Anda di halaman 1dari 143

ASUHAN KEBIDANAN BERKESINAMBUNGAN PADA Ny.

F USIA 29
TAHUN P2A0 DI PUSKESMAS MINGGIR SLEMAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Kebidanan Komunitas dalam Konteks


Continuity of Care (COC)

Oleh
DARA NURUL UTAMI
NIM. P07124520090

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN
“ASUHAN KEBIDANAN BERKESINAMBUNGAN PADA Ny. F USIA 29
TAHUN P2A0 DI PUSKESMAS MINGGIR SLEMAN”

Disusun Oleh :

DARA NURUL UTAMI


NIM. P07124520090

Menyetujui,

Pembimbing Klinik
Heni Irawati S.Sit
NIP. 196302041984102012 (…….……………………....)
Pembimbing Akademik

Yuliantisari Retnaningsih, SsiT, M.Keb (…………....…..……...........)


NIP198010282006042002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Hesty Widyasih,S.ST,M.Keb
NIP. 19791007 200501 2 00

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan laporan
komprehensif ini. Penulisan laporan Continuity of Care (COC) ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai Profesi Bidan pada
program studi Pendidikan Profesi Bidan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta. laporan Continuity of Care (COC) ini terwujud atas bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Joko Susilo, SKM, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
2. DR.Yuni Kusmiyati, S.ST, MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta
3. Hesty Widyasih, S.ST., M.Keb. selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan,
4. Yuliantisari Retnaningsih, SsiT, M.Keb Selaku Pembimbing Akademik
5. Heni Irawati S.ST , selaku pembimbing Klinik
6. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan doa restu serta dukungan
dalam penyusunan skripsi ini,
7. Serta semua rekan-rekan yang telah membantu terselesaikannya laporan ini.
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari
bahwa penulisan laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir
kata, penulis mengharapkan semoga laporan komprehensif ini bermanfaat bagi
semua pihak.

Yogyakarta, September 2021


Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................II
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................2
C. Ruang Lingkup............................................................................................2
D. Manfaat........................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
KAJIAN KASUS DAN TEORI............................................................................4
A. Kajian Masalah Kasus................................................................................4
B. Kajian Teori...............................................................................................13
C. Telaah Jurnal Penelitian..........................................................................59
D. Kewenangan Bidan...................................................................................60
BAB III..................................................................................................................61
PEMBAHASAN...................................................................................................61
A. Pengkajian.................................................................................................61
B. Analisa........................................................................................................70
C. Penatalaksanaan........................................................................................71
BAB IV..................................................................................................................80
PENUTUP.............................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................82
LAMPIRAN..........................................................................................................85

iv
SINOPSIS

ASUHAN KEBIDANAN BERKESINAMBUNGAN PADA Ny. F UMUR 29


TAHUN G2P1AB0AH1 DI PUSKESMAS MINGGIR SLEMAN

Continuum of Care merupakan salah satu pelyanan dari tenaga Kesehatan


yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian Ibu, angka kematian bayi &
balita, dan menurunkan stunting, gizi kurang dan gizi buruk serta peningkatan
cakupan imunisasi, pelayanan yang dilakukan secara berkesinambungan dari ibu
hamil hingga ibu nifas dan KB. Salah Satu klien yang dilakukan asuhan
kebidanan secara berkesinambungan adalah Ny.F usia 29 tahun.
Kontak pertama dilakukan pada tanggal 12 Juli 2021 di Puskesmas Minggir,
selama kehamilan tidak ditemukan masalah pada Ny. F, Begitu juga persalinan
Ny.F, lama antara pembukaan lengkap hingga bayi lahir 15 menit, berat bayi 3100
gram, menangis kuat, gerak aktif, tidak di temukan kelainana ataupun tanda
bahaya padi bayi maupun ibu.
Pada masa nifas dan neonatus, ibu dan bayi dalam kondisi Baik. Pada
kunjungan nifas ke-4, Ny.F berencana menggunakan Kontrasepsi KB setelah
masa nifas berakhir.
Peran bidan sangatlah penting sehingga perlu dilakukan penanganan yang
tepat sepanjang siklus hidup manusia, penyediaan layanan, komponen upaya,
continuum of care dalam memberikan asuhan kepada ibu dan bayi untuk
mengurangi mordibitas dan mortalitas pada ibu dan bayinya.
Kesimpulan dari asuhan ini adalah ibu hamil, persalinan, dan nifas normal.
Saran untuk bidan agar dapat meningkatkan asuhan berkesinambungan dengan
cara memantau secara ketat ibu dan janin sehingga tidak ditemukan komplikasi
pada ibu hamil.

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya Pemerintah untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI),
Angka Kematian Bayi & Balita (AKB), dan menurunkan stunting, gizi
kurang dan gizi buruk serta peningkatan cakupan imunisasi hanya dapat
terwujud bilamana terdapat peran dari berbagai stakeholder terkait tidak
terkecuali peran dari keluarga. Tidak kalah pentingnya peran dari tenaga
kesehatan dalam memberikan pelayanan secara “continuum of care the life
cycle” serta pelayanan tersebut dilaksanakan berdasarkan “continuum of
pathway” sesuai kebutuhan medis.1
Angka kematian Ibu (AKI) merupakan indikator Kesehatan yang
menggambarkan derjat kesehatan masayrakat. Jumlah kematian ibu terjadi
penurunan tahun 2018-2019 yaitu dari 4.226 menjadi 4.221 kematian ibu di
Indonesia. Pada tahun 2019 penyebab kematian ibu terbanyak adalah
perdarahan (1.280 kasus), hipertensi dalam kehamilan (1.066 kasus), infeksi
(207 kasus).2
Di DIY jumlah kematian ibu pada tahun 2018 sebanyak 35 ibu, tahun
2019 menjadi 36 kematian ibu. Sedangkan angka kematian neonatal sebanyak
236, kematian bayi 316 bayi. 2 Berdasarkan dari hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018 Kabupaten Sleman, menunjukkan bahwa angka
kejadian anemia di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya
yaitu sebesar 48,9% dari yang sebelumnya sebesar 37,1% pada tahun 2013.4
Berdasarkan hasil dari Profil Kesehatan sleman menunjukkan Angka
kematian ibu melahirkan Tahun 2019 mengalami kenaikan bila dibandingkan
dengan tahun 2018. Jumlah kematian ibu pada Tahun 2018 adalah sebanyak 7
kasus dari 13.879 kelahiran hidup dengan angka kematian ibu melahirkan
sebesar 50,44 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu Tahun 2019
sebanyak 8 kasus dari 13.462 kelahiran hidup dengan angka kematian ibu
melahirkan sebesar 59,43 per 100.000 kelahiran hidup. Hasil audit maternal
perinatal menyatakan bahwa diagnosis penyebab kematian Ibu di Kabupaten

1
Sleman adalah karena Pre-eklamsi berat, sepsis, leptosprosis, diabetes
melitus, jantung, infeksi (hospital pneumonia), tumor otak dan perdarahan. 2
Peran bidan sangatlah penting sehingga perlu dilakukan penanganan
yang tepat sepanjang siklus hidup manusia, penyediaan layanan, komponen
upaya, continuum of care dalam memberikan asuhan kepada ibu dan bayi
untuk mengurangi mordibitas dan mortalitas pada ibu dan bayinya nanti,
Bidan memiliki kemampuan dan kemauan berkomunikasi secara efektif
dengan perempuan, keluarga, dan masyarakat, terutama ketika memberikan
pelayanan kesehatan. Bidan juga memastikan pemahaman mereka akan
pelayanan kesehatan ibu dan anak berdasarkan continuum of care untuk
meningkatkan kelangsungan dan kualitas hidup. 1

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan Continuity of
Care pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL dan KB dengan menggunakan
pendekatan Asuhan Kebidanan holistic.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian kasus pada ibu hamil,
bersalin, nifas dan BBL dengan usia berisiko secara Continuity of
Care.
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa/masalah kebidanan dan
masalah potensial berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada
ibu hamil, bersalin, nifas dan BBL dengan usia berisiko secara
Continuity of Care.
c. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan segera pada ibu hamil,
bersalin, nifas dan BBL, dengan usia berisiko secara Continuity of
Care.
d. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan tindakan yang akan
dilakukan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan BBL dengan usia
berisiko secara Continuity of Care.
e. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan untuk menagani ibu hamil,
bersalin, nifas dan BBL, dengan usia berisiko secara Continuity of
Care.
f. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi dalam menangani kasus ibu
hamil, bersalin, nifas dan BBL, dengan usia berisiko secara Continuity
of Care.
g. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian kasus ibu hamil,
bersalin, nifas dan BBL dengan usia berisiko secara Continuity of Care
dengan metode SOAP

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup asuhan ini adalah asuhan kebidanan holistik pada ibu
hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dengan usia berisiko secara Continuity
of Care.
D. Manfaat
Manfaat Asuhan ini adalah:
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Lahan Praktik
Dapat dijadikan bahan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Khususnya dalam
memberikan informasi tentang perubahan fisiologis dan asuhan
yang diberikan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan
keluarga berencana,yang berkesinambungan COC.
b. Bagi Klien
Dapat dijadikan Sebagai informasi serta meningkatkan
pengetahuan klien tentang kehamilan, persalinan, nifas, bbl, dan
KB, khususnya mengenai pengetahuan dan penanganan yang
diderita oleh ibu. Memberikan motivasi bagi klien, bahwa
melakukan pemeriksaan dan pemantauan kesehatan sangat penting
khususnya asuhan kebidanan pada ibu hamil TM III, bersalin,
nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana.
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai masukan untuk pengembangan
materi yang telah diberikan baik dalam proses perkuliahan maupun
praktik lapangan agar mampu menerapkan secara langsung dan
berkesinambungan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir,
dan keluarga berencana dengan pendekatan manajemen kebidanan
yang sesuai dengan standar
BAB II
KAJIAN KASUS DAN TEORI

A. Kajian Masalah Kasus


1. Kehamilan
Pada hari senin, 12 Juli 2021, Ny. F datang ke Puskesmas
mengatakan ingin memeriksakan kehamilanya. Ini adalah pemeriksaan ke
delapan. Kemudian dilakukan pengkajian data dan anamnesa. Hasil
anamnesa Ny. F usia 29 tahun seorang Ibu rumah tangga hamil 36
minggu 5 hari.
Menstruasi terakhir tanggal 25 Oktober 2020. Riwayat Kehamilan
Ny. F mengatakan ini merupakan kehamilan yang kedua, anak terkecil Ny.
P berusia 4 tahun. Ny. F tidak pernah mengalami keguguran sebelumya
dan Ny. F mengatakan sebelumnya menggunakan kontrasepsi suntik 1
bulan.
Riwayat kesehatan Ny. F tidak sedang dan tidak pernah menderita
penyakit menular seperti TBC, HIV penyakit menurun dan menahun
seperti DM, Asma dan hipertensi. Di keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menular seperti TBC dan HIV, menurun dan menahun seperti
DM, Asma dan hipertensi.
Hasil pengkajian data objektif dilakukan diperoleh hasil kondisi fisik
klien secara umum normal, tidak ada masalah dan keluhan. Hasil
pengukuran BB 76 kg, BB ibu sebelum hamil 60 kg, TB 152 cm, Lila 29
cm, TD 110/70 mmHg.
Hasil pemeriksaan fisik bagian kepala normal tidak ada kelainan,
bentuk wajah simetris, bagian leher tidak ada pembesaran kelenjar thyroid,
bagian ekstrimitas tangan dan kaki bentuk simetris tidak oedema/bengkak,
tidak ada kelainan. Hasil pemeriksaan abdomen, tinggi fundus 31 cm, pada
perut ibu bagian atas teraba bagian bulat lunak tidak melenting, pada pada
perut ibu bagian kiri teraba bagian yang keras seperti papan, pada bagian
perut bagian kanan teraba bagian-bagian terkecil janin, di perkirakan

4
5

adalah ekstrimitas janin, pada bagian perut bagian bawah terba bagian
bulat, teras dan tidak melenting, dan masih bisa di goyangkan,
diperkirakan kepala dan belum masuk Pintu atas panggul. Denyut jantung
janin 140x/m.
Ny. F sudah melakukan pemeriksaan ANC terpadu pada saat
pertama kali datang kepuskesmas (K1) tanggal 17 januari 2021, dengan
hasil :
Hb : 12.5 g/dl
Protein urine : (-) negative
Urin Reduksi : (-) negative
HbSAg : (-) Non reaktif
PICT : (-) Non reaktif
Sifilis : (-) Non reaktif
Pada tanggal 12 Juli 2021, Ny. F datang ke Puskesmas Minggir
Untuk melakukan pemeriksaan kehamilan ulang. Hasil pengkajian
diperoleh hasil kondisi fisik klien secara umum normal, tidak ada masalah
dan keluhan. Usia kandungan 36 Minggu 5 Hari, Hasil pengukuran BB 76
kg, TD 110/70 mmHg. Hasil pemeriksaan abdomen, tinggi fundus 31 cm,
pada perut ibu bagian atas teraba bagian bulat lunak tidak melenting, pada
pada perut ibu bagian kiri teraba bagian yang keras seperti papan, pada
bagian perut bagian kanan teraba bagian-bagian terkecil janin, di
perkirakan adalah ekstrimitas janin, pada bagian perut bagian bawah terba
bagian bulat, teras dan tidak melenting, dan masih bisa di goyangkan,
diperkirakan kepala dan belum masuk Pintu atas panggul. Denyut jantung
janin 134x/m. Dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengecek kadar
Hb Ny. F, hasil pemeriksaan HB menunjukkan bahwa Ny. F tidak
mengalami anemia dengan nilai kadar Hb 11,2 grdl.
Ny. F diberikan fe, masing masing 10 butir di minum sekali sehari,
diminum malam hari, sedangkan Calcium 10 butir di minum pagi hari. ibu
juga di berikan KIE Persiapan Persalinan, tanda tanda Persalinan, dan Ibu
di minta untuk, Kontrol ulang 1 minggu lagi.
6

Pada tanggal 19 Juli 2021, Ny. F datang ke Puskesmas Minggir


Untuk melakukan pemeriksaan kehamilan ulang. Hasil pengkajian
diperoleh hasil kondisi fisik klien secara umum normal, tidak ada masalah
dan keluhan. Usia kandungan 37 Minggu 5 Hari, Hasil pengukuran BB 76
kg, TD 120/69 mmHg.
Hasil pemeriksaan fisik bagian kepala normal tidak ada kelainan,
bentuk wajah simetris, bagian leher tidak ada pembesaran kelenjar thyroid,
bagian ekstrimitas tangan dan kaki bentuk simetris tidak oedema/bengkak,
tidak ada kelainan.Hasil pemeriksaan abdomen, tinggi fundus 32 cm, pada
perut ibu bagian atas teraba bagian bulat lunak tidak melenting, pada pada
perut ibu bagian kiri teraba bagian yang keras seperti papan, pada bagian
perut bagian kana teraba bagian-bagian terkecil janin, di perkirakan adalah
ekstrimitas janin, pada bagian perut bagian bawah terba bagian bulat, teras
dan tidak melenting, dan masih bisa di goyangkan, diperkirakan kepala
dan belum masuk Pintu atas panggul. Denyut jantung janin 135x/m.
Ny. F diberikan fe, dan kalsium masing masing 10 butir di minum
sekali sehari, FE diminum malam hari, sedangkan Calcium di minum pagi
hari. ibu juga di berikan KIE Persiapan Persalinan, tanda tanda Persalinan,
dan Ibu di minta untuk Kontrol ulang 1 minggu lagi.
2. Persalinan
Pada tanggal 21 Juli 2021 pukul 10.00 Ny.F datang ke puskesmas
Minggir Bersama suami, Ny.F mengatakan sudah merasa kenceng-
kenceng teratur sejak malam tadi pukul 21.00, air ketuban belum pecah.
Hasil pengkajian diperoleh hasil kondisi fisik klien secara umum
normal, kesadaran compos mentis. Hasil pengukuran TD 110/80 mmHg,
nadi 80/menit, suhu 36.7 ⁰C. Berdasarkan perhitungan umur kehamilan
saat ini adalah 38 minggu dengan kondisi fisik mata tidak anemis, muka
tidak oedema, leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis, payudara putting menonjol kanan dan kiri, perut tidak ada luka
bekas operasi, ekstremitas tidak ada oedema dan reflek patella positif. pada
palpasi Leopold I teraba bokong, leopold II teraba punggung kanan,
7

leopold III bagian terendah janin presentasi kepala, leopold IV hasil


divergen. Hasil pemeriksaan Mc Donald TFU 32 cm sehingga TBJ 3255
gram. His 4x/10’/35’’, DJJ 144x/menit. Hasil pemeriksaan dalam v/u
tenang, dinding vagina licin, portio tipis lunak, pembukaan 5 cm, selket
(+),preskep, penunjuk UUK, H II, AK (-) ,STLD (+)
Selama fase inpartu kala I, observasi keluhan dan keadaan umum
ibu, keluhan nyeri yang dirasakan ibu semakin kuat, dukungan secara
psikis diberikan oleh suami dan ibu dianjurkan untuk beristighfar jika
nyeri datang, ibu sudah makan dan minum, dan tersedia teko berisi air
putih di samping tempat tidur ibu untuk ibu minum, ibu diajarkan teknik
relaksasi pernafasan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan saat
datangnya his. Ibu didampingi oleh suami selama proses persalinan,
menganjurkan suami untuk memberikan support psikologis kepada
isterinya. Teknik massage punggung dilakukan dan ibu mengatakan
nyaman dan nyeri berkurang saat dilakukan massage. Ibu dianjurkan untuk
miring ke kiri.
Pemantauan kemajuan persalinan dilakukan menggunakan
partograf, observasi dilakukan setiap 30 menit untuk DJJ, His, dan Nadi
ibu, kemudian pemantauan pembukaan serviks setiap 4 jam.
Mempersiapkan alat partus dan persiapan alat resusitasi bayi.
Pada pukul 14.30 WIB, ketuban pecah, his 5x/10’/55-60’’ kuat,
DJJ 140 x/m, TD 120/75, Nadi 85x/m, pemeriksaan dalam v/u tenang,
dinding vagina licin, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, selket
(+),preskep, penunjuk UUK di jam 12, H III, tidak teraba bagian terkecil
disamping bagian terendah janin, AK (+), STLD (+).
Ibu mengatakan nyeri semakin kuat dirasakan, tidak bisa lagi
menahan untuk meneran, skala nyeri 10. Memberitahu ibu dan keluarga
jika pembukaan sudah lengkap, ibu diajarkan cara mengedan dengan baik
dan benar. Ibu diberikan dukungan psikologis oleh suami. Dilakukan
asuhan persalinan normal dengan memperhatikan asuhan sayang ibu.
8

Pada Pukul jam 14.45 Bayi lahir spontan menangis kuat, gerakan
aktif, warna kulit kemerahan, jenis kelamin Laki-laki, selanjutnya
melakukan asuhan bayi segera setelah lahir normal mengeringkan bayi dan
menjaga kehangatan bayi..
Pemeriksaan TFU setinggi pusat janin tunggal, kontraksi baik.
Dilakukan manajemen aktif kala III, menyuntikkan oksitosin lalu
melakukan pemotongan tali pusat. Memperhatikan adanya tanda-tanda
pelepasan plasenta. Pukul 14.50 WIB plasenta lahir spontan, lengkap,
selaput ketuban utuh, kotiledon lengkap, insersi sentralis. Pemeriksaan
Laserasi jalan lahir tampak rupture perineum grade 2 kemudian dilakukan
penjahitan dengan anestesi local lidocain 1% , perdarahan kala III + 150
cc. Bidan memberikan ucapan selamat kepada ibu dan suami atas
kelahiran anaknya yang kedua serta mengucapkan selamat atas proses
persalinannya yang lancar dengan ibu dan bayi sehat dan selamat, bayi
diberikan kepada ibu untuk IMD.
Selesai penjahitan perineum, bidan melakukan observasi kala IV
selama 2 jam post partum pada pukul 15.15 WIB, 30 menit pertama di jam
kedua post partum, TD: 110/80mmHg, N: 84x/m, S: 36,5 0C, TFU 3 jr
bawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong, perdarahan + 20cc.
Ibu diberikan tablet tambah darah 1x1, asam mefenamat 500mg 3x1, dan
vitamin A 1x1.
Pada pukul 15.45 WIB, observasi 30 menit kedua di jam kedua
postpartum, TD: 120/80mmHg, N: 84x/m, S: 37 0C , TFU 3 jr bawah pusat,
kontraksi baik, kandung kemih kosong, perdarahan + 10cc, pengeluaran
ASI (+) kolostrum Bidan mengajarkan ibu Teknik menyusui, dan
memberikan KIE pada ibu dan keluarga mengenai asi eksklusif.
Evaluasi perkembangan pasien Ny. F setelah bayi lahir sampai 2
jam setelah bayi lahir, dirawat kondisi ibu dan bayi baik
9

3. Bayi Baru Lahir


Pada tanggal 21 Juli 2021 Pukul jam 14.45 Bayi lahir spontan
menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit kemerahan, jenis kelamin Laki-
laki, selanjutnya melakukan asuhan bayi segera setelah lahir normal
mengeringkan bayi dan menjaga kehangatan bayi..
Asuhan bayi baru lahir 1 jam, bayi diberikan suntikan vit. K 1 mg
secara IM di paha kiri dan pencegahan infeksi mata menggunakan
gentamicyn 1%, selanjutnya melakukan pemeriksaan fisik pada bayi dan
pengukuran antropometri, pemeriksaan fisik normal, anus (+), pallatum
(+), BB: 3100 gram, PB: 49 cm, LK: 33 cm, Lila: 11 cm, LD : 33cm, HR:
132 x/m, S: 36,50C, R: 46x/m. Pemeriksaan reflex morro (+), graps (+),
roating (+), sucking (+), tonicneck (+). Bayi dirawat gabung sejak post
partum, bayi menangis kuat. bayi telah menetek, namun belum efektif.
Pada kunjungan tanggal 22 Juli 2021 jam 08.00, hasil pemeriksaan
fisik didapatkan bahwa pemeriksaan fisik normal, anus (+), BB: 3300
gram, PB: 47 cm, LK: 31 cm, Lila: 11 cm, LD : 33cm, HR: 122 x/m, S:
370C, R: 46x/m.
Dilakukan penyuntikkan imunisasi HB 0 pada paha kiri bayi.
Memberikan KIE kepada Ny.F dan Keluarga, Edukasi yang diberikan
adalah cara menjaga kebersihan bayi, menjelaskan mengenai tanda-tanda
bahaya pada bayi yang harus ibu waspadai, mengajarkan cara menysusui
dengan posisi dan teknik yang benar, menganjurkan Ny. F untuk menyusui
sesering mungkin, menganjurkan untuk selalu menjaga kehangatan bayi,
mengajarkan cara melakukan perawatan tali pusat, dan menjelaskan
pentingnya pemberian ASI ekslusif.
Pada tanggal 24 Juli 2021, Ny.F datang Bersama bayinya untuk
melakukan pemeriksaan bayinya. hasil pemeriksaan fisik didapatkan
bahwa pemeriksaan fisik normal, anus (+), pallatum (+), BB: 2975 gram,
PB: 49 cm, LK: 33 cm, Lila: 11 cm, LD : 33cm, HR: 122 x/m, S: 370C,
R:48x/m.
10

