Anda di halaman 1dari 32

MANAJEMEN KEBIDANAN KOMUNITAS

DI KLINIK HANIFA, KECAMATAN RAMAN UTARA

KABUPATEN LAMPUNG TIMUR PROVINSI LAMPUNG

Laporan Praktik Kerja Lapangan Kebidanan Komunitas

Disusun Oleh :
NAMA : NADYA FIRDAUSI
NIM : 200102356P

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
TAHUN 2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA REMAJA

DESA RAMAN ENDRA KECAMATAN RAMAN UTARA KABUPATEN


LAMPUNG TIMUR

PROVINSI LAMPUNG

Laporan Individu Praktik Kerja Lapangan Kebidanan Komunitas

Telah Memenuhi Persyaratan Dan Di Setujui Tanggal

Menyetujui dan Mengesahkan

Ketua pelaksana Pembimbing Praktik Akademik


PKL kebidanan komunitas

EKA TRIWULANDARI. SST., M.KEB SEPTIKA YANI VERONICA, SST., M. Tr. Keb
NIDN.O214028601 NIDN. 0214098902

Mengetahui,
Ketua prodi kebidanan program sarjana terapan
Universitas Aisyah Pringsewu

EKA TRIWULANDARI.SST.,M.KEB
NIDN.0214028601

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, laporan praktik mengenai “Manajemen
Kebidaan Komunitas Remaja desa Raman Endra, Kecamatan Raman Utara,
Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung” ini dapat diselesaikan tepat
waktu.

Kami sangat berharap dengan adanya laporan ini dapat memberikan


manfaat dan edukasi. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan
laporan ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kemudian laporan kami
ini dapat kami perbaiki dan menjadi lebih baik lagi.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga laporan ini dapat


bermanfaat. Kami juga yakin bahwa laoran kami jauh dari kata sempurna dan
masih membutuhkan kritik serta saran dari pembaca, untuk menjadikan laporan
ini lebih baik ke depannya.

Lampung Timur, 14 Januari 2021

Penyusun

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................1

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................2

KATA PENGANTAR..........................................................................................................3

DAFTAR ISI.........................................................................................................................4

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang ..............................................................................................................5


B. Tujuan Umum dan Khusus.............................................................................................6
C. Manfaat penyuluhan........................................................................................................6
D. Langkah Kerja.................................................................................................................7
BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Remaja...................................................................................................10
B. Masalah-masalah Pada Remaja................................................................................13
C. Seks Bebas Dikalangan Remaja...............................................................................16
BAB III ASUHAN/MANAJEMEN KEBIDANAN PADA KOMUNITAS

A. Rumusan Masalah....................................................................................................26
B. Prioritas Masalah......................................................................................................26
C. Perencanaan.............................................................................................................26
D. Pelaksanaan..............................................................................................................27
E. Evaluasi....................................................................................................................27
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................................29

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................................30
B. Saran.........................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................31
................................................................................................................................................

4
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu masalah sosial yang sudah mengglobal saat ini adalah
masalah seks bebas yang banyak terjadi pada kalangan remaja. Banyak
dari mereka yang masuk ke lembah hitam tanpa mereka sadari. Adanya
dorongan seksual yang mempunyai arti kecenderungan biologis untuk
mencari tanggapan seksual dan tanggapan yang berbau seksual dari orang
lain, biasanya dari lawan jenis muncul pada awal remaja dan tetap
bertahan kuat sepanjang hidup. Ada perbedaan pendapat tentang apakah
dorongan seks dibawa dari lahir atau dipelajari. Menurut beberapa sarjana
yang mempertanyakan apakah ada suatu dorongan seks bawaan,
menegaskan bahwa impuls kita untuk mencari pasangan seks dan
menggunakan organ seks merupakan hasil dari belajar sosial. Akan tetapi,
karena bersifat universal dan terdapat pada semua manusia, kebanyakan
ahli mengganggap bahwa dorongan seks manusia adalah warisan
biologis. (Paul Horton, 1987:147).
Laporan kasus kekerasan anak remaja menurut Sistem Informasi
Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) melaporkan
angka kekerasan pada anak perempuan sebanyak 3.296 korban dan anak
laki-laki sebanyak 1.319 korban, sedangkan yang mengalami kekerasan
seksual sebanyak 2.556 korban di antara keseluruhan korban baik laki-laki
ataupun perempuan. Pelaporan sejak tanggal 1 Januari sampai dengan 24
Juli 2020. Perilaku seks bebas menyebabkan dampak-dampak negative
seperti kehamilan yang tidak diinginkan, remaja menggunakan NAPZA,

5
nikah muda, terjangkit infeksi menular seksual, bahkan abortus yang tidak
aman.
Di wilayah sekitar Klinik Hanifa, Raman Utara sering terlihat
remaja putera dan puteri berkumpul hingga larut malam dan sudah
terdapat beberapa kasus remaja dengan kehamilan yang tidak
diinginkan (KTD). Di bulan Desember 2020 terjadi 1 kasus remaja
putri usia 14 tahun dengan kehamilan tidak diinginkan. Dengan uraian
dan fenomena latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penyuluhan tentang pengetahuan remaja tentang perilaku
seks bebas pada remaja di sekitar Klinik Hanifa, Raman Utara,
Lampung Timur.

