Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN

PENGABDIAN MASYARAKAT DI SMKN 10 MALANG

PENDIDIKAN KESEHATAN SEKS BEBAS PADA REMAJA


PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN SEMESTER III
ITKM WIDYA CIPTA HUSADA

KETUA PELAKSANA : Sena Wahyu Purwanza, S.Kep., Ns., M.Kep


ANGGOTA : Terlampir

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LPPM)


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN MALANG WIDYA CIPTA HUSADA
MALANG
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN ABDIMAS

1. Judul Abdimas : Pendidikan Kesehatan Seks Bebas Pada


Remaja Institut Teknologi Kesehatan Malang Widya Cipta Husada Bekerja
Sama Dengan SMKN 10 Malang
2. Bidang Ilmu : Kesehatan
3. Ketua Pelaksana
a. Nama Lengkap dan Gelar : Sena Wahyu Purwanza,S.Kep., Ns., M.Kep
b. JenisKelamin : Laki-laki
c. NIDN : 0707079401
d. Jabatan Fungsional :-
e. Jabatan Struktural : Sek.Prodi Ners ITKM Widya Cipta Husada
f. Program Studi : Sarjana Ilmu Keperawatan
g. Pusat Penelitian : LPPM ITKM Widya Cipta Husada
4. Alamat Ketua Abdimas
a. Alamat Kantor/telp/fax/E-mail: Jl. Sidotopo no. 11 Kepanjen Malang /
(0341)395996/ stikes.wch@gmail.com
b. Alamat Rumah/Telp/fax/E-mail: Jl. Pahlawan no 81 Malang
5. Jumlah Anggota Abdimas
a. Nama Anggota Abdimas : Terlampir
6. Lokasi Abdimas : SMKN 10 Malang
7. Kerjasama dengan Institusi lain : -
8. Lama Abdimas : 1 hari
9. Biaya yang digunakan
a. Sumber dari Universitas : Rp
b. Sumber Lain-lain : Rp
c. Jumlah : Rp

Malang, Februari 2022

Menyetujui
Kepala UPT LPPM Ketua Pelaksana

Nurya Viandika, S.ST., M.Kes Sena Wahyu P., S.Kep., Ns., M.Kep
NIDN.0704049006 NIDN. 0707079401

Mengetahui,
Ketua STIKes Widya Cipta Husada

Dr. Tayubi Hariyanto, SE., MM


NIDN. 0708106805

ii
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM

1. Judul Abdimas : Pendidikan Kesehatan Seks Bebas Pada Remaja


Institut Teknologi Kesehatan Malang Widya Cipta Husada Bekerja Sama
Dengan SMKN 10 Malang
2. Tim Pelaksana : SK Terlampir
3. Objek Pengabdian Masyarakat: Siswa kelas XI SMKN 10 Malang
4. Masa Pelaksanaan
a. Mulai : Senin, 31 Januari 2022
b. Berakhir : Senin, 31 Januari 2022
5. Biaya : Rp 581.500,00
6. Lokasi Pengabdian kepada Masyarakat:
SMKN 10 Malang
7. Mitra yang terlibat
Siswa kelas XI SMKN 10 Malang mendapatkan sosialisasi pengenalan
konsep dan pencegahan seks bebas dasar, yakni meliputi pengertian, klasi-
fikasi,
8. Permasalahan yang ditemukan dan solusi yang ditawarkan:
Data Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) menunjukan ter-
jadi peningkatan kasus kehamilan tidak direncanakan dikalangan pelajar Jawa
Timur, yaitu sebanyak 23 kasus pada tahun 2014 dan meningkat pada tahun
2015 sejumlah 30 kasus. Ketua Divisi Data dan Riset Lembaga Perlindungan
Anak (LPA) Jawa Timur menyatakan kehamilan pada usia 12-18 tahun terjadi
di wilayah Surabaya. Hal tersebut dapat dilihat dari perilaku seksual pranikah
pada remaja bahwa 90% berpegangan tangan, 75% berciuman, 56% meraba
bagian tubuh yang sensitif, 37% petting, 33% oral seks, 27% berhubungan
seksual, dan 25% kekerasan seksual (Rahmi, dkk, 2015). Angka kehamilan di
luar nikah akibat seks bebas di Kabupaten Malang masih sangat tinggi, pada
tahun 2015 mencapai angka 67% (Budi dan Dara, 2017) dari hasil data diatas
menunjukan bahwa setiap tahun angka kejadian seks pranikah pada remaja se-
makin meningkat, sehingga perlu dilakukan pencegahan berupa Sosialisasi
dan Pendidikan Seksual, Efek dari pergaulan remaja yang kurang baik dapat
mengetahui remaja itu menjadi melakukan pergaulan yang menyimpang ter-
jadi pada remaja. Oleh sebab itu diperlukannya adanya kegiatan upaya pence-
gahan dengan sosialisasi dan pendidikan seksual.
9. Kontribusi mendasar pada khalayak sasaran
Remaja merupakan sekelompok usia 15-20 tahun masa remaja di anggap
sebagai suatu masa transisi dimana sering terjadi ketidakstabilan emosi
maupun jiwa yang disebabkan karena proses dari masa anak-anak menunju
dewasa yang ditandai dengan keadaan adanya percepatan perkembangan fisik,
mental, emosi dan sosial (Aini, 2019). Remaja sebagai generasi muda yang
mempunyai peran yang sangat besar dalam menentukan masa depan bangsa.