Pada tanggal 18 Agustus 2021 melakukan kunjungan rumah, Ny.F


mengatakan bayinya sudah diimunisasi imunisasi. hasil pemeriksaan fisik
dilihat dari buku KIA didapatkan bahwa pemeriksaan fisik normal, anus
(+), BB: 3300 gram, PB: 49 cm, LK: 33 cm, Lila: 11 cm, LD : 33cm, HR:
122 x/m, S: 370C, R:48x/m. Dan bayi sudah dilakukan Imunisasi BCG.
Pada tanggal 30 Agustus 2021 dilakukan kunjungan ke rumah Ny.F,
dan memberikan KIE tentang Asi Eksklusif dan Perawatan bayi baru lahir.
4. Nifas
Pada pemeriksaan tanggal 22 Juli 2021 pengkajian melalui diketahui
bahwa Ibu mengatakan sudah cukup sehat,bisa istirahat,tetapi masih mules
pada bagian perut bawah, luka jahitan perineum sedikit nyeri,ASI belum
keluar banyak. Ibu mengatakan merasa senang atas kelahiran anaknya.
Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat senang dengan kelahiran
bayi keduanya ditandai dengan selalu menemani dan membantu selama
kehamilan hingga masa nifasnya. Ibu sudah makan minu, dan berjalan ke
kamar mandi.
Ibu mengatakan bahwa ASI sudah keluar, bayi menyusu, puting susu
menonjol, asi darah yang keluar berwarna kemerahan. Pasien dan keluarga
tampak bahagia dengan kelahiran anak keduanya. Pengetahuan Ny.F
tentang masa nifas dan perawatan bayi, mengatakan selama masa nifas
harus yang lalu selalu menjaga kebersihan diri agar terhidar dari infeksi
seperti mandi 2 kali sehari, selalu mengganti pembalut setiap kali selesai
BAB dan BAK, memenuhi kebutuhan nutrisi selama masa nifas dengan
makan dengan menu bergizi dan seimbang agar ASI tetap lancar. Ibu
mengatakan sudah berpengalaman menyusui bayi dan penting untuk
pemberian ASI eksklusif pada bayinya. Menurut Wulandari dalam
Syamsul (2016), pengalaman memegang peranan penting dalam
meningkatkan pengetahuan. Pengetahuan dalam hal ini dilihat dari jumlah
anak yang dilahirkan. Ibu yang melahirkan anak lebih dari satu kali
cenderung untuk memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dalam hal
pemberian ASI eksklusif . Menurut Zhejiang dalam Syamsul Alam (2016),
11

salah satu faktor risiko yang memungkinkan ibu tidak memberikan ASI
eksklusif adalah paritas ibu (primipara). Sejalan dengan Tan dalam
Syamsul (2016), ibu multipara dua kali lebih memungkinkan memberikan
ASI eksklusif dibandingkan iu primipara. Penelitian ini memaparkan
bahwa pemberian ASI eksklusif lebih umum dilakukan oleh ibu yang
memiliki anak lebih dari satu. Hal ini disebabkan oleh lebih banyaknya
pengalaman ibu multipara dalam hal menyusui karena pernah merasakan
dan belajar dari kelahiran anak sebelumnya Ibu multipara akan lebih
memungkinkan untuk memberikan ASI eksklusif jika pengalaman
menyusui ibu sebelumnya merupakan pengalaman yang baik dan ibu
menyadari tentang manfaat pemberian ASI eksklusif.
Menurut Irwan (2018), bahwa perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi
oleh reinforcing factor, predisposing factor,dan enebling factor. Sejalan
dengan Grenn dalam Irwan (2018), bahwa predisposing factor terwujud
dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan
demografi. 9
Menurut Sherestha dalam Syahrianti, dkk (2020), bahwa kurangnya
pengetahuan tentang praktik kesehatan pada bayi baru lahir menyebabkan
tetanus, hipotermia atau penyakit yang mengancam jiwa lainnya. 1 Faktor
reinforcing meliputi unsur dukungan sosial. Dukungan sosial dalam hal ini
adalah keluarga, teman, suami, dan petugas kesehatan. Dukungan suami
dapat diperoleh dari dukungan informasi, emosional, penilaian dan
instrumental. Bantuan instrumental disini adalah berupa materi yang
dibutuhkan oleh korban untuk pengobatan atau pemulihan maupun biaya
sehari-sehari selama korban belum dapat menolong dirinya sendiri. Dalam
kasus Ny.F dukungan yang tampak diterima olehnya yaitu dukungan
psikologis dan kebutuhan nutrisi seimbang untuk ibu, dimana Ny.F
mengatakan selama menyusui kebutuhan nutrisi selalu terpenuhi dengan
makan bergizi dan seimbang agar ASI tetap lancar.10
12

Penatalaksanaan yang diberikan pada Ny. F adalah memotivasi ibu


untuk memberikan ASI eksklusif secara on demand. Mengajarkan ibu
perawatan payudara seperti Payudara harus dibersihkan dengan teliti setiap
hari selama mandi dan sekali lagi ketika hendak menyusui. Hal ini akan
mengangkat kolostrum yang kering atau sisa susu dan membantu
mencegah akumulasi dan masuknya bakteri baik ke puting maupun ke
mulut bayi. Memberikan KIE tentang kebutuhan istirahat ibu, dan tanda
bahaya pada masa nifas.
Pada tanggal 24 Juli 2021 ibu datang ke Puskesmas, Ibu mengatakan
sudah cukup sehat,bisa istirahat, Pemeriksaan tanda-tanda Vital Tekanan
darah 110/80 mmHg, Pernafasan 21 kali per menit, Suhu 36 7℃. Nadi 84
x/mnt. Pada pemeriksaan Fisik mata konjungtiva merah muda, sclera
putih, pemeriksaan dada simetris, mammae simetris, hiperpigmentasi
areolla mammae, ASI sudah keluar, bayi menyusu, puting susu menonjol,
asi sudah sudah keluar, jenis Colostrum. Kontraksi uterus baik, TFU 3 jari
di atas sympisis, diak ada pengrluaran abnormal pervaginam, terdapat
bekas jahitan luka.
Penatlaksanaan yang dilakukan yaitu Memberikan KIE dan
mengajarkan ibu tentang teknik menyusui. Memastikan bahwa
posisi/Teknik menyusu ibu sudah benar.
Pada tanggal 18 Agustus 2021 dilakukan Kunjungan rumah Ny.F,
pada hasil pemeriksaan didaptkan bahwa Kondisi umum Baik, Kesadaran
Compos mentis. Pemeriksaan tanda-tanda Vital Tekanan darah 110/70
mmHg, Pernafasan 21 kali per menit, Suhu 367℃. Nadi 84 x/mnt. Pada
pemeriksaan Fisik mata konjungtiva merah muda, sclera putih,
pemeriksaan dada simetris, mammae simetris, hiperpigmentasi areolla
mammae, ASI sudah keluar, bayi menyusu, puting susu sebelah menonjol,
asi sudah sudah keluar.TFU sudah tidak teraba, tidak ada pengrluaran
abnormal pervaginam, lochea alba, terdapat bekas jahitan luka.
Memberikan KIE kepada Ibu tentang macam macam alat
kontrasepsi, jenis, keuntungan dan kerugian. Menjelaskan kepada ibu
13

bahwa metode yang sesuai dengan kondisi ibu dan suami adalah metode
kontrasepsi jangka panjang seperti Implant, IUD, MOW/MOP, namun ibu
belum menentukan pilihan, Ny.F masih ingin berdiskusi terlebih dahulu
dengan suaminya.
Pada tanggal 30 Agustus 2021, ibu mengatakan kondisinya saat ini
baik, Asi keluar banyak dan tidak terdapat lecet pada putting susu ibu, ibu
belum tau mau menggunakan kontrasepsi apa. Kemudian di berikan KIE
tentang alat kontrasepsi, manfaat, kerugian, cara pakai, setelah di berikan
penjelasn, ibu mengatakan berencana menggunkan kontrasepsi IUD
Pada tanggal 27 September 2021 jam 19.00 Wib, ,berdasarkan
pemantauan melalui Whatsapp ibu mengatakan bahwa baru sudah
dilakukan pemasangan kontrasepsi IUD.

5. KB
Pada tanggal 27 September 2021 jam 19.00 Wib, ,berdasarkan
pemantauan melalui Whatsapp ibu mengatakan bahwa baru sudah
dilakukan pemasangan kontrasepsi IUD.

B. Kajian Teori
1. Kehamilan
Kehamilan adalah masa mulai dari ovulasi sampai partus kira-kira
280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu).
Kehamilan 40 minggu disebut sebagai kehamilan matur (cukup bulan),
dan bila lebih dari 43 minggu disebut sebagai kehamilan post matur.
Kehamilan antara 28 sampai 36 minggu disebut kehamilan premature.
Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi 3 bagian, masing-
masing: Kehamilan trimester pertama (antara 0 sampai 12 minggu);
Kehamilan trimester kedua (antara 12 sampai 28 minggu); Kehamilan
trimester ketiga (antara 28 sampai 40 minggu). Kehamilan adalah
pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri mulai sejak konsepsi
dan berakhir sampai permulaan persalinan.
14

Suatu kehamilan akan terjadi bila terdapat 5 aspek berikut, yaitu :


a. Ovum, Ovum adalah suatu sel dengan diameter + 0,1 mm yang terdiri
dari suatu nukleus yang terapung-apung dalam vitelus dilingkari oleh
zona pellusida oleh kromosom radiata.
b. Spermatozoa, Berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala
berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti, leher yang
menghubungkan kepala dengan bagian tengah dan ekor yang dapat
bergerak sehingga sperma dapat bergerak cepat.
c. Konsepsi, Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma
dan ovum di tuba fallopii.
d. Nidasi, Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke
dalam endometrium.
e. Plasentasi, Plasentasi adalah alat yang sangat penting bagi janin yang
berguna untuk pertukarann zat antara ibu dan anaknya dan
sebaliknya.
Kehamilan merupakan sesuatu proses yang ilmiah dari seorang
wanita. Namun, selama kunjungan antenatal mungkin ibu hamil akan
mengeluh bahwa ia mengalami ketidaknyamanan. Sebagian besar dari
keluhan ini adalah hal yang norml. Sebagai seorang bidan, penting untuk
dapat membedakan antara ketidaknyamanan normal dengan tanda.
Ketidaknyaman yang terjadi pada kehamilan adalah sebagai berikut
: a. Sakit Kepala Penyebab :
1) Kontraksi, ketegangan otot dan keletihan.
2) Pengaruh hormon, tegangan mata sekunder terhadap perubahan
okuler, kongesti hidung, dinamika cairan saraf yang berubah dan
alkalosis pernafasan ringan.
Cara pencegahan :
1) Memasase leher dan otot bahu
2) Penggunaan bungkusan hanagat atau es ke leher
3) Istirahat
Tanda bahaya :
15

1) Bila bertambah parah atau terus berlanjut


2) Jika diikuti tekanan darah tinggi dan proteinuria (preeklamsia).
b. Rasa mual dan muntah (morning sickness)
Penyebab yang persis tidak diketahui, kemungkinan disebabkan hal-hal
sebagai berikut :
1) Tingkat HCG dan esterogen / progesteron yang meningkat
2) Relaksasi otot-otot halus
3) Keletihan
Cara pencegahan :
1) Hindari bau atau faktor penyebabnya
2) Makan biskuit kering atau roti bakar sebelum bangkit dari tempat
tidur di pagi hari.
3) Makan sedikit tapi sering
4) Istirahat
Tanda bahaya :
1) Pertambahan berat badan yang tidak memadai atau kehilangan
berat badan.
2) Tanda-tanda kurang gizi
3) Hiperemesis gravidarum
4) Perubahan dalam status gizi, dehidrasi, ketosis dan asetonuria.
c. Frekuensi kemih meningkat
Disebabkan karena tekanan uterus atas kandungan kemih, nokturia
akibat sodium yang meningkat dengan kehilangan air yang wajib
dan bersamaan. Cara mencegah :
1) Menjelaskan mengenai penyebabnya
2) Kosongkan kandung kemih saat terasa dorongan untuk berkemih
3) Perbanyak minum pada siang hari
4) Kurangi minum mendekati waktu tidur pada malam hari untuk
mencegah nokturia.
d. Nyeri Pinggang
16

Nyeri punggung sebagian besar karena perubahan sikap badan, karena


letak berat badan pindah ke depan yang disebabkan perut yang
semakin membesar. Cara mengatasinya yaitu hindari menggunakan
sepatu yang berhak tinggi, hangatkan dan gosok daerah pinggang dan
istirahat.
e. Sulit Tidur
Penyebab sulit Tidur pada Trimester tiga bukan perubahan
hormonal,melainkan perubahan fisik tepatnya bobot tubuh ibu yang
bertambah sekitar 10 kg atau lebih.cara mengatasinya dengan teknik
relaksasi yaitu mandi air hangat,minum-minuman hangat sebelum
tidur.
f. Kaki Bengkak
Hal ini timbul akibat gangguan sirkulasi vena dan peningkatan vena
pada ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan uterus yang
membesar pada vena-vena panggul pada saat wanita tersebut duduk
atau berdiri dan pada vena cava inferior pada saat berada pada posisi
terlentang.edema akibat kaki menggantung secara umum terlihat pada
area pergelangan ketat,elevasi kaki secara teratur setiap hari,posisi
tidur miring kiri,penggunaan penyokong atau korset maternal pada
abdomen yang dapat melonggarkan tekanan pada vena panggul.
g. Kram dan Kesemutan
Penyebab kram kaki diperkirakan oleh gangguaan asupan kalsium
yang tidak adekuat atau ketidakseimbangan rasio kalsium dan fosfor
dalam tubuh.salah satu dunggan lainnya akibat uterus yang membesar
yang member tekanan balik pada pembuluh darah panggul,sehingga
mengganggu sirkulasi.cara mengatasi masalah tersebut adalah dengan
meluruskan kaki yang kram dan menekan tumitnya (dorsofleksi),
menganjurkan diet mengandung kalsium dan fosfor,dan menggunakan
penghangat otot.5
Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
17

Pemeriksaan antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan


untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan
upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Standart minimal
asuhan antenatal care (10T) adalah sebagai berikut.
a. Timbang Berat Badan dan Ukur tinggi Badan
Menurut Prawirohardjo (2010), Kenaikan berat badan wanita hamil
ratarata antara 11,5 sampai 16 kg. Bila berat badan naik lebih dari
semestinya, anjurkan untuk mengurangi makanan yang mengandung
karbohidrat. Lemak jangan dikurangi, terlebih sayur mayur dan buah-
buahan. Tinggi badan yang baik untuk ibu hamil adalah >145 cm.

b. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).


Pada ibu hamil (bumil) pengukuran LILA merupakan suatu cara untuk
mendeteksi dini adanya Kurang Energi Kronis (KEK) atau kekurangan
gizi. Malnutrisi pada ibu hamil mengakibatkan transfer nutrient ke janin
berkurang, sehingga pertumbuhan janin terhambat dan berpotensi
melahikan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). BBLR
berkaitan dengan volume otak dan IQ seorang anak. Kurang Energi
Kronis atau KEK (ukuran LILA < 23,5 cm), yang menggambarkan
kekurangan pangan dalam jangka panjang baik dalam jumlah maupun
kualitasnya. Ada pula cara untuk menentukan status gizi dengan
menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh) dari berat badan dan tinggi
badan ibu sebelum hamil menurut Manuaba (2010) : Rumus IMT = BB
/TBcm2. Status gizi ibu dikatakan normal bila nilai IMT nya antara 18,5-
25,0 Kriteria IMT :
1) Nilai IMT < 18,5 : Status gizi kurang
18

2) Nilai IMT 18,5-25 : Status gizi normal


3) Nilai IMT >25 : Status gizi lebih/ obesitas
c. Ukur Tekanan Darah
Tekanan darah diukur setiap kali ibu hamil melakukan kunjungan, hal
ini bertujuan untuk mendeteksi adanya kemungkinan kenaikan tekanan
darah yang disebabkan kehamilan. Tekanan darah pada ibu hamil
dikatakan normal yaitu dibawah 140/90 mmHg.
d. Ukur Tinggi Fundus Uteri
TFU (Tinggi Fundus Uteri) digunakan sebagai salah satu cara untuk
mengetahui usia kehamilan dimana biasanya lebih tepat bila dilakukan
pada kehamilan yang pertama ( Manuaba, 2012).

Umur kehamilan Tinggi Fundus Uteri


12 minggu 1/3 di atas simpisis
16 minggu ½ simpisis-pusat
20 minggu 2/3 di atas simpisis
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 1/3 di atas pusat
34 minggu ½ pusat-prosessus xifoideus
36 minggu Setinggi prosessus xifoideus
40 minggu 2 jari di bawah prosessus xifoideus

e. Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung janin.


Tujuan pemantauan janin itu adalah untuk mendeteksi secara dini ada
atau tidaknya faktor-faktor resiko kematian prenatal tersebut
(hipoksia/asfiksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, dan infeksi).
Pemeriksaan denyut jantung janin adalah salah satu cara untuk
memantau janin. Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan
pada ibu hamil. Denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia
kehamilan 16 minggu / 4 bulan. Gambaran DJJ:
1) Takikardi berat; detak jantung diatas 180x/menit
19

2) Takikardi ringan: antara 160-180x/menit


3) Normal: antara 120-160x/menit
4) Bradikardia ringan: antara 100-119x/menit
5) Bradikardia sedang: antara 80-100x/menit
6) Bradikardia berat: kurang dari 80x/menit
f. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi TT
Pada ibu hamil diberikan imunisasi TT sebanyak 2 kali selama
kehamilan dengan interval waktu 4 minggu. Imunisasi ini dianjurkan
pada setiap ibu hamil, karena diharapkan dapat menurunkan angka
kematian bayi akibat tetanus neonaturum. Imunisasi ini diberikan
dengan dosis 0,5 cc/IM dalam satu kali penyuntikan.

Tabel Jadwal Pemberian Imunisasi TT


Antigen Interval (selang waktu) Lama perlindungan Dosis

TT 1 - - 0,5 cc
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 0,5 cc
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 0,5 cc
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 0,5 cc
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun 0,5 cc
Sumber : DEPKES RI, 2012
g. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
Pemberian tablet zat besi untuk mencegah anemia pada wanita hamil
diberikan sebanyak 90 tablet selama kehamilan. Tablet ini diberikan
segera mungkin setelah rasa mual hilang, setiap tablet Fe mengandung
FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 μg. Tablet Fe
diminum 1 x 1 tablet perhari, dan sebaiknya dalam meminum tablet Fe
tidak bersamaan dengan teh atau kopi, karena akan mengganggu
penyerapan.
h. Tes laboratorium (rutin dan khusus).
20

Ada beberapa pemeriksaan laboratorium yang disarankan menjelang


persalinan. Di antaranya yaitu tes darah, tes urin dan hbsag ( hepatitis).
Tes darah rutin meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, sel darah putih
(leukosit), trombosit. Dari kadar Hemoglobin untuk mengetahui apakah
seorang ibu anemia atau tidak. Hal ini diperlukan untuk memperkirakan
kecukupan suplai darah ke janin dan risiko jika terjadi perdarahan saat
persalinan. Sel darah putih menunjukkan apakah terjadi infeksi di tubuh
ibu. Trombosit untuk melihat apakah ada kelainan faktor pembekuan
darah, ini berhubungan dengan resiko perdarahan. Pemeriksaan urin
dimaksudkan untuk mengetahui adanya infeksi saluran kencing, adanya
darah, protein, dan gula pada urin yang menunjukkan adanya penyakit
tertentu yang bisa mempengaruhi kehamilan. Pemeriksaan HBsAg untuk
mengetahui adanya infeksi hepatitis B pada ibu. Infeksi hepatitis bisa
ditularkan lewat darah dan hubungan seksual. Pemeriksaan tersebut
dianjurkan sebagai skrining untuk mengetahui kondisi kehamilan dan
resiko saat persalinan terhadap ibu dan janin. Jika dari hasil pemeriksaan
diketahui ada hal-hal yang tidak normal maka diharapkan masih bisa
diterapi sebelum persalinan sehingga ibu menjalani persalinan dalam
kondisi yang benar-benar optimal, sehingga diharapkan ibu dan bayi
selamat dan sehat.
Kemudian menurut Permenkes nomor 97 tahun 2014, Pemeriksaan
laboratorium pada saat antenatal meliputi pemeriksaan golongan darah,
kadar Hemoglobin darah, protein dalam urine, kadar gula darah, darah
Malaria (pada daerah endemik), tes sifilis, HIV, dan BTA (pada ibu
yang dicurigai menderita tuberkulosis).
i. Tata laksana kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil
pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu
hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga
kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai
dengan sistem rujukan.
21

j. Temu Wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan


Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Temu wicara pasti dilakukan dalam setiap klien melakukan kunjungan.
Bisa berupa anamnesa, konsultasi, dan persiapan rujukan. Anamnesa
meliputi biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat
kehamilan, persalinan, dan nifas, biopsikososial, dan pengetahuan klien.
Memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama penanganan.
Tindakan yang harus dilakukan bidan dalam temu wicara antara lain:
1) Merujuk ke dokter untuk konsultasi dan menolong ibu menentukan
pilihan yang tepat.
2) Melampirkan kartu kesehatan ibu serta surat rujukan
3) Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat
hasil rujukan
4) Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan.

