Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM KERJA TIM

MAHASISWA PENTING ”INTERVENSI GIZI SPESIFIKASI


FOLLOW UP ANTROPOMETRI ANAK STUNTING”
INTERPROFESSIONAL COLLABORATION (IPC) TEMATIK
STUNTING
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG TAHUN 2023

DESA : PENAGA ( Tanjung Pisau )


WILAYAH KERJA PUSKESMAS : Puskesmas Kuala Sempang
KABUPATEN : BINTAN

Disusun Oleh: Program 1


No. Nama Mahasiswa Nim Prodi
1. Asdista Saputri PO7220120 1669 Keperawatan
2. Silvia Anggraini Saputri PO7220120 1657 Keperawatan
3. Dea Kurni Septiani PO7220120 1637 Keperawatan
4. Muhammad Syafiq PO7220120 1683 Keperawatan
5. Khairiah Isnaini Efendi PO7220120 1644 Keperawatan
6. Nur Annisa PO7220120 1651 Keperawatan
7. Sri Mardiah PO7220120 1660 Keperawatan
8. Yusri Angrayni PO7220120 1665 Keperawatan
9. Afrillia Damayanti PO7224220 1952 Kebidanan
10. Ainul Rozi PO7224220 1953 Kebidanan
11. Mitra Wibianto PO723332 0812 Sanitasi

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGPINANG
2023
HALAMAN PENGESAHAN
(Digunakan untuk Laporan Pelaksanaan Kegiatan )

Laporan Pelaksanaan Program Kerja Tim Mahasiswa Penting ini telah disetujui dan
diperiksa di ........................, .... Juni 2023, oleh:

Kepala Puskesmas Kuala Sempang PIC Dosen Pembimbing Penting,

Dr. Syuriati Wulandari Romalina, S.Kep. Ners.M.Kep


NIP. 1986011182014112001 NIP. 197908172001122002

Mengetahui, Menyetujui,
Direktur Ketua Pelaksana IPC 2023

Iwan Iskandar, SKM, MKM Weni Enjelina, M.Si


NIP. 196807141992031003 NIP. 198704042012122002
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidyah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Program Kerja yang berjudul
“Intervensi Gizi Spesifik Follow Up Antropometri Anak Stunting”.

Penulisan Laporan ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah IPE/C
Kesehatan Masyarakat di Kepulauan. Pembuatan Laporan Program Kerja ini tidak akan
terlaksana tanpa adanya Kerjasama tim, bantuan, dukungan, bimbingan, dan pengarahan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terimakasih kepada:

1. Dr. Gama AF Isnaeni,SP.A, M.SC selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
2. Iwan Iskandar, SKM., MKM. selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI
Tanjungpinang
3. Dr. Syuriati Wulandari selaku Kepala Puskesmas Kuala Sempang
4. Hamrudin selaku Kepala Desa Penaga Kabupaten Bintan
5. Amir selaku Ketua RT Desa Penaga Dusun Tanjung Pisau
6. Fidyah Aminin, SST, M.Kes selaku Wadir 1 Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang
7. Hevi Horiza, M.Kes selaku Wadir 2 Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang
8. Haryadi, S.KP., MPH selaku Wadir 3 Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang
9. Artia Diarina, SKM, MKM selaku Kepala Pusat Penjaminan Mutu dan
Pengembangan Pendidikan
10. Adil Candra, S.Kep.Ners., M. Kep selaku Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat
11. Romalina,S.Kep Ns.M.Kep selaku Kepala Prodi Keperawatan
12. Rahmadona, M.Keb selaku Kepala Prodi Kebidanan
13. Weni Enjelina, M.Si selaku Kepala Prodi Kesehata Lingkungan sekaligus Ketua dari
pelaksanaan IPC
14. Fidyah Aminin, SST, M.Kes, Melly Damayanti, SST, M.Keb, Jeni Cesi Cintiani,
SST, Haryadi, S.Kp., MPH, Romalina, S.Kep Ns.M.Kep, Kholilah Samosir, M.Kes,
M. Fadhil Idris, SKM, Luh Pitriyanti, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Tim 1
15. Serta seluruh Civitas Akademika dan Staff Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang yang
ikut serta dalam pelaksanaan IPC

Penulis menyadari laporan program kerja ini masih banyak terdapat kekurangan,
untuk itu penulis mengharapkan adanya kritikan dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat
memberikan banyak manfaat bagi semua pihak.

