Anda di halaman 1dari 4

Nama : Angelina Amanda Dewi

NIM : 111911133136

TUGAS UTS
Mata Kuliah Psikologi Ulayat

Indigenous psychology atau psikologi ulayat adalah sebuah studi ilmiah mengenai
perilaku dan mental manusia yang bersifat pribumi, tidak dibawa dari wilayah lain, dan
didesain untuk masyarakatnya sendiri (Kim & Berry, 1993). Pendekatan yang relatif baru ini
mendukung pernyataan yang mengungkapkan bahwa pemahaman terhadap pengetahuan,
keterampilan, dan kepercayaan suatu masyarakat harus dibingkai secara kontekstual. Tujuan
utama dari psikologi ulayat ialah untuk menciptakan ilmu psikologi yang sistematis,
komprehensif, bersifat universal secara teori serta bisa terbukti secara empiris. Kim dan Berry
(1993) mendefinisikan psikologi ulayat sebagai “studi ilmiah” dimana perilaku atau pikiran
manusia yang asli, yang tidak dipindahkan dari daerah lain, dan itu diperuntukkan bagi
masyarakatnya”. Psikologi ulayat membantu untuk meneliti pengetahuan, keterampilan, dan
kepercayaan yang dimiliki tentang diri mereka sendiri dan mempelajari aspek-aspek ini
dalam konteks alami mereka. Mulai dari teori, konsep, hingga metode dikembangkan
sedemikian rupa supaya dapat sesuai dengan fenomena psikologis. Pendekatan ini membantu
untuk memeriksa konten secara eksplisit dan konteks penelitian, yang tujuannya adalah untuk
menciptakan sistem yang lebih ketat, sistematis, dan menghasilkan ilmu yang bersifat
universal yang dapat diverifikasi secara teoritis dan empiris (Marsella et al., 2006).
Awal mula kemunculan psikologi ulayat ini berasal dari kesulitan yang dihadapi oleh
peneliti-peneliti Asia yang dalam pengimplementasian ilmu psikolog dari hasil studi mereka
di negara-negara bagian Barat pada masyarakat di negara asal mereka sendiri. Dalam
tulisannya, Kim dan Berry (1993) mengatakan bahwa masih terdapat miskonsepsi,
interpretasi yang salah, dan kritik yang tidak beralasan (misalnya, Adamopoulos & Lonner,
2001; Hermans & Kempen, n.d.,). Kesimpulan yang salah ini ditarik karena penulis tidak
mengetahui kemajuan ilmiah yang dibuat di luar konteks Barat. Hal-hal itu memunculkan
pertanyaan-pertanyaan yang terkait pada validitas, universalitas, serta aplikabilitas dari
teori-teori psikologi yang ada (Kim, 2000). Oleh karena itu, pada tahun 2001 diadakanlah
pelatihan internasional yang berjudul “Scientific Advances in Indigenous Psychologies:
Philosophical, Cultural and Empirical Contributions“ (Kemajuan Ilmiah dalam Psikologi
Pribumi: Filosofis, Budaya dan Sumbangan Empiris) yang diadakan di Taipei, Taiwan, pada
tanggal 29 Oktober - 1 November. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyatukan para
ilmuwan terkemuka untuk mendokumentasikan kemajuan ilmiah dalam psikologi pribumi
dan untuk membahas kemungkinan integrasi lapangan. Kegiatan tersebut memberikan
kesempatan kepada peserta untuk mempresentasikan pandangan dan temuan mereka serta
mendiskusikan dasar integrasi serta kolaborasi.
Para peneliti akhirnya menemukan kesimpulan bahwa untuk memahami perilaku dan
proses mental masyarakat dari budaya tertentu, peneliti juga harus mempertimbangkan
konteks yang ada pada masyarakat tersebut, baik secara ekologi, sejarah, filosofi, maupun
agama (Kim et al., 2006,). Psikologi ulayat mempertanyakan unsur universalitas pada teori
psikologi saat ini dan mencari cara untuk dapat menciptakan keilmuan psikologi yang
universal dalam konteks sosial, budaya, dan ekologi (Kim & Berry, 1993; Yang, 2000). Hal
tersebut didukung oleh penjabaran dari Enriquez (1993), Kim & Berry (1993), Koch & Leary
(1985), Shweder (1991) (Kim et al., 2006) yang menyatakan bahwa teori psikologi pada
dasarnya tidak dapat terlepas dari budaya dan nilai, serta memiliki validitas yang terbatas.
Psikologi ulayat mempunyai pendekatan dengan konten (makna, nilai, dan kepercayaan) yang
kontekstual (keluarga, sosial, budaya, ekologi) yang tercerminkan dalam desain penelitian.
Dalam psikologi ulayat memandang bahwa kebudayaan setiap wilayah berbeda itu
memengaruhi perilaku, cara berpikir dan kebiasaan sehingga membentuk sebuah kekhasan
tersendiri. Kebudayaan yang memiliki berbagai macam bentuk dan jenisnya, diturunkan dan
diajarkan oleh generasi tua kepada generasi muda melalui pendidikan (pendidikan formal dan
informal) atau bisa juga melalui kesenian (tarian, lukisan, sandiwara, cerita, gambar hidup
atau patung, nyanyian, dan masih banyak lagi). Selain itu, bisa melalui ajaran agama atau
kepercayaan, adat istiadat, tradisi, dan lain-lain. Seiring berjalannya dengan proses
transformasi budaya tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung, terbawa dan
terbentuklah kognisi dalam artian pengertian, pengalaman, pemahaman, pengetahuan,
kepercayaan dan keyakinan, yang selanjutnya diikuti oleh berbagai bentuk afeksi (perasaan)
yaitu yang pada akhirnya semua digiring kepada kesiapan untuk menerima atau menolak.
Dari semua itu terbentuklah sikap individu. Sehingga, kebudayaan dengan berbagai macam
jenisnya dapat membentuk, memperkuat sekaligus merubah sikap dan perilaku baik secara
individu maupun secara sosial yang berada di lingkungan kebudayaan yang bersangkutan
(Syamaun, 2019).
Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, bahwa psikologi ulayat memandang bahwa
budaya merupakan sesuatu di dalam individu yang sangat penting. Tujuan dalam metode ini
adalah untuk memperoleh prosedur masing-masing budaya dari jalan hidup dan pola
komunikasi masing-masing budaya. Tetapi, psikologi budaya tidak bersumber pada teori
psikologi formal melainkan pada budaya spesifik yang mengakibatkan unsur universalitas
tidak bisa ditemukan secara psikologis. Walaupun begitu, dengan keragaman budaya yang
begitu luas, psikologi ulayat hadir untuk penyegaran teori psikologi yang lebih kontekstual
dengan budaya pada wilayah yang berbeda. Hal ini juga masih dalam rangka mewujudkan
tujuan besar yaitu menuju psikologi global yang berlandaskan dari berbagai konteks budaya.
Beberapa karakteristik yang dimiliki oleh psikologi ulayat adalah sebagai berikut: psikologi
ulayat menekankan peneltiian fenomena psikologis dalam konteks: keluarga, sosial, politik,
filosofis, sejarah, agama, budaya, dan konteks ekologi; psikologi ulayat diperuntukkan untuk
semua kelompok budaya, pribumi, dan etnis, termasuk negara-negara berkembang secara
ekonomi, bukan hanya meneliti negara-negara dunia ketiga--seperti miskonsepsi yang
populer mengenai pendekatan ini; psikologi ulayat tidak membenarkan atau melarang
penggunaan metode tertentu karena merupakan bagian dari tradisi ilmiah di mana aspek
penting dari upaya ilmiah adalah penemuan metode yang tepat untuk fenomena yang
diselidiki; secara garis besar ada dua model indigenisasi yang dilakukan untuk dalam
mengembangkan psikologi global, yaitu indigenisasi dari jalur luar (indigenization from
without) dan indigenisasi dari jalur dalam (indigenization from within) (Enriquez, 1993).
Pada intinya, psikologi ulayat adalah sebuah pendekatan psikologi yang berbasis
budaya. Dengan keberadaan keragaman budaya serta munculnya berbagai konflik
kebudayaan di masyarakat, menjadi urgensi yang mendorong munculnya konsep psikologi
ulayat. Mempelajari budaya merupakan sesuatu alat baru bagi disiplin ilmu psikologi saat ini.
Tujuannya selain untuk pengembangan alat ukur yang lebih sesuai, juga untuk membantu
pengembangan masyarakat dalam kemampuan berpikir kritis, mempersiapkan kehidupan di
masa mendatang agar lingkungan sosial dapat menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Adamopoulos, J., & W, L. (2001, Oxford: Oxford University Press.). Culture and psychology