iii
Pentingnya remaja mengetahui perubahan fisik didalam tubuhnya untuk
menghindari terjerumusnya remaja didalam hubungan seks pranikah (Kemen-
trian Kesehatan RI, 2018). Seks Pranikah (seks bebas) merupakan suatu peri-
laku seksual yang dilakukan seseorang bersama orang lain diluar ikatan
hubungan pernikahan resmi baik secara hukum negara atau hukum agama.
Terjadinya sebuah perilaku seksual menyimpang pada remaja dimulai dari
berciuman, Oral seks, peeting, menyentuh tubuh orang lain, menggesek organ
kelaminnya, memperlihatkan alat kelamin di depan umum, sesama jenis dan
melakukan hubungan suami-istri (Sarwono 2015). Kejadian perilaku seksual
menyimpang pada remaja saat ini angka kejadiannya semakin meningkat
(Dewi, 2015).
10. Rencana luaran berupa jasa, sistem, produk/barang, paten, atau luaran
lainnya yang ditargetkan
Artikel pengabdian masyarakat di Jurnal terakreditasi (LOA dan/atau Pub-
lish).
.

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................ii
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM............................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...............................................................................
1.2. Kegiatan.........................................................................................
1.3. Tujuan............................................................................................
1.4. Manfaat .........................................................................................
1.5. Pelaksana.......................................................................................
BAB II METODE PELAKSANAAN
2.1 Definisi Kegiatan ..........................................................................
2.2 Lokasi.............................................................................................
2.3 Metode...........................................................................................
2.4 Media.............................................................................................
2.5 Waktu.............................................................................................
2.6 Luaran............................................................................................
BAB III HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
3.1 Hasil Kegiatan................................................................................
3.2 Evaluasi Hasil................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN..............................................................................
4.2 SARAN..........................................................................................
LAMPIRAN.....................................................................................................

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kejadian perilaku remaja menyimpang saat ini semakin meningkat
dikalangan remaja menurut WHO Tahun 2015 menyampaikan bahwa
prevalensi kejadian perilaku remaja yang menyimpang salah satunya adalah
seks pranikah dengan jumlah, sebanyak 210 juta remaja diseluruh dunia.
Kejadian seks pranikah mengakibatkan kehamilan sebelum menikah yang
ditunjang dengan adanya data sejumlah 46.000.000 diantaranya melakukan
tindakan aborsi. Data Center For Disease and Prevention 2015, prevalensi
remaja yang melakukan seks pranikah sebesar 41% dan angka ini
menunjukan peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini juga terjadi di
Indonesia, didukung dengan survei yang ada menunjukan bahwa prevalensi
remaja yang melakukan seks pranikah sebesar 4,5% untuk laki-laki dan 0,7%
untuk perempuan. Berdasarkan hasil SDKI tahun 2017 remaja, 50% laki-laki
dan perempuan 30% mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah.
Akibatnya 70.000 kematian terjadi pada remaja karna melakukan aborsi yang
tidak aman dan 4.000.000 lainnya mengalami kesakitan dan kecacatan secara
permanen sampai kematian. Sekitar 9,5% atau sekitar 20 juta remaja
melakukan aborsi tidak aman diantaranya terjadi di Negara berkembang, 13%
dari total remaja yang melakukan aborsi berakhir dengan kematian (Kismoyo,
2015). Jumlah pelajar di indonesia yang pernah melakukan hubungan suami-
istri dengan lawan jenisnya berkisar 5,26% kebanyakan dari mereka adalah
pelajar laki-laki dari pada perempuan, 0,78% diantaranya melakukan
hubungan suami istri lebih pertama kali pada usia 11 tahun, 1,22% melakukan
hubungan suami istri lebih dari 1 orang, bahkan diantara mereka ada yang
melakukan hubungan suami-istri dengan sesama jenis, pada anak laki-laki
sebesar 0,48% dan anak perempuan 0,28%. Pada saat pelajar melakukan
hubungan suami istri sebanyak (1%) diantara mereka tidak menggunakan alat
kontrasepsi, dan (0,72%) menggunakan kontrasepsi, artinya kemungkinan
besar dari remaja tersebut akan mengalami kehamilan sebelum melakukan
pernikahan (Kemenkes RI, 2015).
Data Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) menunjukan
terjadi peningkatan kasus kehamilan tidak direncanakan dikalangan pelajar
Jawa Timur, yaitu sebanyak 23 kasus pada tahun 2014 dan meningkat pada
tahun 2015 sejumlah 30 kasus. Ketua Divisi Data dan Riset Lembaga
Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur menyatakan kehamilan pada usia 12-
18 tahun terjadi di wilayah Surabaya. Hal tersebut dapat dilihat dari perilaku
seksual pranikah pada remaja bahwa 90% berpegangan tangan, 75%
berciuman, 56% meraba bagian tubuh yang sensitif, 37% petting, 33% oral
seks, 27% berhubungan seksual, dan 25% kekerasan seksual (Rahmi, dkk,