B. Tujuan Umum dan Khusus

1. TujuanUmum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit tentang seks bebas
pada remaja sasaran penyuluhan mampu mengerti mengenai apa
bahaya dan dampak seks bebas.
2. TujuanKhusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan
mampu :
a. Menjelaskan pengertian seks bebas
b. Menjelaskan dampak dari seks bebas
c. Menyebutkan penyakit akibat seks bebas
d. Mengetahui faktor-faktor penyebab seks bebas
e. Menyebutkan cara mencegah seks bebas

C. Manfaat Penyuluhan
1. Bagi Masyarakat
1. Memberikan informasi dan masukan kepada remaja
mengenai penanggulangan seks bebas
2. Mengurangi dampak negative dari perilaku seks bebas di
masyarakat

6
3. Membuat remaja semangat untuk menolak dan menghindari
seks bebas

D. LANGKAH KERJA
a. Metoda Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya jawab
b. Media
1. Leaflat
2. TV LED

c. Kegiatan Penyuluhan
Pokok Bahasan : Perilaku Seks Bebas
Sub PokokBahasan : Penyebab Seks Bebas
Sasaran : Remaja
Tempat : Klinik Hanifa
Hari/ Tanggal               : Kamis, 14 Januari 2021
Pukul : 11.00 s.d. 12.00

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang seks bebas diharapkan
remaja  dapat mengetahui bahayanya seks bebas.

II. Tujuan Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan selama  + 30 menit remaja dapat:
a. Mengetahui pengertian dari seks bebas
b. Mengetahui penyebab terjadinya seks bebas
c. Mengetahui tanda dan gejala dari seks bebas
d. Mengetahui akibat dari seks bebas
e. Mengetahui cara mencegah terjadinya seks bebas

7
III. Materi
Terlampir

IV. KegiatanPenyuluhan
Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
NO PEMBERI MATERI SASARAN
1. Memperkenalkan diri 1.      Menanggapi dan memberi
respon yang baik

2. Memberikan kesempatan  pada2.      Mengungkapkam pengetahuan


sasaran untuk mengungkapkan yang dimiliki.
pengetahuan tentang seks
bebas
3.    
3. Memberikan tambahan M Mendengarkan dan menyimakdan
masukan masukan materi. materi penyuluhan.

4. Memberikan kesempatan Menyimak jawaban yang


kepada sasaran untuk bertanya. diberikan dan merasa puas

5. Menjawab pertanyaan yang Mengajukan beberapa pertanyaan


diberikan. dari materi yang diberikan.

6. Bertanya sebagai bahan


6.  Menjawab dengan benar
evaluasi.

7. Menutup acara. 7.   Memberikan respon yang baik

8
V. Media & Sumber
Media yang digunakan adalah TV LED, Leaflet, Laptop
Sumber pustaka :

Burns, August,dkk. 2000. Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan.


Yayasan Essentia Medica: Yogyakarta.

Masland, Robert, dkk. 2004. Apa yang Ingin Diketahui Remaja tentang
Seks. Bumi Aksara: Jakarta.

Winiastri, Virnye, dkk. 2002. Pengalaman Materi Membantu Remaja


Mengatasi Dirinya. Deputi Bidang KB dan Kespro BKKBN: Jakarta.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Seks_bebas?

https://www.pontianakpost.com/penyebab-dan-dampak-pergaulan-bebas

VI. Evaluasi
a. Prosedur : Post test
b. Bentuk Pertanyaan : Langsung
c. Soal pertanyaan : - Pengertian seks bebas
                                         -  Akibat seks bebas
                                         - Dampak seks bebas
                                         - Pencegahan

9
BAB II

TINJAUAN TEORI

A.  Pengertian Remaja
Remaja (Adolescense) berasal dari kata latin adolescere (bahasa
Belanda, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 1999). Piaget (dalam Hurlock, 1999)
mengatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah usia dimana
individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak
lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada
dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
Hurlock (1999) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa peralihan
dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut Havighurst (dalam
Hurlock, 1999) ciri-ciri masa remaja antara lain:
1. Masa remaja sebagai periode yang penting
Remaja mengalami perkembangan fisik dan mental yang cepat dan
penting dimana semua perkembangan itu menimbulkan perlunya
penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru.

