Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

KESEHATAN REPRODUKSI BAGI CALON PENGANTIN UNTUK


MENGGURANGI ANGKA STUNTING

TIM PENGUSUL
1. Elisa Damayanti NPM 230108007
2. Mahmudah NPM 230108013
3. Sri Mursiati NPM 230108036
4. Yarlina NPM 230108050
5. Ana Septia Putri NPM 230108064
6. Ariyawati Susiandari NPM 230108069
7. Eni Yulia NPM 230108116
8. Ica Yusnita NPM 230108143
9. Melisa Kurniawati NPM 230108180
10. Rita Irawati NPM 230108228
11. Siti Halimah NPM 230108248
12. Shinta Dwipa N NPM 230108241
13. Wahyu Nur Indah K NPM 230108282
14. Yeni Ratnaningsih NPM 230108295
15. Yuli Yantini NPM 230108298
16. Miastuti NPM 230108317

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFISI BIDAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
2024
HALAMAN PENGESAHAN
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Judul : Kesehatan Reproduksi Bagi
Calon Pengantin Untuk
Menggurangi Angka Stunting
Mitra Program : KUA Terbanggi Besar Lamteng
Ketua Tim Pengusul
a. Nama Lengkap : Halimah, S.Tr.Keb
b. NIDN :
c. Jabatan Fungsional :
d. Program Studi :
e. Bidang Keahlian :
f. Nomor HP :
g. Alamat Email :
Anggota Tim Pengusul
a. Jumlah Angota : Dosen
b. Nama Anggota I/ Bidang Keahlian :
c. Nama Anggota I/ Bidang Keahlian :
d. Nama Anggota I/ Bidang Keahlian :
e. Mahasiswa yang terlibat : 16 orang
Lokasi Kegiatan/Mitra
a. Wilayah Mitra (Desa/ Kecamatan) : Terbanggi Besar
b. Kabupaten/ Kota : Lampung Tengah
c. Provinsi : Lampung
d. Jarak PT ke Mitra (km) : 69 km
Iuran yang dihasilkan :
Jarak waktu pelaksanaan :
Biaya PKM Keseluruhan :

Pringsewu, Januari 2024


Pembimbing Lahan I Pembimbing Lahan II

Purna Cita Gupala, S.ST Desi Priyana, S. ST


NIP. 198701052010012012 NIP. 197712222008012011

Ketua Tim Pengusul

Siti Halimah, S.Tr.Keb


Menyetujui,
Pembimbing Akademik

Bdn. Nila Qurniasih, S.ST., M.Keb


NIDN. 0206019102
A. RINGKASAN

Pasangan calon pengantin (catin) haruslah memiliki kesehatan lahir dan batin
yang baik. Oleh karena itu, menentukan kapan akan punya anak, jumlah anak dan
jarak kelahirannya adalah hak dan tanggung jawab dari setiap catin. Selain itu,
catin wajib memahami soal pola asuh yang tepat untuk mencegah lahirnya anak
stunting. Untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan
calon pengantin untuk memahami soal pola asuh yang tepat untuk mencegah
lahirnya anak stunting. Metode yang digunakan adalah memberikan penyuluhan
kepada 20 calon pengantin. Penyuluhan disampaikan dengan tema Kesehatan
Reproduksi Bagi Calon Pengantin Untuk Menggurangi Angka Stunting. Hasil
penyuluhan menunjukkan terdapat peningkatan yang signifikan pemahaman
kepada calon pengantin masalah tersebut dari 12,5% menjadi 80,0%. Berdasarkan
hasil ini diharapkan calon pengantin dapat menerapkan pengetahuan tersebut
dengan benar demi mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Untuk kegiatan pengabdian selanjutnya dapat melakukan pencegahan
stunting terhadap sasaran yang lebih luas.

Kata Kunci: Calon Pengantin, Stunting, Pola Asuh


A. PENDAHULUAN

Upaya pencegahan stunting secara dini harus dilakukan untuk memutus

mata rantai penyebaran stunting. Calon pengantin perempuan adalah calon ibu

yang merupakan ujung tombak kesehatan. keluarga terutama anak sehingga

penting bagi calon ibu untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan gizi anak

1000 HPK. Status gizi yang kurang berkaitan dengan terjadinya stunting. Stunting

bukan hanya disebabkan oleh akses terhadap makanan yang rendah tetapi juga

pola pengasuhan anak yakni makanan dari anak, waktu makan, tempat makanan,

aturan makan anak, jumlah anggota keluarga, frekuensi makan ikan, peran dari

keluarga, serta suasana makan anak yang kurang optimal (UNICEF 2017).

Edukasi untuk calon penganting terhadap pencegahan stuting dapat

berpengaruh mengurangi resiko stunting (Patata N., Haniarti H. 2021). Ada

hubungan antara peran petugas, pola asuh, dan kunjungan posyandu dengan

kejadian stunting. Oleh karena itu, orang tua harus lebih terlibat dalam kegiatan

posyandu untuk meningkatkan status gizi anaknya dan memperhatikan perilaku

pengasuhan anaknya agar kebutuhan gizinya terpenuhi untuk pencegahan stunting

(Arsyad J, F., Samsi A., Astari C., Sakira, F.S., Annisa, R. N. 2020). Nutrisi dan

perawatan yang tepat selama jendela 1000 hari bukan hanya untuk jangka pendek

tetapi juga jangka panjang yakni kemampuannya untuk tumbuh, belajar dan

bangkit dari kemiskinan. Dengan demikian, 1000 HPK ini berkontribusi pada

kesehatan, stabilitas, dan kemakmuran masyarakat jangka Panjang (UNICEF

2017).
Oleh karena itu, perlu lebih ditekankan oleh instansi terkait untuk

mengintervensi masalah stunting dengan meningkatkan pendidikan ibu, promosi

pendidikan anak perempuan, meningkatkan ekonomi status rumah tangga,

promosi praktik pemberian makan anak sesuai konteks, meningkatkan pendidikan

dan konseling gizi, serta meningkatkan praktik sanitasi dan hygiene. Selain itu

meningkatnya stunting juga dipengaruhi oleh ibu yang jarang melakukan

posyandu sehingga pemeriksaan pencegahan stunting tidak dapat dilakukan

(Ramdhani A., Handayani H. 2020).