1
2015). Angka kehamilan di luar nikah akibat seks bebas di Kabupaten Malang
masih sangat tinggi, pada tahun 2015 mencapai angka 67% (Budi dan Dara,
2017). Hasil data diatas menunjukan bahwa setiap tahun angka kejadian seks
pranikah pada remaja semakin meningkat, hal ini diakibatkan karena
ketidaklengkapan dan ketidaktepatan pengetahuan remaja mengenai
seksualitas dan kurangnya bimbingan dari keluarga (orang tua) serta adanya
pengaruh dari teman sebaya (Rehendra, 2018).
Sehingga perlu dilakukan pencegahan berupa Sosialisasi dan Pendidikan
Seksual, Efek dari pergaulan remaja yang kurang baik dapat mengetahui
remaja itu menjadi melakukan pergaulan yang menyimpang terjadi pada
remaja. Oleh sebab itu diperlukannya adanya kegiatan upaya pencegahan
dengan sosialisasi dan pendidikan seksual. Pendidikan seksual sangat penting
bagi remaja karena memiliki tujuan untuk membantu remaja dalam
pengambilan keputusan dan resiko dari sikap seksualnya. Peran orang tua
sangat penting dalam mensosialisasikan pendidikan seksual kepada remaja,
tetapi pada kenyataannya pendidikan seksual masih dianggap tabu untuk
diajarkan kepada anak. Oleh karena itu dibutuhkan sinergi antara lingkungan
pendidikan orang tua dan lingkungan pergaulan untuk melakukan sosialisasi
mengenai pendidikan seksual kepada remaja untuk memahamkan arti
pentingnya pendidikan seksual (Amalia Rizky, 2019).

1.2 Kegiatan
Pendidikan Kesehatan Seks Bebas Pada Remaja Institut Teknologi
Kesehatan Malang Widya Cipta Husada Bekerja Sama Dengan SMKN 10
Malang.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan serta kesadaran terhadap pencegahan seks
bebas dikalangan remaja.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan tentang pengertian remaja dan seks
bebas
2. Meningkatkan pengetahuan tentang jenis, dampak dan pencegahan
seks bebas
3. Meningkatkan kesadaran mencegah dan menanggulangi seks bebas
pada kalangan remaja
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Pendidikan kesehatan ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan
dan pengetahuan tentang perilaku seksual pada remaja, sebagai kajian
ilmu terkait seks bebas dan meningkatkan kesadaran remaja untuk
menurunkan angka kejadian seks bebas.

2
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Sasaran
Meningkatkan wawasan terkait seks bebas dan kesadaran
menghindari seks bebas pada kalangan remaja.
2. Bagi Sekolah
Pendidikan kesehatan ini diharapkan menjadi awal untuk
diadakannya kurikulum pendidikan terkait perilaku seksual pada
remaja dalam rangka menekan angka kejadian seks pranikah.
3. Bagi Instansi Pemerintah
Diharapkan dapat memberikan masukan dan manfaat bagi Dinas
yang terkait untuk perencanaan atau implementasi program
pendidikan kesehatan seksualitas dikalangan remaja.
4. Bagi Penyelenggara
Pendidikan kesehatan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman yang berharga untuk penyelenggara, serta dapat
melatih kemampuan dalam melakukan pendidikan kesehatan
selanjutnya.

1.5 Pelaksana
Tim dosen, staf kependidikan dan mahasiswa program studi Sarjana Ilmu
Keperawatan semester III tahun 2022 ITKM Widya Cipta Husada.
Pelindung : Dr. H. Tayubi Hariyanto, SE., MM
Pembina : Yuyud Wahyudi, S.Kep.Ns.,M.NS (Wakil Rektor I)
Yeni Cahyati, S.Si.,M.M.Si (Wakil Rektor II)
Nurya Viandika, S.ST., M.Kes (Ketua UPT LPPM)
Penanggung jawab: Wyssie Ika Sari, S.Kep.,Ns., M.Kep (Dekan FKK)
Ketua Pelaksana : Sena Wahyu P., S.Kep., Ns., M.Kep (Dosen)
Bendahara : Alifia Candra Puriastuti, S.Keb., Bd., M.Kes (Dosen)
Koordinator : Irma Wulandari, M.Kes (Dosen)
Anggota : 1. Lilis Sulistiya Nengrum,S.Kep,Ns,M.Ked (Dosen)
2. Icca Presilia A., S.Kep., Ns., M.Kes. (Dosen)
3. Wyssie Ika Sari S.Kep.,Ns., M.Kep (Dekan FKK)
4. Ririn Kurniawati,M,Psi.,Psikolog (Dosen)
5. Cesario Tesa Priantoro, M.Farm.Klin., Apt (Dosen)
6. Yuyud Wahyudi, S.Kep.Ns.,M.NS (Wakil Rektor I)
Divisi Perlengkapan dan Dokumentasi : M. Taufiqul Akbar, S.Kep., Ners.,
M.Kes (Dosen)

