Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

MENANGGULANGI RADIKALISME TERKAIT PENOLAKAN


PERAYAAN VALENTINE DENGAN PENDEKATAN PERSUASIF
MELALUI AKUN INSTAGRAM “ANTIRAD”

BIDANG KEGIATAN
PKM-Gagasan Tertulis

Disusun oleh :

Alifah Rania Dwi C. 111911133066


Nathanaela Candice L. W. 111911133134
Angelina Amanda Dewi 111911133136
Gabriella Emeralda 111911133164

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020

PENGESAHAN PKM-PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

i
1. Judul Kegiatan : MENANGGULANGI RADIKALISME TERHADAP
PENOLAKAN PERAYAAN VALENTINE
DENGAN
PENDEKATAN PERSUASIF MELALUI AKUN
INSTAGRAM “ANTIRAD”
2. Bidang Kegiatan : PKM-GT
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Nathanaela Candice L. W.
b. NIM : 111911133134
c. Jurusan : Psikologi
d. Perguruan Tinggi : Universitas Airlangga
e. Alamat Rumah dan Telp/HP :
f. Email : candicelovina3103@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 4 orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Sandra W. M., S.S., M.Hum
b. NIDN :
c. Alamat Rumah dan Telp/HP :

Surabaya,

Menyetujui Ketua Pelaksana Kegiatan


Wakil Dekan I
Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga

Dr. Nur Ainy Fardana N., M.Si., Psikolog Nathanaela Candice L. W.


NIP. 197202271998022001 NIM. 111911133134

Direktur Kemahasiswaan Dosen Pendamping


Universitas Airlangga

Dr. M. Hadi Shubhan, S.H., M.H., CN. Sandra W. M., S.S., M.Hum.
NIP. 197304062003121002

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul..................................................................................................................i
Halaman Pengesahan...........................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................iii
Bab 1: Pendahuluan..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................................2
1.4.1 Manfaat teoritis...........................................................................................................2
1.4.2 Manfaat Praktis...........................................................................................................3
Bab 2 : Gagasan.................................................................................................................4
2.1 Kondisi kekinian pencetus gagasan...............................................................................4
2.2 Solusi yang Pernah ditawarkan......................................................................................4
2.3 Gagasan yang Diajukan.................................................................................................5
2.4 Pihak-pihak yang Dapat Membantu..............................................................................5
2.5 Langkah-langkah Strategis............................................................................................5
Bab 3 : Kesimpulan...........................................................................................................7
Daftar Pustaka......................................................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fenomena radikalisme di Indonesia hingga hari ini masih menjadi perbincangan yang
menarik dan terus menghangat. Radikalisme masih menjadi masalah serius bagi banyak
kalangan. Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi penolakan terhadap perayaan hari
Valentine dari masyarakat dengan mengatasnamakan agama (Liputan 6, 2018). Tanggal 14
Februari selalu diidentikkan dengan perayaan valentine yang merupakan hari kasih sayang
yang biasa disimbolkan dengan pertukaran coklat dan kartu ucapan. Hal ini dimulai pada
tahun 1382 oleh Chaucer yang menulis sebuah puisi berjudul Parliament of Fowls. Puisi ini
dibuat untuk merayakan pertunangan Raja Richard II. Di dalam puisi Chaucer disebutkan
bahwa Hari Valentine dirayakan pada 3 Mei dan bukan 14 Februari. Pada masa itu, tanggal 3
Mei diidentikkan sebagai hari di mana semua burung memilih pasangannya dalam setahun.
Tak lama setelahnya, orang-orang mengambil ide untuk merayakan Valentine sebagai hari
kasih sayang dengan keluarga,  teman,  dan pasangan. Chaucer mengambil referensi
mengenai Valentine berdasarkan Santo Valentine dari Genoa yang meninggal pada 3 Mei.
Tetapi di masa itu,  orang orang jarang yang mengetahui tentang Santo Valentine dan lebih
akrab dengan kisah Valentine dari Roma dan Terni yang dieksekusi pada 14 Februari yang
lantas dikaitkan dengan cinta. 
Terlepas dari sejarah dan kisah mitologi mengenai hari Valentine, terdapat kasus-
kasus penolakan hari Valentine yang terjadi belakangan ini di Indonesia. Majelis Ulama
Indonesia (MUI), di Malang, Jawa Timur menyatakan haram bagi masyarakatnya yang
merayakan Valentine. Sebelum adanya fatwa MUI ini, Dinas Pendidikan Kota Malang
terlebih dulu mengeluarkan surat edaran bernomor 421.3/045/35.73.307/2016, yang berisi
larangan bagi siswa merayakan Valentine. Menurut KH Baidlowi, Ketua MUI Malang,
valentine akan menyebabkan anak mereka melakukan kegiatan yang merusak akhlak.
Baidlowi lebih menyarankan agar melakukan kegiatan yang lebih positif seperti membagi
kasih sayang dengan anak-anak di panti asuhan. Selain mengeluarkan fatwa haram, MUI
Kota Malang juga mencetak baliho serta edaran yang berisi larangan kepada pemuda dan
pelajar merayakan Valentine, karena dianggap tidak sesuai dengan hukum Islam dan adat
timur (Liputan 6, 2019).