Menurut World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa, penurunan

angka kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup masih terlalu lamban untuk

mencapai target tujuan Millenium Development Goal (MDGs), yaitu dalam rangka

mengurangi tiga perempat jumlah perempuan yang meninggal selama hamil dan

melahirkan. Sebenarnya, faktor kesehatan sangat berpengaruh dalam pencapaian

MDGs ini. Pencapaian MDGs berpengaruh dalam meningkatnya taraf kesehatan,

begitu pula meningkatnya taraf kesehatan dapat membantu dalam pencapaian

MDGs. Angka kematian ibu (AKI) pada saat ini masih menjadi masalah unggul

dalam bidang kesehatan ibu dan anak (Fitriani, Ramlan, and Ayu Dwi Putri

Rusman 2021).

Salah satu cara untuk menurunkan AKI di Indonesia yaitu Ibu yang ingin

melahirkan, maka dibantu oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan melakukan

persalinan ditempat yang dilengkapi fasilitas pelayanan kesehatan. Di Indonesia

AKI sangat perlu mendapatkan perhatian khusus dari berbagai pihak terutama

pemerintah, sektor swasta serta masyarakat. Salah satu tujuan Sustainable


Development Goals (SDG’s) yaitu menurunkan AKI dari 70 menjadi 306 per

100.000 kelahiran hidup (Ratnasari 2018). Kehamilan merupakan suatu keadaan

dimana seorang wanita yang didalam rahimnya terdapat embrio atau fetus

kehamilan dimulai pada saat masa konsepsi hingga lahirnya janin, dan lamanya

kehamilan dimulai dari ovulasi hingga partus yang diperkirakan sekitar 40 minggu

dan tidak melebihi 43 minggu. Diperkirakaran l5% kehamilan yang semula

normal akan mengalami keadaan risiko tinggi dan komplikasi obstetri yang dapat

membahayakan jiwa ibu dan buah kehamilan (Fitriani, Ramlan, and Ayu Dwi

Putri Rusman 2021).

Persiapan kehamilan yang rendah mengakibatkan komplikasi kehamilan

dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas bagi ibu dan janin. Kurangnya

persiapan kehamilan dapat menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum, pre-

eklampsia dan eklamsi, kelainan dalam lamanya kehamilan, kehamilan ektopik,

penyakit serta kelaianan plasenta dan selaput janin, perdarahan antepartum, dan

kehamilan kembar.3 Selama ini banyak orang yang kurang memahami pentingnya

kondisi-kondisi pada masa sebelum terjadinya proses konsepsi (preconception

phase), Sehingga para calon bapak dan ibu hanya berkonsetrasi pada persiapan

proses kehamilan dan persalinan saja (Fitriani, Ramlan, and Ayu Dwi Putri

Rusman 2021).

Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan mental dari setiap

ibu, Perencanaan kehamilan yang sehat harus dilakukan sebelum masa kehamilan.

Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik maka akan berdampak positif

pada kondisi calon ibu dan janin.3 Kejadian balita pendek atau biasa disebut
dengan stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di

dunia saat ini. Pada Tahun 2017, 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia

mengalami stunting. Data Prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World

Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa Indonesia termasuk ke dalam

negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/ South-East

Asia Regional (SEAR).

Rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia Tahun 2005-2017 adalah

36,4%. Tindakan yang perlu dilakukan dalam mengatasi tingginya prevalensi

stunting yaitu pencegahan. Pencegahan stunting dilakukan melalui pendekatan

gizi maupun non gizi, sasaran pentingnya perbaikan gizi dan kesehatan adalah

remaja, calon pengantin, ibu hamil. Upaya pencegahan stunting secara dini harus

dilakukan agar Wanita Usia Subur (WUS) yang akan mempersiapkan kehamilan

sehingga 1000 HPK anak berhasil dipersiapkan dengan baik. Pengetahuan ibu

secara tidak langsung mempengaruhi status kesehatan ibu, janin yang dikandung,

dan kualitas bayi yang akan dilahirkan.

RPJMN 2020-2024 mentargetkan penurunan angka stunting pada tahun

2024 adalah 14% dengan arah kebijakan adalah intervensi sensitive dan spesifik

secara terintegras (Sari L, T., Renityas N., Sari I 2021). Sejak Tahun 2013,

organisasi kesehatan dunia (WHO) mulai menekankan pentingnya intervensi gizi

dan pelayanan kesehatan pada periode prakonsepsi, yaitu dengan

merekomendasikan adanya pelayanan kesehatan prakonsepsi (preconception care)

dalam sistem pelayanan kesehatan (Dewi, S., Rustam, Y. 2018).