3
Mahasiswa :
Mahasiswa S1 Keperawatan :
1. Yoni Bagus P.R (202102101)
2. Rohman Amanulloh (202102102)
3. Faldi Setyawan A.S (202102103)
4. Refi Nur Maulidia (202102104)
5. Rida Ananda Kristanti (202102105)
6. Nurul Nasrina (202102106)
7. Dea Adesti Enofani (202102108)
8. Eris Yuliana A.P (202102109)
9. Dhimas Arkananta P.W (202102110)
10. Fadilla Nur Aini (202102112)

4
BAB II
METODE PELAKSANAAN

2.1 Definisi Kegiatan


Pelaksanaan kegiatan pendidikan kesehatan ini telah dilaksanakan pada 31
Januari 2022. Pelaksanaan penyuluhan akan dilakukan di SMKN 10 Malang.
Pendidikan kesehatan yang akan diberikan adalah Konsep dan Pencegahan
Seks Bebas pada Remaja. Peserta akan diberikan materi pengenalan umum
dasar seks bebas dilaksanakan disekolah.
Program penyuluhan ini bermanfaat karena siswa diajarkan untuk dapat
mengetauhi apa itu seks bebas, dampak dan jenis seks bebas bagi remaja.
Penyuluhan ini juga membantu mengenalkan siswa-siswi terhadap pencega-
han seks bebas agar para siswa-siswi terhindar dari bahaya seks bebas.

2.2 Lokasi
SMKN 10 Malang. Jl. Raya Tlogowaru, Kecamatan Kedung Kandang.

2.3 Metode
Ceramah, diskusi dan permainan.

2.4 Media
Microsoft Power Point, poster, media permainan dan kertas.

2.5 Waktu Pelaksanaan


Mulai : Senin, 31 Januari 2022
Berakhir : Senin, 31 Januari 2022

2.6 Luaran
Laporan pertanggungjawaban dan artikel pengabdian masyarakat

5
BAB III
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

3.1 Hasil Kegiatan


Hasil dari kegiatan yang telah dilaksanakan di SMKN 10 Malang adalah seba-
gai berikut.
a. Seluruh peserta kegiatan yaitu siswa kelas XI MM 1 SMKN 10 Malang
antusias selama kegiatan berlangsung.
b. Pihak sekolah mengapresiasi positif kegiatan Pendidikan kesehatan ini.

3.2 Evaluasi
Kegiatan Masalah Solusi
Pra kegiatan Pembatasan terhadap Sasaran awal adalah
jumlah siswa yang seluruh kelas XI
mengikuti pendidikan dipersempit menjadi satu
kesehatan kelas berjumlah 30 siswa
Kegiatan Durasi tidak susuai Memangkas video dan
dengan rundown durasi game
Pasca kegiatan Tidak ada -

6
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN
Kegiatan Pendidikan Kesehatan Seks Bebas Pada Remaja Institut
Teknologi Kesehatan Malang Widya Cipta Husada Bekerja Sama Dengan SMKN
10 Malang yang akan dilakukan menjadi kegiatan pengantar penurunan kejadian
seks bebas pada seluruh masyarakat. Remaja merupakan anggota masyarakat dan
generasi penerus bangsa yang menjadi agen pembawa perubahan terutama pada
penurunan kejadian seks bebas.

3.2 SARAN
Bagi sekolah yang memperoleh kegiatan sosialisasi, kegiatan ini diharap-
kan menjadi pilot project program sosialisasi pengenalan dan pencegahan seks be-
bas di sekolah. Disamping itu materi yang diberikan dapat digunakan sebagai pen-
gayaan materi ekstrakulikuler kegiatan siswa.
Bagi mahasiswa dan dosen ITKM Widya Cipta Husada, kegiatan ini dapat
menjadi salah satu pengantar kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat yang
merupakan bagian dari Tridharma Perguruan Tinggi.