2. Anemia Pada ibu hamil


a. Pengertian
Anemia merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel darah merah atau
konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah Hemoglobin (Hb) tidak
mencukupi untuk kebutuhan fisiologis tubuh (Kemenkes RI, 2013
b. Etiologi
Menurut Menurut Irianto (2014) etiologi anemia defisiensi besi pada
kehamilan yaitu gangguan pencernaan dan absorpsi, hipervolemia,
menyebabkan terjadinya pengenceran darah, kebutuhan zat besi
meningkat, kurangnya zat besi dalam makanan, dan pertambahan darah
tidak sebanding dengan pertambahan plasma
c. Patofisiologis
Menurut Prawirohardjo keadaaan ini disebut anemia dalam
kehamilan. Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga
memicu peningkatan produksi eritropoietin yang mengakibatkan
volume plasma bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun,
22

peningkatan plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika


dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan
konsentrasi hemoglobin akibat hemodilusi.5
Pada ibu hamil terjadi hemodilusi atau hydraemia, darah
menjadi encer, terjadi perubahan volume darah yaitu peningkatan sel
darah merah 20 – 30 % dan peningkatan plasma darah 50 %.
Hemodilusi terjadi sejak usia kehamilan 10 minggu dan
mencapai puncaknya pada kehamilan 32-36 minggu. Bila hemoglobin
ibu sebelum hamil berkisar 11 gr% , maka dengan
terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia fisiologis dan Hb
ibu akan menurun menjadi 9,5-10,0 gr%.6
d. Klasifikasi anemia pada ibu hamil6
Klasifikasi anemia menurut WHO adalah :
1) Normal : ≥ 11 gr/dl
2) Anemia ringan : 9-10 gr/dl
3) Anemia sedang : 7-8 gr/dl
4) Anemia berat : <7 gr/dl
e. Faktor yang mempengaruhi Anemia
Berdasarkan penelitian yang dilakukakn oleh Atik purwandari
tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Anemia
tahun 2016, di daptkan Hasil bahwa ada hubungan paritas,umur,
dengan kejadian anemia, hasil uji statistik bahwa ada hubungan
signifikan antara paritas dengan tingkat anemia. Nilai X² = 14.761 dan
p = 0.005 IK 95 % = 0.006 – 0.010, ada hubungan signifikan antara
umur dengan Tingkat anemia.7
f. Makanan untuk menambah darah ibu hamil
Ibu hamil tidak boleh sembarangan mengonsumsi obat-obatan tanpa
anjuran dokter. Anemi apada ibu hamil dapat ditangani dengan pola
makan yang baik, salah satunya dengan mengonsumsi makanan
penambah darah seperti sayuran berdaun hijau seperti bayam dan
brokoli, daging merah seperti daging kambing dan daging
23

sapi. Mengkonsumsi sumber protein seperti ikan, telur, kacang-


kacangan, buah-buahan, madu.8

3. Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Ada beberapa ahli yang mengemukakan mengenai definisi
persalinan, menurut Wiknjosastro persalinan adalah proses dimana
bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan
dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan ( setelah 37 minggu ) tanpa disertai adanya penyulit.9 Menurut
Saifuddin persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 3742 minggu ), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin. 10Adapun menurut
Manuaba persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan plasenta ) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan
atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).11
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa persalinan merupakan
proses pegeluaran seluruh hasil konsepsi meliputi janin, plasenta,
selaput dan air ketuban dari dalam uterus melalui jalan lahir dengan
usia kandungan yang cukup bulan atau kondisi bayi dinilai sudah
mampu hidup di luar kandungan, dengan atau tanpa bantuan ( kekuatan
sendiri ).

b. Tahapan Dalam Persalinan


Dalam prosesnya, persalinan dibagi menjadi 4 kala yaitu kala I, kala II,
kala III, dan kala IV
1) Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung anatara nol
sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his kala pembukaan
24

berlangsung tidak begitu kuat, sehingga parturine masih dapat


berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12
jam sedangkan multigravida 8 jam. Berdasarkan kurva fierdman,
diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1cm/jam dan
pembukaan multigravida 2cm/jam, dengan perhitungan tersebut
maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan.11
2) Kala II
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi kuat, cepat, dan
lebih lama. Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul
sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar penggul yang
melalui lengkung reflex yang menimbulkan rasa mengedan. Karena
tekanan pada rectum, ibu merasakan seperti mau buang air besar,
dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai
tampak, vulva membuka, dan perineum meregang. Dengan his
dan mengedan yang terpimpin akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh
badan janin. Kala II pada primigravida berlangsung selama satu
setengah jam sampai dua jam dan pada multigravida berlangsung
setengah jam hingga satu jam.12
Tanda gejala kala II adalah :
a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah
masuk pintu atas panggul, maka pada his dirasakan tekanan
pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris
menimbulkan rasa mengedan.
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum atau
vagiananya.
c) Perineum menonjol
d) Vulva vagina dan anus membuka.
e) Menigkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
25

Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam


(informasi objektif ) yang hasilnya adalah : 1) Pembukaan serviks
telah lengap, atau 2) Terlihatnya bagian kepala bayi dilalui introitus
vagina.
Bila dasar panggul sudah berelaksasi, kepala janin tidak masuk
lagi diluar his, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal
kepala janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah symphisis dan
dahi, muka, dan dagu melewati perineum.13

3) Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri
setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal
dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan
pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta
terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau
dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri.
Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir,
pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah antara
100-200 cc.12
4) Kala IV
Pimpin kala IV terutama observasi ketat, karena bahaya
perdarahan post partum primer terjadi pada dua jam pertama. 11
Setelah plasenta lahir lakukan rangsangan taktil (masase uterus)
yang bertujuan untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.
Lakukan evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan
secara melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya, fundus
uteri setinggi atau beberapa jari di bawah pusat. Kemudian
perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan periksa
kemungkinan perdarahan dari robekan perineum. Lakukan evaluasi
keadaan umum ibu dan dokumentasikan semua asuhan dan temuan
selama persalinan kala IV.9
26

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses persalinan dan akan
menentukan berlangsungnya suatu persalinan, faktor tersebut ialah
power, passage, dan passenger.
1) Power ( Tenaga/Kekuatan )
Kekuatan mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi otototot perut, kontraksi diagfragma, dan aksi dari
ligament. Kekuatan power yang diperlukan dalam persalinan adalah
his, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga. 3 His
yang normal memiliki karakteristik yaitu kontraksi otot rahim mulai
dari salah satu tanduk rahim, fundal abdomen dan menjalar ke
seluruh otot rahim, kekuatannya seperti memeras isi rahim. Otot
rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke panjang semula
sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim.11
His atau kontraksi uterus adalah kekuatan kontraksi uterus karena
otototot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna, sifat his
yang baik adalah kontraksi simetris, fundus dominan, dan
relaksasi.15 Pembagian his dan sifat-sifatnya adalah :
a) His pendahulauan. Merupakan his yang sifatnya tidak kuat,
datangnya tidak teratur, menyebabkan keluarnya lendir darah.
b) His pembukaan (kala I). Adalah his yang menyebabkan
pembukaan serviks, kontraksi bersifat simetris, bagian fundus
uteri sebagai pusat dan mempunyai kekuatan yang paling
besar, involunter artinya tidak dapat diatur oleh ibu,
intervalnya semakin lama semakin pendek, kekuatannya
makin besar dan pada kala II diikuti dengan reflek mengejan,
kontaksi ini diikuti retraksi artinya panjang otot rahim yang
telah berkontraksi tidak akan kembali ke panjang semula.
Kontaksi rahim ini menimbulkan rasa sakit pada pinggang,
daerah perut, dan dapat menjalar ke paha.
27

c) His pengeluaran (kala II) adalah his untuk mengeluarkan janin,


sifatnya sangat kuat, teratur, simetris dan terkoordinasi.
Kekuatan his ini menimbulkan putaran paksi dalam,
penurunan kepala atau bagian terendah janin, menekan serviks
dimana terdapat saraf fleksus frankenhauser sehingga terjadi
reflex mengejan.
d) His pengiring ( kala IV adalah his yang sifat kontraksinya
tetep kuat, kekuatan kontraksi ini tidak diikuti oleh interval,
pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan
membentuk thrombus. Melalui kontraksi yang kuat dan
pembentukan thrombus terjadi penghentian pengeluaran darah
post partum.11
Beberapa kasus pada proses persalinan sering dijumpai his yang
tidak normal atau terjadi kelainan kontraksi otot rahim. Diantaranya
inersia uteri, yaitu his yang sifatnya lemah, pendek, dan jarang baik
itu terjadi di awal persalinan ataupun terjadi di tengah proses
persalinan. Kelainan his yang kedua yaitu tetania uteri, his ini terjadi
dengan terlalu kuat, sifat hisnya normal, kelainannya terletak pada
kekuatan his. Kelainan his yang terakhir yaitu his yang tidak
terkoordinasi merupakan his yang frekuensinya dan kekuatannya
berubah-ubah.9
2) Passage ( Jalan Lahir )
Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang
padat, dasar panggul, yaitu relatif kaku, oleh karena itu ukuran dan
bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.1
Komponen yang sangat penting saat persalinan terdiri dari jalan lahir
tulang dan jalan lahir lunak. Jalan lahir merupakan komponen yang
tetap, artinya dalam konsep obstetric modern tidak diolah untuk
melancarkan proses persalinan kecuali jalan lunak pada keadaan
tertentu tanpa membahayakan janin. 11
Jalan tulang mempunyai kriteria sebagai berikut :
28

a) Pintu atas panggul dengan distansia ( jarak ) tranversalis kanan


kiri lebih panjang dari muka belakang.
b) Mempunyai bidang tersempit dari spina ischiadika.
c) Pintu atas panggul menjadi pintu bawah panggul
d) Panjang jalan lahir depan sepanjang 4,5cm sedangkan panjang
jalan lahir belakang 12,5cm.
e) Secara keseluruhan jalan lahir merupakan corong yang
melengkung ke dapan, mempunyai bidang sempit pada spina
ischiadika, terjadi perubahan pintu atas panggul lebar kanan
dan kiri menjadi pintu bawah panggul lebar ke depan dan
belakang yang terdiri dari dua segitiga.

Kelainan jalan lahir selain terjadi akibat jalan tulang yang


meliputi panggul ibu, juga terjadi akibat jalan lunak. Beberapa
kelainan yang terjadi pada jalan lahir lunak diantaranya :
a) Serviks
i Serviks yang kaku, terdapat pada primi tua primer atau
sekunder atau serviks yang mengalami banyak cacat
perlukaan ( sikatrik ).
ii Serviks gantung, ostium uteri internum terbuka,
nemunostium uteri internum tidak dapat terbuka.
iii Edema serviks, terutama akibat kesempitan panggul,
serviks terjepit antara kepala dan jalan lahir sehingga terjadi
gangguan sirkulasi darah dari cairan yang menimbulkan
edema serviks.
iv Serviks duplek karena kelainan kongenital.
b) Vagina
Kelainan seperti vagina septum atau tumor pada vagina
c) Hymen dan Perineum
Kelainan pada hymen imperforata atau hymen pada perineum,
terjadi kekakuan sehingga memerlukan episiotomi. 11
29

3) Passenger ( Janin dan Plasenta )


Yang termasuk passenger adalah janin dan plasenta. Cara penumpang
(passenger) atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir, merupakan
akibat interaksi beberapa faktor, yaitu ukuran kepala janin, presentasi,
letak, sikap, dan posisi janin. 11

d. Tanda-tanda Dalam Persalinan


Tanda terjadinya persalinan meliputi pengeluaran cairan, pinggang
terasa sakit menjalar ke depan, terjadi perubahan pada serviks, sifat
his teratur, interval makin pendek, dan kekuatan his makin besar,
dengan diiringi pengeluaran lendir dan darah (penandaan persalinan).
Dengan adanya his persalinan, terjadinya perubahan pada serviks
yang menimbulkan pendataran dan pembukaan yang menyebabkan
selaput lendir yang terdapat pada kanalis servikalis terlepas sehingga
terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah. Sebagian
pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput ketuban.
Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan berlangsung
dalam 24 jam, namun jika ternyata tidak tercapai, maka akhirnya
diakhiri dengan tindakan-tindakan tertentu, misalnya vakum atau
section caesaria.14

e. Komplikasi Persalinan
1) Komplikasi yang berhubungan dengan kemajuan persalinan
a) Ketuban Pecah Dini (KPD)
b) Distosia
c) Tidak ada kemajuan dalam persalinan (partus macet)
d) Emboli cairan ketuban
2) Komplikasi yang berhubungan dengan status ibu dan janin
a) Gawat janin
b) Janin >1 (kehamilan ganda) 3) Kematian janin (IUFD)15
30

4. Bayi baru lahir


a. Pengertian BBL
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus yaitu bayi yang baru saja
mengalami proses kelahiran, berusia 0 – 28 hari. BBL memerlukan
penyesuaian fisiologis berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri
dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin) dan toleransi
bagi BBL untuk dapat hidup dengan baik16
b. Penanganan BBL Saat Lahir
Kebutuhan dasar bayi baru lahir menurut JNPKR (2014),
diantaranya: 1. Penilaian awal
Sebelum bayi lahir, lakukan penilaian berikut:
1) Apakah kehamilan cukup bulan?
2) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
Segera setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain bersih
dan kering yang telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera
lakukan penilaian berikut:
1) Apakah bayi menangis, bernapas atau tidak megap-megap?
2) Apakah tonus otot bayi baik atau bayi bergerak aktif?
2. Pengkajian segera setelah lahir
Segera setelah bayi lahir, melatakkan bayi diatas kain bersih dan
kering yang telah disiapkan bila bayi tersebut tidak memungkinkan
atau bayi tidak bernafas atau megap-megap atau lemah maka lakukan
tindakan resusitasi pada bayi dengan asfiksia.
c. Pertolongan Pada Saat Bayi Lahir
Sambil menilai pernapasan secara cepat, letakkan bayi dengan handuk
diatas perut ibu. Dengan kain yang bersih dan kering atau kasa, bersihkan
darah atau lendir dari wajah bayi agar jalan udara tidak terhalang. Periksa
ulang pernapasan bayi, sebagian besar bayi akan menangis atau bernapas
secara spontan dalam waktu 30 detik setelah lahir.
1) Perawatan Mata
31

Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk


mencegah penyakit mata akibat klamidia (penyakit menular seksual).
Obat perlu diberikan pada jam pertama setelah persalinan.
Pengobatan yang umumnya dipakai adalah neosporin yang langsung
dteteskan pada mata bayi segera setelah bayi lahir.
2) Perawatan Lain-lain
1. Perawatan tali pusat
a) Pertahankan sisa tali pusat dalam kedaan terbuka agar terkena
udara dan ditutupi dengan kain bersih secara longgar.
b) Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja, dicuci dengan sabun
dan air bersih, kemudian dikeringkan sampai benar-benar
kering.
2. Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi dipulangkan
kerumah, diberikan imunisasi BCG, polio, dan hepatiis B.
3. Orang tua diajarkan tanda-tanda bahaya bayi dan mereka
diberitahu agar merujuk bayi dengan segera untuk perawatan lebih
lanjut jika ditemui hal-hal berikut:
a) Pernapan: sulit atau lebih dari 60x/menit
b) Warna: kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru, atau
pucat
c) Tali pusat: merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk,
berdarah
d) Infeksi: suhu neningkat, merah, bengkak, keluar cairan
(nanah) bau busuk, pernapasan sulit
e) Feses/kemih: tidak berkemih dalam 24 jam, feses lembek,
sering kejang, tidak bisa tenang, menangis terus-menerus.
4. Orang tua diajarkan cara merawat bayi dan melakukan perawatan
harian untuk bayi baru lahir, meliputi:
a) Pemberian ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam,
mulai dari hari pertama
32

b) Menjaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering ,


serta mengganti popok
c) Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering
d) Menjaga keamanan bayi terhadap trauma dan infeksi.10

d. Kebutuhan Kesehatan pada BBL


Kebutuhan BBL 0-6 jam adalah:
1) Jaga bayi tetap hangat
2) Isap lendir dari mulut dan hidung ( hanya jika perlu )
3) Keringkan
4) Pemantauan tanda bahaya
5) Klem,potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, sekitar 2
menit setelah lahir
6) Lakukan inisiasi menyusui dini
7) Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, di paha kiri
anterolateral
8) Beri salep mata antibiotika pada kedua mata
9) Pemeriksaan fisik
10) Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 ml intramuskular, di paha kanan
anterolateral, sekitar 1-2 jam setelah pemberian K1
11) Buang air besar
Bayi yang pencernaannya normal akan BAB pada 24 jam pertama
setelah lahir. BAB pertama ini disebut mekonium. Biasanya
berwarna hitam kehijauan dan lengket.
12) Buang air kecil
Bayi baru lahir BAK pada 24 jam pertama setelah lahir
13) Tidur
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir bayi normalnya sering tidur,
bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16 jam
sehari. Pada umumnya bayi terbangun sampai malam hari pada usia
3 bulan.
33

14) Kebersihan kulit


Pantat perlu dibersihkan secara teratur, lap wajah terutama
area mata dan sekujur tubuh dengan lembut. Pakaikan baju bayi
yang berbahan katun agar mudah menyerap keringat.
e. Tanda-tanda bahaya
1) Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali permenit
2) Kehangatan terlalu panas (> 38oC atau terlalu dingin < 36oC)
3) Warna kuning, biru atau pucat, memar
4) Pemberian makan, hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak
muntah.
5) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, pernafasan
sulit
6) Tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, ada lender atau darah
pada tinja.
7) Aktivitas menggigil atau tangis tidak biasa, sangat mudah
tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, menangis
terus menerus.
f. Penyuluhan sebelum bayi pulang16
1) Perawatan tali pusat
2) Pemberian ASI
3) Jaga kehangatan bayi
4) Tanda-tanda bahaya
5) Imunisasi
6) Perawatan harian atau rutin
7) Pencegahan infeksi dan kecelakaan

5. Nifas
a. Pengertian Masa Nifas
Postpartum (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pulih seperti
semula. Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan
34

mengalami banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan banyak


memberikan ketidaknyamanan pada awal postpartum, yang tidak
menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti
dengan perawatan yang baik.1 Periode masa nifas (puerperium) adalah
periode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai
setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi
kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari
adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan.2
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga
kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan
yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai
masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti
sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyabab kematian para ibu,
infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah
perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan
memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini.1
b. Tahapan Masa Nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1) Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada
masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan
karena atonia uteri, oleh karena itu, bidan dengan teratur harus
melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea,
tekanan darah, dan suhu.
2) Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak
demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu
dapat menyusui dengan baik. Selain itu, pada fase ini ibu sudah
memiliki keinginan untuk merawat dirinya dan diperbolehkan
35

berdiri dan berjalan untuk melakukan perawatan diri karena hal


tersebut akan bermanfaat pada semua sistem tubuh.
3) Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.2,11
Periode immediate postpartum dan early postpartum merupakan
periode yang sering terjadi komplikasi pada ibu.12 Periode masa nifas
yang beresiko terhadap kematian ibu terutama terjadi pada periode
immediate postpartum (50%), pada masa early postpartum (20%)
dan masa late postpartum (5%).5,6 Resiko sering terjadi ketika satu
minggu pertama post partum (Early postpartum) karena hampir
seluruh sitem tubuh mengalami perubahan secara drastis.13
c. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan
dengan kondisi postpartum.14 Organ-organ tubuh ibu yang mengalami
perubahan setelah melahirkan antara lain:
1) Perubahan sistem reproduksi
Proses involusi uterus adalah kembalinya uterus kedalam
keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini di mulai
segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos
uterus. Salah satu komponen involusi adalah penurunan fundus
uteri, proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil.
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
palpasi untuk meraba dimana TFU-nya (Tinggi Fundus Uteri).
Tinggi Fundus Uterus Dan Berat Uterus Menurut Hari Kondisi15
Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr

Uri lahir Dua jari dibawah pusat 750 gr

1 minggu Pertengahan pusat-symphisis 500 gr


36

2 minggu Tak teraba di atas symphisis 350 gr

6 minggu Bertambah kecil 50 gr

8 minggu Sebesar normal 30 gr

2) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada
setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap menandakan adanya
infeksi. Lochea mempunyai perubahan warna dan volume karena
adanya proses involusi. Lochea dibedakan menjadi 4 jenis
berdasarkan warna dan waktu keluarnya :
a) Lochea rubra
Lochea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi
darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak
bayi, lanugo (rambut bayi), dan meconium.
b) Lochea sanguinolenta
Lochea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta
berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
c) Lochea serosa
Lochea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada
hari ke-7 sampai hari ke-14.
d) Lochea alba
Lochea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput
lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba ini
dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum.
Lochea yang menetap pada awal periode post partum
menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang
mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput plasenta.
37

Lochea alba atau serosa yang berlanjut dapat menandakan adanya


endometritis, terutama bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan
demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk
yang disebut dengan “lochea purulenta”. Pengeluaran lochea yang
tidak lancar disebut “lochea statis”.15
3) Perubahan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa
hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam
keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi
lebih menonjol.15
4) Perubahan Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada
post natal hari ke-5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian
tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum
hamil.15
5) Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan
mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,
pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan,
kurangnya asupan makan, hemoroid dan kurangnya aktivitas
tubuh.15
6) Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit
untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan
ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih
setelah mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan
38

tulang pubis selama persalinan berlangsung. Kadar hormon estrogen


yang besifat menahan air akan mengalami penurunan yang
mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”.15
7) Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh
darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit,
sehingga akan menghentikan perdarahan. Ligamen-ligamen,
diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan,
secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi
secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.15
8) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba. Volume darah
bertambah, sehingga akan menimbulkan dekompensasi kordis pada
penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme
kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume
darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada
hari ketiga sampai kelima postpartum.15
9) Perubahan Tanda-tanda Vital
Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji antara lain :
a) Suhu badam
Dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu badan akan naik
sedikit (37,50 – 380C) akibat dari kerja keras waktu
melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila dalam
keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya pada
hari ketiga suhu badan naik lagi karena ada pembentukan ASI.
Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada
endometrium.
b) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit.
Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat.
39