Stunting merupakan masalah kesehatan sebagai akibat kurang gizi yang

terjadi pada awal kehidupan dan berdampak terhadap meningkatnya resiko

penyakit tidak menular (PTM) pada usia dewasa. Walaupun kejadian stunting di

Indonesia menurun sejak tahun 2013, namun berdasakan Riset Kesehatan Dasar

Tahun 2018 angkanya masih >20% sebagai indikator masalah kesehatan

masyarakat (Sari L, T., Renityas N., Sari I 2021).

Stunting masih menjadi salah satu isu penting dalam dunia kesehatan anak-

anak yang memerlukan perhatian besar, khususnya anak-anak di negara

terbelakang dan negara berkembang. Berdasarkan laporan dari Badan Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan di seluruh dunia kurang lebih sebesar 149

juta balita yang mengalami stunting pada tahun 2020. Penyebab stunting karena

kurangnya gizi sejak masa kehamilan. Hingga saat ini, prevalensi bayi lahir

stunting sebesar 23%. Kasus stunting bayi setelah lahir normal mencapai 27,6%.

Hal ini menunjukkan bahwa dari 23% kasus stunting dari kelahiran yang sudah

tidak sesuai standar, sangat penting perlu dilakukan pencegahan sejak kehamilan

bahkan saat pra nikah (sebelum menikah).

Stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak

saat anak berusia dua tahun, dan bila tidak diimbangi dengan catch-up growth

(tumbuh kejar) mengakibatkan menurunnya pertumbuhan, masalah stunting

merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan

meningkatnya risiko kesakitan, kematian dan hambatan pada pertumbuhan baik

motorik maupun mental (Rahmadhita 2020).


Stunting yang terjadi pada masa kanak-kanak akan berimbas hingga dewasa.

Dampak jangka panjang yaitu meningkatnya morbiditas dan mortalitas,

menurunnya perkembangan dan kemampuan belajar, meningkatkan risiko

penyakit infeksi dan penyakit tidak menular saat dewasa serta penurunan

produktivitas dan kemampuan ekonomi (Beal, T., Tumilowicz, A. 2018). Pada

wanita, stunting berdampak pada kesehatan reproduksi dan kelangsungan hidup

anak-anak yang akan dilahirkan (S, A. S., Jati 2018). Masalah stunting merupakan

permasalahan gizi yang dihadapi dunia khususnya negara-negara miskin dan

berkembang. Stunting merupakan kegagalan pertumbuhan akibat akumulasi

ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai

dengan usia 24 bulan.

Peraturan presiden No 42 Tahun 2013 menjelaskan intervensi dan kerjasama

lintas sektor sangat diperlukan dalam upaya penurunan angka stunting. Kerjasama

lintas sektor dilakukan mulai dari tingkat pusat sampai ke daerah dan pada seluruh

elemen masyarakat termasuk sektor keagamaan. Penelitian oleh (Melani &

Kuswari, 2019) tentang peran tokoh agama untuk mencegah dan menanggulangi

stunting menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna perilaku menyusui

ekslusif pada kelompok perlakuan dan kontrol setelah diberikan konseling oleh

tokoh agama (Melani, V., Kuswari 2019).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa stunting anak usia kurang

dari lima tahun disebabkan berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi

pendidikan orang tua, indeks kekayaan rumah tangga, lama menyusui, jenis

kelamin anak, berat badan lahir rendah, akses ke layanan kesehatan termasuk
perawatan antenatal kurang optimal, persalinan tidak di fasilitas pelayanan

kesehatan (persalinan di rumah), fasilitas sanitasi dan pengetahuan ibu rendah

terhadap status gizi anak (Akombi, B.J., Agho 2018). Salah satu upaya yang dapat

dilakukan untuk mencegah kelahiran bayi stunting melalui edukasi pengetahuan

kepada calon pengantin. Pengetahuan yang diberikan diharapkan dapat menjadi

bekal cukup bagi calon ibu melanjutkan ke jenjang pernikahan sebagai langkah

awal untuk mencegahh kelahiran stunting dari ibu yang anemia (Fujiana 2023).

Hal ini dikarenakan calon pengantin yang akan menikah merupakan cikal

bakal terbentuknya sebuah keluarga, sehingga sebelum menikah perlu

mempersiapkan kondisi kesehatannya agar dapat menjalankan kehamilan sehat

sehingga dapat melahirkan generasi penerus yang sehat dan menciptakan keluarga

sehat, sejahtera, dan berkualitas. Di era pandemi COVID-19 saat ini pelayanan

kesehatan reproduksi bagi calon pengantin tetap perlu diberikan untuk

memaksimalkan penerapan protokol pencegahan penularan Covid-19 Pasangan

baru adalah penanda masa depan suatu negara dan kehidupan sehat dari kelompok

tersebut mencerminkan kesejahteraan masyarakat suatu negara. Program

pendidikan kesehatan ialah cara utama dan terjamin dalam memberikan kesehatan

keluarga dan masyarakat. Informasi terhadap pasangan calon pengantin tentang

masalah reproduksi yang aman sebelum pernikahan sangat penting.

Hal ini terkait dengan pencegahan kehamilan dan menjaga jarak waktu

antara kehamilan, pasangan calon pengantin harus mempunyai pengetahuan dan

kesadaran cukup. Apabila pasangan calon pengantin tidak siap secara ekonomi

dalam memiliki anak, hal ini akan menyebabkan masalah signifikan terhadap
pernikahan mereka. Selain itu, pengendalian populasi tergantung pada

pengetahuan dan perilaku individu dalam suatu masyarakat. Salah satu strategi

paling tepat adalah memberikan edukasi pada pasangan calon pengantin sebelum

menikah. Edukasi tentang kontak seksual yang higienis meningkatkan tingkat

kebersihan (Mahmood 2018). Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan calon pengantin

untuk memahami soal pola asuh yang tepat untuk mencegah lahirnya anak

stunting.