2. Masa remaja sebagai periode peralihan


Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah
terjadi sebelumnya. Tetapi peralihan merupakan perpindahan dari satu
tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya, dengan
demikian dapat diartikan bahwa apa yang telah terjadi sebelumnya akan
meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan

10
datang, serta mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru pada
tahap berikutnya.

3. Masa remaja sebagai periode perubahan


Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja
sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Perubahan fisik yang terjadi
dengan pesat diikuti dengan perubahan perilaku dan sikap yang juga
berlangsung pesat. Perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap dan
perilaku juga menurun.

4. Masa remaja sebagai usia bermasalah


Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah
masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak
laki-laki maupun anak perempuan. Ada dua alasan bagi kesulitan ini,
yaitu:
a. Sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian
diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan
remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah.
b. Remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi
masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru.

5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas


Pencarian identitas dimulai pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian
diri dengan standar kelompok lebih penting daripada bersikap
individualistis.Penyesuaian diri dengan kelompok pada remaja awal
masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan, namun lambat
laun mereka mulai mendambakan identitas diri dengan kata lain ingin
menjadi pribadi yang berbeda dengan oranglain.

6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan


Anggapan stereotypebudaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak
rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan

11
berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus
membimbing dan mengawasi kehidupan remaja mudatakut bertanggung
jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang
normal.

7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik


Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiri dan orang lain
sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih
dalam hal cita-cita. Semakin tidak realistik cita-citanya ia semakin
menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain
mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang
ditetapkannya sendiri.

8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa


Semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi gelisah
untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan
kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa, remaja mulai memusatkan
diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa yaitu
merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obatan dan
terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini
akan memberi citra yang mereka inginkan.

Sesuai dengan pembagian usia remaja menurut Monks (1999) maka


terdapat tiga tahap proses perkembangan yang dilalui remaja dalam
proses menuju kedewasaan, disertai dengankarakteristiknya, yaitu:
1. Remaja awal (12-15 tahun)
Pada tahap ini, remaja masih merasa heran terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang
menyertai perubahan-perubahan tersebut. Mereka mulai
mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan
jenis dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang
berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya pengendalian

12
terhadap ego dan menyebabkan remaja sulit mengerti dan
dimengerti oleh orang dewasa.
2. Remaja madya (15-18 tahun)
Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada
kecendrungan narsistik yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara
lebih menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang
sama dengan dirinya. Pada tahap ini remaja berada dalam kondisi
kebingungan karena masih ragu harus memilih yang mana, peka
atau peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis ataupesimis, dan
sebagainya.
3. Remaja akhir (18-21 tahun)
Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai
dengan pencapaian :
 Minat yang semakin mantapterhadap fungsi-fungsi
intelek.
 Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan
orang-orang lain dan mendapatkan pengalaman-
pengalaman baru.
 Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah
lagi
 Egosentrisme (terlalu memusatkanperhatian pada diri
sendiri) diganti dengan keseimbangan antara
kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
 Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan
masyarakat umum.

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri masa remaja
adalah bahwa masa remaja adalahmerupakan periode yang penting, periode
peralihan, periode perubahan, usia yang bermasalah, mencari identitas, usia yang
menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik dan ambang masa kedewasaan.

B. Masalah-Masalah pada Remaja

13
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa
ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat.
Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali
dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan
sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah
dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah
psikologis.
Permasalahan yang mungkin timbul pada masa remaja diantaranya:
1. Permasalahan berkaitan dengan perkembangan fisik dan
motorik.
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang
cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal
yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan
harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture)
dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu
juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ
reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika
tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada
penyimpangan perilaku seksual.
2. Permasalahan berkaitan dengan perkembangan kognitif dan
bahasa.
Pada masa remaja awal ditandai dengan perkembangan kemampuan
intelektual yang pesat. Namun ketika si remaja tidak mendapatkan
kesempatan pengembangan kemampuan intelektual, terutama melalui
pendidikan di sekolah, maka boleh jadi potensi intelektualnya tidak
akan berkembang optimal. Begitu juga masa remaja, terutama remaja
awal merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa
asing. Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana dan
pra sarana, menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai bahasa
asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini,
penguasaan bahasa asing merupakan hal yang penting untuk
menunjang kesuksesan hidup dan karier seseorang. Namun dengan