Tanjungpinang, 12 Juni 2023

Tim Program I
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL............................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................5
2.2 Pengertian Antropometri...................................................................................................6
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting.......................................................6
2.3.1 Faktor Langsung..........................................................................................................6
2.3.2 Faktor Tidak Langsung................................................................................................7
2.4 Dampak Stunting................................................................................................................8
2.5 Patofisiologi........................................................................................................................8
BAB IV............................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................16
3.1 Simpulan....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................18

ii
DAFTAR TABEL

1.1 Berat Badan Ideal Anak Usia 1-5 Tahun

3.1 Follow Up Antropometri Anak Stunting di Desa Penaga Kuala Sempang

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Dokumentasi Kegiatan

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dimana Indonesia
masih mengalami masalah gizi. Salah satu masalah gizi yang terjadi di Indonesia
adalah Stunting. Masalah anak pendek (stunting) merupakan masalah gizi yang
sering terjadi terutama di negara yang miskin dan berkembang (Unicef,2013
dalam LPPM STIKes Hang Tuah Pekanbaru, 2015).

Stunting pada balita digambarkan sebagai kondisi status gizi kurang yang
bersifat kronik pada masa pertumbuhan dan perkembangan sejak awal
kehidupan. Menurut WHO (2020) stunting adalah pendek atau sangat pendek
berdasarkan panjang / tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar
deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan kondisi
irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang /
kronis yang terjadi dalam 1000 HPK.

Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi, sehingga pada


penanggulangannya dilakukan oleh multisector, dalam arti lain tidak hanya pada
sektor kesehatan saja. WHO memberikan gambaran dan mengklasifikasikan
penyebab terjadinya stunting menjadi empat kelompok utama, yaitu (1) faktor
rumah tangga dan keluarga, (2) praktik pemberian makanan pendamping yang
tidak memadai, (3) praktik pemberian ASI yang tidak memadai, dan (4) infeksi
(Uwiringiyimana, Ocké, Amer, & Veldkamp, 2019).

Kementerian Kesehatan dalam hal ini Direktorat Kesehatan Lingkungan


Tahun 2018 menjelaskan 3 komponen stunting yakni salah satu pelayanan
kesehatan dan kesehatan lingkungan (air bersih sanitasi) yang merupakan
penyebab tidak langsung stunting dan memiliki intervensi sensitif 70%
kontribusi pada penurunan stunting. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
merupakan pendekatan untuk merubah Hygiene dan Sanitasi melalui
pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Sanitasi Total Berbasis

1
2

Masyarakat (STBM) ialah pendekatan untuk mengubah perilaku menjadi


higienis dan saniter masyarakat. Terdapat 5 pilar STBM yaiitu stop buang air
besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan makanan dan
minuman, pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga.

Stunting adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan
yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Peran dan kedudukan ibu dalam
kualitas keluarga mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial
budaya, kemandirian, dan mental spiritual serta nilai-nilai agama yang
merupakan dasar dalam mencapai keluarga sejahtera. Pengukuran pada kondisi
stunting menggunakan ukuran status gizi secara langsung menggunakan
penilaian antopometri. Dampak stunting tidak hanya pada segi kesehatan tetapi
juga mempengaruhi tingkat kecerdasan anak.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengumumkan angka


prevelensi stunting Indonesia tahun 2022. Berdasarkan hasil survei Status Gizi
Indonesia (SSGI), angkat stunting turun 11,4% dari 24,4% di tahun 2021
menjadi 21,6%. Angka ini menjadikan Kepulauan Riau sebagai provinsi
terendah nomor 4 se-indonesia setelah Bali, DKI Jakarta dan Lampung.
Pravelensi balita stunting di Provinsi Kepualauan Riau tertinggi di Kabupaten
Lingga 18,9%, Natuna 18%, Bintan 17,8%, Tanjungpinang 15,7%, Batam
15,2%, Anambas 14 % dan terendah di Karimun 13,3%.