1
Proses radikalisme muncul dari penolakan-penolakan tersebut. Hal ini bisa dilihat dari pihak,
seperti Ketua MUI yang menginginkan adanya perubahan yang mendasar dan berlaku bagi
seluruh masyarakat untuk tidak merayakan hari Valentine. Alasan Ketua MUI melarang
masyarakat untuk tidak merayakan hari Valentine karena tidak sesuai dengan hukum Islam
dan adat timur. Sedangkan di Indonesia, masyarakatnya tidak hanya beragama Islam.
Apabila tidak diubah, pemikiran tersebut akan mengakar pada setiap masyarakat.
Oleh sebab itu, perlu adanya pemahaman yang jelas mengenai standar perayaan Valentine di
Indonesia. Hal ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi seperti media
sosial. Penggunaan media sosial bisa berdampak negatif maupun positif. Namun, alangkah
baiknya menjadikan media sosial sebagai perantara informasi yang baik dan benar bagi
masyarakat. Salah satu media penyebaran radikalisme yaitu kemajuan teknologi. Melihat
pengguna akun Instagram di Indonesia mencapai angka 61.610.000 pada November 2019,
media sosial ini memiliki peluang untuk bisa menyebarkan wawasan yang benar bagi
masyarakat. Berdasarkan contoh kasus di atas dan dengan kami mengambil judul
“Menanggulangi Radikalisme terhadap Perayaan Valentine Melalui Pendekatan Persuasif
melalui Akun Instagram ‘AntiRad’ “ untuk mengetahui bagaimana respon masyarakat
terhadap penolakan perayaan Valentine ini sehingga dapat ditemukan titik temu serta solusi
dalam mengatasinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengapa seseorang melakukan penolakan terhadap perayaan valentine?’
2. Respon emosi seperti apa yang terjadi saat orang  menolak perayaan valentin?
3. Bagaimana cara yang tepat untuk memberikan informasi kepada orang yang menolak
hari valentine?
4. Media apa yang dapat digunakan untuk memberikan informasi mengenai pengolahan
emosi bagi orang yang menolak hari valentine?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui respon masyarakat saat ini terhadap penolakan perayaan hari Valentine.
2. Menemukan cara untuk memberikan pengetahuan dengan pendekatan persuasif 
mengenai isu penolakan perayaan hari Valentine di masyarakat.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoretis

2
1. Menyumbangkan pengetahuan mengenai respon emosi orang yang menolak
perayaan hari Valentine
2. Menemukan cara untuk memberi informasi kepada seseorang yang melakukan
penolakan hari Valentine agar tidak terjadi disintegrasi

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Memberikan sisi lain mengenai perayaan hari valentine
2. Mengedukasi masyarakat agar menjauhkan radikalisme.