7
Lampiran 1

ANGGARAN DANA
PENDIDIKAN KESEHATAN SEKS BEBAS PADA REMAJA

1. Pemasukan

No Sumber Banyak Satuan Nomial Jumlah


1. Iuran Mahasiswa 10 orang Rp 21.000,00 Rp 210.000,00
2. Sumbangan Dosen 1 orang Rp 100.000,00 Rp 100.000,00

3. Iuran Kelompok 3 orang Rp 30.000,00 Rp 90.000,00


Total Rp 400.000,00

2. Pengeluaran

No Bahan Banyak Satuan Harga Jumlah


Kelas
1. Proposal 3 Bendel Rp 17.500,00 Rp 52.500,00
2. Fotokopi 2 Paket Rp 10.000,00 Rp 20.000,00
3. Konsumsi tim 13 Buah Rp 7.000,00 Rp 91.000,00
4. Parsel 3 Buah Rp 25.000,00 Rp 75.000,00
5. Banner 1 Lembar Rp 41.000,00 Rp 41.000,00
6. Poster 3 Lembar Rp 8.500,00 Rp 25.500,00
7. Media permainan 1 Paket Rp 5.000,00 Rp 5.000,00
Total Rp 310.000,00
Kelompok
8. Reward Peserta 6 buah Rp 10.000,00 Rp 60.000,00
9. Tak Terduga Rp 30.000,00 Rp 30.000,00
Total Rp 90.000,00
Total Keseluruhan Rp 400.000,00

8
Lampiran 2
SK ABDIMAS

9
Lampiran 3

RUN DOWN ACARA


PENDIDIKAN KESEHATAN SEKS BEBAS PADA REMAJA

WAKTU KEGIATAN KETERANGAN


08.30-08.55 WIB Briefing dengan pihak sekolah, Pihak sekolah dengan
persiapan dan mobilisasi ke ru- tim.
angan.
08.55-09.00 WIB Persiapan Siswa PiC : Refi (Moderator)
09.00-09.07 WIB Perkenalan Tim PiC : Refi (Moderator)
09.07-09.15 WIB Pre Tes dan Video PiC : Nurul(Failitator)
09.15-09.32 WIB Ceramah materi pendidikan ke- PiC : Dea (Pemateri)
sehatan seks bebas pada remaja
09.32-09.37 WIB Diskusi dan Tanya jawab. PiC : Refi (Moderator)
09.37-09.50 WIB Permainan PiC : Refi, Dea
09.50-09.58WIB Post Tes PiC: Nurul(Fasilitator)
09.58-10.00 WIB Penutup. PiC : Refi (Moderator)

10
Lampiran 4

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik/materi : Pendidikan Kesehatan Seks Bebas Pada Remaja


Sasaran : Siswa SMKN 10 Malang, SMAN 1 Kepanjen, SMK Al-Khozini
Waktu : 09.00. – 11.00 WIB
Hari/Tgl : Senin, 25 Januari 2022
Tempat : SMKN 10 Malang, SMAN 1 Kepanjen, SMK Al-Khozini
Pemateri : Dea, Rida, Faldi

A. Latar Belakang
Angka kejadian perilaku remaja menyimpang saat ini semakin meningkat
dikalangan remaja menurut WHO Tahun 2015 menyampaikan bahwa
prevalensi kejadian perilaku remaja yang menyimpang salah satunya adalah
seks pranikah dengan jumlah, sebanyak 210 juta remaja diseluruh dunia.
Kejadian seks pranikah mengakibatkan kehamilan sebelum menikah yang
ditunjang dengan adanya data sejumlah 46.000.000 diantaranya melakukan
tindakan aborsi. Data Center For Disease and Prevention 2015, prevalensi
remaja yang melakukan seks pranikah sebesar 41% dan angka ini
menunjukan peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini juga terjadi di
Indonesia, didukung dengan survei yang ada menunjukan bahwa prevalensi
remaja yang melakukan seks pranikah sebesar 4,5% untuk laki-laki dan 0,7%
untuk perempuan. Berdasarkan hasil SDKI tahun 2017 remaja, 50% laki-laki
dan perempuan 30% mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah.
Akibatnya 70.000 kematian terjadi pada remaja karna melakukan aborsi yang
tidak aman dan 4.000.000 lainnya mengalami kesakitan dan kecacatan secara
permanen sampai kematian. Sekitar 9,5% atau sekitar 20 juta remaja
melakukan aborsi tidak aman diantaranya terjadi di Negara berkembang, 13%
dari total remaja yang melakukan aborsi berakhir dengan kematian (Kismoyo,
2015). Jumlah pelajar di indonesia yang pernah melakukan hubungan suami-
istri dengan lawan jenisnya berkisar 5,26% kebanyakan dari mereka adalah
pelajar laki-laki dari pada perempuan, 0,78% diantaranya melakukan
hubungan suami istri lebih pertama kali pada usia 11 tahun, 1,22% melakukan
hubungan suami istri lebih dari 1 orang, bahkan diantara mereka ada yang
melakukan hubungan suami-istri dengan sesama jenis, pada anak laki-laki
sebesar 0,48% dan anak perempuan 0,28%. Pada saat pelajar melakukan
hubungan suami istri sebanyak (1%) diantara mereka tidak menggunakan alat
kontrasepsi, dan (0,72%) menggunakan kontrasepsi, artinya kemungkinan
besar dari remaja tersebut akan mengalami kehamilan sebelum melakukan
pernikahan (Kemenkes RI, 2015).