Denyut nadi yang melebihi 100x/ menit, harus waspada


kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan postpartum.
c) Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan
tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena
ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat postpartum
menandakan terjadinya preeklampsi postpartum.
d) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan
juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus
pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa postpartum
menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.1
10) Perubahan Psikis Masa Nifas
Kelahiran anggota baru bagi suatu keluarga memerlukan
penyesuaian bagi ibu. Perubahan peran seorang ibu memerlukan
adaptasi yang harus dijalani, perubahan tersebut berupa perubahan
emosi dan sosial. Adaptasi psikologis ini menjadi periode
kerentanan pada ibu postpartum, karena periode ini membutuhkan
peran professional kesehatan dan keluarga.16 Tanggung jawab ibu
postpartum bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir.
Proses penyesuaian ibu atas perubahan yang dialaminya terdiri atas
tiga fase yaitu:
a) Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada
dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses
persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu
bicara tentang dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang
dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan,
40

kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat


dihindari. Hal tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat untuk
mencegah gangguan psikologis yang mungkin dialami, seperti
mudah tersinggung, menangis. Hal ini membuat ibu cenderung
menjadi pasif. Pada fase ini petugas kesehatan harus
menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu dapat melewati
fase ini dengan baik.
b) Fase taking hold
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung dan gampang marah. Kita perlu berhati-hati
menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat
diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu.
c) Fase letting go
Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab
akan peran barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah
melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh
disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan
bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah
meningkat pada fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam
menjalani peran barunya. Pendidikan kesehatan yang kita
berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu
lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.15
Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan oleh
ibu. Suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi,
mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak telalu
terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup, sehingga
41

mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat


bayinya.17
d. Jadwal kunjungan masa nifas
Kunjungan dilakukan paling sedikit 3kali selama ibu dalam masa
nifas. Kegiatan yang dilakukan selama kunjungan meliputi pemeriksaan
untuk deteksi dini, pencegahan, intervensi, dan penanganan masalah-
masalah yang terjadi pada saat nifas seperti dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Jadwal Kunjungan pada Ibu dalam Masa Nifas :
Kunjungan I (KF) 6 Kunjungan II (KF II) Kunjungan III (KF
Jam s/d 1 hari Pasca hari ke 3 s/d 28 III) hari ke 29 s/d 32
salin hari Pasca salin hari Pasca salin

Memastikan involusi Bagaimana persepsi ibu Permulaan hubungan


uterus tentang persalinan dan seksual
kelahiran bayi
Menilai adanya tanda- Kondisi payudara Metode KB yang
tanda demam, infeksi, digunakan
atau perdarahan
Memastikan ibu Ketidaknyamanan yang Latihan pengencangan
mendapat cukup dirasakan ibu otot perut
makanan, cairan, dan
istirahat
Memastikan ibu Istirahat ibu Fungsi pencernaan,
manyusui dengan baik konstipasi, dan
dan tidak tanda-tanda bagaimana
infeksi penanganannya
Bagaimana perawatan Menanyakan pada ibu
bayi sehari-hari apa sudah haid.
42

Hubungan bidan,
dokter, dan RS dengan
masalah yang ada

e. Perawatan Masa Nifas


Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang
telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum
hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genitalia
baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. 3
Perawatan masa nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan
menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan
postpartum dan infeksi.11,18
Perawatan masa nifas merupakan tindakan lanjutan bagi wanita sesudah
melahirkan. Perawatan diri pada masa nifas diperlukan karena pada masa
nifas wanita akan banyak mengalami perubahan pada dirinya, baik fisik
maupun psikologis.19 Perawatan diri adalah aktivitas yang dilakukan oleh
individu untuk memelihara kesehatan. Ibu nifas diharapkan mampu
melakukan pemenuhan perawatan pada dirinya agar tidak mengalami
gangguan kesehatan.20

f. Macam-macam Perawatan Diri Masa Nifas


Perawatan diri ibu nifas terdiri dari berbagai macam, meliputi:
a. Memelihara Kebersihan Perseorangan (Personal Hygiene)
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan
meningkatkan perasaan kesejahteraan ibu.21 Personal Hygiene yang
bisa dilakukan ibu nifas untuk memelihara kebersihan diri tidak hanya
mandi, tetapi juga menggosok gigi dan menjaga kebersihan mulut,
menjaga kebersihan rambut dengan keramas, menjaga kebersihan
pakaian, dan menjaga kebersihan kaki, kuku, telinga, mata dan
hidung.20 Selain itu juga mencuci tangan sebelum memegang payudara,
43

setelah mengganti popok bayi, setelah buang air besar dan kecil dan
sebelum memegang atau menggendong bayi.14
b. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat
mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat
tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Ibu
postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 23–
38 jam postpartum. Early ambulation tidak diperbolehkan pada ibu
postpartum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, paru-
paru, demam dan sebagainya.
c. Perawatan perineum
Perawatan khusus perineum bagi wanita setelah melahirkan bayi
bertujuan untuk pencegahan terjadinya infeksi, mengurangi rasa tidak
nyaman dan meningkatkan penyembuhan.Walaupun prosedurnya
bervariasi dari satu rumah sakit lainnya, prinsip-prinsip dasarnya
bersifat universal yaitu mencegah kontaminasi dari rektum, menangani
dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma dan membersihkan
semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.21
Perawatan perineum yang dianjurkan untuk ibu postpartum adalah
membasuh perineum dengan air bersih dan sabun setelah berkemih dan
buang air besar. Perineum harus dalam keadaan kering dan dibersihkan
dari depan ke belakang.20 Ibu dianjurkan untuk mengganti pembalut
setiap kali mandi, setelah buang air besar atau kecil atau setiap tiga
sampai empat jam sekali.14
Munculnya infeksi perineum dapat merambat pada saluran
kandung kemih ataupun pada jalan lahir, infeksi tidak hanya
menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga menyebabkan
kerusakan sel penunjang, sehingga akan menambah ukuran dari luka
itu sendiri baik panjang maupun kedalaman dari luka.21

d. Perawatan Payudara
44

Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat


payudara terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk
melancarkan pengeluaran ASI. Perawatan payudara pasca persalinan
merupakan kelanjutan perawatan payudara semasa hamil. Bagi ibu
yang menyusui bayinya, perawatan puting susu merupakan suatu hal
amat penting. Payudara harus dibersihkan dengan teliti setiap hari
selama mandi dan sekali lagi ketika hendak menyusui. Hal ini akan
mengangkat kolostrum yang kering atau sisa susu dan membantu
mencegah akumulasi dan masuknya bakteri baik ke puting maupun ke
mulut bayi.
Adapun langkah-langkah dalam melakukan perawatan payudara
yang baik, yaitu : mengompres kedua puting dengan baby oil selama
23 menit, membersihkan puting susu, melakukan pegurutan dari
pangkal ke putting susu sebanyak 20-30 kali pada tiap payudara,
pengurutan dengan menggunakan sisi kelingking, pengurutan dengan
posisi tangan mengepal sebanyak 20-30 kali pada tiap payudara dan
kompres dengan air kemudian keringkan dengan handuk kering.23
e. Mobilisasi Dini dan Senam Nifas
Mobilisasi Dini adalah selekas mungkin membimbing ibu keluar
dari tempat tidurnya dan membimbing ibu selekas mungkin segera
berjalan. Jika tidak ada kelainan, mobilisasi dapat dilakukan sedini
mungkin, yaitu dua jam setelah persalinan normal.24 Mobilisasi dini
sangat bermanfaat untuk mempertahankan fungsi tubuh,
memperlancar peredaran darah sehingga mencegah terjadinya
tromboemboli, membantu pernafasan menjadi lebih baik,
mempertahankan tonus otot, memperlancar eliminasi, dan
mengembalikan aktivitas sehingga dapat memenuhi kebutuhan gerak
harian.25 Senam nifas dilakukan sejak hari pertama setelah melahirkan
hingga hari kesepuluh, terdiri atas beberapa gerakan tubuh yang
dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu. Senam nifas
45

dilakukan pada saat kondisi ibu benar-benar pulih dan tidak ada
hambatan atau komplikasi pada masa nifas.26
f. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari setelah melahirkan.
Namun buang air besar secara spontan biasanya tertunda selama 2-3
hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini disebabkan karena tonus otot
usus menurun selama proses persalinan dan pada masa pascapartum,
dehidrasi, kurang makan dan efek anastesi.11
Fungsi defekasi dapat diatasi dengan mengembalikan fungsi usus
besar dengan diet teratur, pemberian cairan yang banyak, makanan
cukup serat dan olahraga atau ambulasi dini. Jika pada hari ketiga ibu
juga tidak buang air besar maka dapat diberikan laksatif per oral atau
per rectal.27
g. Diet
Diet harus mendapat perhatian dalam nifas karena makanan yang
baik mempercepat penyembuhan ibu, makanan ibu juga sangat
mempengaruhi air susu ibu. Makanan harus bermutu dan bergizi,
cukup kalori, serta banyak mengandung protein, banyak cairan, sayur-
sayuran dan buah-buahan karena ibu nifas mengalami
hemokonsentrasi.18,27
Kebutuhan gizi pada masa nifas meningkat 25 % dari kebutuhan
biasa karena berguna untuk proses kesembuhan sehabis melahirkan
dan untuk memproduksi air susu yang cukup.1 Ibu yang menyusui
perlu mengkonsumsi protein, mineral dan cairan ekstra. Makanan ini
juga bisa diperoleh dengan susu rendah lemak dalam dietnya setiap
hari. Ibu juga dianjurkan untuk mengkonsumsi multivitamin dan
suplemen zat besi.21
1) Nutrisi dan Cairan
a) Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b) Minum sedikitnya 1 liter air setiap hari.
46

c) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,


setidaknya selama 30 hari pasca persalinan.
2) Pemberian Kapsul Vitamin A 200.000 IU
Kapsul vitamin A 200.000 IU pada masa diberikan sebanyak dua
kali, pertama segera setelah melahirkan, kedua di berikan setelah
24jam pemberian kapsul vitamin A pertama.
Manfaat kapsul vitamin A untuk ibu nifas sebagai berikut :
a) Meningkatkan kandungan vitamin A dalam Air Susu Ibu (ASI).
b) Bayi lebih kebal dan jarang kena penyakit infeksi.
c) Kesehatan ibu lebih cepat pulih setelah melahirkan.
d) Ibu nifas harus minum 2 kapsul vitamin A karena :
(aa)Bayi lahir dengan cadangan vitamin A yang rendah,
kebutuhan bayi akan vitamin A tinggi untuk pertumbuhan
dan peningkatan daya tahan tubuh
(ab)Pemberian 1 kapsul vitamin A 200.000 IU warna merah
pada ibu nifas hanya cukup untuk meningkatkan
kandungan vitamin A dalam ASI selama 60 hari,
sedangkan dengan pemberian 2 kapsul dapat menambah
kandungan vitamin A sampai bayi 6 bulan.
h. Eliminasi Urin
Miksi atau eliminasi urin sebaiknya dilakukan sendiri secepatnya.
Kadang-kadang wanita mengalami sulit buang air kecil selama 24 jam
pertama setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena kandung kemih
mengalami trauma atau lebam selama melahirkan akibat tertekan oleh
janin sehingga ketika sudah penuh tidak mampu untuk mengirim pesan
agar mengosongkan isinya, dan juga karena sfingter utertra yang
tertekan oleh kepala janin. Bila kandung kemih penuh ibu sulit kencing
sebaiknya lakukan kateterisasi, sebab hal ini dapat mengandung
terjadinya infeksi. Bila infeksi terjadi maka pemberian antibiotik sudah
pada tempatnya.18, 27
47

Ibu diminta untuk buang air kecil 6 jam postpartum. jika dalam 8
jam belum dapat berkemih atau sekali berkemih atau belum melebihi
100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata
kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
i. Istirahat
Setelah persalinan, ibu mengalami kelelahan dan butuh
istirahat/tidur telentang selama 8 jam kemudian miring kiri dan
kanan. Ibu harus bisa mengatur istirahatnya.2
j. Deteksi Dini Penyulit pada Masa Nifas dan Penanganannya
Perdarahan paska persalinan dibagi menjadi perdarahan pasca
persalinan primer dan sekunder.
1) Perdarahan Pasca Persalinan
a) Perdarahan pasca persalinan primer (early postpartum)
Haemorrhage, atau perdaharan pasca persalinan segera.
Perdarahan pasca persalinan primer terjadi dalam 23 jam
pertama. Penyebab utama perdarahan pasca persalinan primer
adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan
jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
b) Perdarahan paska persalinan sekunder (late postpartum
haemorrhage), atau perdarahan masa nifas, perdarahan paska
persalinan lambat.
Perdarahan pasca persalinan sekunder terjadi setelah 23 jam
pertama. Penyebab utama perdarahan pasca persalinan
sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau
membran.
2) Infeksi Masa Nifas1
Merupakan infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada
masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya
suhu badan melebihi 38oC. tanpa menghitung hari pertama dan
berturut-turut selama 2 hari.
Gejala infeksi masa nifas sebagai berikut :2
48

a) Tampak sakit dan lemah.


b) Suhu meningkat > 38oC.
c) TD meningkat/menurun.
d) Pernapasan dapat meningkat/menurun.
e) Kesadaran gelisah/koma.
f) Terjadi gangguan involusi uterus.
g) Lochea bernanah berbau.
k. Perawatan Mandiri
Berdasarkan teori keperawatan Self Care Deficit yang dikemukakan
oleh Dorothea Orem, manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan
dalam merawat dirinya sendiri.19 Yang dimaksud dengan self care
(perawatan mandiri) adalah aktivitas seseorang untuk menolong
dirinya sendiri dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan
kesejahteraan.28
Perawatan mandiri adalah suatu aktivitas yang dimulai secara
individu dan dilakukan atas kemampuan dan kepentingan mereka
sendiri dalam memelihara hidupnya, mencapai fungsi yang
menyeluruh dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Dalam
teori ini Orem mengemukakan bahwa untuk dapat memenuhi
kebutuhan dirinya sendiri, perawat dapat memberikan bantuan
berdasarkan tingkat kemandirian pasien. Orem membaginya dalam tiga
bentuk yaitu:
a. Perawatan total (wholly compensatory), individu belum mampu
mengontrol dan memonitor lingkungan dan informasi dalam
melakukan self carenya.
b. Perawatan sebagian (partial compensatory), individu belum mampu
melakukan beberapa atau sebagian dari aktivitas self carenya.
c. Pendidikan dan dukungan (educative ssupportif), individu hanya
membutuhkan pendidikan dan dukungan lebih lanjut dalam
melakukan self care, ini berarti individu mampu secara mandiri
melakukan perawatan diri.29
49

Kemandirian dalam perawatan postpartum tidak hanya penting


untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas ibu, tetapi juga penting
untuk memperkuat dan meningkatkan perilaku sehat ibu post partum
dalam perawatan. Perilaku sehat dimulai ketika postpartum dan
diperlukan untuk memastikan bahwa baik ibu mendapatkan
perawatan kesehatan yang
baik.19,30
l. Posisi yang Benar dalam menyusui
Dalam menyusui yang benar ada beberapa macam posisi
menyusui, antara lain :35
1) Posisi berbaring miring
Posisi ini amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali
atau bila ibu merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan
pada ibu menyusui yang melahirkan melalui operasi sesar. Yang
harus diwaspadai dari teknik ini adalah pertahankan jalan nafas bayi
agar tidak tertutupi oleh payudara ibu. Oleh karena itu, ibu harus
selalu didampingi oleh orang lain ketika menyusui.
2) Posisi duduk
Penting untuk memberikan topangan atau sandaran pada
punggung ibu, dalam posisinya agak tegak lurus (900) terhadap
pangkuannya. Ini mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila
diatas tempat tidur atau dilantai, atau duduk dikursi.
m. Langkah-langkah menyusui yang benar
Berberapa langkah yang benar dalam menyusui bayi antara
lain :36
1) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai
manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
50

2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.


3) Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
4) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala
bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan
telapak tangan ibu.
5) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satu di
depan.
6) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
(tidak hanya membelokkan kepala bayi).
7) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
8) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
9) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain
menopang di bawah. Jangan menekan puting susu atau areolanya
saja.
10) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek)
dengan cara:
a) Menyentuh pipi dengan puting susu, atau
b) Menyentuh sisi mulut bayi.
c) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola
dimasukkan ke mulut bayi.
d) Usahakan sebagian besar areola dimasukkan ke mulut bayi, susu
berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI
keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah
areola.
e) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang atau
disangga lagi.
51

11) Melepas isapan bayi


Setelah menyusu pada satu payudara sampai terasa kosong,
sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas
isapan bayi :
a) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut
mulut atau,
b) Dagu bayi ditekan kebawah.
12) Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan
(yang dihisap terakhir).
13) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering
dengan sendirinya.
14) Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara
dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh-jawa) setelah
menyusui. Cara menyendawakan bayi :
a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu
kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan atau,
b) Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu, kemudian punggungnya
ditepuk perlahan-lahan.
n. Lama dan frekuensi menyusui
Sebaiknya bayi disusui secara on demand karena bayi akan
menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila
bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/
kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu
menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara
sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam
waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tak
teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu
kemudian.36
52

o. Masalah - masalah dalam pemberian ASI


Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena
timbulnya beberapa masalah, antara lain :33
1) Puting susu lecet
(a) Penyebab
(1) Kesalahan dalam teknik menyusui yang benar
(2) Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim,dll untuk
mencuci puting susu
(3) Mungkin saja terjadi pada bayi yang frenulum lingue (tali
lidah yang pendek), sehingga menyebabkan bayi sulit
menghisap sehingga hisapannya hanya pada puting susu
(4) Rasa nyeri dapat timbul jika ibu menghentikan menyusui
kurang hati-hati.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2013) Masalah
yang paling sering terjadi pada ibu yang menyusui adalah puting
susu nyeri/lecet. Keadaan seperti ini biasanya terjadi karena posisi
bayi sewaktu menyusu salah. Bayi hanya menghisap pada puting
karena aerola sebagian besar tidak masuk ke dalam mulut bayi. Hal
ini juga dapat terjadi pada akhir menyusui bila melepaskan hisapan
bayi tidak benar. Juga dapat terjadi bila sering membersihkan puting
dengan alkohol atau sabun. Puting lecet ini dapat menggagalkan
upaya menyusui oleh karena ibu akan segan menyusui karena terasa
sakit dan tidak terjadi pengosongan payudara sehingga produksi
ASI berkurang.17
Pencegahan puting susu lecet diantaranya : 17
1. Ibu perlu mengetahui posisi menyusui yang benar.
2. Ibu perlu tahu cara melepaskan bayi dari payudara.
3. Jangan membersihkan puting dengan sabun atau alkohol
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk puting susu lecet
yaitu: 17
1. Perbaiki posisi menyusui.
53

2. Mulai menyusui dari payudara yang tidak sakit.


3. Tetap mengeluarkan ASI dari payudara yang putingnya lecet
4. Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke puting yang lecet dan
biarkan kering
5. Pergunakan BH yang menyangga
6. Bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurang rasa sakit.
2) Payudara bengkak
(a) Penyebab
Pembengkakan ini terjadi karena ASI tidak disusui
secara adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada system
duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.
Pembengkakan bisa terjadi pada hari ketiga dan keempat
sesudah melahirkan.
(b) Pencegahan
(1) Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir
(2) Susukan bayi tanpa dijadwal
(3) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi ASI
melebihi kebutuhan bayi.
(4) Melakukan perawatan payudara
3) Saluran susu tersumbat (obstruvtive duct)
Suatu keadaan dimana terdapat sumbatan pada duktus
laktiferus, dengan penyebabnya adalah :
(a) Tekanan jari ibu pada waktu menyusui
(b) Pemakaian BH yang terlalu ketat
(c) Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul tidak
segera dikeluarkan sehingga menimbulkan sumbatan.
4) Mastitis
Hal ini merupakan radang pada payudara, yang disebabkan
oleh:
(a) Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat
54

(b) Puting lecet yang memudahkan masuknya kuman dan terjadi


payudara bengkak
(c) BH yang terlalu ketat
(d) Ibu yang diit jelek, kurang istirahat, anemi akan mudah
terinfeksi.
5) Abses payudara
Abses payudara merupakan kelanjutan dari mastitis, hal ini
dikarenakan meluasnya peradangan payudara. Payudara tampak
merah mengkilap dan terdapat nanah sehingga perlu insisi untuk
mengeluarkannya.
6) Kelainan anatomis pada puting susu (puting tenggelam/datar)
Pada puting tenggelam kelainan dapat diatasi dengan
perawatan payudara dan perasat Hoffman secara teratur. Jika puting
masih tidak bisa diatasi maka untuk mengeluarkan ASI dapat
dilakukan dengan tangan/pompa kemudian dapat diberikan dengan
sendok/pipet.