3
BAB II

GAGASAN

2.1 Kondisi saat ini pada pencetus gagasan

Masyarakat dunia kerap mengidentikkan tanggal 14 Februari sebagai hari kasih


sayang atau Valentine’s Day. Biasanya, orang yang memiliki pasangan akan memberikan
hadiah kepada pasangannya, khususnya berupa coklat dan bunga, sebagai simbol rasa cinta.
Meski demikian, ada berbagai pihak yang menilai hari kasih sayang ini secara negatif. Di
sejumlah daerah, masyarakat tidak dilarang untuk meramaikan atau merayakannya, namun di
daerah tertentu, perayaan hari Valentine bahkan menjadi norma negatif yang mengandung
sanksi. Hal ini kerap ditandai dengan adanya himbauan maupun larangan seperti halnya yang
terjadi di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Sejak tahun 2017, Dinas Pendidikan Kabupaten
Gresik secara rutin mengirimkan surat edaran ke lembaga-lembaga pendidikan yang berisi
larangan untuk merayakan Valentine. 

Di samping itu, aksi penolakan terhadap perayaan Valentine’s Day juga kerap terjadi
di sejumlah daerah di Indonesia. Misalnya, aksi penolakan terhadap hari Valentine di
Indonesia seperti Banda Aceh, Makassar, Bandar Lampung, Bogor, dan sejumlah wilayah
lainnya. Aksi penolakan ini biasanya dibawakan dengan pesan-pesan yang konsisten, seperti
Valentine mendorong orang untuk berpacaran, budaya impor yang negatif, dan  Valentine
berujung mendorong anak muda mendekati zina. Kebanyakan alasannya seragam, bahwa
Valentine merupakan simbol pergaulan bebas. Seperti halnya yang terjadi pada 2017 lalu,
dimana terdapat sejumlah pelajar di Indonesia yang menggelar aksi protes terhadap
peringatan hari Valentine. Mereka mengecap hal itu sebagai budaya Barat yang mendorong
seks bebas. 

2.2 Solusi yang pernah ditawarkan

Salah satu solusi yang sebelumnya pernah dilakukan guna mencegah adanya
radikalisasi dengan melakukan deradikalisasi. Upaya tersebut dilakukan untuk mengurangi
atau menurunkan jumlah paham radikal di masyarakat. Lembaga resmi yang bertanggung
jawab untuk melakukan hal tersebut yaitu Badan Nasional Penanggulangan Terorisme

4
(BNPT). Sampai saat ini, usaha yang telah dilakukan BNPT dalam hal deradikalisasi salah
satunya ialah membangun pusat pelatihan anti terorisme di Sentul, Jawa Barat. Fasilitas ini
dibangun untuk mengasingkan para narapidana radikalisme dan terorisme untuk diberi
pembinaan atau sebagai rehabilitasi. Namun sayangnya solusi ini masih kurang kondusif
dikarenakan jumlah narapidana yang berlebih sedangkan jumlah sumber daya manusia yang
menangani masih sangat minim. Solusi yang kedua BNPT juga pernah memberikan anggaran
dana untuk para narapidana teroris setelah keluar dari penjara agar mereka mendapatkan
pekerjaan yang positif, Namun sayangnya usaha tersebut juga kurang efektif karena
minimnya pendidikan atau pelatihan bagi para narapidana teroris untuk menjalankan suatu
usaha. Hal inilah yang menimbulkan kurangnya keefektifan solusi deradikalisasi dari
pemerintah.

2.3 Gagasan yang diajukan


Gagasan yang diajukan untuk mengatasi radikalisme terhadap perayaan hari valentine
adalah dengan menggunakan media sosial, yakni akun instagram “Anti-Rad” sebagai sarana
penyedia informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan radikalisme, seperti misalnya,
apa itu radikalisme, apa saja bentuk-bentuk radikalisme, bahaya yang ditimbulkan dari
radikalisme, cara mencegah radikalisme, dan lain sebagainya. Akun tersebut bertujuan untuk
memersuasi masyarakat luas untuk menentang segala bentuk radikalisme serta mengedukasi
masyarakat untuk melawan radikalisme. Konsep yang digunakan dalam “AntiRad” ini yaitu
melawan radikalisme di dunia digital dengan memanfaatkan platform digital.