11
Data Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) menunjukan
terjadi peningkatan kasus kehamilan tidak direncanakan dikalangan pelajar
Jawa Timur, yaitu sebanyak 23 kasus pada tahun 2014 dan meningkat pada
tahun 2015 sejumlah 30 kasus. Ketua Divisi Data dan Riset Lembaga
Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur menyatakan kehamilan pada usia 12-
18 tahun terjadi di wilayah Surabaya. Hal tersebut dapat dilihat dari perilaku
seksual pranikah pada remaja bahwa 90% berpegangan tangan, 75%
berciuman, 56% meraba bagian tubuh yang sensitif, 37% petting, 33% oral
seks, 27% berhubungan seksual, dan 25% kekerasan seksual (Rahmi, dkk,
2015). Angka kehamilan di luar nikah akibat seks bebas di Kabupaten Malang
masih sangat tinggi, pada tahun 2015 mencapai angka 67% (Budi dan Dara,
2017) dari hasil data diatas menunjukan bahwa setiap tahun angka kejadian
seks pranikah pada remaja semakin meningkat, hal ini diakibatkan karena
ketidaklengkapan dan ketidaktepatan pengetahuan remaja mengenai
seksualitas dan kurangnya bimbingan dari keluarga (orang tua) serta adanya
pengaruh dari teman sebaya.
Sehingga perlu dilakukan pencegahan berupa Sosialisasi dan Pendidikan
Seksual, Efek dari pergaulan remaja yang kurang baik dapat mengetahui
remaja itu menjadi melakukan pergaulan yang menyimpang terjadi pada
remaja. Oleh sebab itu diperlukannya adanya kegiatan upaya pencegahan
dengan sosialisasi dan pendidikan seksual. Pendidikan seksual sangat penting
bagi remaja karena memiliki tujuan untuk membantu remaja dalam
pengambilan keputusan dan resiko dari sikap seksualnya. Peran orang tua
sangat penting dalam mensosialisasikan pendidikan seksual kepada remaja,
tetapi pada kenyataannya pendidikan seksual masih dianggap tabu untuk
diajarkan kepada anak. Oleh karena itu dibutuhkan sinergi antara lingkungan
pendidikan orang tua dan lingkungan pergaulan untuk melakukan sosialisasi
mengenai pendidikan seksual kepada remaja untuk memahamkan arti
pentingnya pendidikan seksual (Amalia Rizky, 2019).

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, diharapkan audience dapat
mengenali Seks Bebas Pada Remaja
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan terkait Seks Bebas Pada Remaja,
audience dapat :
a. Meningkatkan pengetahuan pengertian seks bebas
b. Meningkatkan pengetahuan bentuk-bentuk seks bebas
c. Meningkatkan pengetahuan faktor-faktor yang mempengaruhi seks be-
bas
d. Meningkatkan pengetahuan dampak seks bebas

12
e. Meningkatkan pengetahuan cara pencegahan perilaku seks bebas
f. Meningkatkan pengetahuan tentang cara mengatasi kecanduan seks
bebas

C. Garis Besar Materi


Pendidikan Kesehatan Seks Bebas Pada Remaja

D. Sub Pokok Bahasan


1. Pengertian seks bebas
2. Bentuk-bentuk seks bebas
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi seks bebas
4. Dampak seks bebas
5. Cara pencegahan perilaku seks bebas
6. Cara mengatasi kecanduan seks bebas

E. Metode
Ceramah, Diskusi

F. Media/Alat yang digunakan


Power point, Poster

G. Pengorganisasian
1. Penanggung Jawab : Refi, Dhimas, Yoni
2. Moderator : Refi, Fadilla, Rohman
3. Penyaji : Dea, Rida, Faldi
4. Fasilitator : Nurul, Eris,Yoni

H. Denah Lokasi

I. Kegiatan Promosi Kesehatan


Tahap Kegiatan Kegiatan Media dan PJ

13
alat
Kegiatan Penyuluhan Peserta
penyuluhan
Persiapan Briefing dengan Presensi dan Lembar
pihak sekolah, memasuki Persensi dan
Nurul,
persiapan dan ruangan tempat
Eris,Yoni
mobilisasi ke
ruangan.
Orientasi 1. Memberikan Memperhatikan Power point,
(5 menit) salam, Poster
memperkenalk
an diri, dan
membuka Memperhatikan
Refi,
penyuluhan.
Fadilla,
2. Menjelaskan Memperhatikan
Rohman
materi secara
umum.
3. Menjelaskan
tentang TIU
dan TIK.
Kerja Pre Tes Mengerjakan Lembar soal Nurul,
(50 menit) soal da alat tulis Eris,Yoni
1. Menjelaskan Memperhatikan Power point, Dea, Rida,
tentang Poster Faldi
pengertian
seks bebas
2. Menjelaskan
bentuk-bentuk Memperhatikan
seks bebas
3. Menjelaskan
faktor-faktor
yang Memperhatikan
mempengaruh
i seks bebas Memperhatikan
4. Menjelaskan
dampak Menjawab
hubungan seks pertayaan
bebas
5. Menjelaskan Memberikan
cara pertanyaan
pencegahan
perilaku seks
bebas