14
adanya hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan berbahasa
asing tentunya akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan
hidup dan kariernya. Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa
dapat berakibat pula pada aspek emosional, sosial, dan aspek-aspek
perilaku dan kepribadian lainnya.
3. Permasalahan berkaitan dengan perkembangan perilaku sosial,
moralitas dan keagamaan.
Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan
sosial), yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan
diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Penolakan
dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia
sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila
remaja dapat diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan
menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan memiliki
kehormatan dalam dirinya. Problema perilaku sosial remaja tidak
hanya terjadi dengan kelompok sebayanya, namun juga dapat terjadi
dengan orang tua dan dewasa lainnya, termasuk dengan guru di
sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya remaja awal
akan ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya
keinginan untuk melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan
pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia masih membutuhkan orang
tua, terutama secara ekonomis. Sejalan dengan pertumbuhan organ
reproduksi, hubungan sosial yang dikembangkan pada masa remaja
ditandai pula dengan adanya keinginan untuk menjalin hubungan
khusus dengan lain jenis dan jika tidak terbimbing dapat menjurus
tindakan penyimpangan perilaku sosial dan perilaku seksual. Pada
masa remaja juga ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-
coba dan menguji kemapanan norma yang ada, jika tidak terbimbing,
mungkin saja akan berkembang menjadi konflik nilai dalam dirinya
maupun dengan lingkungannya.
4. Permasalahan berkaitan dengan perkembangan kepribadian,
dan emosional.

15
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self
identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan
menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi.
Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami
krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan
terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri
yang sebenarnya.Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih
labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada
kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa
tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang
berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi
akibat dari ketidakstabilan emosinya.

C. SEKS BEBAS DIKALANGAN REMAJA


1. Definisi Seks Bebas
Seks bebas merupakan hubungan yang dilakukan oleh laki-laki dan
perempuan tanpa adanya ikatan perkawinan. Kita tentu tahu bahwa
pergaulan bebas itu adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang,
yang mana“bebas”yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma
yang ada. Masalah seks bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan
maupun dari media massa.
Sedangkan remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke
dewasa. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka
yang berusia antara 16 tahun sampai dengan 24 tahun. Seorang remaja
sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih
belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang
mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan ini pun sering
dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui banyak
kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan
kekhawatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi
lingkungan dan orangtuanya. Pada umumnya remaja melakukan
hubungan seks bebas dengan pacarnya, karna kebanyakan dari mereka

16
beranggapan bahwa pacar adalah seseorang yang berhak mendapatkan
segalanya. Tidak ada salahnya jika kita mengatakan pacaran adalah
sebagian dari pergaulan bebas. Fakta menyatakan bahwa sebagian
besar perzinahan disebabkan oleh pacaran. Dari sini kita dapat
menyimpulkan bahwa pacaran memang tidak dibenarkan dalam
budaya islam.
Selain disebabkan oleh pacaran, seks bebas juga didominani oleh
para remaja untuk mencari uang tambahan. Padahal untuk mencari
uang masih banyak lagi jalan halal yang dapat mereka lakukan, pada
dasarnya meraka melakukan seks bebas dengan alasan mencari uang
adalah alasan sampingan, itu semua karena merekapun menyukai seks
bebas tersebut tanpa berfikir akibat buruk yang akan mereka tanggung.
Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat
berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di
jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena
itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang
idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran
bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan
tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran.
Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan
terus berlangsung selamanya. Dengan adanya kesadaran bahwa pacar
bukanlah hak milik selamanya maka seorang remaja akan lebih berfikir
ulang untuk melakukan seks bebas.

2. Faktor Pendorong Terjadinya Seks Bebas


Dalam perkembangannya, kehidupan di jaman yang telah maju ini
memiliki dampak bagi masyarakat terlebih lagi dalam pergaulan
remaja masa kini. Pergaulan pada remaja masa kini telah jauh dari
batas norma yang telah ditetapkan. Telah banyak penyimpangan yang
dilakukan oleh para remaja dalam pergaulannya, seperti seks bebas.
Oleh karena itu tidak aneh jika jumlah penderita HIV/AIDS dan wanita
terutama dari kalangan remaja/anak sekolah yang hamil di luar nikah.