6. KB
a. Pengertian kontrasepsi
Kontrasepsi adalah pencegaha terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi
ke dinding Rahim.18
Pelayanan Kontrasepsi adalah serangkaian kegiatan meliputi
pemberian KIE, konseling, penapisan kelayakan medis, pemberian
kontarsepsi, pemasangan atau pencabutan, dan penanganan efek
samping atau komplikasi dalam upaya mencegah kehamilan.
Pelayanan kontrasepsi yang diberikan meliputi kondom, pil, suntik,
pemasangan atau pencabutan implan, pemasangan atau pencabutan
alat kontrasepsi dalam rahim, pelayanan tubektomi, dan pelayanan
vasektomi. KB Pascapersalinan (KBPP) adalah pelayanan KB yang
diberikan kepada PUS setelah persalinan sampai kurun waktu 42 hari,
55

dengan tujuan untuk menjarangkan kehamilan, atau mengakhiri


kesuburan. Beberapa studi menunjukkan pelayanan KB (termasuk
KBPP) yang efektif dapat mengurangi kematian ibu dengan cara
mengurangi kehamilan dan mengurangi kelahiran risiko tinggi.2
b. Jenis kontrasepsi
1) KB Sederhana19
a) Metode pantang berkala / kalender
b) Koitus Interuptus /senggama terputus
c) Metode amenore alktasi /MAL
d) kondom
2) KB hormonal
KB Hormonal adalah metode kontrasepsi yang mengandung
hormon estrogen, progesteron maupun kombinasi keduanya.
Adapun macam-macam jenis kontrasepsi hormonal yang ada
antara lain:2

a) Kontrasepsi Hormonal Kombinasi terdapat 2 jenis yaitu :


i. Pil Efektif, Harus diminum setiap hari, pada bulan
pertama efek samping berupa mual dan perdarahan
bercak, dapat dipakai oleh semua ibu usia reproduksi,
dapat diminum setiap saat bila yakin tidak hamil, tidak
dianjurkan pada ibu yang menyusui karena
mengurangi produksi ASI. Kontrasepsi ini
mengandung 2 hormon (Andalan pil KB,
Microgynon), mengandung 1 hormon (Andalan pil KB
, Microlut)
ii. Suntik Disuntikkan secara IM, diberikan setiap 1
bulanan dan mengandung 2 hormon, Sangat efektif
(terjadi kegagalan 0,1-0,4 kehamilan per 100
perempuan), Jenisnya ada 3 yaitu cyclofem sebanyak 1
56

cc, sedangkan Gestin F2 sebanyak 1,5 cc, tetapi kalau


cyclogeston sebanyak 1 cc.
b) Kontrasepsi Hormonal Progestin terdapat 4 jenis :
i. Suntik
ii. Pil Progestin (Minipil) Cocok untuk semu ibu
menyusui, dosis rendah, tidak menurun kan produksi
ASI, tidak memberikan efek samping estrogen,
sepoting dan perdrahan tidak teratur, dapat di pakai
sebagai kondar
iii. Implan/Susuk Merupakan metode kontrasepsi efektif
yang dapat member perlindungan 5 tahun untuk
Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant atau
Implanon, Terbuat dari bahan semacam karet lunak
berisi hormon levonorgestrel. Cara penyebaran zat
kontrasepsi dalam tubuh, yaitu progestin meresap
melalui dinding kapsul secara berkesinambungan dalam
dosis rendah. Kandungan levonorgestrel dalam darah
yang cukup untuk menghambat konsepsi dalam 24 jam
setelah pemasangan.
3) KB Non Hormonal
a) AKDR / IUD
b) Kontap (kontrasepsi mantap): Tubektomi dan vasektomi
7. IUD
a. Pengertian
Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (Cu T 380 A sampai
10 tahun), haid menjadi lebih lama dan banyak, pemasangan dan
pencabutan memerlukan pelatihan, dapat dipakai oleh semua
perempuan usia reproduksi, tidak boleh dipakai oleh perempuan yang
terpapar IMS.20
b. Jenis IUD
ii. Bentuk terbuka (oven device)
57

Misalnya : Lippes loop, CUT, Cu-7, Margules, Spring Coil,


Multiload, Nova-T.
iii. Bentuk tertutup (Closed Device)
Misalnya : Ota-Ring, Atigon, dan Graten berg ring.
Jenis IUD yang sering digunakan adalah Cu T 380 A20
c. Cara kerja20
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii,
mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, AKDR
bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, memungkinkan
untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
d. Keuntungan20
Sangat efektif, efetif segera seteah pemasangan, jangka panjang, tidak
mempengaruhi hubungan seksual, meningkatkan kenyamanan
hubungan seksual karena tidak takut untuk hamil, tidak ada efek
samping hormonal, tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI,
Dapat dipasang segera setelah melahirkan/post abortus, dapat
digunakan sampai menopause, tidak ada interaksi dengan obat-obat,
membantu mencegah kehamilan ektopik.
e. Kerugian20
Perubahan siklus haid (lebih lama dan banyak), terjadi spotting
(perdarahan) antar menstruasi, saat haid lebih sakit, merasakan sakit
atau kram selama 3-5 hari pasca pemasangan, perforasi dinding uterus,
tidak mencegah IMS termasuk HIV/AID’s, terjadi penyakit radang
panggul yang dapat memicu infertilitas bila sebelumnya memang sudah
terpapar IMS. Prosedur medis perlu pemeriksaan pelvik dan
kebanyakan perempuan takut selama pemasangan, sedikit nyeri dan
perdarahan setelah pemasangan, klien tidak bisa melepas AKDR
sendiri, bisa terjadi ekspulsi AKDR, tidak mencegah kehamilan
ektopik, harus rutin memeriksa posisi benang
f. Indikasi20
58

Usia reproduktif, keadaan nullipara, menginginkan menggunakan


kontrasepsi jangka panjang, menyusui dan ingin menggunakan
kontrasepsi, setelah melahirkan dan tidak menyusui, setelah mengalami
abortus dan tidak ada infeksi, risiko rendah dari IMS, tidak
menghendaki metode hormonal, menyukai kontrasepsi jangka Panjang
g. Kontraindikasi20
Kehamilan, gangguan perdarahan, radang alat kelamin, curiga tumor
ganas di alat kelamin, tumor jinak rahim, kelainan bawaan rahim, erosi,
alergi logam, berkali – kali terkena infeksi panggul, ukuran rongga
rahim <5 cm, diketahui menderita TBC pelvik.
h. Seleksi atau penapisan klien20
Hpht, paritas dan riwayat persalinan terakhir, riwayat kehamilan
ektopik, nyeri hebat saat haid, anemia berat (hb<9gr% atau hematokrit
<30), riwayat isg, phs, berganti-ganti pasangan, kanker serviks
i. Saat pemasangan AKDR20
Pada waktu haid, segera setelah induksi haid atau abortus spontan,
setelah melahirkan, setiap saat bila yakin tidak hamil, post abortus,
selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi
j. Pemeriksaan fisik meliputi20
Palpasi perut, inspeksi, pemeriksaan speculum, pemeriksaan bimanual
k. Cara pemasangan
iv. Konseling pra pemasangan
a) Menjelaskan cara kerja KB IUD
b) Menjelaskan keuntungan dan kerugian KB IUD
c) Menjelaskan cara pemasangan KB IUD
d) Menjelaskan jadwal kunjungan ulang pra pemasangan atau
setelah pemasangan yaitu satu minggu setelah pemasangan,
enam bulan setelah pemasangan, satu tahun setelah pemasangan.
v. Pemasangan
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
59

2. Masukan lengan IUD di dalam kemasan sterilnya, pakai kembali


sarung tangan yang baru.
3. Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks.
4. Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada vagina dan serviks
5. Jepit bibir serviks dengan tenakulum
6. Masukan IUD ke kanalis servikalis dengan tekhnik tanpa sentuh,
kemudian dorong ke dalam kavum uteri hingga mencapai
fundus.
7. Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke
bawah sehingga lengan IUD bebas
8. Setelah pendorong ditarik ke luar, baru keluarkan selubung
9. Gunting benang IUD, keluarkan tenakulum dan spekulum
dengan hati-hati.
10. Dekontaminasi dan pencegahan pasca tindakan

vi. Konselaing post pemasangan9


1. Buat rekam medik
2. Mengkaji perasaan akseptor pasca pemasangan IUD Copper T
Cu-380A
3. Menjelaskan komplikasi yang mungkin timbul pasca
pemasangan IUD Copper T Cu-380A (Sakit dan kejang selama
3-5 hari pasca pemasangan, perdarahan berat waktu haid atau
diantarnya yang mungkin penyebab anemia, perforasi uterus).
4. Ajarkan klien cara pemeriksaan mandiri benang IUD, dengan
cara ibu Mencucui tangan setelah itu. Ibu jongkok kemudian
memasukkan jari tengah ke dalam vagina ke arah bawah dan ke
dalam sehingga dapat menemukan lokasi serviks., merasakan
benang IUD pada ujung serviks, jangan menarik benang
tersebut. Menajarkan ibu untuk Memeriksa IUD pada setiap
akhir menstruasi dan sesering mungkin di antara bulan-bulan
kunjungan ulang.
60

5. Menjelaskan kemungkinan IUD keluar atau ekspulsi


6. Menjelaskan bahwa IUD Copper T Cu380A segera efektif
setelah pemasangan.
7. Menjelaskan waktu kunjungan ulang (control pertama 1minggu
pasca pemasangan, selanjutnya 4-6minggu, saat menstruasi yang
akan datang, atau jika ada keluhan).
8. Menjelaskan bahwa akseptor dapat melepas IUD 10 tahun atau
apabila klien menghendaki
9. Lakukan observasi selam 15menit sebelum memperbolehkan
klien pulang
61

C. Telaah Jurnal Penelitian


a. The effect of mother and newborn early skin-to-skin contact on
initiation of breastfeeding, newborn temperature and duration of third
stage of labor
skin-to-skin contact (SSC) ibu dan bayi baru lahir setelah lahir
membawa banyak efek perlindungan yaitu skin-to-skin contact pada
ibu dan bayi mempercepat proses inisiasi menyusui dini , mencegah
hipoterimia pada bayi, dan durasi persalinan kala tiga menjadi lebih
cepat.
Menurut hasil penelitian ini, kontak melalui kulit antara perempuan
dan bayinya setelah lahir menyebabkan inisiasi menyusui yang lebih
besar. temuan serupa telah dilaporkan dalam literatur. American
College of Nurse-Bidan menyatakan bahwa SSC membantu bayi
mencium dan menemukan puting sehingga menyusui akan dimulai
dengan lebih cepat dan berhasil . Hal ini dapat dikaitkan dengan
tingginya tingkat katekolamin segera setelah lahir, yang membuat
umbi olfaktorius pada bayi ' Hidung sangat sensitif terhadap isyarat
bau. Hasil studi yang dilakukan oleh Moore dan Anderson di Amerika
Serikat, Khadivzadeh dan Karimi di Iran, dan Mahmood et al. di
Pakistan menunjukkan bahwa kontak dini meningkatkan inisiasi
menyusui dan memperpanjang durasi menyusui pada bayi. Inisiasi
menyusui dini merangsang produksi ASI, menghasilkan perlindungan
antibodi untuk bayi baru lahir dan praktiknya menentukan keberhasilan
pembentukan, durasi menyusui yang lebih lama, dan risiko kematian
neonatal yang lebih rendah.
Hasil meta-analisis yang terdiri dari 23 studi menunjukkan bukti
kuat peningkatan suhu tubuh sebagai akibat SSC. Menarik untuk
dicatat bahwa suhu lingkungan tidak mempengaruhi hasil suhu tubuh,
karena bahkan di lingkungan yang lebih dingin suhu tubuh bayi baru
lahir yang menerima SCC meningkat atau setidaknya tetap tidak
berubah. Perpindahan panas dari ibu ke bayi baru lahir yang difasilitasi
62

oleh kontak langsung dengan kulit telah dibuktikan paling tidak


seefektif perawatan inkubator untuk pemanasan
b. Effectiveness of Early Exercise Against Uterine Involution in
Spontaneous Postpartum Patients
Ibu nifas yang sudah melahirkan lebih awal dibandingkan dengan
responden yang tidak senam mengalami penurunan kandungan. fundus
lebih cepat daripada yang tidak melakukan Mobilisasi dilakukan lebih
awal untuk memfasilitasi latihan awal. Senam awal diberikan pada
proses involusi, hal ini dikarenakan senam yang didalamnya terdapat
fundus uterus fisiologis sederhana akan menurunkan mobilisasi yang
mudah dilakukan. Mobilisasi dapat dilakukan setelah pelahiran, tetapi
proses fundus uteri melancarkan darah ke dalam uterus sehingga
perubahan uterus akan menurun dengan cepat jika kontraksi
postpartum akan baik dan ibu uterus segera melakukan mobilisasi.
Salah satu bentuk fundus akan menjadi keras. Bentuk kontraksi
mobilisasi adalah senam. Penelitian penyempitan pembuluh darah
terbuka dan Gunawan (2015) pada ibu nifas tidak terjadi perdarahan
sehingga penurunan menunjukkan bahwa ibu yang mendapat tinggi
fundus uterus postpartum cepat melakukan senam memiliki rerata yang
lebih rendah secara signifikan (Varney, 2008). Hal ini sesuai dengan
kadar fundus uteri dibandingkan dengan ibu yang hasil penelitian
Prihartini (2014) yang menyatakan tidak mendapatkan senam nifas.
bahwa mobilisasi dini dapat mempengaruhi penurunan Mobilisasi dini
berupa mobilisasi dini fundus uteri pada postpartum. Penelitian dengan
senam merupakan salah satu upaya yang dapat mempercepat
Andriyani (2013) pada ibu nifas serta penurunan fundus uterus.
Penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh Rofi'ah nifas (2015)
terhadap 53 senam nifas spontan terhadap penurunan fundus uteri. ibu
menunjukkan sebagian besar ibu nifas senam nifas dapat merangsang
kelancaran melakukan mobilisasi dini dengan baik (73,6%), berarti
otot berkontraksi lebih baik. waktu mobilisasi 64,34 menit. Dini
63

Penelitian Ferdina (2015) menunjukkan mobilisasi paling cepat yaitu


20 menit yang paling banyak pada kelompok involusi uteri dan paling
sedikit 120 menit. Fundus uteri responden yang tidak melakukan tinggi
badan dini pada ibu nifas (6 jam pasca mobilisasi dalam kategori
abnormal, partum) sebesar 50,9% dalam kategori baik. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada kelompok responden yang melakukan
menyimpulkan ada hubungan antara mobilisasi dini sebagian besar
mobilisasi involusi uteri dengan penurunan fundus uteri pada kategori
normal. Hal ini disebabkan selama 6 jam pascapartum pascapartum.
kehamilan, beberapa otot mengalami peregangan, Penelitian
menunjukkan bahwa di awal terutama otot rahim dan perut. Kelompok
olah raga yang paling banyak dialami responden Namun setelah
melahirkan, pengeluaran rahim tidak lochea lebih cepat dari 16
responden dengan cepat kembali ke keadaan semula, tetapi lewat
(80%) dan pada kelompok kontrol sebagian besar melalui proses.
Untuk kembali ke semula mengalami pengeluaran lochea normal
(75%). kondisi yang diperlukan latihan. Latihan yang bisa Masa nifas
adalah masa pemulihan, dari yang diberikan adalah latihan awal.
Kegiatan ini memberikan penyelesaian persalinan hingga latihan gerak
alat reproduksi sehingga otot-otot yang ada seperti prakehamilan.
Masa nifas terjadi peregangan selama kehamilan dan persalinan selama
enam minggu. Pemulihan ginekologi kembali normal seperti sebelum
kehamilan sehingga menghindari disebut involusi. Pengukuran
involusi pun terasa kurang nyaman.

D. Kewenangan Bidan
Dalam PMK no.28 tentang izin dan penyelengggaraan Praktik
Bidan, Pasal 18, Bidan memiliki kewenangan untuk memberikan:
1) Pelayanan kesehatan ibu;
2) pelayanan kesehatan anak; dan
3) pelayanan kesehatan reproduksi dan Keluarga Berencana. 23
64

Tugas penting yang dilaksanakan bidan mencakup KIE (komunikasi,


informasi, dan edukasi) dan KIPK (komunikasi, interpersonal/konseling)
untuk ibu, keluarga dan masyarakat, pendidikan antenatal dan persiapan
menjadi orang tua, kesehatan reproduksi perempuan, keluarga berencana,
dan pemeliharaan kesehatan anak.2
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
1. Kehamilan
Pada hari senin, 12 Juli 2021, Ny. F datang ke Puskesmas
mengatakan ingin memeriksakan kehamilanya. Ini adalah pemeriksaan ke
delapan. Kemudian dilakukan pengkajian data dan anamnesa. Hasil
anamnesa Ny. F usia 29 tahun seorang Ibu rumah tangga hamil 36
minggu 5 hari. Dari hasil pengkajian didapatkan ibu bahwa kehamilan saat
ini merupakan kehamilan yang direncanakan dan keluarga telah
mempersiapkan segala persiapan pada kehamilan ini. Ibu juga rutin
melakukan ANC setiap bulannya di bidan atau puskesmas Tentunya hal ini
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi berjalannya proses
kehamilan dan persalinan yang normal. Sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Prawirohardjo (2014) bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi proses persalinan adalah faktor psikologis ibu, kesiapan ibu
dalam menghadapi persalinanya.
Menstruasi terakhir tanggal 25 Oktober 2020. Riwayat Kehamilan
Ny. F mengatakan ini merupakan kehamilan yang kedua, anak terkecil Ny.
P berusia 4 tahun. Ny. F tidak pernah mengalami keguguran sebelumya
dan Ny. F mengatakan sebelumnya menggunakan kontrasepsi suntik 1
bulan.
Riwayat kesehatan Ny. F tidak sedang dan tidak pernah menderita
penyakit menular seperti TBC, HIV penyakit menurun dan menahun
seperti DM, Asma dan hipertensi. Di keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menular seperti TBC dan HIV, menurun dan menahun seperti
DM, Asma dan hipertensi.
Hasil pengkajian data objektif dilakukan diperoleh hasil kondisi fisik
klien secara umum normal, tidak ada masalah dan keluhan. Hasil
pengukuran BB 76 kg, BB ibu sebelum hamil 60 kg, TB 152 cm, Lila 29

61
62

cm, TD 110/70 mmHg. Status gizi kategori berat badan berlebih dengan
nilai IMT 26 kg/m2.
Hasil pemeriksaan fisik bagian kepala normal tidak ada kelainan,
bentuk wajah simetris, bagian leher tidak ada pembesaran kelenjar thyroid,
bagian ekstrimitas tangan dan kaki bentuk simetris tidak oedema/bengkak,
tidak ada kelainan. Hasil pemeriksaan abdomen, tinggi fundus 31 cm, pada
perut ibu bagian atas teraba bagian bulat lunak tidak melenting, pada pada
perut ibu bagian kiri teraba bagian yang keras seperti papan, pada bagian
perut bagian kanan teraba bagian-bagian terkecil janin, di perkirakan
adalah ekstrimitas janin, pada bagian perut bagian bawah terba bagian
bulat, teras dan tidak melenting, dan masih bisa di goyangkan,
diperkirakan kepala dan belum masuk Pintu atas panggul. Denyut jantung
janin 140x/m.
Ny. F sudah melakukan pemeriksaan ANC terpadu pada saat
pertama kali datang kepuskesmas (K1) tanggal 17 januari 2021, dengan
hasil :
Hb : 12.5 g/dl
Protein urine : (-) negative
Urin Reduksi : (-) negative
HbSAg : (-) Non reaktif
PICT : (-) Non reaktif
Sifilis : (-) Non reaktif
Pada tanggal 12 Juli 2021, Ny. F datang ke Puskesmas Minggir
Untuk melakukan pemeriksaan kehamilan ulang. Hasil pengkajian
diperoleh hasil kondisi fisik klien secara umum normal, tidak ada masalah
dan keluhan. Usia kandungan 36 Minggu 5 Hari, Hasil pengukuran BB 76
kg, TD 110/70 mmHg. Hasil pemeriksaan abdomen, tinggi fundus 31 cm,
pada perut ibu bagian atas teraba bagian bulat lunak tidak melenting, pada
pada perut ibu bagian kiri teraba bagian yang keras seperti papan, pada
bagian perut bagian kana teraba bagian-bagian terkecil janin, di perkirakan
adalah ekstrimitas janin, pada bagian perut bagian bawah terba bagian
63

bulat, teras dan tidak melenting, dan masih bisa di goyangkan,


diperkirakan kepala dan belum masuk Pintu atas panggul. Denyut jantung
janin 134x/m. Dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengecek kadar
Hb Ny. F, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Ny. F tidak mengalami
anemia dengan nilai kadar Hb 11,2 grdl. Menurut WHO, anemia pada ibu
hamil merupakan ibu hamil yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari
11 gr/dl, dan menurut data WHO, insiden kejadian anemia pada ibu hamil
di negara berkembang berkisar 35 – 75% (WHO, 2013). Di indonesia
sendiri, menurut hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018
menyatakan bahwa anemia terjadi pada 48,9% ibu hamil di indonesia
(Depkes RI, 2016).
Ny. F diberikan fe, masing masing 10 butir di minum sekali sehari,
diminum malam hari, sedangkan Calcium 10 butir di minum pagi hari. ibu
juga di berikan KIE Persiapan Persalinan, tanda tanda Persalinan, dan Ibu
di minta untuk, Kontrol ulang 1 minggu lagi.
Pada tanggal 19 Juli 2021, Ny. F datang ke Puskesmas Minggir
Untuk melakukan pemeriksaan kehamilan ulang. Hasil pengkajian
diperoleh hasil kondisi fisik klien secara umum normal, tidak ada masalah
dan keluhan. Usia kandungan 37 Minggu 5 Hari, Hasil pengukuran BB 76
kg, TD 120/69 mmHg.
Hasil pemeriksaan fisik bagian kepala normal tidak ada kelainan,
bentuk wajah simetris, bagian leher tidak ada pembesaran kelenjar thyroid,
bagian ekstrimitas tangan dan kaki bentuk simetris tidak oedema/bengkak,
tidak ada kelainan.Hasil pemeriksaan abdomen, tinggi fundus 32 cm, pada
perut ibu bagian atas teraba bagian bulat lunak tidak melenting, pada pada
perut ibu bagian kiri teraba bagian yang keras seperti papan, pada bagian
perut bagian kana teraba bagian-bagian terkecil janin, di perkirakan adalah
ekstrimitas janin, pada bagian perut bagian bawah terba bagian bulat, teras
dan tidak melenting, dan masih bisa di goyangkan, diperkirakan kepala
dan belum masuk Pintu atas panggul. Denyut jantung janin 135x/m.
64

Ny. F diberikan fe, dan kalsium masing masing 10 butir di minum


sekali sehari, FE diminum malam hari, sedangkan Calcium di minum pagi
hari. ibu juga di berikan KIE Persiapan Persalinan, tanda tanda Persalinan,
dan Ibu di minta untuk Kontrol ulang 1 minggu lagi.
2. Persalinan
Pada tanggal 21 Juli 2021 pukul 10.00 Ny.F datang ke puskesmas
Minggir Bersama suami, Ny.F mengatakan sudah merasa kenceng-kenceng
teratur sejak malam tadi pukul 21.00, air ketuban belum pecah. Ny.F Sebelum
dilakakukan pengkajian dilkukan pemeriksaan rapid test antigen sesuai dengan
aturan petunjuk praktis layanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir selama
pandemi covid-19 nomor: b-4 05 april 2020 mengatakan bahwa Rapid test
WAJIB dilakukan kepada seluruh ibu hamil sebelum proses persalinan.
Persalinan dilakukan di tempat yang memenuhi persyaratan dan telah
dipersiapkan dengan baik. FKTP memberikan layanan persalinan tanpa
penyulit kehamilan/persalinan ATAU tidak ada tanda bahaya ATAU bukan
kasus ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19. Dari hasil pemeriksaan
didaptakan bahawa Ny.S non reaktif COVID-19.
Hasil pengkajian diperoleh hasil kondisi fisik klien secara umum
normal, kesadaran compos mentis. Hasil pengukuran TD 110/80 mmHg, nadi
80/menit, suhu 36.7 ⁰C. Berdasarkan perhitungan umur kehamilan saat ini
adalah 38 minggu dengan kondisi fisik mata tidak anemis, muka tidak
oedema, leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis,
payudara putting menonjol kanan dan kiri, perut tidak ada luka bekas operasi,
ekstremitas tidak ada oedema dan reflek patella positif. pada palpasi Leopold I
teraba bokong, leopold II teraba punggung kanan, leopold III bagian terendah
janin presentasi kepala, leopold IV hasil divergen. Hasil pemeriksaan Mc
Donald TFU 32 cm sehingga TBJ 3255 gram. His 4x/10’/35’’, DJJ
144x/menit. Hasil pemeriksaan dalam v/u tenang, dinding vagina licin, portio
tipis lunak, pembukaan 5 cm, selket (+),preskep, penunjuk UUK, H II, AK
(-) ,STLD (+)
65