Presiden RI Joko Widodo mengatakan dalam forum tersebut stunting


bukan hanya urusan tinggi badan tetapi yang paling berbahaya adalah rendahnya
kemampuan anak untuk belajar, keterbelakangan mental, dan yang ketiga
munculnya penyakit-penyakit kronis. Keberhasilan penurunan stunting di
Provinsi Kepulauan Riau dikarenakan peran dari berbagai pihak yang turut
terlibat dalam penanganan stunting sesuai yang diamanatkan pada pepres 72
tahun 2021. Kedepannya Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau juga akan terus
mengupayakan agar upaya preventif dalam pencegahan stunting dikedepankan
melalui perbaikan status gizi remaja putri, calon ibu, ibu hamil dan balita.
3

Sehingga semakin dini stunting dideteksi maka penanganan akan semakin


mudah.

Maka dari itu perlunya partisipasi dalam kegiatan kolaborasi yang akan
membantu menurunkan angka stunting pada masyarakat. Salah satu kegiatan
kolaborasi yang dilakukan adalah IPE/IPC. Inter Professional Colaboration
(IPC) merupakan proses kolaborasi yang terdiri dari dua atau lebih tenaga
kesehatan berfokus pada belajar dengan, dari, dan tentang masing-masing
profesi sehingga dapat mengembangkan kerjasama demi terwujudnya pelayanan
pasien yang lebih optimal. Dasar dari IPC ini adalah Inter Professional
Education (IPE). Sedangkan Interprofessional Education, atau disebut IPE,
menurut WHO (1988) adalah sebuah proses pembelajaran antara berbagai
mahasiswa kesehatan atau tenaga kesehatan dengan berbagai latar pendidikan
dengan tujuan utama adalah interaksi antar sesama dan berkolaborasi untuk
menghasilkan usaha kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dan
usaha kesehatan lainnya, dengan konsep kesehatan berbasis patients-centered
care.

Berdasarkan latar belakang diatas TIM tertarik untuk melaksanakan intervensi


gizi spesifik pada balita stunting dengan judul laporan.

1.2 Tujuan

1.2.1 Umum

Memberikan pengalaman nyata pada mahasiswa Poltekkes Kemenkes


Tanjungpinang untuk menerapkan kolaborasi antar profesi yaitu bidan,
perawat dan tenaga sanitasi lingkungan dalam melaksanakan program
sebagai upaya penurunan stunting di suatu daerah kepulauan.

1.2.2 Khusus

Setelah mengikuti kegiatan IPC ini, mahasiswa diharapkan memiliki


kompetensi sebagai berikut:
4

1) Membantu masyarakat mencari solusi menyelesaikan masalah stunting


yang ada di desa Penaga
2) Mempraktikan nilai-nilai/etik antar profesi.
3) Mempraktikan peran dan tanggung jawab antar profesi.
4) Mempraktikan komunikasi efektif antar profesi.
5) Mempraktikan kerjasama tim antar profesi.
6) Memahami praktik Program Mahasiswa Penting dan merancang kegiatan
bagi masyarakat dalam rangka penurunan stunting di daerah tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kesehatan anak yang mana menjadi modal utama untuk pertumbuhan yang
optimal. Tumbuh kembang anak yang berlangsung baik sejak masa bayi hingga usia
sekolah akan menjadikannya manusia yang penuh potensi bagi kehidupan dimasa yang
akan datang. Kesehatan seorang anak yang mencakup kesehatan badan, rohani dan
sosial,bukan hanya berkaitan dengan penyakit dankelemahan, tetapi juga berkaitan
dengan perkembangan fisik, intelektual dan emosional (Asrie, 2017).

2.1 Pengertian Stunting

Stunting merupakan penilaian status gizi berdasarkan indikator panjang badan


dibanding umur (PB/U) atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) dimana hasil
pengukuran antropometri menunjukkan Z-Score <-2 SD sampai dengan -3 SD
(pendek) dan <-3 SD (sangat pendek) (Kemenkes R.I, 2012).

Stunting yang mana diakibat kekurangan gizi berulang dalam waktu lama
pada masa janin hingga 2 tahun pertama kehidupan seorang anak. Tingginya
prevalensi anak stunting karena mengalami BBLR, akibat KEK pada ibu hamil yang
mana dapat meningkatkan angka kematian bayi dan balita, gangguan pertumbuhan
fisik dan mental anak, serta penurunan kecerdasan (Ni’mah et al, 2015).

