirinya apa adanya, mampu membentuk hubungan yang hangat dengan
orang lain, memiliki kemandirian terhadap tekanan sosial, mampu mengantrol
lingkungan eksternal, memiliki arti dalam hidup serta mampu merealisasikan potensi
dirinya secara berkelanjutan.
Well being (kesejahteraan psikologis) dipopulerkan oleh Ryff pada tahun 1989
(dalam Snyder, 2007). Psychological well being merupakan salah satu konsep dari
psikologi positif. Ryff & Singer (dalam Snyder, 2007), secara singkat menyoroti
temuan empiris yang muncul dari kesejahteraan psikologis, diberikan penekanakana
pada dua poin utama yaitu :
a. Penerimaan diri
c. Kemandirian
d. Penguasaan lingkungan
e. Tujuan hidup
Konsep dari well being mengacu pada fungsi psikologis yang optimal (dalam
Sumule, 2008). Kosepsi well being dan fungsi psikologis yang optimal(Ryan & Dec,
dalam Taylor, 1988), terdapat dua paradigma dan perspektif besar mengenai well
being yang diturunkan dari dua pandangan filsafat yang berbeda. Pandangan pertama
disebut hedonic, memandang bahwa tujuan hidup yang utama adalah memandang
kenikmatan secara optimal dan mencapai kebahagiaan. Pandangan kedua adalah
eudaimonic, Waterman (dalam Taylor, 1988) mengemukakan bahwa konsepsi well
being dalam pandangan eudaimonic menekankan pada bagaimana cara manusia untuk
hidup dalam dirinya yang sejati.
Kemudian pada bagian well being theory kesejahteraan pada Psikologi Positif
dikembangkan oleh Martin Seligman dikenal dengan PERMA, yaitu positive
emotion, engagement, relationship, meaningfullness dan accomplishment (dalam
Effendy, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Amawidyati, Sukma Adi Galuh & Muhana Sofiati Utami. Religiusitas dan
Psychologycal Well-Being pada Korban Gempa. Vol 34, No.2, 164-176.
Jurnal. Fakultas Psikologi UGM.
Ryff, Carol’D. & Corel Lee M.Keyes. 1995. The Structure of Psychologica Well
Being pada Karyawati. Jurnal ilmiah psikologi terapan. Vol.01, No.02.
Snyder, C.R. & Shane J.Lopez. 2007. Positive Psychology : The Scientific and
Pratical Explorations Of Human Strengths. Sage Publications, lnc.
Taylor, Shelley E, & Jonathon D. Brown. (1988). Illusion and Well Being: A Social
Psychological Perspective on Mental Health. Journal by American
Psychological Association, 103(4), 193-210.