Selama ini upaya peningkatan gizi dilakukan ketika ibu sudah hamil,

sehingga akan lebih baik pendidikan gizi khususnya dalam pencegahan stunting

dilakukan ketika belum ibu hamil dan akan mempersiapkan kehamilannya. Seribu

hari pertama kehidupan atau yang dikenal dengan 1000 HPK adalah fase

kehidupan yang sangat penting, dimulai dari terbentuknya janin dalam kandungan

sampai anak berusia 2 tahun (Fauziatin 2019). Oleh karena itu pemerintah

mengharuskan setiap pasangan calon pengantin melakukan test kesehatan

pranikah. Salah satu yang harus dipenuhi yaitu melakukan suntik Tetanus Toksoid

(TT) pada saat sebelum menikah dan menempatkan bidan di tengah-tengah

masyarakat. Peran bidan dalam system kesehatan nasional diharapkan bidan

mampu meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat terutama pada ibu yang

berencana memiliki keturunan (Azizah 2018)

Pemerintah telah melakukan upaya untuk memberikan bekal bagi calon

pengantin dengan memberikan pendidikan pranikah yang disebut dengan kursus

calon pengantin. Dasar hukum utama pelaksanaan kursus catin adalah peraturan
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depertemen Agama Republik

Indonesia Nomor DJ.II/491 tahun 2009 tentang kursus calon pengantin. Materi

yang diberikan diantaranya fiqh munakahah, UU perkawinan Nomor 1 tahun

1974, keluarga sakinah,rumah tangga ideal dan reproduksi sehat (Fitriani, Ramlan,

and Ayu Dwi Putri Rusman 2021).

Hasil penelitian menurut Luz M De Regil, dkk menyimpulkan bahwa

pemberian pengetahuan mengenai gizi sebelum hamil sangatlah penting pada

kelompok wanita prahamil termasuk calon pengantin yang ingin mempersiapkan

kehamilannya. Penelitian lain yang dilakukan. dengan judul “ Efektivitas

pendidikan kesehatan melalui media kartu cinta anak tentang 1000 HPK dalam

meningkatkan pengetahuan calon pengantin di KUA Kecamatan Jatinangor”

menyimpulkan bahwa Pengunaan media kartu cinta anak efektif dalam

meningkatkan pengetahuan calon pengantin tentang 1000 HPK dan terdapat

perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan sebelum dan

sesudah diberi pendidikan kesehatan (Nurlela D., Sari P. 2018).


B. SOLUSI DAN METODE

Berdasarkan kajian informasi di wilayah KUA Terbanggi Besar Lampung

Tengah ditemukan permasalahan banyaknya calon pengantin yang belum paham

betul apa itu tentang stunting. Akibatnya masih calon pengantin yang LILA dan

IMT dibawah standar yang telah ditetapkan. Sehingga peran tenaga kesehatan

berperan penting dalam memberikan pengetahuan tentang edukasi stunting kepada

calon pengantin tentunya agar menyiapkan gizi yang baik sebelum masa

kehamilan. Dengan adanya penyuluhan edukasi tentang stunting kepada calon

pengantin oleh tenaga kesehatan juga diperlukan kepedulian dari kalangan

akademis untuk ikut serta turut berbagi ilmu pengetahuan tentang stunting, bahaya

stunting, dampak stunting, dan acara mencegah stunting itu sendiri.

Sasaran dalam program pengabdian masyarakat ini adalah calon pengantin

perempuan sebagai persiapan menjadi ibu dan calon pengantin mengatahui bahwa

dirinya sudah memenuhi syarat dikatakan baik atau tidak stunting di KUA

Terbanggi Besar Lampung Tengah. Hal ini dikarenakan terdapat calon pengantin

perempuan yang masih belum paham akan adanya stunting, bahaya stunting,

dampak yang ditimbulkan dan cara pencegahan stunting. Sementara itu, upaya

preventif dalam bentuk manajemen sosialisasi yang dilakukan pihak puskesmas

masih belum optimal oleh karena itu perlunya tingkatan sosialisasi agar seluruh

calon pengantin mengetahui akan cara pecegahan stunting.

Metode pelaksanaan pada program pengabdian masyarakat ini merupakan

sebuah rangkaian tahapan yang disusun secara sistematis yang diawali dengan

tahap persiapan, diantaranya: obseravasi tempat pelaksanaan kegiatan, penawaran


proposal kegiatan, konsultasi dengn pihak puskesmas, menentukan permasalahan,

menentukan topic dan metode penyuluhan, persiapan surat menyurat, alat dan

bahan yang diperlukan.

Kegiatan ini dilakukan setelah semua perizinan dan persiapan sarana dan

prarana sudah siap. Kegiatan ini telah diusahakan untuk dibuat menarik, agar para

ibu tertarik untuk mengikuti kegiatan dengan seksama. Metode yang digunakan

dalam kegiatan ini adalah melalui pemutaran video, ceramah, dan diskusi serta

tanya jawab.

Kegiatan ini ditulis berdasarkan rincian waktu yang telah dilaksanaan sesuai

dengan rundown dan rencana yang telah ditentukan.

