BIDANG KEGIATAN
PKM-Gagasan Tertulis
Disusun oleh :
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
i
1. Judul Kegiatan : MENANGGULANGI RADIKALISME TERHADAP
PENOLAKAN PERAYAAN VALENTINE
DENGAN
PENDEKATAN PERSUASIF MELALUI AKUN
INSTAGRAM “ANTIRAD”
2. Bidang Kegiatan : PKM-GT
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Nathanaela Candice L. W.
b. NIM : 111911133134
c. Jurusan : Psikologi
d. Perguruan Tinggi : Universitas Airlangga
e. Alamat Rumah dan Telp/HP :
f. Email : candicelovina3103@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 4 orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Sandra W. M., S.S., M.Hum
b. NIDN :
c. Alamat Rumah dan Telp/HP :
Surabaya,
Dr. M. Hadi Shubhan, S.H., M.H., CN. Sandra W. M., S.S., M.Hum.
NIP. 197304062003121002
ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul..................................................................................................................i
Halaman Pengesahan...........................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................iii
Bab 1: Pendahuluan..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................................2
1.4.1 Manfaat teoritis...........................................................................................................2
1.4.2 Manfaat Praktis...........................................................................................................3
Bab 2 : Gagasan.................................................................................................................4
2.1 Kondisi kekinian pencetus gagasan...............................................................................4
2.2 Solusi yang Pernah ditawarkan......................................................................................4
2.3 Gagasan yang Diajukan.................................................................................................5
2.4 Pihak-pihak yang Dapat Membantu..............................................................................5
2.5 Langkah-langkah Strategis............................................................................................5
Bab 3 : Kesimpulan...........................................................................................................7
Daftar Pustaka......................................................................................................................8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Proses radikalisme muncul dari penolakan-penolakan tersebut. Hal ini bisa dilihat dari pihak,
seperti Ketua MUI yang menginginkan adanya perubahan yang mendasar dan berlaku bagi
seluruh masyarakat untuk tidak merayakan hari Valentine. Alasan Ketua MUI melarang
masyarakat untuk tidak merayakan hari Valentine karena tidak sesuai dengan hukum Islam
dan adat timur. Sedangkan di Indonesia, masyarakatnya tidak hanya beragama Islam.
Apabila tidak diubah, pemikiran tersebut akan mengakar pada setiap masyarakat.
Oleh sebab itu, perlu adanya pemahaman yang jelas mengenai standar perayaan Valentine di
Indonesia. Hal ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi seperti media
sosial. Penggunaan media sosial bisa berdampak negatif maupun positif. Namun, alangkah
baiknya menjadikan media sosial sebagai perantara informasi yang baik dan benar bagi
masyarakat. Salah satu media penyebaran radikalisme yaitu kemajuan teknologi. Melihat
pengguna akun Instagram di Indonesia mencapai angka 61.610.000 pada November 2019,
media sosial ini memiliki peluang untuk bisa menyebarkan wawasan yang benar bagi
masyarakat. Berdasarkan contoh kasus di atas dan dengan kami mengambil judul
“Menanggulangi Radikalisme terhadap Perayaan Valentine Melalui Pendekatan Persuasif
melalui Akun Instagram ‘AntiRad’ “ untuk mengetahui bagaimana respon masyarakat
terhadap penolakan perayaan Valentine ini sehingga dapat ditemukan titik temu serta solusi
dalam mengatasinya.
2
1. Menyumbangkan pengetahuan mengenai respon emosi orang yang menolak
perayaan hari Valentine
2. Menemukan cara untuk memberi informasi kepada seseorang yang melakukan
penolakan hari Valentine agar tidak terjadi disintegrasi
3
BAB II
GAGASAN
Di samping itu, aksi penolakan terhadap perayaan Valentine’s Day juga kerap terjadi
di sejumlah daerah di Indonesia. Misalnya, aksi penolakan terhadap hari Valentine di
Indonesia seperti Banda Aceh, Makassar, Bandar Lampung, Bogor, dan sejumlah wilayah
lainnya. Aksi penolakan ini biasanya dibawakan dengan pesan-pesan yang konsisten, seperti
Valentine mendorong orang untuk berpacaran, budaya impor yang negatif, dan Valentine
berujung mendorong anak muda mendekati zina. Kebanyakan alasannya seragam, bahwa
Valentine merupakan simbol pergaulan bebas. Seperti halnya yang terjadi pada 2017 lalu,
dimana terdapat sejumlah pelajar di Indonesia yang menggelar aksi protes terhadap
peringatan hari Valentine. Mereka mengecap hal itu sebagai budaya Barat yang mendorong
seks bebas.