17
Berikut Beberapa faktor yang mendorong para remaja untuk
melakukan seks bebas adalah sebagai berikut:
a. Karena kehidupan iman yang rapuh.
Seseorang dapat melakukan seks bebas karna kurangnya keimanan
dalam dirinya. Oleh sebab itu sejak dini para remaja dan
mahasiswa harus meningkatkan pengetahuan tentang agamanya
sendiri, karna agama adalah tumpuan bagi hidup kita. Jika
pengetahuan tentang agama saja minim, apalagi pengetahuan diluar
agama tentu sangat minim.
b. Kurangnya perhatian orang tua.
Perhatian orang tua sangat diperlukan oleh seseorang karena
orang tualah yang paling dekat dengannya. Bimbingan orang
tua sangat berpengaruh pada tingkah laku seseorang. Apabila
orang tua kurang member pengarahan serta pengetahuan maka
seorang anak akan mudah terjerumus dalam kebiasaan berseks
bebas.
c. Lengkapnya fasilitas.
Fasilitas yang lengkap akan mempermudah seseorang untuk
dapat melakukan seks bebas. Jika seorang remaja atau
mahsiswa memiliki fasilitas yang mendukung utnuk mereka
melakukan seks bebas seperti rumah yang nyaman dari
perhatian warga, maka perlakuan seks bebas akan mudah sekali
terjadi. Contohnya seperti kontrakan-kontrakan bebas yang bias
digunakan oleh para remaja untuk melakukan seks bebas.
d. Tekanan dari seorang pacar.
Dalam hal ini yang berperan bukan saja nafsu seksual,
melainkan juga sikap memberontak terhadap orang tuanya.
Remaja lebih membutuhkan suatu hubungan, penerimaan, rasa
aman, harga diri selayaknya orang dewas dan pemikiran seperti
itu sangat banyak dijumpai.
e. Pelampiasan diri.

18
Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri, misalnya karena
terlanjur berbuat, seorang remaja perempuan biasanya
berpendapat sudah tidak ada lagi yang dapat dibanggakan
dalam dirinya, maka dalam pikirannya tersebut ia akan merasa
putus asa dan mencari pelampiasan yang akan
menjerumuskannya dalam pergaulan bebas seperti seks bebas.
f. Kurangnya pengetahuan tentang seks bebas.
Karena menganggap bahwa hubungan seks bebas adalah
bentuk penyaluran kasih sayang dalam sebuah hubungan
berpacaran. Kebanyakan dari mereka merasa tanpa seks
kegiatan pacaran mereka tidak efektif, padahal pemikiran
seperti itu adalah bentuk bujuk rayu setan.
g. Rasa ingin tahu tentang sesuatu yang berbau seksual.
Pada usia remaja keingintahuannya begitu besar terhadap seks,
apalagi ditambah lagi adanya infomasi yang tidak terbatas
masuknya, maka rasa penasaran tersebut semakin mendorong
mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam
percobaan yang tanpa mereka sadari bahwa percobaan tersebut
berbahaya.
h. Tontonan yang tidak mendidik.
Akibat atau pengaruh mengonsumsi berbagai tontonan bagi
remaja sangat besar. Oleh sebab itu sebaiknya tontonan yang
mendidiklah yang harus diberika pada seorang anak sejak dini
sehingga kelak saat remaja menjadi remaja yang baik.
i. Pergaulan bebas.
Pergaulan bebas yang melewati batas seperti dugem, minum-
minuman keras dan sebagainya akan berujung pada seks bebas.
Karena pergaulan bebas dapat menyebabkan seseorang lupa
diri, merasa tidak modern jika tidak mengikuti tren yang akan
berujung pada seks bebas. Yang pada dasarnya pemikiran
seperti itu sangat salah.
j. Masa remaja terjadi kematangan biologis.

19
Seorang remaja sudah dapat melakukan fungsi reproduksi
sebagaimana layaknya orang dewasa sebab fungsi organ
seksualnya telah bekerja secara normal. Hal ini membawa
konsekuensi bahwa seorang remaja akan mudah terpengaruhi
oleh stimuli yang merangsang gairah seksualnya.
k. Rendahnya pengetahuan tentang bahaya seks bebas.
Faktor pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang
tinggi, kurangnya pengetahuan akan dampak dan akibat akan
hal yang kita lakukan dapat memudahkan kita terjerumus ke
dalam hal hal yang negatif.
l. Salah bergaul
Teman merupakan orang yang sangat berpengaruh bagi para
remaja. Apabila seorang remaja salah dalam memilih teman
maka akibatnya akan fatal. Memilih teman berarti memilih
masa depan, maka siapapun yang ingin masa depannya cerah
ditengah bekapan arus globalisasi, serta luas ilmu dan
wawasannya, maka ia harus pandai dalam memilih teman.