at a crossroad: Historical perspective and theoretical analysis. In D. Matsumoto

(Ed.), Handbook of culture and psychology, 11-34.

Enriquez, V. (1993). Developing a Filipino psychology. In U. Kim, & J. W. Berry (Eds.),

Indigenous psychologies: Research and experience in cultural context (pp. 152–169).,

(Newbury Park, CA: Sage.).

Hermans, J. M., & Kempen, H. J.G. (n.d.). Moving cultures: The perilous problem of cultural

dichotomy in a globalized society. American Psychologist, (53), 1111-1120.

Kim, U. (2000). Indigenous, Cultural, and Cross Cultural Psychology: A Theoretical,

Conceptual, and Epistimological Analysis., (Asian Journal of Social Psychology 3:

265-287).

Kim, U., & Berry, J. (1993). Indigenous Psychologies: Experience and Research in Cultural

Context. Newbury Park, CA: Sage Publication.

Kim, U., Kuo-Shu, Y., & Kwang-Kuo, H. (2006). Indigenous and cultural psychology:

understanding people in context., (New York, NY: Springer.).

Marsella, A., Kim, U., Yang, K.-S., & Hwang, K.-K. (Eds.). (2006). Indigenous & Cultural

Psychology.

Syamaun, S. (2019). Pengaruh Budaya terhadap Sikap dan Perilaku Keberagaman.

Anda mungkin juga menyukai