Tabel.1 Berat Badan Ideal Anak Usia 1-5 Tahun

Perempuan

Usia Anak Berat Badan Tinggi Badan

1 Tahun 7-11,5 kg 68,9-79,2 cm

2 Tahun 9-14,8 kg 80-92,9 cm

3 Tahun 10,8-18,1 kg 87,4-101,7 cm

4 Tahun 12,3-21,5 kg 94,1-111,3 cm

5 Tahun 13,7-24,9 kg 99,9-118,9 cm

5
6

Laki-Laki

Usia Anak Berat Badan Tinggi Badan

1 Tahun 7,7-12 kg 71-80,5 cm

2 Tahun 9,7-15,3 kg 81,7-93,9 cm

3 Tahun 11,3-18,3 kg 88,7-103,5 cm

4 Tahun 12,7-21,2 kg 94,9-111,7 cm

5 Tahun 14,1-24,2 kg 100,7-119,2


cm

2.2 Pengertian Antropometri


Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung menilai status
gizi, khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseoraang dengan demikian,
antropometri merupakan indikaator status gizi yang berkaitan dengan masalah
kekurangan energi dan protein yang dikenal dengan KEP. Antropometri dipengaruhi
oleh factor genetic daan factor lingkungan. Konsumsi makanan dan Kesehatan (adanya
infeksi) merupakan factor lingkungan yang mempengaruhi antropometri (Aritonang,
2013).

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting


Pada dasarnya status gizi anak dapat dipengaruhi oleh faktor langsung dan
tidak langsung, faktor langsung yang berhubungan dengan stunting yaitu status
kesehatan penyakit infeksi ISPA dan diare, pola pengasuhan tidak ASI ekslusif,
pelayanan kesehatan berupa status imunisasi yang tidak lengkap. Sedangkan
faktor tidak langsung berkaitan dengan karakteristik keluarga berupa pekerjaan
orang tua, pendidikan orang tua dan status ekonomi keluarga (Bappenas, 2018).

2.3.1 Faktor Langsung


a. Asupan Zat gizi
Asupan zat gizi merupakan salah satu cara untuk menilai konsumsi
makanan pada anak. Asupan gizi yang tidak mencukupi, terutama dari
total energi, berhubungan langsung dengan defisit pertumbuhan fisik
7

pada anak. Rendahnya konsumsi energi pada kelompok anak balita


pendek diperkirakan karena beberapa faktor antara lain kurangnya
pengetahuan ibu yang berpengaruh dalam pemberian gizi seimbang pada
anak, nafsu makan anak berkurang karena adanya penyakit infeksi
(Mugianti, S. Dkk, 2018).
b. Penyakit Infeksi Malnutrisi dapat meningkatkan risiko infeksi, sedangkan
infeksi dapat menyebabkan anak kurang gizi, yang daya tahan terhadap
penyakitnya rendah, jatuh sakit dan akan semakin kurang gizi, sehingga
mengurangi kapasitasnya untuk melawan penyakit dan sebagainya
(Mugianti, S. Dkk, 2018).
c. Pemberian ASI Eksklusif ASI merupakan makanan bayi yang paling
sempurna, praktis, murah dan bersih karena langsung diminum dari
payudara ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang
dibutuhkan bayi untuk memenuhi kebutuhan gizi di 6 bulan pertamanya.
Jenis ASI terbagi menjadi 3 yaitu kolostrum, ASI masa peralihan dan
ASI mature. Kolostrum adalah susu yang keluar pertama, kental,
berwarna kuning dengan mengandung protein tinggi dan sedikit lemak
(Yusrina et.al, 2016).

Pada usia 0-6 bulan ibu balita yang memberikan ASI eksklusif yang
dapat membentuk imunitas atau kekebalan tubuh anak balita sehingga
dapat terhindar dari penyakit infeksi (Mugianti, S. Dkk, 2018).

2.3.2 Faktor Tidak Langsung


a. Pola asuh Pengasuhan merupakan faktor yang sangat erat kaitannya
dengan pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah. Secara lebih
spesifik, kekurangan gizi dapat menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan badan, lebih penting lagi perkembangan otak dan dapat
pula terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh terhadap
penyakit infeksi (Rahmayana et al, 2014)
b. Sosial ekonomi Kondisi sosial ekonomi dapat mempengaruhi status gizi
anak, faktor sosial ekonomi meliputi pendapatan perkapita, pendidikan
8

orang tua, pengetahuan ibu tentang gizi dan jumlah anggota dalam rumah
tangga secara tidak langsung juga berhubungan dengan kejadian stunting.
Pendapatan akan mempengaruhi pemenuhan zat gizi keluarga dan
kesempatan dalam mengikuti pendidikan formal. Rendahnya pendidikan
disertai rendahnya pengetahuan gizi sering dihubungkan dengan kejadian
malnutrisi (Roudhotun, 2012).