14
6. Menanyakan
kepada
audience
apabila ada
yang kurang
jelas
7. Menerima dan
menjawab
pertanyaan
audience
8. Evaluasi
Game Melakukan Balon Refi,
instruksi Fadilla,
Rohman
Post Tes Menjawab Soal Lembar soal Nurul,
dan alat tulis Eris,Yoni
Terminasi Berpamitan, Memperhatikan Power point, Refi,
(10 terima kasih dan Poster Fadilla,
menit) mohon maaf. Rohman

J. Evaluasi
a. Apa pengertian seks bebas?
b. Apa bentuk-bentuk seks bebas?
c. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi seks bebas?
d. Apa dampak hubungan seks bebas?
e. Bagaimana cara pencegahan perilaku seks bebas?
f. Bagaimana cara mengatasi kecanduan seks bebas?

K. Referensi
Baskoro, 2016. Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa Tentang Risiko Seks
Pranikah. Yogyakarta:
Dewi Qomarasari, 2015. Hubungan Peran Keluarga, Sekolah, Teman Sebaya,
Pendapatan Keluarga, Media Informasi dan Norma Agama dengan
Perilaku Seksual Remaja. Surakarta:
Dewi Sartika rahadi, Sofwan Indarjo, 2017. Perilaku Seks Bebas Pada
Anggota Club Motor. Semarang: JHE (Journal of Health Education)
2(2), 115-121
Susanti,S.,Setyowati, E., Nanik, Rr. (2013).Persepsi Siswa Kelas XI SMK
Negeri 4 Surabaya Terhadap Perilaku Seks Bebas di Kalangan Pelajar
Surabaya. IPI, 3 (1):2

Lampiran 5

15
PENDIDIKAN KESEHATAN SEKS BEBAS PADA REMAJA

A. Pengertian Seks Bebas


Seks bebas atau dalam Bahasa populernya disebut extra-marital intercourse
merupakan bentuk pembebasan hubungan seks yang dipandang tidak wajar,
baik dari hukum agama maupun hukum negara (Rahadi and Indarjo, 2017).
Nanggala, 2016 mengatakan seks bebas adalah pola perilaku seks yang bebas
tanpa batasan, baik dalam tingkah laku seksnya maupun dengan siapa
berhubungan seksual dilakukan (Susanti and Setyowaty, 2016).
Seks bebas adalah perilaku seksual (hubungan seksual) yang dilakukan oleh
sebagian besar remaja di luar nikah yang melanggar norma-norma agama dan
hukum serta cenderung untuk mencari kenikmatan sesaat dari seringnya
bergonta-ganti pasangan. (Sunaryo, 2017).

B. Bentuk-Bentuk Seks Bebas


1. Kissing
Kissing, merupakan aktivitas berciuman berupa pertemuan bibir dengan
bibir pada pasangan lawan jenis yang didorong oleh hasrat seksual.
2. Necking
Necking, suatu aktivitas berjumbu tetapi tidak sampai pada menempelnya
alat kelamin, biasanya dilakukan dengan berpelukan, memegang payudara,
atau melakukan oral seks pada alat kelamin akan tetapi belum
bersenggama
3. Petting
Petting, upaya pembangkitan dorongan seksual dangan cara berjumbu
sampai menempelkan alat kelamin, dan menggesek-gesekan alat kelamin
dengan pasangan namun belum sampai bersenggama
4. Intercourse
Sexsual intercourse, terjadi kontak melakukan hubungan seksual atau
persetubuhan

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Seks Bebas


Prof. dr. Soerjiningsih, 2015 mengatakan penyebab hubungan seksual
yang pertama kali dialami oleh remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor
yaitu :
1. Saat remaja mulai memasuki masa Pubertas. Karena pada masa ini remaja
ingin mencoba hal baru yang belum mereka alami
2. Frekuensi pertemuan dengan pacar yang terlalu sering, yang memu-
ngkinkan mereka mempunyai kesempatan untuk melakukan pertemuan se-
cara intesif tanpa kontrol yang baik sehingga akan terjadi hubungan yang
mendalam

16
3. Kurangnya kontrol dari orang tua, misalnya kesibukan orang tua sehingga
kurangnya perhatian terhadap anak kurang baik
4. Kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk mendidik anak- anak
untuk memasuki masa remaja dengan baik
5. Status ekonomi, missal anak yang memiliki kehidupan dengan fasilitas
berkucupan akan pergi ke penginapan atau tempat lainnya yang memu-
ngkinkan mereka untuk melalukan hubungan seksual. Sebaliknya kelom-
pok dengan ekonomi rendah, mereka cenderung menyaluarkan hubungan
seksual demi mendapatkan sesuatu
6. Korban pelecehan seksual
7. Tekanan dari teman sebayanya untuk melakukan hubungan seksual, misal-
nya mereka ingin menujukkan ke teman-temannya bahwa mereka sudah
mampu membujuk seorang perempuan untuk melayani kepuasan seksual-
nya.
8. Penggunaan obat-obatan yang terlarang dan alkohol
9. Adanya keinginan menunjukkan cinta pada pacarnya
10. Terjadi peningkatan rangsangan seksual akibat peningkatan kadar hormon
reproduksi seksual