Tabel 1. Randown Acara

No. Waktu (WIB) Kegiatan


1. 09.00-09.10 Kegiatan dibuka dengan Master Ceremony (2 orang)
dan dilanjutkan dengan sambutan oleh ketua pelaksana
2. 09.10-09.25 Dilanjutkan dengan kegiatan pre test yaitu terkait
dengan pengetahuan calon pengantin terhadap stunting,
bahaya stunting, dampak stunting, dan cara
pencegahannya. Soal pretest ini terdiri dari
3. 09.25-09.55 Pemberian edukasi dengan materi stunting oleh pemateri
yang terdiri dari 3 orang mahasiswa. Dalam diskusi ini
pemateri berdiskusi sembari melakukan tanya jawab
kepada calon pengantin terkait dengan apa itu stunting,
bahaya stunting, dampak stunting, cara pencegahannya
dan cara memenuhi nutrisi yang gizi yang baik bagi
calon pengantin.
4. 09.55-10.10 Setelah selesai pemberian materi, dilanjutkan dengan
diadakannya games seru untuk calon pengantin soal
tanya jawab terkait dengan materi yang telah
disampaikan, apabila ibu bisa menjawab pertanyaan
maka akan diberikan doorprise sebagai tanda
terimakasih dari pemateri
5. 10.10-10.20 Kegiatan selanjutnya yaitu mereview materi yang sudah
dijelaskan. Proses review dijelaskan dengan bahasa
yang lebih serderhana.
6. 10.20-10.30 Acara dilanjutkan dengan post test. Soal post test sama
dengan soal pretest sebelumnya, peserta terlihat serius
dalam mengerjaan soal pretest yang diberikan
7. 10.30-10.45 Kegiatan pengabdian masyarakat selesai dan dilanjutkan
dengan sesi foto bersama.
C. HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Pelaksanaan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan di KUA


Terbanggi Besar pada tanggal 11 Januari 2024. Peserta mengikuti edukasi
“Kesehatan Reproduksi Bagi Calon Pengantin Untuk Menggurangi Angka
Stunting Di KUA Terbanggi Besar Lampung Tengah”.
Kegiatan ini meningkatkan pemahaman calon pengantin khususnya

perempuan tentang pengetahuan terkait dengan stunting dan persiapan gizi dan

memberikan hasil sebagai berikut:

a. Peningkatan pengetahuan calon pengantin tentang stunting, bahaa stunting,

dampak stunting dan cara pencegahannya.

b. Memberikan penjelasan terkait dengan pemenuhan gizi agar terhidar dari

stunting kepada calon pengantin.

c. Para calon pengantin diharapkan dapat menularkan ilmu pengetahuan tentang

stunting yang di miliki ke orang- orang sekitarnya.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang atau over behavior. Dalam memperkenalkan

cara- cara kontrasepsi kepada masyarakat tidak mudah untuk segera diterima

karena menyangkut pengambilan keputusan oleh masyarakat untuk menerima

cara- cara kontrasepsi tersebut (Veronica, Safitri, and Rohani 2019).

Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah gizi

adalah dengan memberikan penyuluhan gizi kepada masyarakat mengenai

pencegahan stunting terutama pada calon pengantin (catin). Hal ini karena catin

merupakan individu yang akan segera menuju kehidupan rumah tangga dan

bersiap untuk memiliki keturunan. Metode yang digunakan yaitu pengukuran


antropometri TB,BB dan LILA. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran

mengenai status gizi catin dan resiko kurang energi kronis (KEK) pada calon ibu.

Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap

untuk memberikan respon atau jawaban dalam cara tertentu terhadap suatu situasi.

Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh atau kecenderungan untuk

memberi respon (Slameto 2017). Seorang wanita dikatakan siap dalam upaya

pencegahan stunting apabila usia > 20 tahun, indeks massa tubuh 18,5 – 25, lila >

23,5 cm, Hb > 12 gr/dl. Menurut BKKBN (2021) yang menyatakan bahwa

pemeriksaan kesehatan umum wajib dilakukan catin sebelum menikah, seperti

pemeriksaan berat badan (BB), tinggi badan (TB), indeks massa tubuh (IMT), dan

status anemia (BKKBN 2021).

Usia ibu saat melahirkan menentukan berat bayi yang akan lahir, apakah

normal atau tidak, karena jika usia saat ibu melahirkan masih sangat muda, maka

risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah lebih tinggi. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan Indrasari yang menyatakan bahwa ibu dengan

usia beresiko (kurang dari 20 tahun) mempunyai resiko 4,2 kali lebih besar untuk

terjadi berat badan lahir rendah (BBLR) dibanding ibu yang tidak mempunyai

usia beresiko. Kejadian berat bayi lahir rendah dan kelahiran prematur pada

kehamilan remaja sering dikaitkan sebagai manifestasi Intra Uterine Growth

Retrcition (IUGR) yang disebabkan oleh belum matangnya organ reproduksi dan

status gizi ibu sebelum masa kehamilan (BKKBN 2020)

Pengukuran LILA dilakukan untuk mengetahui risiko Kurang Energi

Kronik (KEK) atau kekurangan gizi berkepanjangan pada catin wanita. Catin
wanita yang terlalu kurus berisiko tidak mampu mencukupi gizi bagi janin yang

dikandungnya kelak. Gemuk atau kurusnya seseorang di tentukan dari Indeks

Massa Tubuh (IMT). Apabila catin masuk dalam kategori dibawah atau diatas

normal, catin dapat mengatasinya dengan mengatur pola makan gizi seimbang dan

rutin berolahraga, setidaknya 30 menit perhari. Anemia terjadi ketika kadar

protein dalam sel darah merah atau yang biasa disebut hemoglobin (Hb) bernilai

kurang dari 12 mg/dl. Catin yang anemia harus mendapatkan penanganan

kesehatan dan gizi hingga mencapai normal dan dianjurkan menunda kehamilan

dengan menggunakan alat kontrasepsi


D. LUARAN YANG DICAPAI

Target luaran dari solusi permasalahan di atas yakni :

1) Peningkatan pengetahuan mengenai stuting pada calon pengantin sebagai bekal

persiapan sebelum kehamilan dan dalam ajang transfer pengetahuan ilmiah ke

ranah masyarakat.