Selama fase inpartu kala I, observasi keluhan dan keadaan umum


ibu, keluhan nyeri yang dirasakan ibu semakin kuat, dukungan secara
psikis diberikan oleh suami dan ibu dianjurkan untuk beristighfar jika
nyeri datang, ibu sudah makan dan minum, dan tersedia teko berisi air
putih di samping tempat tidur ibu untuk ibu minum, ibu diajarkan teknik
relaksasi pernafasan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan saat
datangnya his. Ibu didampingi oleh suami selama proses persalinan,
menganjurkan suami untuk memberikan support psikologis kepada
isterinya. Teknik massage punggung dilakukan dan ibu mengatakan
nyaman dan nyeri berkurang saat dilakukan massage. Ibu dianjurkan untuk
miring ke kiri.
Pemantauan kemajuan persalinan dilakukan menggunakan
partograf, observasi dilakukan setiap 30 menit untuk DJJ, His, dan Nadi
ibu, kemudian pemantauan pembukaan serviks setiap 4 jam.
Mempersiapkan alat partus dan persiapan alat resusitasi bayi.
Pada pukul 14.30 WIB, ketuban pecah, his 5x/10’/55-60’’ kuat,
DJJ 140 x/m, TD 120/75, Nadi 85x/m, pemeriksaan dalam v/u tenang,
dinding vagina licin, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, selket
(+),preskep, penunjuk UUK di jam 12, H III, tidak teraba bagian terkecil
disamping bagian terendah janin, AK (+), STLD (+).
Ibu mengatakan nyeri semakin kuat dirasakan, tidak bisa lagi
menahan untuk meneran, skala nyeri 10. Memberitahu ibu dan keluarga
jika pembukaan sudah lengkap, ibu diajarkan cara mengedan dengan baik
dan benar. Ibu diberikan dukungan psikologis oleh suami. Dilakukan
asuhan persalinan normal dengan memperhatikan asuhan sayang ibu.
Pada Pukul jam 14.45 Bayi lahir spontan menangis kuat, gerakan
aktif, warna kulit kemerahan, jenis kelamin Laki-laki, selanjutnya
melakukan asuhan bayi segera setelah lahir normal mengeringkan bayi dan
menjaga kehangatan bayi..
Pemeriksaan TFU setinggi pusat janin tunggal, kontraksi baik.
Dilakukan manajemen aktif kala III, menyuntikkan oksitosin lalu
66

melakukan pemotongan tali pusat. Memperhatikan adanya tanda-tanda


pelepasan plasenta. Pukul 14.50 WIB plasenta lahir spontan, lengkap,
selaput ketuban utuh, kotiledon lengkap, insersi sentralis. Pemeriksaan
Laserasi jalan lahir tampak rupture perineum grade 2 kemudian dilakukan
penjahitan dengan anestesi local lidocain 1% , perdarahan kala III + 150
cc. Bidan memberikan ucapan selamat kepada ibu dan suami atas
kelahiran anaknya yang kedua serta mengucapkan selamat atas proses
persalinannya yang lancar dengan ibu dan bayi sehat dan selamat, bayi
diberikan kepada ibu untuk IMD.
Selesai penjahitan perineum, bidan melakukan observasi kala IV
selama 2 jam post partum pada pukul 15.15 WIB, 30 menit pertama di jam
kedua post partum, TD: 110/80mmHg, N: 84x/m, S: 36,5 0C, TFU 3 jr
bawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong, perdarahan + 20cc.
Ibu diberikan tablet tambah darah 1x1, asam mefenamat 500mg 3x1, dan
vitamin A 1x1.
Pada pukul 15.45 WIB, observasi 30 menit kedua di jam kedua
postpartum, TD: 120/80mmHg, N: 84x/m, S: 37 0C , TFU 3 jr bawah pusat,
kontraksi baik, kandung kemih kosong, perdarahan + 10cc, pengeluaran
ASI (+) kolostrum Bidan mengajarkan ibu Teknik menyusui, dan
memberikan KIE pada ibu dan keluarga mengenai asi eksklusif.
Evaluasi perkembangan pasien Ny. F setelah bayi lahir sampai 2
jam setelah bayi lahir, dirawat kondisi ibu dan bayi baik

3. Bayi Baru Lahir


Pada tanggal 21 Juli 2021 Pukul jam 14.45 Bayi lahir spontan
menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit kemerahan, jenis kelamin Laki-
laki, selanjutnya melakukan asuhan bayi segera setelah lahir normal
mengeringkan bayi dan menjaga kehangatan bayi..
Asuhan bayi baru lahir 1 jam, bayi diberikan suntikan vit. K 1 mg
secara IM di paha kiri dan pencegahan infeksi mata menggunakan
gentamicyn 1%, selanjutnya melakukan pemeriksaan fisik pada bayi dan
67

pengukuran antropometri, pemeriksaan fisik normal, anus (+), pallatum


(+), BB: 3100 gram, PB: 49 cm, LK: 33 cm, Lila: 11 cm, LD : 33cm, HR:
132 x/m, S: 36,50C, R: 46x/m. Pemeriksaan reflex morro (+), graps (+),
roating (+), sucking (+), tonicneck (+). Bayi dirawat gabung sejak post
partum, bayi menangis kuat. bayi telah menetek, namun belum efektif.
Pada kunjungan tanggal 22 Juli 2021 jam 08.00, hasil pemeriksaan
fisik didapatkan bahwa pemeriksaan fisik normal, anus (+), BB: 3300
gram, PB: 47 cm, LK: 31 cm, Lila: 11 cm, LD : 33cm, HR: 122 x/m, S:
370C, R: 46x/m.
Dilakukan penyuntikkan imunisasi HB 0 pada paha kiri bayi.
Memberikan KIE kepada Ny.F dan Keluarga, Edukasi yang diberikan
adalah cara menjaga kebersihan bayi, menjelaskan mengenai tanda-tanda
bahaya pada bayi yang harus ibu waspadai, mengajarkan cara menysusui
dengan posisi dan teknik yang benar, menganjurkan Ny. F untuk menyusui
sesering mungkin, menganjurkan untuk selalu menjaga kehangatan bayi,
mengajarkan cara melakukan perawatan tali pusat, dan menjelaskan
pentingnya pemberian ASI ekslusif.
Pada tanggal 24 Juli 2021, Ny.F datang Bersama bayinya untuk
melakukan pemeriksaan bayinya. hasil pemeriksaan fisik didapatkan
bahwa pemeriksaan fisik normal, anus (+), pallatum (+), BB: 2975 gram,
PB: 49 cm, LK: 33 cm, Lila: 11 cm, LD : 33cm, HR: 122 x/m, S: 370C,
R:48x/m.
Pada tanggal 18 Agustus 2021 melakukan kunjungan rumah, Ny.F
mengatakan bayinya sudah diimunisasi imunisasi. hasil pemeriksaan fisik
dilihat dari buku KIA didapatkan bahwa pemeriksaan fisik normal, anus
(+), BB: 3300 gram, PB: 49 cm, LK: 33 cm, Lila: 11 cm, LD : 33cm, HR:
122 x/m, S: 370C, R:48x/m. Dan bayi sudah dilakukan Imunisasi BCG.
Pada tanggal 30 Agustus 2021 dilakukan kunjungan ke rumah Ny.F,
dan memberikan KIE tentang Asi Eksklusif dan Perawatan bayi baru lahir.
68

4. Nifas
Pada pemeriksaan tanggal 22 Juli 2021 pengkajian melalui diketahui
bahwa Ibu mengatakan sudah cukup sehat,bisa istirahat,tetapi masih mules
pada bagian perut bawah, luka jahitan perineum sedikit nyeri,ASI belum
keluar banyak. Ibu mengatakan merasa senang atas kelahiran anaknya.
Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat senang dengan kelahiran
bayi keduanya ditandai dengan selalu menemani dan membantu selama
kehamilan hingga masa nifasnya. Ibu sudah makan minu, dan berjalan ke
kamar mandi.
Ibu mengatakan bahwa ASI sudah keluar, bayi menyusu, puting susu
menonjol, asi darah yang keluar berwarna kemerahan. Pasien dan keluarga
tampak bahagia dengan kelahiran anak keduanya. Pengetahuan Ny.F
tentang masa nifas dan perawatan bayi, mengatakan selama masa nifas
harus yang lalu selalu menjaga kebersihan diri agar terhidar dari infeksi
seperti mandi 2 kali sehari, selalu mengganti pembalut setiap kali selesai
BAB dan BAK, memenuhi kebutuhan nutrisi selama masa nifas dengan
makan dengan menu bergizi dan seimbang agar ASI tetap lancar. Ibu
mengatakan sudah berpengalaman menyusui bayi dan penting untuk
pemberian ASI eksklusif pada bayinya. Menurut Wulandari dalam
Syamsul (2016), pengalaman memegang peranan penting dalam
meningkatkan pengetahuan. Pengetahuan dalam hal ini dilihat dari jumlah
anak yang dilahirkan. Ibu yang melahirkan anak lebih dari satu kali
cenderung untuk memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dalam hal
pemberian ASI eksklusif . Menurut Zhejiang dalam Syamsul Alam (2016),
salah satu faktor risiko yang memungkinkan ibu tidak memberikan ASI
eksklusif adalah paritas ibu (primipara). Sejalan dengan Tan dalam
Syamsul (2016), ibu multipara dua kali lebih memungkinkan memberikan
ASI eksklusif dibandingkan iu primipara. Penelitian ini memaparkan
bahwa pemberian ASI eksklusif lebih umum dilakukan oleh ibu yang
memiliki anak lebih dari satu. Hal ini disebabkan oleh lebih banyaknya
pengalaman ibu multipara dalam hal menyusui karena pernah merasakan
69

dan belajar dari kelahiran anak sebelumnya Ibu multipara akan lebih
memungkinkan untuk memberikan ASI eksklusif jika pengalaman
menyusui ibu sebelumnya merupakan pengalaman yang baik dan ibu
menyadari tentang manfaat pemberian ASI eksklusif.
Menurut Irwan (2018), bahwa perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi
oleh reinforcing factor, predisposing factor,dan enebling factor. Sejalan
dengan Grenn dalam Irwan (2018), bahwa predisposing factor terwujud
dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan
demografi. 9
Menurut Sherestha dalam Syahrianti, dkk (2020), bahwa kurangnya
pengetahuan tentang praktik kesehatan pada bayi baru lahir menyebabkan
tetanus, hipotermia atau penyakit yang mengancam jiwa lainnya. 1 Faktor
reinforcing meliputi unsur dukungan sosial. Dukungan sosial dalam hal ini
adalah keluarga, teman, suami, dan petugas kesehatan. Dukungan suami
dapat diperoleh dari dukungan informasi, emosional, penilaian dan
instrumental. Bantuan instrumental disini adalah berupa materi yang
dibutuhkan oleh korban untuk pengobatan atau pemulihan maupun biaya
sehari-sehari selama korban belum dapat menolong dirinya sendiri. Dalam
kasus Ny.F dukungan yang tampak diterima olehnya yaitu dukungan
psikologis dan kebutuhan nutrisi seimbang untuk ibu, dimana Ny.F
mengatakan selama menyusui kebutuhan nutrisi selalu terpenuhi dengan
makan bergizi dan seimbang agar ASI tetap lancar.10
Penatalaksanaan yang diberikan pada Ny. F adalah memotivasi ibu
untuk memberikan ASI eksklusif secara on demand. Mengajarkan ibu
perawatan payudara seperti Payudara harus dibersihkan dengan teliti setiap
hari selama mandi dan sekali lagi ketika hendak menyusui. Hal ini akan
mengangkat kolostrum yang kering atau sisa susu dan membantu
mencegah akumulasi dan masuknya bakteri baik ke puting maupun ke
mulut bayi. Memberikan KIE tentang kebutuhan istirahat ibu, dan tanda
bahaya pada masa nifas.
70

Pada tanggal 24 Juli 2021 ibu datang ke Puskesmas, Ibu mengatakan


sudah cukup sehat,bisa istirahat, Pemeriksaan tanda-tanda Vital Tekanan
darah 110/80 mmHg, Pernafasan 21 kali per menit, Suhu 36 7℃. Nadi 84
x/mnt. Pada pemeriksaan Fisik mata konjungtiva merah muda, sclera
putih, pemeriksaan dada simetris, mammae simetris, hiperpigmentasi
areolla mammae, ASI sudah keluar, bayi menyusu, puting susu menonjol,
asi sudah sudah keluar, jenis Colostrum. Kontraksi uterus baik, TFU 3 jari
di atas sympisis, diak ada pengrluaran abnormal pervaginam, terdapat
bekas jahitan luka.
Penatlaksanaan yang dilakukan yaitu Memberikan KIE dan
mengajarkan ibu tentang teknik menyusui. Memastikan bahwa
posisi/Teknik menyusu ibu sudah benar.
Pada tanggal 18 Agustus 2021 dilakukan Kunjungan rumah Ny.F,
pada hasil pemeriksaan didaptkan bahwa Kondisi umum Baik, Kesadaran
Compos mentis. Pemeriksaan tanda-tanda Vital Tekanan darah 110/70
mmHg, Pernafasan 21 kali per menit, Suhu 367℃. Nadi 84 x/mnt. Pada
pemeriksaan Fisik mata konjungtiva merah muda, sclera putih,
pemeriksaan dada simetris, mammae simetris, hiperpigmentasi areolla
mammae, ASI sudah keluar, bayi menyusu, puting susu sebelah menonjol,
asi sudah sudah keluar. Kontraksi uterus baik, TFU sudah tidak teraba,
tidak ada pengrluaran abnormal pervaginam, lochea alba, terdapat bekas
jahitan luka.
Memberikan KIE kepada Ibu tentang macam macam alat
kontrasepsi, jenis, keuntungan dan kerugian. Menjelaskan kepada ibu
bahwa metode yang sesuai dengan kondisi ibu dan suami adalah metode
kontrasepsi jangka panjang seperti Implant, IUD, MOW/MOP, namun ibu
belum menentukan pilihan, Ny.F masih ingin berdiskusi terlebih dahulu
dengan suaminya.
Pada tanggal 30 Agustus 2021, ibu mengatakan kondisinya saat ini
baik, Asi keluar banyak dan tidak terdapat lecet pada putting susu ibu, ibu
belum tau mau menggunakan kontrasepsi apa. Kemudian di berikan KIE
71

tentang alat kontrasepsi, manfaat, kerugian, cara pakai, setelah di berikan


penjelasn, ibu mengatakan berencana menggunkan kontrasepsi IUD
6. KB
Pada tanggal 27 September 2021 jam 19.00 Wib, ,berdasarkan
pemantauan melalui Whatsapp ibu mengatakan bahwa baru sudah
dilakukan pemasangan kontrasepsi IUD.
B. Analisa
1. Kehamilan
Asuhan kebidanan pada Ny. F usia 27 tahun G2P1A0 umur 37 minggu 5
hari intrauterin janin tunggal hidup, preskep dengan kehamilan normal
2. Persalinan
Asuhan kebidanan pada Ny. F usia 27 tahun G2P1A0 umur kehamilan 38
minggu Inpartu normal
3. Bayi baru lahir
Asuhan kebidanan pada bayi Ny. F umur 1 jam berat badan lahir cukup,
cukup bulan, sesuai masa kehamilan dengan keadaan normal
4. Nifas
Asuhan kebidanan pada Ny. F usia 27 tahun P2A0 post partum nifas
Normal
5. KB
Asuhan kebidanan pada Ny. F usia 27 tahun P2A0 dengan calon Akseptor
KB Suntik 3 bulan.

C. Penatalaksanaan
1. Kehamilan
Penatalaksanaan asuhan kehamilan antara lain Menjelaskan pada ibu
bahwa ibu dalam kondisi obesitas, sehingga berdasarkan perhitungn berat
badan dan tinggi badan (IMT) maka ibu hanya boleh naik maksimal 11,5 kg
selama hamil, sehingga sangat dianjurkan ibu hamil untuk mengurangi
makanan yang terlalu manis, berminyak/ berlemak, dan mengurangi asupan
72

karbohidrat seperti nasi, kentang, umbi-umbian. Agar berat badan ibu tidak
terlalu cepat naik.
Memberikan tablet FE , masing masing diminum 1 kali sehari. Pada
saat kehamilan, tentu kebutuhan zat besi ibu hamil makin meningkat karena
jumlah sel darah pada tubuh meningkat selama kehamilan. Peningkatan ini
mencapai 50% atau lebih dari jumlah darah biasanya. Jadi ibu hamil
membutuhkan lebih banyak zat besi untuk membentuk hemoglobin. Ibu
hamil juga memerlukan zat besi tambahan untuk pertumbuhan bayi dan
plasenta dalam rahim. Kalsium juga sangat diperlukan untuk ibu hamil.
Tingkat kalsium total pada ibu menurun selama kehamilan dikarenakan
dibutuhkan untuk memasok kalsium pada janin. WHO merekomendasikan
pemberian suplementasi kalsium sebanyak 1,5 – 2,0 gram per hari untuk ibu
hamil dimulai sejak kehamilan 20 minggu.27
Asuhan lain yang diberika yaitu, menganjurkan ibu untuk istrihat
yang cukup, Adanya peningkatan fungsi-fungsi fisiologis tubuh diperlukan
istrahat yang cukup untuk memberikan relaksasi yang cukup pada otot serta
mengurangi beban kerja jantung.
Dalam pelaksanaan kasus juga klien sudah melakukan ANC terpadu,
ibu melakukan pemeriksaan Kesehatan umum oleh dokter, pemeriksaan
laboratoium, pemeriksaan gigi, konseling gizi dan psikoloh, juga dilakukan
rujukan ke dokter spesialis kandungan untuk pemeriksaan dan penanganan
lebih lanjut. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1-2 minggu untuk
memantau pertumbuhan dan kondisi janin. Program pelayanan antenatal
terpadu ini juga sesuai dengan rekomendasi WHO dalam meningkatkan
kualitas pelayanan antenatal. Dimana perawatan antenatal yang berkualitas
dan tepat waktu merupakan praaktek avidance based yang terbukti dapat
menyelamatkan nyawa. Yang penting, dalam ANC juga menyediakan
kesempatan berkomunikasi yang efektif tentang masalah fisiologis,
biomedis, perilaku dan sosial budaya, dukungan emosional dan psikologis
pada ibu hamil dengan cara yang terhormat. Selain itu meminta dukungan
keluarga dan komunitas selama masa kehamilan, persalinan dan nifas juga
73

sangat diperlukan (WHO, 2017). Penelitian terkait pelayanan antenatal


terpadu apabila pelayanan antenatal terpadu ini dilaksanakan dengan baik
oleh tenaga kesehatan, tentu saja angka kematian ibu akibat komplikasi
masa kehamilan, persalinan dan nifas akan menurun.
2. Persalinan
Pasien diberikan tindakan pemantauan asuhan persalinan spontan
pervaginam. Menurut JNPK-KR (2013), asuhan persalinan normal (APN)
adalah asuhan yang bersih dan aman dari setiap tahapan persalinan yaitu
dimulai dari kala I sampai dengan kala IV dan upaya pencegahan
komplikasi terutama pasca persalinan, hipotermi, serta asfiksia pada bayi
baru lahir.28
Penatalaksanaan yang dilakukan dalam penanganan kasus ibu bersalin
ini sudah sesuai dengan teori yang ada. Selama fase inpartu kala I, observasi
keluhan dan keadaan umum ibu, keluhan nyeri yang dirasakan ibu semakin
kuat, dukungan secara psikis diberikan oleh suami dan ibu dianjurkan untuk
beristighfar jika nyeri datang, ibu sudah makan dan minum, dan tersedia teko
berisi air putih di samping tempat tidur ibu untuk ibu minum, ibu diajarkan
teknik relaksasi pernafasan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan saat
datangnya his. Ibu didampingi oleh suami selama proses persalinan,
menganjurkan suami untuk memberikan support psikologis kepada isterinya.
Teknik massage punggung dilakukan dan ibu mengatakan nyaman dan nyeri
berkurang saat dilakukan massage. Ibu dianjurkan untuk miring ke kiri. Ini
sesuai dengan Asuhan sayang ibu pada kala I seperti menghadirkan orang
terdekat, membiarkan ibu berganti posisi sesuai keinginan, jika ditempat
tidur sarankan untuk miring kiri, biarkan ibu berjalan atau beraktivitas ringan
sesuai kesanggupannya, anjurkan suami atau keluarga memijat punggung
dan ajarkan teknik bernafas, memberikan minum yang cukup untuk
menghindari dehidrasi, sarankan ibu berkemih, dan menjaga kondisi ruangan
tetap sejuk.25
Ibu diajarkan teknik relaksasi pernafasan saat his, selanjutnya ibu
diberikan massage counterpressure untuk mengurangi nyeri yang dirasakan.
74

menurut teori oleh Anik Maryunani (2010) relaksasi pernafasan selama


proses persalinan dapat mempertahankan komponen sistem saraf simpatis
dalam keadaan homeostatis sehingga tidak terjadi peningkatan suplai darah,
mengurangi kecemasan dan ketakutan agar ibu dapat beradaptasi dengan
nyeri selama proses persalinan.29 Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Rini Fitriani (2013) yang menyimpulkan bahwa terdapat
perbedaan antara tingkat nyeri dan respon adaptasi nyeri pada pasien inpartu
kala I fase laten sebelum dan setelah diberikan teknik relaksasi nafas
dalam.30
Pukul 14.45 WIB,bayi lahir. Ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks
dan berakhir dengan lahirnya bayi. Lama waktu antara pembukaan lengkap
sampai bayi baru lahir berlangsung 15 menit. Ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa Lama kala II pada primi ±50 menit pada multi ± 20
menit.25
Pemeriksaan TFU setinggi pusat janin tunggal, kontraksi baik.
Dilakukan manajemen aktif kala III, menyuntikkan oksitosin lalu melakukan
pemotongan tali pusat. Memperhatikan adanya tanda-tanda pelepasan
plasenta. Pukul 08.35 WIB plasenta lahir spontan, lengkap, selaput ketuban
utuh, kotiledon lengkap, insersi sentralis. Pemeriksaan Laserasi jalan lahir
tampak rupture perineum grade 2 kemudian dilakukan penjahitan dengan
anestesi local lidocain 1% , perdarahan kala III + 150 cc. Bidan memberikan
ucapan selamat kepada ibu dan suami atas kelahiran anaknya yang kedua serta
mengucapkan selamat atas proses persalinannya yang lancar dengan ibu dan
bayi sehat dan selamat. Kemudian bayi di IMD. Menurut teori yang
dikemukakan oleh Roesli, Dengan IMD akan terjadi hentakan, sentuhan, dan
jilatan bayi yang akan merangsang kelenjar hipofise melepaskan oksitosin
yang membantu uterus berkontraksi, sehingga mencegah perdarahan pasca
salin dan mempercepat pengeluaran plasenta.13
Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu skin- to-skin dengan bayi
diselimuti dengan kain bersih untuk proses IMD, janin berhasil mencari
75

putting susu ibu, proses IMD ± 60 menit. Berdasarkan jurnal The effect of
mother and newborn early skin-to-skin contact on initiation of breastfeeding,
newborn temperature and duration of third stage of labor tahun 2018
menyatakan bahwa skin-to-skin membantu bayi mencium dan menemukan
puting sehingga menyusui akan dimulai dengan lebih cepat dan berhasil .
Hal ini dapat dikaitkan dengan tingginya tingkat katekolamin segera setelah
lahir, yang membuat umbi olfaktorius pada hidung bayi sangat sensitif
terhadap isyarat bau. Hasil studi yang dilakukan oleh Moore dan Anderson
di Amerika Serikat , Khadivzadeh dan Karimi di Iran, dan Mahmood et al. di
Pakistan menunjukkan bahwa kontak dini meningkatkan inisiasi menyusui
dan memperpanjang durasi menyusui pada bayi. Inisiasi menyusui dini
merangsang produksi ASI, menghasilkan perlindungan antibodi untuk bayi
baru lahir dan praktiknya menentukan keberhasilan pembentukan, durasi
menyusui yang lebih lama, dan risiko kematian neonatal yang lebih rendah.
Selesai penjahitan perineum, bidan melakukan observasi kala IV
selama 2 jam post partum pada pukul 15.45 WIB, 30 menit pertama di jam
kedua post partum, TD: 110/70mmHg, N: 80x/m, S: 36,2 0C, TFU 2 jr bawah
pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong, perdarahan +60cc. Ibu
diberikan terapi tablet tambah darah 1x1, dan vitamin A 1x1. Vitamin A
merupakan salah zat penting yang larut dalam lemak dan dalam hati , tidak
dapat di buat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar, berfungsi untuk
penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit.vitamin A tidak hanya bermanfaat bagi ibu nifas, tapi juga bayi.
Vitamin A pada masa nifas berfungsi antara lain untuk mempercepat proses
penyembuhan luka,mencegah terjadinya infeksi pada masa nifas,
meningkatkan kandungan vitamin A pada ASI, meningkatkan daya tahan
tubuh bayi, karena bayi lahir dengan cadangan vitamin A yang sedikit. .31
Evaluasi perkembangan pasien Ny. F setelah bayi lahir sampai 2 jam
setelah bayi lahir ibu dan bayi dalam kondisi baik. Dan di rawat gabung.
76