3. Akibat Dari Seks Bebas


Selain memiliki hukum haram, seks bebas memiliki akibat atau
dampak yang sangat negatif bagi sipelaku. seks bebas juga dapat
menghilangkan rasa malu, padahal dalam agama malu merupakan
suatu hal yang amat ditekankan dan dianggap perhiasan yang sangat
indah khususnya bagi wanita. Selain itu seks bebas juga dapat
berakibat:
a. Hilangnya kehormatan.
Hilangnya kehormatan, jatuh martabatnya baik di hadapan Tuhan
maupun sesama manusia serta merusak masa depannya, dan
meninggalkan aib yang berkepanjangan bukan saja kepada
pelakunya bahkan kepada seluruh keluarganya. Kehormatan sangat
penting bagi setiap manusia, terutama pada wanita. Jika

20
kehormatan tersebut sudah hilang maka akan jelas terlihat
perbedaannya dengan wanita yang masih menjaga kehormatannya.
b. Prestasi cenderung menurun.
Apabila seorang remaja atau mahasiswa sudah melakukan seks
bebas, maka fikirannya akan selalu tertuju pada hal negatif
tersebut. Rasa ingin mengulanginya selalu ada, sehingga tingkat
kefokusannya dalam mengikuti proses belajar disekolah atupun
diperkuliahan akan menurun. Malas belajar, malas mengerjakan
tugas dan lain sebagainya dapat menurunkan prestasi seorang
remaja ataupun mahasiswa tersebut.
c.  Hamil diluar nikah.
Hamil diluar nikah akan sangat menimbulkan masalah bagi
sipelaku. Terutama bagi remaja yang masih sekolah, pihak sekolah
akan mengeluarkan sipelaku jika ketahuan peserta didiknya ada
yang hamil. Sedangkan bagi pelaku yang kuliah hamil diluar nikah
akan menimbulkan rasa malu yang luar biasa terutama orang tua.
d.  Aborsi dan bunuh diri.
Terjadinya hamil diluar nikah akibat seks bebas akan menutup
jalan fikiran sipelaku, guna menutupi aib ataupun mencari jalan
keluar agar tidak merusak nama baik dirinya dan keluarganya hal
tersebut dapat berujung pada pembunuhan janin melalui aborsi
bahkan bunuh diri.
e. Terjangkit Penyakit.
Mudah terjangkit penyakit HIV/AIDS serta penyakit-penyakit
kelamin yang mematikan, seperti penyakit herpes dan kanker
mulut rahim. Jika hubungan seks tersebut dilakukan sebelum usia
17 tahun, risiko terkena penyakit tersebut bisa mencapai empat
hingga lima kali lipat.
f. Gangguan kejiwaan.
Akibat seks bebas seseorang dapat mengalami gangguan kejiwaan
atau setres, disebabkan karena ketidak mampuan menerima

21
kehidupan, kurangnya persiapan mental untuk hamil serta takut
terhadap hukuman Tuhan.

4. Upaya Pencegahan Pergaulan Bebas


Seks bebas yang terjadi pada remaja dan mahsiswa dapat dicegah
dengan beberapa upaya. Upaya-upaya tersebut antara lain:
a. Mempertebal keimanan dan ketaatan kepada Tuhan YME.
b. Menanamkan nilai-nilai agama, moral dan etika.
c. Menanamkan Nila Ketimuran.
Kalangan remaja kebanyakan sudah tak mengindahkan lagi
akan pentingnya nilai-nilai ketimuran. Tentu saja nilai
ketimuran ini selalu berkaitan dengan nilai Keislaman yang
juga membentuk akar budaya ketimuran. Nilai yang
bersumberkan pada ajaran spiritualitas agama ini perlu
dipegang. Termasuk meningkatkan derajat keimanan dan
moralitas pemeluknya. Dengan dipegangnya nilai-nilai ini,
harapannya mereka khususnya kalangan muda akan berpikir
seribu kali untuk terjun keseksbebas.
d. Menghindari perilaku yang akan merangsang seksual.
Melalui pakaian, perilaku akan tercerminkan. Perilaku yang
dapat merangkang seksual seperti bergaul sangat dekat dengan
orang yang berlainan jenis.
e. Pendidikan seks (Sex Education).
Hal ini dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi,
fisiologi seks manusia, bahaya penyakit kelamin. Pendidikan
seks adalah membimbing serta mengasuh seseorang agar
mengerti tentang arti, fungsi dan tujuan seks, sehingga ia dapat
menyalurkan secara baik, benar dan legal.
f. Penyuluhan tentang seks bebas.
Dalam penyuluhan tersebut dapat dijelaskan kepada kaula
muda khususnya remaja dan mahasiswa tentang sebab-akibat

22
dari pergaulan bebas. Sehingga mereka dapat menghindarikan
diri dari hal-hal yang akan membawa mereka pada seks bebas.
g. Menegakkan Aturan Hukum.
Sudah sepatutnya para penegak hukum menjaga tempat-tempat
yang sering digunakan oleh para kaula muda untuk berpacaran.
h. Pacaran sehat.
Berpacaran sangat lekat hubungannya dengan seks, karena
tidak sedikit mereka yang melakukan seks bebas bersama
kekasihnya. Disitulah kita tanamkan budaya pacaran sehat
tanpa seks. Berpacarn sehat itu seperti: tidak berhubungan seks
tetapi pacar sebagai pemberi motivasi.
i. Munakahat.
Munakahat atau menikah. Cara ini efektif sekali. Inilah yang
ditawarkan oleh Islam sebagai salah satu solusi atas
seksbebas.Karena pada dasarnya pacaran yang baik adalah
pacaran setelah menikah, untuk menghindarkan fitnah dan
perbuatan zina.