Salah satu solusi yang sebelumnya pernah dilakukan guna mencegah adanya
radikalisasi dengan melakukan deradikalisasi. Upaya tersebut dilakukan untuk mengurangi
atau menurunkan jumlah paham radikal di masyarakat. Lembaga resmi yang bertanggung
jawab untuk melakukan hal tersebut yaitu Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
4
(BNPT). Sampai saat ini, usaha yang telah dilakukan BNPT dalam hal deradikalisasi salah
satunya ialah membangun pusat pelatihan anti terorisme di Sentul, Jawa Barat. Fasilitas ini
dibangun untuk mengasingkan para narapidana radikalisme dan terorisme untuk diberi
pembinaan atau sebagai rehabilitasi. Namun sayangnya solusi ini masih kurang kondusif
dikarenakan jumlah narapidana yang berlebih sedangkan jumlah sumber daya manusia yang
menangani masih sangat minim. Solusi yang kedua BNPT juga pernah memberikan anggaran
dana untuk para narapidana teroris setelah keluar dari penjara agar mereka mendapatkan
pekerjaan yang positif, Namun sayangnya usaha tersebut juga kurang efektif karena
minimnya pendidikan atau pelatihan bagi para narapidana teroris untuk menjalankan suatu
usaha. Hal inilah yang menimbulkan kurangnya keefektifan solusi deradikalisasi dari
pemerintah.
Pihak-pihak yang dapat ikut andil dalam program ini ialah para influencer yang
dengan pengaruh yang positif bagi pengikutnya dan berpikir kritis dalam menghadapi isu
radikalisme yang sedang terjadi, khususnya yang dimaksud oleh penulis adalah terkait
dengan penolakan perayaan Valentine di Indonesia. Selain itu, perlu adanya kerja sama
dengan para ahli dalam bidang sosiologi, politik, dan psikologi serta para pejabat yang aktif
di sosial media untuk dapat memberikan pengetahuan yang baik dan mendasar serta
memberikan efek persuasif bagi masyarakat supaya mencapai tujuan yang dimaksudkan
penulis.
5
2.5 Langkah-langkah strategis
Langkah strategis yang perlu direncanakan secara matang agar gagasan ini dapat
terealisasi dengan baik, yaitu:
Tahap 3: Bersinergi dengan para influencer yang memiliki audiens di dunia maya dan
masyarakat secara luas untuk turut serta menyebarkan ulang informasi mengenai radikalisme
yang telah dibagikan melalui laman instagram “AntiRad”.
6
BAB III
KESIMPULAN
Dari penjelasan yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa kegiatan ini didasari oleh fakta mengenai radikalisme yang ditemukan oleh penulis di
lapangan dan diperkuat oleh data-data yang didapatkan oleh penulis melalui beberapa
sumber. Melalui program akun instagram “AntiRad” ini, penulis bertujuan untuk mengurangi
tingkat angka radikalisme masyarakat terkait dengan penolakan perayaan hari Valentine.
Penulis juga melibatkan beberapa pihak yang diperkirakan mumpuni untuk dapat ikut
bergabung serta menyukseskan program ini. Penulis akan melaksanakan beberapa langkah
dalam waktu ke depan untuk menggiatkan program ini, dari mulai mendata partisipan,
penentuan topik, perumusan materi, dan juga media-media promosi.
7
DAFTAR PUSTAKA
Harkness, David James. 1961. Legends and Lore: Southern Indians Flowers Holidays, Vol.
XL, No. 2. Universiti of Tenessee Newsletter.
Ridyasmara, Rizki. 2005. Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Halloween:So
What?. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Staff, Frank. 1969. The Valentine and Its Origin. London: Lutterworth Press.
Sunarso, Narbuqo Nanang. 2012. Hari Valentine: Antara Barat, Timur, dan Islam (Sebuah
Analisis Budaya).
Tuckey, Michelle Rae dan Neil Brewer. 2003. The Influence of Schemas, Stimulus
Ambiguity, and Interview Schedule on Eyewitness Memory Overtime Vol. 9 No. 2. America:
American Psychological Association, Inc.