3. Bayi baru lahir


Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir salah satunya menjaga
kehangatan dan mengeringkan bayi.
Berdasarkan JNPK-KR (2013) hipotermia dapat terjadi pada bayi
yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan
diselimuti walaupun berada dalam ruangan yang hangat. 10 Asuhan bayi baru
lahir 1 jam, bayi diberikan suntikan vit. K 1 mg secara IM di paha kiri dan
pencegahan infeksi mata menggunakan gentamicyn 1%. Pemberian injeksi
Vit. K pada jam pertama setelah kelahirannya. Berdasarkan teori yang
dijelaskan oleh Manuaba bahwa perdarahan pada bayi lahir dapat terjadi
dari gastrointestinal, kulit akibat suntikan, atau dari umbilikusnya. Fungsi
vitamin K berkaitan dengan gangguan pembekuan darah sehingga bayi tidak
akan mengalami perdarahan31
Selanjutnya bayi diberikan injeksi imunisasi HB0. Teori yang
dikemukan oleh Manuaba (2015) infeksi hepatitis dapat berakibat serius
pada bayi yaitu terjadi serosis hepatitis pada umur relative muda. Oleh
karena itu, hal ini dapat dicegah dnegan pemberian imunisasi HB0,
didukung oleh JNPK-KR (2013) menjelaskan imunisasi hepatitis B
bermanfaat untuk mencega infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur
penularan ibu-bayi. Imunisasi HB0 diberikan 1 jam setelah pemberian
vitamin K1, pada saat bayi berumur 2 jam.10
Memberikan KIE kepada ibu dan keluargatanda bahaya bayi baru
lahir seperti kejang frekuensi nafas kurang dari 20 x per menit atau lebih
dari 60 x/menit, tarikan dada bawah kedalam yang kuat, bayi merintih.
Menjelaskan pada ibu dan keluarga cara perawatan bayi sehari-hari
yaitu : mempertahankan lingkungan tetap hangat, mencegah iritasi pada
kulit bayi, membersihkan sekitar mulut dan leher bayi setiap selesai
menyusui
Pada hari tanggal 18 Agustus 2021 bayi di berikan imunisasi BCG,.
Pada usia 40 hari ibu juga diajarkan ibu stimulasi tumbuh kembang, seperti
menelungkpkan bayi, mengajak berbicara, bercermin.
77

4. Nifas
Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dan menyusui
meliputi anamnesa dan pemeriksaan fisik. Dalam penatalaksanaan
memberitahu ibu bahwa ibu masih dalam masa nifas. Pasien diberikan
tindakan pemantauan asuhan ibu nifas. Nifas adalah masa dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula
sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari. 12 Masa
nifas (puerperium) adalah pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat – alat kandung kembali seperti pra hamil. Lamanya masa nifas
ini yaitu 6 – 8 minggu.
Pada pemeriksaan tanggal 22 Juli 2021, penatalaksanaan yang di
lakukan yaitu memberikan KIE pada ibu dan mengajarkan ibu tentang
teknik menyusui, memotivasi ibu mengenai pemberian ASI eksklusif secara
on demand (sesering yang bayi mau) dan memberikan KIE tentang ASI
eksklusif, dan memberikan KIE tentang kebutuhan bayi terhadap ASI dan
tanda kecukupan ASI. Bidan juga memberwhaitahu teknik –teknik
pemberian ASI yang harus diketahui oleh Ny. F, seperti yang di katakan
bahwa peranan ibu post partum dalam pemberian ASI sangat menentukan
kualitas ASI selanjutnya.14 Menurut penelitian bahwa terdapat hubungan
positif antara pengetahuan ibu tentang teknik menyusui dengan status gizi
bayi.15
Mengajarkan ibu perawatan payudara seperti payudara harus
dibersihkan dengan teliti setiap hari selama mandi dan sekali lagi ketika
hendak menyusui. Hal ini akan mengangkat kolostrum yang kering atau sisa
susu dan membantu mencegah akumulasi dan masuknya bakteri baik ke
puting maupun ke mulut bayi.
Kemudian menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan bergizi
seimbang terutama makanan yang mengandung protein seperti ikan, tempe,
tahu, putih telur, dan lain-lain. Kebutuhan gizi pada masa nifas meningkat
25 % dari kebutuhan biasa karena berguna untuk proses kesembuhan
78

sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup.1 Ibu yang
menyusui perlu mengkonsumsi protein, mineral dan cairan ekstra. Makanan
ini juga bisa diperoleh dengan susu rendah lemak dalam dietnya setiap hari.
Ibu juga dianjurkan untuk mengkonsumsi multivitamin dan suplemen zat
besi.21
Mengajarkan ibu mengenai personal hygiene yang baik pada ibu nifas
dan perawatan luka jahitan perineum, memberikan KIE tanda bahaya nifas
seperti perdarahan hebat, keluar cairan berbau dari jalan lahir, demam
tinggi, kejang, serta payudara bengkak kemerahan disertai sakit dan juga
menjelaskan pada ibu cara mengetahui baik tidaknya kontraksi uterus. Hal
ini sebagai langkah deteksi perdarahan postpartum yang dapat diajarkan
pada ibu.
Untuk saat ini Ny.S post partum 1 hari maka latihan senam Nifas
yaitu Hari pertama,sikap tubuh terlentang dan rileks, kemudian laukukan
pernafasan perut diawali dengan mengambil nafas melalui hidung dan
tahan 3 detik kemudian buang melalui mulut. Lakukan 5-10 kali.
Berdasarkan jurnal Effectiveness of Early Exercise Against Uterine
Involution in Spontaneous Postpartum Patients tahun 2019 Mobilisasi dini
berguna untuk meningkatkan sirkulasi darah dan mengeluarkan lochea. Ibu
nifas yang melakukan senam dini mengalami pengeluaran lochea lebih
cepat jika dibandingkan dengan ibu nifas yang tidak melakukan senam
dini. Pengeluaran lochea merupakan salah satu kriteria yang harus
diperhatikan dalam pemeriksaan nifas untuk mendeteksi kemungkinan
komplikasi nifas. Senam dini diberikan dengan harapan dapat mencegah
terjadinya perdarahan postpartum akibat atonia uteri. tujuan senam saat
persalinan adalah untuk menjaga dan meningkatkan sirkulasi ibu pasca
melahirkan segera ketika ibu mungkin berisiko mengalami trombosis vena
atau komplikasi peredaran darah lainnya. Senam dapat dilakukan di tempat
tidur beberapa kali setiap bangun tidur dan harus dilanjutkan sampai ibu
memiliki mobilitas penuh. Sehingga dengan melakukan olah raga dini,
79

peredaran darah di tubuh ibu menjadi baik dan mempercepat pengeluaran


lochea
Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama, sehingga
memungkinkan ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, memberikan ASI
sehingga kelancaran pengeluaran ASI terjamin.13
Pada tanggal 24 februari Juli Ny.F datang ke puskesmas,
Memberikan KIE dan mengajarkan ibu tentang teknik menyusui.
Memastikan bahwa posisi/Teknik menyusu ibu sudah benar.
Teknik menyusui merupakan cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perleketan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Menyusui dengan
teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet
dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
selanjutnya atau bayi enggan menyusui sehingga dapat menyebabkan
bendungan ASI ataupun mastitis.22
Pada tanggal 18 Agustus 2021 dilakukan Kunjungan rumah Ny.F,
pada hasil pemeriksaan didaptkan bahwa Kondisi umum Baik, Kesadaran
Compos mentis. Pemeriksaan tanda-tanda Vital Tekanan darah 110/70
mmHg, Pernafasan 21 kali per menit, Suhu 367℃. Nadi 84 x/mnt. Pada
pemeriksaan Fisik mata konjungtiva merah muda, sclera putih,
pemeriksaan dada simetris, mammae simetris, hiperpigmentasi areolla
mammae, ASI sudah keluar, bayi menyusu, puting susu sebelah menonjol,
asi sudah sudah keluar. Kontraksi uterus baik, TFU sudah tidak teraba,
tidak ada pengrluaran abnormal pervaginam, lochea alba, terdapat bekas
jahitan luka.
Memberikan KIE kepada Ibu tentang macam macam alat
kontrasepsi, jenis, keuntungan dan kerugian. Menjelaskan kepada ibu
bahwa metode yang sesuai dengan kondisi ibu dan suami adalah metode
kontrasepsi jangka panjang seperti Implant, IUD, MOW/MOP, namun ibu
belum menentukan pilihan, Ny.F masih ingin berdiskusi terlebih dahulu
dengan suaminya.
80

Pada tanggal 30 Agustus 2021, ibu mengatakan kondisinya saat ini


baik, Asi keluar banyak dan tidak terdapat lecet pada putting susu ibu, ibu
belum tau mau menggunakan kontrasepsi apa. Kemudian di berikan KIE
tentang alat kontrasepsi, manfaat, kerugian, cara pakai, setelah di berikan
penjelasn, ibu mengatakan berencana menggunkan kontrasepsi IUD
7. KB
Pada tanggal 27 September 2021 jam 19.00 Wib, ,berdasarkan
pemantauan melalui Whatsapp ibu mengatakan bahwa baru sudah
dilakukan pemasangan kontrasepsi IUD.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada kasus ini, peran mahasiswa sebagai profesi bidan dapat memberikan
asuhan kepada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir serta keputusan dalam
memilih kontrasepsi yang akan digunakan.
Dalam kasus Ny. S Usia 27 tahun G2P1A0 dapat dilakukan :
1. Pengkajian kasus Ny. F sejak ibu hamil, bersalin, nifas dan BBL dengan
usia berisiko secara Continuity of Care.
2. Identifikasi diagnosa/masalah kebidanan dan masalah potensial
berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada Ny. F sejak ibu hamil,
bersalin, nifas dan BBL dengan usia berisiko secara Continuity of Care.
3. Menentukan kebutuhan segera pada Ny. F sejak ibu hamil, bersalin, nifas
dan BBL, dengan usia berisiko secara Continuity of Care.
4. Melakukan perencanaan tindakan yang akan dilakukan pada Ny. F sejak
ibu hamil, bersalin, nifas dan BBL dengan usia berisiko secara Continuity
of Care.
5. Melaksanakan tindakan untuk menagani Ny. F sejak ibu hamil, bersalin,
nifas dan BBL, dengan usia berisiko secara Continuity of Care.
6. Melaksanakan evaluasi dalam menangani kasus Ny. F sejak ibu hamil,
bersalin, nifas dan BBL, dengan usia berisiko secara Continuity of Care.
7. Melakukan pendokumentasian kasus pada Ny. F sejak ibu hamil, bersalin,
nifas dan BBL dengan usia berisiko secara Continuity of Care dengan
metode SOAP.

80
81

B. Saran
1. Bagi Klien
Diharapkan dapat mempraktekkan semua yang telas dijelaskan serta
melakukan pemeriksaan kehamilan rutin, sehingga dapat melalui
kehamilan dan persalinan dengan aman dan nyaman.
2. Bagi Puskesmas
Diharapkan dapat memeberikan gambaran mengenai tatalaksana kasus
kehamilan dengan memperthankan kualitas pelayanan
3. Bagi institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah kepustakaan dan sebagai sumber referensi
mahasiswa tentang kehamilan samapi KB sebagai dasar untuk
memberikan asuhan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Pusat Pendidikan dan

Pelatihan Tenaga Kesehatan. (2015).

2. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019. (2020).

3. DInas Kesehatan Bantul. Profil Kesehtan tahun 2018. (2019).

4. Kemenkes RI. Hasil Utama Riskesdes 2018. in.

5. prawirohardjo, sarwono. Ilmu Kandungan. vol. 2 (Yayasan bina pustaka

sarwono prawirohardjo, 2014).

6. tyastuti, siti & puji wahyuningsih, heni. buku ajar, asuhan kebidanan

kehamilan. (Kemenkes RI, Pusdik SDM Kesehatan, 2016).

7. purwandari, atik, lumy, freike & polak, feybey. Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Anemia. J. Ilm. Bidan (2016).

8. Stephen, G. et al. Anaemia in Pregnancy: Prevalence, Risk Factors, and

Adverse Perinatal Outcomes in Northern Tanzania. Anemia 2018, 1–9 (2018).

9. prawirohardjo, sarwono. Ilmu kebidanan. (Yayasan bina pustaka sarwono

prawirohardjo, 2014).

10. Saifudin, A. B. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. (EGC, 2009).

11. Manuaba, I. B. G. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga

Berencana Untuk Pendidikan Bidan. (EGC, 2010).

12. mochtar, rusyam. Sinopsis Obstetri. (EGC, 2012).

13. Cunningham, F. G. Obstetri Williams. (EGC, 2014).

82
83

14. Sulistyawati, Ari & Esty, N. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. (salemba

medika, 2010).

15. Maryunani, A. & Puspita, E. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan

Neonatal. (TIM, 2013).

16. marmi. Gizi dalam kesehatan reproduksi. (pustaka pelajar, 2014).

17. IDAI | Puting Susu Nyeri / Lecet.

https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/puting-susu-nyeri-lecet.

18. Taufan, N. & Indra, U. masalah kesehatan reproduksi. (Nuha Medika, 2014).

19. Proverawati, A., Islaely, A. D. & Aspuah, S. Panduan memilih kontrasepsi.

Yogyak. Nuha Med. (2010).

20. prijatni, ida & rahayu, S. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.

(Kementrian Kesehatan Republik Indonensia, 2016).

21. Risneni. HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN TERJADINYA

LECET PUTING SUSU PADA IBU NIFAS. J. Keperwatan XI, (2015).

22. Dewi DKK (2011), dalam Risneni. HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI

DENGAN TERJADINYA LECET PUTING SUSU PADA IBU NIFAS. J.

Keperawatan XI, (2015).

23. PMK No. 28 tentangIzin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.

24. Klasifikasi Obesitas setelah pengukuran IMT. Direktorat P2PTM

http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/klasifikasi-obesitas-

setelah-pengukuran-imt.

25. kurniarum, ari. buku ajar asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir.

(Kemenkes RI, Pusdik SDM Kesehatan, 2016).


84

26. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Kehamilan Dan Laktasi – RSUP Dr.

Sardjito. https://sardjito.co.id/2019/08/28/penatalaksanaan-hipertensi-pada-

kehamilan-dan-laktasi/.

27. widiastusi, rendika oktavia, wijaya, sofyan musyabiq & graharti, risiti.

Suplementasi Kalsium selama Kehamilan sebagai Pencegahan Kejadian

Preeklampsia. (Mjority, 2018).

28. lowdermilk, D. L. & et al. Maternity Dan Womens Health Care. (2012).

29. Maryunani, A. Nyeri Dalam Persalinan. (Trans Info Media, 2010).

30. PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP

RESPON ADAPTASI NYERI PADA PASIEN INPARTU KALA I FASE

LATEN DI RSKDIA SITI FATIMAH MAKASSAR TAHUN 2013 | Fitriani |

Jurnal Kesehatan.

http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/kesehatan/article/view/62.

31. Manuaba. buku ajar phantom obtetric. (pt bina pustaka sarwono

prawirohardjo, 2015).
85

Lampiran Askeb
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
Jalan Mangkuyudan MJ III/304 Yogyakarta 55143 Telp (0274) 374331

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. F USIA 27 TAHUN G2P1AB0 HAMIL 36+5


MINGGU, JANIN TUNGGAL, HIDUP, INTRAUTERINE, PRESENTASI KEPALA,
KEADAAN IBU DAN JANIN SEHAT

NO RM : 0411070075
TANGGAL/JAM : 12 Juli 2021/08.30WIB

S Ibu mengatakan ingin memeriksa kehamilannya. Ibu mengatakakn ini kehamilan ke 2, ibu
belum pernah keguguran.

Nama : Ny. F Nama suami: Tn. A


Umur : 27 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh

Alamat : Sidomulyo, Sendang Rejo Minggir Sleman

a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


Kompli
Bayi Nifas
kasi
Jenis Jeni
Tgl Penol Ber Panj
UK persali s La
/umur Ib ba o ng at ang Kead kead
nan kel cta
u yi bad bada a an aan
am si
an n
in
02/05/ ATE SPON BIDI 300 SEH SEH
- - LK 49 YA
2017 RM TAN AN 0 AT AT
Hamil
ini
86

b. Riwayat kehamilan sekarang :


HPHT : 25 – 10 – 2020
HPL : 02 – 08 - 2021
c. Riwayat kesehatan :
ibu mengatakan bahwa ibu dan keluarga tidak pernah/tidak sedang menderita
penyakit menular (TBC, Hepatitis, PMS), menurun (DM,Asma,Hipertensi), dan
menahun (jantung, paru, ginjal)
d. Riwayat penyakit berkaitan covid-19
Ibu tidak pernah menderita : demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokansulit bernapas /
sesak napas, sakit kepala, dan ibu tidak pernah berpergian ke luar daerah dalam
waktu 3 bulan ini
e. Riwayat keturunan kembar :
ibu mengatakan baik dari keluarga ibu ataupun suami tidak memiliki riwayat
keturunan kembar
f. Riwayat alergi: Ibu mengatakan tidak pernah alergi
g. Riwayat KB : Suntik
O KU : Baik.
Kesadaran Compos Mentis
TD : 110/70 mmHg
N : 84 kali/menit
R : 20 kali/menit
BB sebelum hamil : 70 kg
BB : 76 kg
TB : 152 cm
Lila : 29 cm

Pemeriksaan fisik :
Muka : tidak pucat
Mata: sklera putih, konjungtiva merah muda
abdomen:
Leopold I: teraba bulat tidak melenting (bokong), tfu : 31 cm
Leopold II:Perut kanan teraba bagian kecil janin (ekstremitas), perut kiri teraba
luas,datar seperti papan,ada tahanan (punggung)
Leopold III: Teraba bulat,keras dan melenting (kepala)
87

Leopold IV: Kepala/Bagian terendah janin belum masuk panggul


Djj : 143 x/m
Tbj : 30-12 = 2790 gram
Kaki : tidak oedema, tidak ada varices
Pemeriksaan penunjang :
tgl 18 Januari 2020:
Hb: 12.5 gr
PP test : +
HBsAg : (-) non reaktif
Sifilis : (-) non reaktif
VCT : (-) non reaktif
Protein urine : (-) non reaktif

A Ny. F 29 tahun G2P1AB0 hamil 36+5 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterine,
presentasi kepala, keadaan ibu dan janin

P 1. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan dalam keadaan normal.


Ibu mengerti
2. Menjelaskan ketidak nyamanan trimester 3 yaitu pegal pegal dan nyeri pinggang
bagian dari normal dikarenakan perut semakin membesar dan pinggang menahan
perut sehinggan terasa pegal, dan cara mengatasinya dengan tidak melakukan
pekerjaan berat atau aktifitas berat. Ibu mengerti atas penjelasan yang diberikan.
3. Menjelaskan tanda dan bahaya trimester 3 seperti wajah dan kaki yang
bengkak,penglihatan kabur,sakit kepala berat,gerakan janin berkurang (<10x/12
jam) dan perdarahan dari jalan lahir sebelum tanggal perkiraan persalinan.
Ibu mengerti atas penjelasan yamg diberikan.
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan persiapan persalinan.
Ibu mengerti dan akan mempersiapkan persiapan untuk persalinan.
5. Memeberikan fe masing masing 15 butir di minum sekali sehari pada malam hari,
memberikan Calcium 15 butir di minum sekali sehari pada pagi hari.
Ibu mengerti dan akan meminumnya
6. Menganjurkan ibu untuk kembali ke puskesmas 1 minggu lagi atau bila ada
keluhan.
Ibu mengerti dan akan Kembali 1 minggu lagi lagi
7. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan ANC. Hasil sudah didokumentasikan.
88

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktik Mahasiswa

Yuliantisari Retnaningsih, SsiT, M.Keb Heni Irawati S.Sit (Dara Nurul Utami)
NIP198010282006042002 NIP. 196302041984102012
89

Kunjungan Anc ke 2

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
Jalan Mangkuyudan MJ III/304 Yogyakarta 55143 Telp (0274) 374331

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. P USIA 31 tahun G2P1AB0 HAMIL 37+5 MINGGU,
JANIN TUNGGAL, HIDUP, INTRAUTERINE, PRESENTASI KEPALA, KEADAAN IBU
DAN JANIN SEHAT

NO RM : 0411070075
TANGGAL/JAM : 19 Juli 2021/08.30WIB

S Ibu mengatakan ingin memeriksa kehamilannya.