5. Pandangan Agama Islam Terhadap Seks Bebas


Tidak ada satu agamapun yang mewajibkan pengikutnya untuk
melakukan seks diluar nikah. Pandangan dari berbagai agama
mengenai seks bebas pastilah negatif terlebih lagi di agama islam.
Dibuktikan dengan Firman Allah SWT :
Artinya:
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S. A l-
Isra’: 32)
Dan pernyataan yang menyataakan bahwa perbuatan zina termasuk
dosa besar setelah syirik dan pembunuhan, dan termasuk kekejian yang
membinasakan dan kejahatan yang mematikan. Rasulullah SAW
bersabda: “Tidaklah suatu dosa setelah syirik yang lebih besar di sisi

23
Allah dari setetes air mani yang diletakkan seorang lelaki pada rahim
yang tidak dihalalkan baginya”. Adapun hukumannya yang diterapkan
di agama Islam adalah dengan menegakkan hukuman bagi pelaku zina
baik laki-laki maupun perempuan yang sudah menikah berupa rajam
dengan lemparan batu hingga meninggal agar seluruh anggota
tubuhnya merasakan siksaan itu sebagai hukuman bagi keduanya.
Keduanya dilempar dengan batu sebagai gambaran bahwa mereka
telah menghancurkan suatu rumah tangga, maka keduanya dirajam
dengan menggunakan batu-batu dari bangunan yang telah mereka
hancurkan itu. Bila keduanya belum berkeluarga, maka mereka
dicambuk sebanyak 100 kali dengan cambukan yang paling keras dan
dibuang dari negeri asalnya selama satu tahun. Namun di Indonesia
tidak dapat memberlakukan hukum rajam karena indonesi merupakan
negara yang domokrasi, hukum rajam berlaku di negara islami seperti
arab. Sekuat-kuatnya mental seorang remaja untuk tidak tergoda pola
hidup seks bebas, kalau terus-menerus mengalami godaan dan dalam
kondisi sangat bebas dari kontrol, tentu suatu saat akan tergoda pula
untuk melakukannya. Godaan semacam itu terasa lebih berat lagi bagi
remaja yang memang benteng mental dan keagamaannya tidak begitu
kuat. Saat ini untuk menekankan jumlah pelaku seks bebas-terutama di
kalangan remaja-bukan hanya membentengi diri mereka dengan unsur
agama yang kuat, juga dibentengi dengan pendampingan orang tua dan
selektifitas dalam memilih teman-teman. Karena ada kecenderungan
remaja lebih terbuka kepada teman dekatnya ketimbang dengan orang
tua sendiri. Selain itu, sudah saatnya di kalangan remaja diberikan
suatu bekal pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah,
namun bukan pendidikan seks secara vulgar.
Melihat fakta yang terjadi di sekitar kita, banyak para pemuda dan
pemudi yang mengaku dirinya muslim tetapi mereka melakukan
perbuatan zina. Jika hal ini dibiarkan, maka akan sangat berabahaya
bagi kelanjutan da’wah Islam. Betapa sedihnya jika umat Islam yang
begitu besar tetapi akhlak para pemudanya penuh dengan kebobrokan.

24
Naudzubillahi min zaalik. Padahal Islam telah menetapkan dan
mengatur batas-batas dalam pergaulan bebas diantaranya dengan
menjaga dengan pandangan mata dan memelihara kehormatan (tarji).
Solusi islam dalam penanggulangan seks bebas yaitu:
a. Memberikan hukuman yang berat seperti yang telah
disampaikan sebelumnya sehingga manusia merasa takut
untuk berbuat zina.
b. Memberikan suatu ketetapan yang mampu memberitahukan
kedalam hati nurani kita bahwa berzina itu salah dan akan
menimbulkan malapetaka.

