TIM PENGUSUL
1. Elisa Damayanti NPM 230108007
2. Mahmudah NPM 230108013
3. Sri Mursiati NPM 230108036
4. Yarlina NPM 230108050
5. Ana Septia Putri NPM 230108064
6. Ariyawati Susiandari NPM 230108069
7. Eni Yulia NPM 230108116
8. Ica Yusnita NPM 230108143
9. Melisa Kurniawati NPM 230108180
10. Rita Irawati NPM 230108228
11. Siti Halimah NPM 230108248
12. Shinta Dwipa N NPM 230108241
13. Wahyu Nur Indah K NPM 230108282
14. Yeni Ratnaningsih NPM 230108295
15. Yuli Yantini NPM 230108298
16. Miastuti NPM 230108317
Pasangan calon pengantin (catin) haruslah memiliki kesehatan lahir dan batin
yang baik. Oleh karena itu, menentukan kapan akan punya anak, jumlah anak dan
jarak kelahirannya adalah hak dan tanggung jawab dari setiap catin. Selain itu,
catin wajib memahami soal pola asuh yang tepat untuk mencegah lahirnya anak
stunting. Untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan
calon pengantin untuk memahami soal pola asuh yang tepat untuk mencegah
lahirnya anak stunting. Metode yang digunakan adalah memberikan penyuluhan
kepada 20 calon pengantin. Penyuluhan disampaikan dengan tema Kesehatan
Reproduksi Bagi Calon Pengantin Untuk Menggurangi Angka Stunting. Hasil
penyuluhan menunjukkan terdapat peningkatan yang signifikan pemahaman
kepada calon pengantin masalah tersebut dari 12,5% menjadi 80,0%. Berdasarkan
hasil ini diharapkan calon pengantin dapat menerapkan pengetahuan tersebut
dengan benar demi mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Untuk kegiatan pengabdian selanjutnya dapat melakukan pencegahan
stunting terhadap sasaran yang lebih luas.
mata rantai penyebaran stunting. Calon pengantin perempuan adalah calon ibu
penting bagi calon ibu untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan gizi anak
1000 HPK. Status gizi yang kurang berkaitan dengan terjadinya stunting. Stunting
bukan hanya disebabkan oleh akses terhadap makanan yang rendah tetapi juga
pola pengasuhan anak yakni makanan dari anak, waktu makan, tempat makanan,
aturan makan anak, jumlah anggota keluarga, frekuensi makan ikan, peran dari
keluarga, serta suasana makan anak yang kurang optimal (UNICEF 2017).
hubungan antara peran petugas, pola asuh, dan kunjungan posyandu dengan
kejadian stunting. Oleh karena itu, orang tua harus lebih terlibat dalam kegiatan
(Arsyad J, F., Samsi A., Astari C., Sakira, F.S., Annisa, R. N. 2020). Nutrisi dan
perawatan yang tepat selama jendela 1000 hari bukan hanya untuk jangka pendek
tetapi juga jangka panjang yakni kemampuannya untuk tumbuh, belajar dan
bangkit dari kemiskinan. Dengan demikian, 1000 HPK ini berkontribusi pada
2017).
Oleh karena itu, perlu lebih ditekankan oleh instansi terkait untuk
dan konseling gizi, serta meningkatkan praktik sanitasi dan hygiene. Selain itu
angka kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup masih terlalu lamban untuk
mencapai target tujuan Millenium Development Goal (MDGs), yaitu dalam rangka
mengurangi tiga perempat jumlah perempuan yang meninggal selama hamil dan
MDGs. Angka kematian ibu (AKI) pada saat ini masih menjadi masalah unggul
dalam bidang kesehatan ibu dan anak (Fitriani, Ramlan, and Ayu Dwi Putri
Rusman 2021).
Salah satu cara untuk menurunkan AKI di Indonesia yaitu Ibu yang ingin
melahirkan, maka dibantu oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan melakukan
AKI sangat perlu mendapatkan perhatian khusus dari berbagai pihak terutama
dimana seorang wanita yang didalam rahimnya terdapat embrio atau fetus
kehamilan dimulai pada saat masa konsepsi hingga lahirnya janin, dan lamanya
kehamilan dimulai dari ovulasi hingga partus yang diperkirakan sekitar 40 minggu
normal akan mengalami keadaan risiko tinggi dan komplikasi obstetri yang dapat
membahayakan jiwa ibu dan buah kehamilan (Fitriani, Ramlan, and Ayu Dwi
dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas bagi ibu dan janin. Kurangnya
penyakit serta kelaianan plasenta dan selaput janin, perdarahan antepartum, dan
kehamilan kembar.3 Selama ini banyak orang yang kurang memahami pentingnya
phase), Sehingga para calon bapak dan ibu hanya berkonsetrasi pada persiapan
proses kehamilan dan persalinan saja (Fitriani, Ramlan, and Ayu Dwi Putri
Rusman 2021).
Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan mental dari setiap
ibu, Perencanaan kehamilan yang sehat harus dilakukan sebelum masa kehamilan.
Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik maka akan berdampak positif
pada kondisi calon ibu dan janin.3 Kejadian balita pendek atau biasa disebut
dengan stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di
dunia saat ini. Pada Tahun 2017, 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia
gizi maupun non gizi, sasaran pentingnya perbaikan gizi dan kesehatan adalah
remaja, calon pengantin, ibu hamil. Upaya pencegahan stunting secara dini harus
dilakukan agar Wanita Usia Subur (WUS) yang akan mempersiapkan kehamilan
sehingga 1000 HPK anak berhasil dipersiapkan dengan baik. Pengetahuan ibu
secara tidak langsung mempengaruhi status kesehatan ibu, janin yang dikandung,
2024 adalah 14% dengan arah kebijakan adalah intervensi sensitive dan spesifik
secara terintegras (Sari L, T., Renityas N., Sari I 2021). Sejak Tahun 2013,
penyakit tidak menular (PTM) pada usia dewasa. Walaupun kejadian stunting di
Indonesia menurun sejak tahun 2013, namun berdasakan Riset Kesehatan Dasar
Stunting masih menjadi salah satu isu penting dalam dunia kesehatan anak-
Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan di seluruh dunia kurang lebih sebesar 149
juta balita yang mengalami stunting pada tahun 2020. Penyebab stunting karena
kurangnya gizi sejak masa kehamilan. Hingga saat ini, prevalensi bayi lahir
stunting sebesar 23%. Kasus stunting bayi setelah lahir normal mencapai 27,6%.
Hal ini menunjukkan bahwa dari 23% kasus stunting dari kelahiran yang sudah
tidak sesuai standar, sangat penting perlu dilakukan pencegahan sejak kehamilan
Stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak
saat anak berusia dua tahun, dan bila tidak diimbangi dengan catch-up growth
penyakit infeksi dan penyakit tidak menular saat dewasa serta penurunan
anak-anak yang akan dilahirkan (S, A. S., Jati 2018). Masalah stunting merupakan
lintas sektor sangat diperlukan dalam upaya penurunan angka stunting. Kerjasama
lintas sektor dilakukan mulai dari tingkat pusat sampai ke daerah dan pada seluruh
Kuswari, 2019) tentang peran tokoh agama untuk mencegah dan menanggulangi
ekslusif pada kelompok perlakuan dan kontrol setelah diberikan konseling oleh
pendidikan orang tua, indeks kekayaan rumah tangga, lama menyusui, jenis
kelamin anak, berat badan lahir rendah, akses ke layanan kesehatan termasuk
perawatan antenatal kurang optimal, persalinan tidak di fasilitas pelayanan
terhadap status gizi anak (Akombi, B.J., Agho 2018). Salah satu upaya yang dapat
bekal cukup bagi calon ibu melanjutkan ke jenjang pernikahan sebagai langkah
awal untuk mencegahh kelahiran stunting dari ibu yang anemia (Fujiana 2023).
Hal ini dikarenakan calon pengantin yang akan menikah merupakan cikal
sehingga dapat melahirkan generasi penerus yang sehat dan menciptakan keluarga
sehat, sejahtera, dan berkualitas. Di era pandemi COVID-19 saat ini pelayanan
baru adalah penanda masa depan suatu negara dan kehidupan sehat dari kelompok
pendidikan kesehatan ialah cara utama dan terjamin dalam memberikan kesehatan
Hal ini terkait dengan pencegahan kehamilan dan menjaga jarak waktu
kesadaran cukup. Apabila pasangan calon pengantin tidak siap secara ekonomi
dalam memiliki anak, hal ini akan menyebabkan masalah signifikan terhadap
pernikahan mereka. Selain itu, pengendalian populasi tergantung pada
pengetahuan dan perilaku individu dalam suatu masyarakat. Salah satu strategi
paling tepat adalah memberikan edukasi pada pasangan calon pengantin sebelum
untuk memahami soal pola asuh yang tepat untuk mencegah lahirnya anak
stunting.