A. Dampak Hubungan Seks Bebas


Baskoro, 2016 mengatakan akibat dari hubungan seks pranikah adalah
sebagai berikut :
1. Bagi Remaja
a. Kehilangan keperjakaan bagi laki-laki dan kehilangan keperawanan
bagi perempuan.
b. Menambah resiko tertularnya penyakit menular seksual (PMS), seperti:
gonore (GO), sifilis, herpes simpleks (genitalia), clamidia, kondiloma
akuminata, HIV/AIDS.
c. Adanya kemungkinan remaja putri mengalami kehamilan yang tidak
diinginkan, melakukan aborsi yang tidak aman, infeksi organ-oragan
reproduksi, anemia, kemandulan dan kematian karena perdarahan.
d. Adanya goncangan kejiwaan, seperti depresi, Harga diri rendah, rasa
berdosa, dan hilang harapan pada masa depan.
e. Kemungkinan kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan
dan kesempatan bekerja.
f. Melahirkan bayi yang premature atau yang tidak sehat.
2. Bagi Keluarga
a. Menimbulkan aib di keluarga
b. Menambah beban ekonomi keluarga
c. Adanya tekanan kejiwaan dari bayi yang dilahirkan akibat adanya
tekanan dari masyarakat di lingkungannya
3. Bagi Masyarakat

17
a. Meningkatkan remaja yang putus sekolah, sehingga kualitas penge-
tahuan dimasyarakat menurun.
b. Meningkatkan angaka mortalitas pada ibu dan bayi.
c. Meningkatkan beban ekonomi masyarakat, sehingga derajat kesejahter-
aan masyarakat menurun

A. Cara Pencegahan Seks Bebas


Beberapa cara berikut dapat dilakukan untuk mencegah agar tidak
terjerumus pergaulan bebas :
1. Memperkuat pendidikan agama
Pendidikan agama dan moral dapat memperkuat iman seseorang sejak dini.
Jika sejak kecil seseorang telah tertanam mengenai pengertian benar dan
salah, biasanya akan menghindari dan tidak mudah terjerumus pergaulan
bebas.
2. Mempererat hubungan orang tua dan anak
Hubungan orang tua dan anak yang erat secara langsung akan memberikan
pengawasan yang lebih baik pada anak. Jika anak dekat dan terbuka,
mereka akan dapat langsung bertanya mengenai berbagai macam
persoalan.
1. Memberikan pendidikan seks bebas pada anak dan remaja
Keingintahuan remaja mengenai hal yang berkaitan dengan seksualitas
terkadang tidak mendapatkan penyaluran yang benar, sehingga mereka
terkadang akan mencari tahu melaluijalan yang salah.
1. Membatasi pergaulan
Untuk menghindari pergaulan bebas, ada baiknya jika seseorang itu
membatasi pergaulan kepada lingkungan atau teman yang hanya
memberikan dampak buruk.
5. Mengisi waktu luang
Salah satu factor yang turut memberi kesempatan bagi remaja untuk
tergiur dengan kehidupan bebas adalah tersedianya waktu luang. Apabila
waktu luang tersebut diisi dengan kegiatan yang positif, maka tidakakan
ada waktu untuk memikirkan hal-hal yang menyimpang.
6. Menerapkan pacaran secara sehat
Adapun tips untuk pacaran sehat yaitu :
a. Saling menghargai
b. Saling percaya
c. Komunikasi yang baik
d. Menjadikan pribadi yang lebih baik
e. No free sex
A. Cara Mengatasi Kecanduan Seks Bebas
1. Konseling hubungan

18
Konseling hubungan dapat membantu berkomunikasi dengan pasangan,
dan dapat mengatasi masalah yang dihadapi, serta membantu dalam
membangun kepercayaan
2. Psikoterapi
Penting untuk memahami hubungan pornografi. Apa kebutuhan seksual
yang tidak disadari sehingga mudah untuk mengembangkan strategi, dan
akan membantu mengatasi tekanan psikologis
1. Mengubah gaya hidup
Melakukan beberapa kegiatan di luar ruangan atau sesuatu yang
disukai,yang mungkin mengalihkan perhatian. Mencari bantuan terapis
terlatih atau meningkatkan gaya hidup, dari yang awalnya buruk bisa
menjadi lebih baik

19
Lampiran 6
Dokumentasi

Foto 1. Sesi Materi

Foto 2. Sesi Game

Foto 3. Seluruh Peserta dan Tim ITKM

Foto 4. Banner Kegiatan

20

Anda mungkin juga menyukai