2.4 Dampak Stunting


Ada dua dampak yang ditimbulkan stunting yaitu dampak jangka pendek dan
jangka panjang (Kementrian PPN/ Bappenas, 2018).

1. Dampak Jangka Pendek Stunting menyebabkan gagal tumbuh, hambatan


perkembangan kognitif dan motorik, dan tidak optimalnya ukuran fisik tubuh
serta gangguan metabolisme.
2. Dampak Jangka Panjang Stunting menyebabkan menurunnya kapasitas
intelektual. Gangguan struktur dan fungsi saraf dan sel-sel otak yang bersifat
permanen dan menyebabkan penurunan kemampuan menyerap pelajaran di usia
sekolah yang akan berpengaruh pada produktivitasnya saat dewasa. Selain itu,
kekurangan gizi juga menyebabkan gangguan pertumbuhan (pendek dan atau
kurus) dan meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes melitus,
hipertensi, jantung kroner, dan stroke.

2.5 Patofisiologi
Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan akibat akumulasi
ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai usia 24
bulan. Keadaan ini diperparah dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh. Masalah
stunting terjadi karena adanya adaptasi fisiologi pertumbuhan atau non patologis,
karena penyebab secara langsung adalah masalah pada asupan makanan dan
tingginya penyakit infeksi kronis terutama ISPA dan diare, sehingga memberi
dampak terhadap proses pertumbuhan balita (Sudiman, 2018).
Tidak terpenuhinya asupan gizi dan adanya riwayat penyakit infeksi berulang
menjadi faktor utama kejadian kurang gizi. Faktor sosial ekonomi, pemberian ASI
dan MP-ASI yang kurag tepat, pendidikan orang tua, serta pelayanan kesehatan yang
9

tidak memadai akan mempengaruhi pada kecukupan gizi. Kejadian kurang gizi yang
terus berlanjut dan karena kegagalan dalam perbaikan gizi akan menyebabkan pada
kejadian stunting atau kurang gizi kronis. Hal ini terjadi karena rendahnya
pendapatan sehingga tidak mampu memenuhi kecukupan gizi yang sesuai
(Maryunani, 2016).
Pada balita dengan kekurangan gizi akan menyebabkan berkurangnya lapisan
lemak di bawah kulit hal ini terjadi karena kurangnya asupan gizi sehingga tubuh
memanfaatkan cadangan lemak yang ada, selain itu imunitas dan produksi albumin
juga ikut menurun sehingga balita akan mudah terserang infeksi dan mengalami
perlambatan pertumbuhan dan perkembangan. Balita dengan gizi kurang akan
mengalami peningkatan kadar asam basa pada saluran cerna yang akan menimbulkan
diare (Maryunani, 2016)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Tabel Follow Up Antropometri Anak Stunting di Desa Penaga Kuala Sempang :

1. Posyandu Seroja

N Nik Nama J Tanggal BB TB Nama Posyandu RT/ Alamat Usia saat Tanggal BB TB Keteranga
o K lahir Lahir lahir ortu RW ukur pengukur n
an

1 2102526407180000 Hilya Mafia Z P 24/07/2018 2 0 Mahadi Seroja 01/ Tanjungpisau 4 tahun 13/06/2023 14 94,9 PENDEK
01 11 bulan

2 2102521809180000 M.Akbar.S L 18/09/2018 3 0 Sujak Seroja 01/ Tanjungpisau 4 tahun 9 13/06/2023 14,3 98 PENDEK
01 bulan

3 2101080111180001 Zuqry L 01/11/2018 2 48 Aan Seroja 05/ Banse 4 tahun 8 13/06/2023 12,6 97 PENDEK
Qhalifah U 01 bulan

4 2101085807190002 Zihan Artika P 18/07/2019 3 49 Tati Seroja 01/ Tanjungpisau 3 tahun 13/06/2023 10,3 89,2 PENDEK
Hastuti 01 11 bulan