2) Penurunan angka stunting yang dimulai dari calon ibu agar nantinya dapat

melahirkan bayi yang sehat dan tumbuh kembang yang baik.

3) Tersusunnya draft manuskrip untuk publikasi program PKM ini.


E. RENCANA TINDAK LANJUT

Setelah mendapatkan penyuluhan mengenai stunting dan cara pencegahannya

pada calon pengantin dari KUA Terbanggi Besar Lampung Tengah, pemahaman

mengenai stunting mengalami peningkatan. Calon pengantin yang merupakan

sasaran utama dalam pengabdian masyarakat ini di KUA Terbanggi Besar

Lampung Tengah yang mengikuti kegiatan penyuluhan edukasi terkait stunting

dan cara pencegahannya sebanyak 40 orang dan sebanyak 70% sudah paham

bagaimana cara mencegahnya dan menyiapkan diri untuk bisa menerapkan pola

hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Akombi, B.J., Agho, K.E. 2018. “Stunting, Wasting and Underweight In Sub
Sahara Africa: A Systematic Review.” International Journal of Enviromental
Research and Public Health, 863.

Arsyad J, F., Samsi A., Astari C., Sakira, F.S., Annisa, R. N., Unde A. 2020.
“Case Study of Toddlers Stunting Care Practices in Coastal Communities.”
Enfermeria Clinica 30: 462–65. https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2019.07.138.

Azizah, N. 2018. “Pengetahuan Ibu Primigravida Tentamg Suntik Tetanus


Toksoid Dengan Pelaksanaannya.” Jurnal Edu Health 5(2): 131–36.

Beal, T., Tumilowicz, A., Sutrisna. 2018. “A Review of Child Stunting


Determinants in Indonesia Maternal and Child Nutrition.” Maternal & Child
Nutrition 14(4): 1–10. https://doi.org/10.1111/mcn.12617.

BKKBN. 2020. Calon Pengantin Hindari Stunting. Jakarta: Dithanrem.

BKKBN. 2021. Pendampingan Calon Pengantin/ Calon PUS. Jakarta: Dithanrem.

Dewi, S., Rustam, Y., Doni A. W. 2018. “The Effect of Premarital Health
Education On Knowledge and Attitudes of Prospective Brides in Lubuk
Begalung Padang.” Jurnal Sehat Mandiri 13(2): 18–25.

Fauziatin. 2019. “Pengrauh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Lembar Balik


Tentang Pencegahan Stunting Pada Calon Pengantin.” Jurnal Kesehatan
Masyarakat 18(2).

Fitriani, Fitriani, Ramlan, and Ayu Dwi Putri Rusman. 2021. “Efektivitas Kartu
Cegah Stunting Terhadap Pengetahuan Kehamilan Calon Pengantin Di Kua
Kota Parepare.” Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan 4 (3): 332–41.
https://doi.org/10.31850/makes.v4i3.617.

Fujiana, F dkk. 2023. “Cegah Stunting Melalui Edukasi Pra Nikah.” Jurnal
Kreativitas Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) 6(@): 517–25.

Mahmood, G. 2018. “The Effecof Marriage Counseling On The Kowledge.”


International Journal Medicine Research Health Sciences 5(7s): 354–335.

Melani, V., Kuswari, M. 2019. “Pengetahuan Gizi Seimbang Calon Pengantin Di


Beberapa Kantor Urusan Agama (KUA) Jakarta Barat.” Darussalam
Nutrition Journal 3(1): 1. https://doi.org/10.21111/dnj.y3i1.3030.

Nurlela D., Sari P., Jusdistian. 2018. “Efektivitas Pendidikan Kesehatan Melalui
Media Kartu Cinta Anak Tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan Dalam
Meningkatkan Pengetahuan Pasangan Calon Pengantin Di KUA Kecamatan
Jatinangor.” Jurnal Kesehatan Vakasional 3 (2).

Patata N., Haniarti H., dan Usman U. 2021. “Pengaruh Pemberian Edukasi Gizi
Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Calin Pengantin Dalam Pencegahan
Stunting Di KUA Kabupaten Tana Toraja.” Jurnal Sains Dan Kesehatan
3(3): 458–63. https://doi.org/10.25026/jsk.v3i3.429.

Rahmadhita, K. 2020. “Permasalahan Stunting Dan Pencegahannya.” Jurnal


Ilmiah Kesehatan Sandi Husada 11(1): 225–29.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.253.

Ramdhani A., Handayani H., Setiawan A. 2020. Hubungan Pengetahuan Ibu


Dengan Kejadian Stunting. Semnas LPPM.

Ratnasari, A. 2018. “Perancang Aplikasi Edukasi Calon Pengantin Untuk


Peningkatan Pengetahuan Pra Kehamilan Berbasis Androit” (9): 51–52.