2.4 Pihak-pihak yang dapat membantu

Pihak-pihak yang dapat ikut andil dalam program ini ialah para influencer yang
dengan pengaruh yang positif bagi pengikutnya dan berpikir kritis dalam menghadapi isu
radikalisme yang sedang terjadi, khususnya yang dimaksud oleh penulis adalah terkait
dengan penolakan perayaan Valentine di Indonesia. Selain itu, perlu adanya kerja sama
dengan para ahli dalam bidang sosiologi, politik, dan psikologi serta para pejabat yang aktif
di sosial media untuk dapat memberikan pengetahuan yang baik dan mendasar serta
memberikan efek persuasif bagi masyarakat supaya mencapai tujuan yang dimaksudkan
penulis. 

5
2.5 Langkah-langkah strategis

Langkah strategis yang perlu direncanakan secara matang agar gagasan ini dapat
terealisasi dengan baik, yaitu:

Tahap 1: Mematangkan konsep “AntiRad”, yakni melawan radikalisme di dunia digital


dengan memanfaatkan platform digital, sehingga nantinya informasi yang disampaikan
melalui akun instagram “AntiRad” dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. 

Tahap 2: Merealisasikan penyebaran informasi melalui akun instagram “AntiRad”, mengisi


akun tersebut dengan infografis mengenai hal-hal yang berkaitan dengan radikalisme,
termasuk juga di dalamnya cara mencegah dan mengatasi radikalisme. 

Tahap 3: Bersinergi dengan para influencer yang memiliki audiens di dunia maya dan
masyarakat secara luas untuk turut serta menyebarkan ulang informasi mengenai radikalisme
yang telah dibagikan melalui laman instagram “AntiRad”.

Tahap 4: Monitoring jalannya akun instagram “AntiRad” dalam menyebarkan informasi


mengenai radikalisme yang bertujuan untuk menentang dan melawan segala bentuk
radikalisme.      

6
BAB III

KESIMPULAN

Dari penjelasan yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa kegiatan ini didasari oleh fakta mengenai radikalisme yang ditemukan oleh penulis di
lapangan dan diperkuat oleh data-data yang didapatkan oleh penulis melalui beberapa
sumber. Melalui program akun instagram “AntiRad” ini, penulis bertujuan untuk mengurangi
tingkat angka radikalisme masyarakat terkait dengan penolakan perayaan hari Valentine.
Penulis juga melibatkan beberapa pihak yang diperkirakan mumpuni untuk dapat ikut
bergabung serta menyukseskan program ini. Penulis akan melaksanakan beberapa langkah
dalam waktu ke depan untuk menggiatkan program ini, dari mulai mendata partisipan,
penentuan topik, perumusan materi, dan juga media-media promosi.

7
DAFTAR PUSTAKA

Harkness, David James. 1961. Legends and Lore: Southern Indians Flowers Holidays, Vol.
XL, No. 2. Universiti of Tenessee Newsletter.

Ridyasmara, Rizki. 2005. Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Halloween:So
What?. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Santrock, J.W. 2013. Educational Psychology Vol. 5. Singapore: McGraw-Hill Company,


Inc.

Staff, Frank. 1969. The Valentine and Its Origin. London: Lutterworth Press.

Sunarso, Narbuqo Nanang. 2012. Hari Valentine: Antara Barat, Timur, dan Islam (Sebuah
Analisis Budaya).

Tuckey, Michelle Rae dan Neil Brewer. 2003. The Influence of Schemas, Stimulus
Ambiguity, and Interview Schedule on Eyewitness Memory Overtime Vol. 9 No. 2. America:
American Psychological Association, Inc.

Anda mungkin juga menyukai