5 000000001310004 M.Hidayatulla L 03/04/2021 3 49 Jumadi Seroja 01/ Segelap 2 tahun 2 13/06/2023 9,3 76,2 SANGAT
h 02 bulan PENDEK

10
11
2. Posyandu Mawar Merah
N Nik Nama J Tanggal BB TB Nama Posyandu RT/ Alamat Usia saat Tanggal BB TB Keteranga
o K lahir Lahir lahir ortu RW ukur pengukur n
an

1 2101086907180001 Yuna Juliana P 29/07/2018 3 49 Agus Mawar 01/ Tanah merah 4 tahun 15/06/2023 13,9 98,6 PENDEK
A Rianto merah 02 10 bulan

2 2101081611180001 Raja Farel A L 16/11/2018 3,4 50 Raja Mawar 03/ Tanah merah 4 tahun 7 15/06/2023 13,7 98,5 PENDEK
kamaru merah 02 bulan
din

3 2101080211090005 Suhaila asyfa P 13/12/2018 3,1 49 Riduan Mawar 03/ Tanah merah 4 tahun 6 15/06/2023 14 94,9 PENDEK
merah 04 bulan

4 2101085204199999 Cantika nur P 12/04/2019 3,1 50 Soleha Mawar 03/ Tanah merah 4 tahun 2 15/06/2023 14,2 93,5 PENDEK
apita n merah 02 bulan

5 217204160120001 M.Arshaka L 16/01/2020 3 49 Wanraz Mawar 01/ Tanah merah 3 tahun 5 03/06/2023 13,6 90 PENDEK
ia merah 01 bulan

6 2101082104200001 Dipan.S L 14/04/2020 3 49 Apriya Mawar 01/ Tanah merah 3 tahun 2 15/06/2023 12,1 85,4 SANGAT
nto merah 01 bulan PENDEK

7 2102526410202394 Angel putri o P 24/10/2020 3 49 Agus Mawar 01/ Sungai tiram 2 tahun 8 15/06/2023 9,9 83 PENDEK
candra merah 01 bulan

8 7896585857545869 Alfano irawan L 13/08/2022 2,8 49 Budi Mawar Tanah merah 10 bulan 15/06/2023 6,9 67,7 PENDEK
irawan merah
12
9 2102525908222887 Citra safitri P 19/08/2022 3 50 Radiah Mawar Tanah merah 10 bulan 03/06/2023 6,2 65 PENDEK
merah

3. Posyandu Kenanga
N Nik Nama J Tanggal BB TB Nama Posyandu RT/ Alamat Usia saat Tanggal BB TB Keteranga
o K lahir Lahir lahir ortu RW ukur pengukur n
an

1 2101085401190001 Dinda P 14/01/2019 3 48 Budima Kenanga 06/ Belak 4 tahun 5 13/06/2023 13,1 93,9 PENDEK
n 04 bulan

2 2101080410199999 Rafa fauzan L 04/10/2019 3 51 Rahim Kenanga 06/ Belak 3 tahun 8 16/06/2023 11,9 92 PENDEK
04 bulan

3 2102521307214373 M. Nawfal L 13/07/2021 3,2 50 M.guna Kenanga 01/ Kemalai 1 tahun 15/06/2023 8 75,1 SANGAT
wan 01 11 bulan PENDEK

4 2102520409227585 Dinara alfazya P 04/09/2022 3 48 Muham Kenanga Kemalai 8 bulan


mad
13
4. Posyandu Melati
N Nik Nama J Tanggal BB TB Nama Posyandu RT/ Alamat Usia saat Tanggal BB TB Keteranga
o K lahir Lahir lahir ortu RW ukur pengukur n
an

1 2102526801207778 Dewi sifa a P 28/01/2020 3,2 50 Nurhud Melati 01/ Penaga 3 tahun 5 16/06/2023 11 85,6 SANGAT
a 01 bulan PENDEK

2 2102522105209183 Meikayla putri P 21/05/2020 3 50 Candra Melati 01/ Penaga 3 tahun 1 16/06/2023 12 87 PENDEK
r 01 bulan

3 2102521208202746 M.Arga L 12/08/2020 3,2 50 Sugono Melati 01/ Belak 2 tahun 16/06/2023 10,9 87,4 PENDEK
agustino 01 10 bulan