S, A. S., Jati, S. P. 2018. “Kebijakan Penyelematan 1000 Hari Pertama Kehidupan


(1000 HPK) Dan Penurunan Stunting Di Kota Semarang.” Jurnal
Manajemen Kesehatan Indonesia 6(1): 1–7.
https://doi.org/10.14710/jmki.6.1.2018.1-7.

Sari L, T., Renityas N., Sari I, N. 2021. “Determinants Analysis of The Incidence
of Stunting in Children 1-2 Years.” Journal of Ners and Midwifery 8(2):
190–95. https://doi.org/10.26699/jnk.v8i2.art.p190-195.

Slameto. 2017. Belajar Dan Faktor- Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

UNICEF. 2017. “First 1000 Days: The Critical Window to Ensure That Children
Survive and Thrive.” Unicef, 1–3.

Veronica, Septika Yani, Riska Safitri, and Siti Rohani. 2019. “Faktor - Faktor
Yang Berhubungan Dengan Pemakaian KB IUD Pada Wanita Usia Subur.”
Wellness and Healthy Magazine 1 (2): 223–30.
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/v1i228wh/29.
LAMPIRAN 1

Hari/ Tanggal :
Nama :
Usia :
Alamat :
No. Hp :
SOAL PRETEST

Petunjuk Pengisian:
a. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai pilihan Anda
b. Berilah tanda (X) jawaban pada jawaban yang telah dipilih dan usahakan tidak
ada jawaban yang terlewatkan
c. Apabila kurang jelas dipersilahkan bertanya seputar pertanyataannya
d. Setelah semua di isi mohon diserahkan kembali

1. Apa yang dimaksud dengan stunting?


a. Gangguan tumbuh kembang yang disebabkan oleh keturunan
b. Gangguan tumbuh kembang anak yang tinggi badannya tidak sesuai dengan
umur
c. Gangguan tumbuh kembang yang disebabkan anak terlalu banyak makan
mie instan
d. Gangguan tumbuh kembang yang disebabkan oleh aktivitas fisik anak
2. Stunting anak disebabkan oleh?
a. Kekurangan asupan karbohidrat: nasi, ubi-ubian, mie
b. Kekurangan asupan lemak: daging, kacang kacangan, selai kacang
c. Kekurangan gizi dan penyakit infeksi
d. Kekurangan serat sayuran
3. Stunting pada anak merupakan
a. Penyakit bawaan sejak lahir
b. Penyakit menular
c. Penyakit tidak menular
d. Gangguan tumbuh kembang
4. Berikut salah satu cirri- cirri anak stunting
a. Pertumbuhan melambat
b. Pertumbuhan gigi cepat
c. Anak memiliki tingkat intelektual yang baik
d. Anak sudah tumbuh tinggi
5. Salah satu dampak jangka pendek dari stunting adalah
a. Gangguan mental
b. Gangguan psikologi
c. Gangguan kecerdasan dan pertumbuhan fisik
d. Gangguan memori untuk mengingat
6. Dampak jangka panjang stunting salah satunya yaitu
a. Penurunan kekebalan tubuh dan prestasi belajar
b. Penurunan berat badan
c. Penurunan tinggi badan
d. Penurunan kekuatan fisik
7. Pada usia berapa stunting pada anak terlihat jelas
a. 0-2 bulan
b. 0-6 bulan
c. 0-8 bulan
d. 0-24 bulan/60 bulan
8. Menurut Anda penangan gizi spesifik stunting dapat dilakukan dengan
a. Memberikan makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil dan memberikan
ASI eksklusif serta MP-ASI yang kaya akan gizi
b. Memberikan ASI dan susu formula
c. Memberikan makanan yang berprotein tinggi (daging, ayam, ikan, dan elur)
d. Memberikan suplemen makan pada anak
9. Menurut Anda penanganan gizi sensitive stunting dapat dilakukan salah
satunya dengan
a. Lingkungan dan sumber air harus bersih
b. Lingkungan tempat tinggal dekat dengan jalan raya
c. Lingkungan tempat tinggal dekat dengan pasar
d. Lingkungan tempat tinggal dengan dengan puskesmas
10. Berikut adalah salah satu kegiatan yang dapat berkontribusi untuk
menurunkan kejadian stunting
a. Menyediakan dan memastikan pemberian susu formula untuk anak
b. Menyediakan dan memastikan terhadap air bersih dan sanitasi
c. Memberikan dan memastikan anak mendapatkan imunisasi
d. Memberikan dan memastikan anak mendapat makanan berprotein
11. Bagaimana cara Anda untuk mengetahui jika anak mengalami stunting
a. Saat di ukur BB (berat badan) tidak sesuai usia
b. Saat di ukur TB (tinggi badan) tidak sesuai usia
c. Saat tinggi badan anak lebih pendek dari teman sebayanya
d. Pemeriksaan KPSP (Kuesioner Pre Skrinning Perkembangan)
12. Supaya anak tidak menngalami stunting, makanya sebaiknya Anda
memberikan
a. Makanan yang bergizi: nasi, lauk pauk, (berprotin), sayur- sayuran
b. Susu formula
c. Suplemen makan
d. Terapi bermain
13. Penatalaksaan pencegahan stunting sebaiknya dilaksanakan selama
a. 9 bulan
b. 12 bulan
c. 1000 hari (0-2 tahun)
d. 60 bulan
14. Apakah anak stunting dapat kembali normal
a. Tidak dapat karena kekurangan gizi lama
b. Tidak dapat karena sudah menjadi keturunan
c. Dapat kembali normal, tanpa diberi makanan yang bergizi
d. Dapat kembali normal bila gizi diperbaiki
15. Kekurangan gizi kronis pada 1000 hari pertama kehidupan anak dapat
menyebabkan
a. Stunting
b. Gizi buruk
c. Gizi kronis
d. Giizi lebih
LAMPIRAN 2