25
BAB III

ASUHAN/MANAJEMEN KEBIDANAN PADA KOMUNITAS

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pemeriksaan salahsatu remaja putri yang datang dibawa
oleh orangtuanya untuk diperiksa ke Klinik Hanifa dan ternyata terjadi
kasus kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) tercatat pada bulan
Desember 2020 lalu, dan juga di sekitar Klinik Hanifa tampak sering
remaja putra dan putrid terlihat berkumpul hingga larut malam. Maka
bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut?

B. Prioritas masalah
Berdasarkan data yang di dapat di simpulkan prioritas utama masalah yaitu
kurangnya pengetahuan tentang seks bebas dengan demikian di peroleh
prioritas masalah yaitu kurangnya pengetahuan remaja terhadap bahaya
seks bebas dan dampak-dampaknya.

C. Perencanaan
No Kegiatan Waktu pelaksanaan hari ke

1 2 3 4 5 6

1 Pengambilan data

2 Penentuan masalah dan


membuat PPT, SAP dan
materi

5 Penyuluhan seks bebas

6 Pembuatan laporan

26
D. Pelaksanaan
No Kegiatan Materi Waktu Sasaran

1 Penyuluhan Perilaku Seks Kamis, 14 Remaja Putri


Bebas Januari 2021 sekitar Klinik
Pukul 11.00 Hanifa
WIB

E. Evaluasi
1. Mampu menjelaskan yang dimaksud dengan seks bebas
2. Mampu menyebutkan 4 panyakit yang dapat ditimbulkan akibat seks
bebas
3. Mampu menjawab pertanyaan tentang dampak seks bebas
4. Mampu menyebutkan upaya pencegahan perilaku seks bebas

27
BAB IV

PEMBAHASAN

Penyuluhan yang dilakukan kepada remaja di sekitar Klinik Hanifa,


Raman Utara yaitu tentang perilaku dan bahaya seks bebas terhadap 3 orang
remaja berjalan dengan baik, akan tetapi banyak remaja yang belum mengetahui
apa itu seks bebas dan apa dampak dari seks bebas. Setelah kami berikan
penyuluhan mengenai seks bebas, remaja-remaja tersebut mampu menyebutkan
kembali pengertian seks bebas dan dampak dari seks bebas. Dengan ini remaja
tersebut mampu menerima dan memahami materi penyuluhan tentang seks bebas
dengan baik.

28
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Seks bebas merupakan hubungan yang dilakukan oleh laki-laki dan
perempuan tanpa adanya ikatan perkawinan. Kita tentu tahu bahwa
pergaulan bebas itu adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang
mana“bebas”yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma yang ada.
Pencegahan seks bebas dapat dilakukan dengan cara menghindari perilaku
yang akan merangsang seksual, Pendidikan seks (Sex Education),
Mempertebal keimanan dan ketaatan kepada Tuhan YME, Penyuluhan
tentang seks bebas, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil penyuluhan maka dapat disimpulkan bahwa
beberapa remaja di lingkungan sekitar Klinik Hanifa dapat menerima dan
mengerti dengan materi penyuluhan mengenai bahaya dan dampak dari
perilaku yang tidak sehat yaitu seks bebas.

B. Saran
1. Bagi orang tua
Selalu memperhatikan anak, memberikan pendidikan yang baik
dilingkungan keluarga dan selalu memotivasi anaknya.
2. Bagi siswa
Kepada generasi muda agar menetapkan tujuan dan arah hidup
yang jelas, belajar lebih mengenal diri sendiri, meningkatkan ke
imanan dan ketakwaannya dengan mengisi kegiatan yang bermanfaat
serta bergaul dengan teman secara benar sehingga dapat terhindar dan
terjerumus pada perilaku seks bebas, narkoba dan perilaku negatif
lainnya. Tingkatkanlah pengetahuan tentang segala perkembangan

29
dengan tetap meningkatkan pula keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
3. Bagi Masyarakat
Untuk meningkatkan kewaspadaan di lingkungan dan saling
mendukung serta mengingatkan agar tidak terjadi kembali perilaku
seks bebas di kalangan remaja.

30
DAFTAR PUSTAKA

Burns, August,dkk. 2000. Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan.


Yayasan Essentia Medica: Yogyakarta.

Masland, Robert, dkk. 2004. Apa yang Ingin Diketahui Remaja tentang
Seks. Bumi Aksara: Jakarta.

Winiastri, Virnye, dkk. 2002. Pengalaman Materi Membantu Remaja


Mengatasi Dirinya. Deputi Bidang KB dan Kespro BKKBN: Jakarta.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Seks_bebas?

https://www.pontianakpost.com/penyebab-dan-dampak-pergaulan-bebas

31
DAFTAR HADIR
PENYULUHAN SEKS BEBAS
Kamis/14 Januari 2021

No. Nama Umur Alamat Tanda Tangan


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8

32

Anda mungkin juga menyukai