4 2102520209207513 Lintang triagil L 02/09/2020 3 49 Temu s Melati 01/ Rekuh 2 tahun 9 16/06/2023 10,8 83,2 PENDEK
01 bulan

5 2101082612210001 Arsaka putra l L 26/12/2021 3 48 Candra Melati Rekuh 1 tahun 6 16/06/2023 9,4 76,3 PENDEK
s bulan
1. Kegiatan yang dilakukan oleh program 1 :

 Hari pertama tanggal 12 juni 2023 kami melakukan pembukaan yang dihadiri oleh
kepala puskesmas kuala sempang, kepala desa, rt dan rw kepala dusun, bapak direktur,
para dosen dan staff poltekkes kemenkes tanjungpinang
 Hari ke dua tanggal 13 juni 2023 mengikuti kegiatan posyandu anak dan ibu hamil di
posyandu seroja, kami melakukan pengukuran bb tb umur dengan anak anak stunting
dan anak anak yang datang di posyandu di hari itu dengan di damping oleh para kader
dan bidan desa,dari posyandu anak yang dilakukan datang 40 orang anak dan 5 orang
anak dengan stunting dari 5 orang anak yang stunting hanya 1 orang anak yang tidak
datang, lalu setelahnya kami mengikuti posyandu ibu hamil dengan kegiatan senam
hamil yang dipimpin oleh bidan desa dan diikuti oleh 2 ibu hamil yang datang dan
beberapa kader dan mahasiswa yang ikut mencoba senam ibu hamil
 Hari ke 3 tanggal 14 juni 2023 kami pergi ke puskesmas kuala sempang untuk bertemu
dengan ci yaitu ibu dara untuk mengevaluasi dn merencanakan kegiatan apay g sudah
dilakukan dan apa yang ingin dilakukan, serta belajar menaikan grafik di buku KIA
dengan menggunakan ukuran TB/U dan sesuai jenis kelamin. Setelah melakukan konsul
dengan ci kami pergi ke desa reku yaitu posyandu melati danbertemu dengan salh satu
kader yaitu ibu pina yang membantu kami untuk mengumpulkan anak anak dengan
stunting dan meminta informasi terkait anak tersebut serta meminta data dari kegiatan
posyandu yang sudah dilakukan kemarin(posyandu dilakukan saat kami belum datang
di desa penaga). Selanjutnya setelah kami dari reku atau posyandu melati kami
melanjutkan perjalanan menuju desa tanah merah yaitu posyandu mawar merah dan
bertemu dengan kader yang bernama ibu ira untuk meminta data anak yang sudah
melakukan posyandu (sebelum kami datang ke desa penaga) dan meminta informasi
tentang anak yang stunting serta kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya di tanah
merah atau posyandu mawar merah. Selanjutnya kami melakukan pengukuran pada 1
orang anak yang tidak datang I hari kemarin saat posyandu seroja di adakan.
 Hari ke empat tanggal 15 juni 2023 kami dipagi hari datang ke posyandu kenanga di
belak untuk mengikuti posyandu anak dan sekaligus mengukur anak anak stunting serta
memberikan makanan bubur untuk anak yang sudah melakukan pengukuran bb dan tb.
Lalu kami membagi jadi 2 tim, tim pertama ke tanah merah yaitu posyandu maawar
merah untuk melakukan follow up dengan anak stunting sekaligus mengikuti program
ranatang sehat dan memberikan godiebag untuk anak anak stunting dalam program
yang dilakukan di posyandu mawar merah yang harusnya 9 anak tetapi hanya datang 5
anak selanjutnya kami melakukan sweeping kpada 2 orang anak yang tidak datang ke
posyandu hari itu, 2 anak yang lain menurut informasi yang kami dapat anak tersebut
sedang tidak berada di tempat. Selanjutnya tim ke 2 melakukan perjalanan ke
tanjungpisau dengan door to door untuk menjaankan program rantang sehat dan kami
sekaligus memberikan godiebag.
 Hari kelima tanggal 16 juni 2023 kami membagi jadi 2 tim, tim pertama melakukan
olah data dan membuat laporan, tim 2 melakukan pengukuran dan program rantang
sehat di posyandu melati desa rekuh dengan target 5 anak stuting tetapi hanya 4 anak
yang dapat diberikan rantang sehat dan pengukuran, 1 anak yang lain diberikan oleh
kader secara mandiri/ sendiri dikarenakan anak tersebut tinggal bersama anggota
keluarga yang lain dan agak sulit untuk berkomunikasi selain itu kami jug memberikan
godiebag.