Selama ini upaya peningkatan gizi dilakukan ketika ibu sudah hamil,
sehingga akan lebih baik pendidikan gizi khususnya dalam pencegahan stunting
dilakukan ketika belum ibu hamil dan akan mempersiapkan kehamilannya. Seribu
hari pertama kehidupan atau yang dikenal dengan 1000 HPK adalah fase
kehidupan yang sangat penting, dimulai dari terbentuknya janin dalam kandungan
sampai anak berusia 2 tahun (Fauziatin 2019). Oleh karena itu pemerintah
pranikah. Salah satu yang harus dipenuhi yaitu melakukan suntik Tetanus Toksoid
calon pengantin. Dasar hukum utama pelaksanaan kursus catin adalah peraturan
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depertemen Agama Republik
Indonesia Nomor DJ.II/491 tahun 2009 tentang kursus calon pengantin. Materi
1974, keluarga sakinah,rumah tangga ideal dan reproduksi sehat (Fitriani, Ramlan,
pendidikan kesehatan melalui media kartu cinta anak tentang 1000 HPK dalam
betul apa itu tentang stunting. Akibatnya masih calon pengantin yang LILA dan
IMT dibawah standar yang telah ditetapkan. Sehingga peran tenaga kesehatan
calon pengantin tentunya agar menyiapkan gizi yang baik sebelum masa
akademis untuk ikut serta turut berbagi ilmu pengetahuan tentang stunting, bahaya
perempuan sebagai persiapan menjadi ibu dan calon pengantin mengatahui bahwa
dirinya sudah memenuhi syarat dikatakan baik atau tidak stunting di KUA
Terbanggi Besar Lampung Tengah. Hal ini dikarenakan terdapat calon pengantin
perempuan yang masih belum paham akan adanya stunting, bahaya stunting,
dampak yang ditimbulkan dan cara pencegahan stunting. Sementara itu, upaya
masih belum optimal oleh karena itu perlunya tingkatan sosialisasi agar seluruh
sebuah rangkaian tahapan yang disusun secara sistematis yang diawali dengan
menentukan topic dan metode penyuluhan, persiapan surat menyurat, alat dan
Kegiatan ini dilakukan setelah semua perizinan dan persiapan sarana dan
prarana sudah siap. Kegiatan ini telah diusahakan untuk dibuat menarik, agar para
ibu tertarik untuk mengikuti kegiatan dengan seksama. Metode yang digunakan
dalam kegiatan ini adalah melalui pemutaran video, ceramah, dan diskusi serta
tanya jawab.
Kegiatan ini ditulis berdasarkan rincian waktu yang telah dilaksanaan sesuai
perempuan tentang pengetahuan terkait dengan stunting dan persiapan gizi dan
cara- cara kontrasepsi kepada masyarakat tidak mudah untuk segera diterima
Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah gizi
pencegahan stunting terutama pada calon pengantin (catin). Hal ini karena catin
merupakan individu yang akan segera menuju kehidupan rumah tangga dan
mengenai status gizi catin dan resiko kurang energi kronis (KEK) pada calon ibu.
untuk memberikan respon atau jawaban dalam cara tertentu terhadap suatu situasi.
Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh atau kecenderungan untuk
memberi respon (Slameto 2017). Seorang wanita dikatakan siap dalam upaya
pencegahan stunting apabila usia > 20 tahun, indeks massa tubuh 18,5 – 25, lila >
23,5 cm, Hb > 12 gr/dl. Menurut BKKBN (2021) yang menyatakan bahwa
pemeriksaan berat badan (BB), tinggi badan (TB), indeks massa tubuh (IMT), dan
Usia ibu saat melahirkan menentukan berat bayi yang akan lahir, apakah
normal atau tidak, karena jika usia saat ibu melahirkan masih sangat muda, maka
risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah lebih tinggi. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Indrasari yang menyatakan bahwa ibu dengan
usia beresiko (kurang dari 20 tahun) mempunyai resiko 4,2 kali lebih besar untuk
terjadi berat badan lahir rendah (BBLR) dibanding ibu yang tidak mempunyai
usia beresiko. Kejadian berat bayi lahir rendah dan kelahiran prematur pada
Retrcition (IUGR) yang disebabkan oleh belum matangnya organ reproduksi dan
Kronik (KEK) atau kekurangan gizi berkepanjangan pada catin wanita. Catin
wanita yang terlalu kurus berisiko tidak mampu mencukupi gizi bagi janin yang
Massa Tubuh (IMT). Apabila catin masuk dalam kategori dibawah atau diatas
normal, catin dapat mengatasinya dengan mengatur pola makan gizi seimbang dan
protein dalam sel darah merah atau yang biasa disebut hemoglobin (Hb) bernilai
kesehatan dan gizi hingga mencapai normal dan dianjurkan menunda kehamilan
ranah masyarakat.