Hari/ Tanggal :
Nama :
Usia :
Alamat :
No. Hp :

SOAL PRETEST

Petunjuk Pengisian:
e. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai pilihan Anda
f. Berilah tanda (X) jawaban pada jawaban yang telah dipilih dan usahakan tidak
ada jawaban yang terlewatkan
g. Apabila kurang jelas dipersilahkan bertanya seputar pertanyataannya
h. Setelah semua di isi mohon diserahkan kembali

1. Apa yang dimaksud dengan stunting?


a. Gangguan tumbuh kembang yang disebabkan oleh keturunan
b. Gangguan tumbuh kembang anak yang tinggi badannya tidak sesuai dengan
umur
c. Gangguan tumbuh kembang yang disebabkan anak terlalu banyak makan
mie instan
d. Gangguan tumbuh kembang yang disebabkan oleh aktivitas fisik anak
2. Stunting anak disebabkan oleh?
a. Kekurangan asupan karbohidrat: nasi, ubi-ubian, mie
b. Kekurangan asupan lemak: daging, kacang kacangan, selai kacang
c. Kekurangan gizi dan penyakit infeksi
d. Kekurangan serat sayuran
3. Stunting pada anak merupakan
a. Penyakit bawaan sejak lahir
b. Penyakit menular
c. Penyakit tidak menular
d. Gangguan tumbuh kembang
4. Berikut salah satu cirri- cirri anak stunting
a. Pertumbuhan melambat
b. Pertumbuhan gigi cepat
c. Anak memiliki tingkat intelektual yang baik
d. Anak sudah tumbuh tinggi
5. Salah satu dampak jangka pendek dari stunting adalah
a. Gangguan mental
b. Gangguan psikologi
c. Gangguan kecerdasan dan pertumbuhan fisik
d. Gangguan memori untuk mengingat
6. Dampak jangka panjang stunting salah satunya yaitu
a. Penurunan kekebalan tubuh dan prestasi belajar
b. Penurunan berat badan
c. Penurunan tinggi badan
d. Penurunan kekuatan fisik
7. Pada usia berapa stunting pada anak terlihat jelas
a. 0-2 bulan
b. 0-6 bulan
c. 0-8 bulan
d. 0-24 bulan/60 bulan
8. Menurut Anda penangan gizi spesifik stunting dapat dilakukan dengan
a. Memberikan makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil dan memberikan
ASI eksklusif serta MP-ASI yang kaya akan gizi
b. Memberikan ASI dan susu formula
c. Memberikan makanan yang berprotein tinggi (daging, ayam, ikan, dan elur)
d. Memberikan suplemen makan pada anak
9. Menurut Anda penanganan gizi sensitive stunting dapat dilakukan salah
satunya dengan
a. Lingkungan dan sumber air harus bersih
b. Lingkungan tempat tinggal dekat dengan jalan raya
c. Lingkungan tempat tinggal dekat dengan pasar
d. Lingkungan tempat tinggal dengan dengan puskesmas
10. Berikut adalah salah satu kegiatan yang dapat berkontribusi untuk
menurunkan kejadian stunting
a. Menyediakan dan memastikan pemberian susu formula untuk anak
b. Menyediakan dan memastikan terhadap air bersih dan sanitasi
c. Memberikan dan memastikan anak mendapatkan imunisasi
d. Memberikan dan memastikan anak mendapat makanan berprotein
11. Bagaimana cara Anda untuk mengetahui jika anak mengalami stunting
a. Saat di ukur BB (berat badan) tidak sesuai usia
b. Saat di ukur TB (tinggi badan) tidak sesuai usia
c. Saat tinggi badan anak lebih pendek dari teman sebayanya
d. Pemeriksaan KPSP (Kuesioner Pre Skrinning Perkembangan)
12. Supaya anak tidak menngalami stunting, makanya sebaiknya Anda
memberikan
a. Makanan yang bergizi: nasi, lauk pauk, (berprotin), sayur- sayuran
b. Susu formula
c. Suplemen makan
d. Terapi bermain
13. Penatalaksaan pencegahan stunting sebaiknya dilaksanakan selama
a. 9 bulan
b. 12 bulan
c. 1000 hari (0-2 tahun)
d. 60 bulan
14. Apakah anak stunting dapat kembali normal
a. Tidak dapat karena kekurangan gizi lama
b. Tidak dapat karena sudah menjadi keturunan
c. Dapat kembali normal, tanpa diberi makanan yang bergizi
d. Dapat kembali normal bila gizi diperbaiki
15. Kekurangan gizi kronis pada 1000 hari pertama kehidupan anak dapat
menyebabkan
a. Stunting
b. Gizi buruk
c. Gizi kronis
d. Giizi lebih
KUNCI JAWABAN

Jawaban Kuesioner Tingkat Pengetahuan IUD


1. B 11. D
2. C 12. A
3. D 13. C
4. A 14. C
5. C 15. A
6. A
7. D
8. A
9. A
10. D

Anda mungkin juga menyukai