14
15

 Hasil follow up selama 4 hari yang didapatkan dari setiap posyandu yang berada di desa
penaga terdapat 23 orang anak yang masuk dalam data stunting pada bulan mei yang
dilakukan pengukuran kembali pada bulan juni dan hasil yang didapati dari pengukuran
kembali 23 orang anak tersebut masih termasuk dalam kategori stunting.
 Hari keenam tanggal 17 juni 2023 kami melakukan gotong royong dengan mahasiswa
STAI MU di tanah merah, selanjutnya kami kembali ke posko untuk menlajutnkan
membuat laporan
 Hari ke tujuh,delapan, sembilan, sepuluh kami mengolah data dan membuat laporan,
mengkonsulkan dengan ci dan dosen pembimbing serta merevisi dan membuat ppt.
 Hari kesepuluh tanggal 21 juni 2023 kami melakukan kegiatan penyuluhan tentang
materi donor darah dengan masyarakat di desa penaga tanjungpisau
2. kendala selama melakukan program :
 Beberapa anak sulit dilakukan pengukuran serta jarang untuk datang ke posyandu
 Alat yang digunakan tidak sama dengan alat yang kami ketahui
 Sulit melakukan pengukuran dengan door to door dikarenakan alat ukur sulit di bawa
BAB IV
PENUTUP

3.1 Simpulan
Stunting merupakan salah satu masalah yang sangat menjadi perhatian
masyarakat umum khususnya masyarakat di desa Penaga. Masalah stunting yang
terjadi pada anak di desa Penaga menjadi salah satu capaian program dalam mata
kuliah Interprofessional Collaboration di Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang yang
dibawah pengawasan pemerintah setempat dan beberapa institusi kesehatan dalam
melakukan pengawasan dan penanganan masalah stunting yang terjadi pada anak yang
berada di desa Penaga. Dalam melakukan program Interprofessional Colaboration
terdapat tiga prodi yang berada di Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang yaitu
keperawatan, kebidanan dan sanitasi dalam melakukan program peduli stunting
khususnya tim program satu yang melakukan follow up data stunting anak di desa
Penaga.

Berdasarkan hasil yang didapatkan setelah menjalankan program peduli stunting


yang dilakukan tim satu didapatkan sebanyak 23 anak yang masuk dalam kategori
stunting yang dilakukan pengukuran ulang. Dalam pelaksanaan pengukuran kembali
yang dilakukan oleh tim satu terdapat pembagian rantang sehat bersama para kader di
masing-masing posyandu dan penyuluhan bersama tim-tim yang lain khususnya tim
dapur sehat. Dari beberapa program yang dijalankan terdapat beberapa kendala
diantaranya adanya kesusahan dalam pengukuran karena alat ukur yang berbeda dan
kesulitan dalam mengajak anak untuk diukur tinggi badan. Dari beberapa kendala
yang ditemui dilapangan para kader beserta tim melakukan pengukuran dirumah
masing-masing anak atau door to door, meskipun program door to door dilakukan
masih terdapat kesulitan dalam melakukan pengukuran dan membutuhkan waktu yang
lama dalam membujuk anak yang akan dilakukan pengukuran. Oleh karena itu dalam
melakukan pengukuran kembali membutuhkan waktu yang lama sehingga memakan
waktu beberapa hari.
3.2 Saran

Diharapkan masalah yang muncul di lingkungan masyarakat dapat teratasi dengan


baik dan cepat agar tidak menimbulkan suatu masalah yang berkelanjutan yang dapat
merugikan kesehatan pada masyarakat dan masyarakat dapat menerapkan Asuhan
yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1: Dokumentasi Kegiatan

Intervensi Gizi dan Antropometri di Posyandu Seroja


Intervensi Gizi dan Antropometri di Posyandu Mawar Merah

m
Intervensi Gizi dan Antropometri di Posyandu Melati
Intervensi Gizi dan Antropometri di Posyandu Kenanga

Anda mungkin juga menyukai