2) Penurunan angka stunting yang dimulai dari calon ibu agar nantinya dapat
pada calon pengantin dari KUA Terbanggi Besar Lampung Tengah, pemahaman
dan cara pencegahannya sebanyak 40 orang dan sebanyak 70% sudah paham
bagaimana cara mencegahnya dan menyiapkan diri untuk bisa menerapkan pola
hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Akombi, B.J., Agho, K.E. 2018. “Stunting, Wasting and Underweight In Sub
Sahara Africa: A Systematic Review.” International Journal of Enviromental
Research and Public Health, 863.
Arsyad J, F., Samsi A., Astari C., Sakira, F.S., Annisa, R. N., Unde A. 2020.
“Case Study of Toddlers Stunting Care Practices in Coastal Communities.”
Enfermeria Clinica 30: 462–65. https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2019.07.138.
Dewi, S., Rustam, Y., Doni A. W. 2018. “The Effect of Premarital Health
Education On Knowledge and Attitudes of Prospective Brides in Lubuk
Begalung Padang.” Jurnal Sehat Mandiri 13(2): 18–25.
Fitriani, Fitriani, Ramlan, and Ayu Dwi Putri Rusman. 2021. “Efektivitas Kartu
Cegah Stunting Terhadap Pengetahuan Kehamilan Calon Pengantin Di Kua
Kota Parepare.” Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan 4 (3): 332–41.
https://doi.org/10.31850/makes.v4i3.617.
Fujiana, F dkk. 2023. “Cegah Stunting Melalui Edukasi Pra Nikah.” Jurnal
Kreativitas Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) 6(@): 517–25.
Nurlela D., Sari P., Jusdistian. 2018. “Efektivitas Pendidikan Kesehatan Melalui
Media Kartu Cinta Anak Tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan Dalam
Meningkatkan Pengetahuan Pasangan Calon Pengantin Di KUA Kecamatan
Jatinangor.” Jurnal Kesehatan Vakasional 3 (2).
Patata N., Haniarti H., dan Usman U. 2021. “Pengaruh Pemberian Edukasi Gizi
Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Calin Pengantin Dalam Pencegahan
Stunting Di KUA Kabupaten Tana Toraja.” Jurnal Sains Dan Kesehatan
3(3): 458–63. https://doi.org/10.25026/jsk.v3i3.429.
Sari L, T., Renityas N., Sari I, N. 2021. “Determinants Analysis of The Incidence
of Stunting in Children 1-2 Years.” Journal of Ners and Midwifery 8(2):
190–95. https://doi.org/10.26699/jnk.v8i2.art.p190-195.
UNICEF. 2017. “First 1000 Days: The Critical Window to Ensure That Children
Survive and Thrive.” Unicef, 1–3.
Veronica, Septika Yani, Riska Safitri, and Siti Rohani. 2019. “Faktor - Faktor
Yang Berhubungan Dengan Pemakaian KB IUD Pada Wanita Usia Subur.”
Wellness and Healthy Magazine 1 (2): 223–30.
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/v1i228wh/29.
LAMPIRAN 1
Hari/ Tanggal :
Nama :
Usia :
Alamat :
No. Hp :
SOAL PRETEST
Petunjuk Pengisian:
a. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai pilihan Anda
b. Berilah tanda (X) jawaban pada jawaban yang telah dipilih dan usahakan tidak
ada jawaban yang terlewatkan
c. Apabila kurang jelas dipersilahkan bertanya seputar pertanyataannya
d. Setelah semua di isi mohon diserahkan kembali
Hari/ Tanggal :
Nama :
Usia :
Alamat :
No. Hp :
SOAL PRETEST
Petunjuk Pengisian:
e. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai pilihan Anda
f. Berilah tanda (X) jawaban pada jawaban yang telah dipilih dan usahakan tidak
ada jawaban yang terlewatkan
g. Apabila kurang jelas dipersilahkan bertanya seputar pertanyataannya
h. Setelah semua di isi mohon diserahkan kembali