O KU : Baik.
Kesadaran Compos Mentis
TD : 120/69 mmHg
N : 76 kali/menit
R : 20 kali/menit
BB : 80kg

Pemeriksaan fisik :
Muka : tidak pucat
Mata: sklera putih, konjungtiva merah muda
abdomen:
Leopold I: teraba bulat tidak melenting (bokong), tfu : 33 cm
Leopold II:Perut kanan teraba bagian kecil janin (ekstremitas), perut kiri teraba
luas,datar seperti papan,ada tahanan (punggung)
90

Leopold III: Teraba bulat,keras dan melenting (kepala)


Leopold IV: Kepala/Bagian terendah janin belum masuk panggul
Djj : 134 x/m
Tbj : 32-11 = 3255 gram
Kaki : tidak oedema, tidak ada varices

A Ny. F 29 tahun G2P1AB0 hamil 38+5 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterine,
presentasi kepala, keadaan ibu dan janin sehat

P 1. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan dalam keadaan normal.


Ibu mengerti
2. Menjelaskan ketidak nyamanan trimester 3 yaitu pegal pegal dan nyeri
pinggang bagian dari normal dikarenakan perut semakin membesar dan
pinggang menahan perut sehinggan terasa pegal, dan cara mengatasinya dengan
tidak melakukan pekerjaan berat atau aktifitas berat. Ibu mengerti atas
penjelasan yang diberikan.
3. Menjelaskan tanda dan bahaya trimester 3 seperti wajah dan kaki yang
bengkak,penglihatan kabur,sakit kepala berat,gerakan janin berkurang (<10x/12
jam) dan perdarahan dari jalan lahir sebelum tanggal perkiraan persalinan.
Ibu mengerti atas penjelasan yamg diberikan.
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan persiapan persalinan.
Ibu mengerti dan akan mempersiapkan persiapan untuk persalinan.
5. Memeberikan femasing masing 30 butir di minum sekali sehari, FE dan
Vitamin C diminum malam hari, sedangkan Calcium 15 butir di minum pagi
hari.
Ibu mengerti dan akan meminumnya
6. Menganjurkan ibu untuk kembali ke puskesmas 1 minggu lagi atau bila ada
keluhan.
Ibu mengerti dan akan Kembali 1 minggu lagi lagi
7. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan ANC. Hasil sudah didokumentasikan.
91

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktik Mahasiswa

Yuliantisari Retnaningsih, SsiT, M.Keb Heni Irawati S.Sit (Dara Nurul Utami)
NIP198010282006042002 NIP. 196302041984102012

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


92

JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


Jalan Mangkuyudan MJ III/304 Yogyakarta 55143 Telp (0274) 374331

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NORMAL PADA NY. F USIA 27


TAHUN G2P2A0AH1 UK 38 MINGGU

NO RM : 0411070075
TANGGAL/JAM : 21 Juli 2021/10.00WIB

S Ny.F mengatakan sudah merasa kenceng-kenceng teratur sejak siang tadi pukul
22.00, air ketuban belum pecah,
O 1. Keadaan umum : baik
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Suhu : 36,70C
Respirasi : 21 x / menit
2. Pemeriksaan fisik
Wajah : tidak odema
Mata : konjungtiva merah muda,
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis rata
Payudara : simetris, tidak ada benjolan abnormal, putting susu menonjol kiri dan
kanan, pengeluaran colostrum +/+
Abdomen :perut membesar sesuai usia kehamilan, tampak Gerakan janin, tidak ada
bekas luka operasi, kandung kemih kosong, terdapat kontraksi uterus.
Palpasi : Leopold I : Teraba bagian lunak, bulat, tidak melenting (Bokong)
Leopold II : Pada bagian kanan perut ibu, teraba bagian kecil-kecil, tanpa
tahanan (Ekstremitas), Pada bagian kanan perut ibu,
teraba keras mendatar ada tahanan (Punggung)
Leopold III : Pada bagian bawah perut ibu, Teraba keras bulat,tidak
dapat di goyangkan
Leopold IV : Kedua tangan pemeriksa sudah tidak bertemu lagi
(Divergent) berarti janin sudah masuk panggul.
Pemeriksaan MC. Donald : TFU : 32 cm TBJ : (32-11) x 155 = 3255 gram
DJJ : 144 x / menit
HIS : 4x10’x35”, kekuatan sedang
Genetalia : tidak ada tanda Chadwic, tidak ada varises, tidak ada edema, ada
pengeluaran lendir darah
Pemeriksaan dalam :v/u tenang, dinding vagina licin, portio tipis lunak, pembukaan
5 cm, selket (+), preskep, H II, tidak teraba bagian terkecil disamping
bagian terendah janin, AK(-) STLD (+)
Ekstremitas atas dan bawah : tidak ada odema
93

A Ny. F usia 29 tahun G2P1A0 uk 38 minggu, janin tunggal, hidup, inpartu kala I fase aktif
P 1. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu sudah masuk dalam masa
persalinan karena sudah ada pembukaan yaitu 5 cm
E : ibu mengerti dengan kondisinya saat ini
2. Memberitahukan pada keluarga untuk tetap memberikan support pada ibu serta
memberi asupan seperti makanan dan minum saat tidak terjadi kontraksi.
E: ibu tampak semangat didampingi suami, ibu sudah minum teh manis
3. Memberitahu ibu untuk melakukan relaksasi ketika muncul kontraksi dengan
mengatur pernafasan yaitu menghirup nafas panjang dan dikeluarkan. Serta
memberitahu ibu untuk tidak mengejan karena mengakibatkan jalan lahir bengkak.
E: ibu menarik nafas panjang dan melepaskan.
E: ibu bisa melakukan Teknik relaksasi
4. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi/ tidur dengan posisi miring kiri untuk
mempercepat penurunanan kepala.
E : posisi ibu miring kiri
5. Memberikan massase di punggung ibu dan mengajarkan pada keluarga untuk sering
memassase apabila ada kontraksi bagian punggung ibu agar dapat mengurangi rasa
sakitnya.
E: ibu merasa senang ketika punggungnya dipijat.
6. Mengobservasi keadaan umum, kesadaran , TTV (TD dan suhu tiap 4 jam, nadi tiap
30 menit, kemajuan persalinan, DJJ dan his tiap 30 menit
E: terlampir di partograf
7. Mempersiapkan alat, obat dan alat pelindung diri
E: alat dan obat sudah disipakan
8. Melakukan dokumentasi

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktik Mahasiswa


94

Yuliantisari Retnaningsih, SsiT, M.Keb Heni Irawati S.Sit (Dara Nurul Utami
NIP198010282006042002 NIP. 196302041984102012
95

PERKEMBANGAN KALA II

TANGGAL/JAM : 21 Februari 2021/14.30 WIB

S Ny. F keluar air “pyur” dari jalan lahir


O 1. Keadaan umum : baik
2. Pemeriksaan fisik
TD : 110/80
N : 82x/m
Pernapasan 20x/m
Suhu 37,1oc
DJJ : 149x/menit
HIS : 5x10’x55”
Inspeksi : Tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva membuka
Pemeriksaan dalam :
v/u tenang, dinding vagina licin, portio tidak teraba, pembukaan 10
cm, selket (+),preskep, penunjuk UUK di jam 12, H III, tidak teraba
bagian terkecil disamping bagian terendah janin, AK (+), STLD (+)
A Ny. F usia 27 tahun G2P1A0 UK 38 minggu, janin tunggal, hidup, inpartu
kala II
P 1. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan baik bahwa pembukaan lengkap
2. Menghadirkan suami atau keluarga saat bersalin untuk mendampingi
Ibu
3. Mengatur posisi ibu senyaman mungkin
4. Mengajarkan meneran yang benar pada ibu
5. Persiapan petugas, mendekatkan alat
6. Pimpin persalinan kala II
a. Setelah pembukaan lengkap, diikuti tanda gejala kala II dan kepala
janin terlihat di vulva dengan diameter 5-6 cm, meletakkan handuk
bersih di perut ibu, kemudian membuka partus pack dan
menggunakan handscoen.
b. Setelah tampak kepala bayi melindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang
lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala. Kemudian menganjurkan ibu untuk
meneran perlahan atau bernafas cepat dangkal.
c. Setelah kepala lahir, memeriksa apakah ada lilitan tali pusat/tidak.
Setelah dipastikan tidak ada lilitan tali pusat, menunggu kepala
bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan. Setelah kepala
96

melakukan putar paksi luar, memegang secara biparietal. Dengan


lembut menggerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian menggerakkan
ke arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
d. Setelah kedua bahu lahir, melakukan sangga susur untuk
melahirkan badan bayi.
e. Setelah bayi lahir seluruhnya, kemudian menilai sepintas dan
hasilnya yaitu bayi menangis kuat, tonus oto aktif, warna kulit
kemerahan. Kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu dan
mengeringkan dengan handuk bersih tanpa membersihkan verniks.
Bayi lahir spontan menangis kuat tanggal 21-07-2021 pukul 14.45
WIB jenis kelamin Laki-laki

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktik Mahasiswa

Yuliantisari Retnaningsih, SsiT, M.Keb Heni Irawati S.Sit (Dara Nurul Utami)
NIP198010282006042002 NIP. 196302041984102012
97

PERKEMBANGAN KALA III

TANGGAL/JAM : 21 Februari 2021/14.45 WIB

S Ny. F mengatakan lega bayinya sudah lahir


O 1. Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmenthis
1. Pemeriksaan fisik
Abdomen : Uterus globuler, TFU setinggi pusat, tampak tali
memanjang.
A Ny. F usia 27 tahun P2A0AH2 inpartu kala III
P 1. Memeriksa kembali apakah ada bayi kedua di dalam uterus
2. memberitahu ibu akan disuntik oksitosin 10 unit dalam waktu 1 menit
setelah bayi lahir
3. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira
3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan
jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama
4. Dengan satu tangan memegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi) dan melakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 kelm
tersebut. Mengikat tali pusat dengan umbilikal. Melepaskan klem dan
masukkan dalam wadah yang telah disediakan
5. Meletakkan janin tengkurap di dada ibu ibu skin- to-skin dengan bayi
diselimuti dengan kain bersih untuk proses IMD, janin berhasil
mencari putting susu ibu, proses IMD ±60menit.
6. Memberitahu ibu bahwa plasenta belum lahir dan akan segera
dilahirkan
7. Memastikkan kandung kemih kosong; kandung kemih kosong
8. Menilai tanda-tanda pelepasan plasenta : Tali pusat bertambah panjang,
terdapat semburan darah
9. Melakukan MAK III
a. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi
atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali
pusat.
b. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas
(durso-kranial) secara berhati-hati (untuk mencegah inversis uteri)
c. Melakukan penegangan dan dorongan durso-kranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali
pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas
98

mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan durso-kranial)


d. Setelah tali pusat bertambah panjang, memindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
e. Saat plasenta muncul di introitus vagina, melahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Memegang dan memutar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin kemudian melahirkan dan menempatkan
plasenta pada wadah yang telah disediakan
f. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan
masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan
melakukan masase dengan gerakan melingkar dan lembut hingga
uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
Plasenta lahir 14.50 wib
g. Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan
memastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Memasukkan
plasenta ke dalam baskom

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktik Mahasiswa

Yuliantisari Retnaningsih, SsiT, M.Keb Heni Irawati S.Sit (Dara Nurul Utami)
NIP198010282006042002 NIP. 196302041984102012
99

PERKEMBANGAN KALA IV

TANGGAL/JAM : 21 Juli 2021/14.50 WIB

S Ny. F mengatakan perutnya terasa mules


O 1. Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmenthis
TD : 100/70 mmHg
Suhu : 37,10C
Nadi : 83 x / menit
2. Pemeriksaan fisik
Abdomen : kontraksi keras, TFU 2 jari dibawah pusat, kandung kencing
tidak penuh
Payudara : Colostrum keluar, putting susu menonjol
Genetalia : terdapat laserasi derajat 2, perdarahan tidak aktif
A Ny. F usia 29 tahun P2A0AH2 inpartu kala IV
P 1. Memeriksa adanya laserasi jalan lahir. Evaluasi: terjadi ruptur perineum
derajat dua
2. Menyiapkan anesthesi lidocaine 2% yang diencerkan menggunakan
aquadest dengan perbandingan 1:1
3. Melakukan penjahitan pada perineum ibu dengan teknik jelujur dalam
dan subkutis luar.
4. Membersihkan ibu dan mengganti pakaian ibu.
5. Melakukan pemantauan kala IV setiap 15 menit pada satu jam pertama
dan 30 menit pada satu jam berikutnya.
6. Merapikan dan membersihkan alat dan ruangan.
7. Melakukan pemrosesan alat.

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktik Mahasiswa

Yuliantisari Retnaningsih, SsiT, M.Keb Heni Irawati S.Sit (Dara Nurul Utami)
NIP198010282006042002 NIP. 196302041984102012
100
101
102

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

Bayi Ny. F usia 0 jam Cukup Bulan, Sesuai Masa


Kehamilan, Lahir Spontan, Normal di Puskesmas MInggir

TANGGAL, JAM : 21 April 2021, pukul 14.45 WIB

A. DATA SUBYEKTIF
1. Riwayat Antenatal
G 2 P 1 Ab 0 Ah 1 Umur Kehamilan 37+5 minggu
Riwayat ANC : teratur, 9 kali, di Klinik Amanah Husada oleh bidan
Imunisasi TT : 4 kali
Keluhan saat hamil : mual dan muntah
Penyakit selama hamil : tidak ada penyakit selama hamil
Kebiasaan makan : Ibu dan keluarganya mengatakan makan 3x
sehari, jenis: nasi, sayur lauk dan buah
Obat/ Jamu : Ibu dan keluarganya mengatakan tidak
pernah minum jamu/obat
Merokok : Ayah merokok
Komplikasi ibu : tidak ada Janin : tidak ada
2. Riwayat Intranatal
Lahir tanggal 21 Juli 2021 Jam 08.30 WIB Jenis persalinan : spontan
Penolong : bidan
Komplikasi
a. Ibu : tidak ada
b. Janin : tidak ada
3. Keadaan bayi
baru lahir
a. Penilaian awal bayi cukup bulan 38 minggu
b. Ketuban jernih
c. Bayi menangis kuat
d. Tonus otot aktif
103

e. Warna kulit kemerahan


B. ANALISA
Bayi Ny. F jenis kelamin perempuan usia segera setelah lahir, cukup bulan,
lahir spontan, normal
C. PENATALAKSANAAN
1. Meletakkan bayi dengan menggunakan handuk kering di atas perut ibu
2. Menilai bayi bahwa bayi menangis kuat, tonus otot baik, air ketuban
jernih warna kulit bayi kemerahan pada seluruh tubuh
3. Membersihkan jalan nafas dari mulut hingga hidung dengan
menggunakan suction untuk menghisap lendirnya. Bayi sudah dibersihkan
jalan nafas dan jalan nafas bersih.
4. Mengeringkan bayi kembali
5. Memotong tali pusat dengan menggunakan gunting tali pusat. Tali pusat
telah diklem dan telah terpotong.
6. Melakukan IMD di dada ibu tanpa dibubuhi pakaian apapun sehingga
kulit bayi dan ibu saling bersentuhan. IMD telah dilakukan proses IMD
±60menit
7. Memberikan vitamin K1 1 mg secara IM di vastus lateralis paha kiri
sebanyak 0,5 cc. Bayi menangis kuat saat diberikan vitamin K1
8. Memberikan salep mata Oxytethra 1% sebanyak 1 olesan dari ujung
dalam sampai ujung luar di kedua mata bayi. Salep mata telah dioleskan
9. Melakukan pemeriksaan fisik dan antropometri. Evaluasi: BB = 3200
gram, PB= 47 cm, LK = 33 cm, LD = 35 cm, Lila 11 cm. belum BAB,
BAK belum.
10. Mengambil sidik kaki kanan dan kiri bayi untuk dokumentasi dan
memberikan gelang berwarna merah muda di kaki bayi yang diberikan
identitas bayi serta memberikan pakaian bayi hingga bayi hangat.
11. Memfasilitasi kontak dini bayi dengan ibu untuk dilakukan rawat gabung.
a. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya meskipun ASI yang keluar
masih sedikit
b. Mengajarkan ibu Teknik menyusi
104

c. Memberitahu ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin paling


tidak setiap 2 jam dan menyendawakan bayinya setelah menyusui.
12. Memberikan imunisasi Hepatitis B0 0,5 ml intramuskuler di paha kanan
anterolateral 1 jam setelah pemberian vitamin K1. Bayi menangis kuat
setelah diberikan imunisasi HB0.

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktik Mahasiswa

Yuliantisari Retnaningsih, SsiT, M.Keb Heni Irawati S.Sit (Dara Nurul Utami)
NIP198010282006042002 NIP. 196302041984102012
105

Kunjungan Neonatal ke-1

PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
Jalan Mangkuyudan MJ III/304 Yogyakarta 55143 Telp (0274) 374331

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. F USIA 1 HARI

TANGGAL/JAM : 22 Juli 2021/08.00 WIB

S Ibu mengatakan Bayinya sehat dan sudah diberikan suntikan vitamin K dan
salep mata, dan sudah diberikan imunisasi HB0

Nama Bayi : Bayi Ny. F

Usia : 2 hari

JK : Laki-laki

O KU : Baik.
Kesadaran Compos Mentis
HR: 122 x/m,
S: 370C, R: 46x/m.
Pemeriksaan fisik
Kepala : tidak ada cepal hematoma, tidak ada caput succedaneum.
Mata : Sklera mata putih dan konjungtiva merah muda.
Telinga : lengkap simetris, sejajar mata
Hidung : bersih,
Mulut : normal tidak ada labioskisis dan palatoskisis.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
106

Dada : Tidak ada retraksi dinding dada.


Uretra : berlubang.
Reflek bayi : sudah Refleks mengisap dan menelan, refleks moro aktif,
refleks menggenggam sudah baik jika dikagetkan, bayi akan
memperlihatkan gerakan seperti memeluk (refleks moro),

A Bayi Ny. P Usia 2 hari sehat, keadaan umum baik.

P 1. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa bayinya


dalam keadaan sehat. Ibu mengerti
2. Menjaga kehangatan bayi dengan cara membeding bayi dengan kain
yang bersih dan kering, mengganti pakaian bayi jika basah.
3. Memberikan KIE mengenai efek samping dari pemberian imunisasi
HB0 yaitu kemerahan/ bengkak pada bekas suntikan dan memberitahu
ibu bangaimana cara mengatasinya.
4. Memberikan KIE kepada ibu dan keluargatanda bahaya bayi baru lahir
seperti kejang frekuensi nafas kurang dari 20 x per menit atau lebih dari
60 x/menit, tarikan dada bawah kedalam yang kuat, bayi merintih. Ibu
mengerti penjelasan yang disampaikan
5. Menjelaskan pada ibu dan keluarga cara perawatan bayi sehari-hari yaitu
: mempertahankan lingkungan tetap hangat, mencegah iritasi pada kulit
bayi, membersihkan sekitar mulut dan leher bayi setiap selesai menyusui
Ibu mengerti mengerti dengan penjelasan
6. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya dan memberika ASI
Ekslusif pada bayi selama 6 bulan tanpa memberikan tambahan
makanan apapun. Ibu bersedia memberikan ASI Ekslusif pada bayinya.
7. Melakukan pendokumentasian. Pendokumentasian sdah dilakukan..

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktik Mahasiswa


107

Yuliantisari Retnaningsih, SsiT, M.Keb Heni Irawati S.Sit (Dara Nurul Utami)
NIP198010282006042002 NIP. 196302041984102012
108

Kunjungan Neonatal ke-2

PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
Jalan Mangkuyudan MJ III/304 Yogyakarta 55143 Telp (0274) 374331

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. F USIA 4 HARI

Tanggal/Jam : 24 Juli 2021/14.00 Wib

S Ibu mengatakan Bayinya sehat, menyusu aktif, gerak aktif

O KU : Baik.
Kesadaran Compos Mentis
HR: 122 x/m,
S: 370C, R: 46x/m.
Pemeriksaan fisik
Kepala : tidak ada cepal hematoma, tidak ada caput succedaneum.
Mata : Sklera mata putih dan konjungtiva merah muda.
Telinga : lengkap simetris, sejajar mata
Hidung : bersih,
Mulut : normal tidak ada labioskisis dan palatoskisis.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Dada : Tidak ada retraksi dinding dada.
Uretra : berlubang.
Reflek bayi : sudah Refleks mengisap dan menelan, refleks moro aktif,
refleks menggenggam sudah baik jika dikagetkan, bayi akan
memperlihatkan gerakan seperti memeluk (refleks moro),
109

A Bayi Ny. F Usia 3 hari cukup bulan, sesuai masa kehamilan, keadaan umum
baik.

P 1. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa bayinya


dalam keadaan sehat. Ibu mnegerti
2. Menjaga kehangatan bayi dengan cara membeding bayi dengan kain
yang bersih dan kering, mengganti pakaian bayi jika basah.
3. Memberikan KIE kepada ibu dan keluargatanda bahaya bayi baru lahir
seperti kejang frekuensi nafas kurang dari 20 x per menit atau lebih dari
60 x/menit, tarikan dada bawah kedalam yang kuat, bayi merintih. Ibu
mengerti penjelasan yang disampaikan
4. Menjelaskan pada ibu dan keluarga cara perawatan bayi sehari-hari yaitu
: mempertahankan lingkungan tetap hangat, mencegah iritasi pada kulit
bayi, membersihkan sekitar mulut dan leher bayi setiap selesai menyusui
Ibu mengerti mengerti dengan penjelasan
5. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya dan memberika ASI
Ekslusif pada bayi selama 6 bulan tanpa memberikan tambahan
makanan apapun. Ibu bersedia memberikan ASI Ekslusif pada bayinya.
6. Melakukan pendokumentasian. Pendokumentasian sudah dilakukan.

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktik Mahasiswa

Yuliantisari Retnaningsih, SsiT, M.Keb Heni Irawati S.Sit (Dara Nurul Utami)
NIP198010282006042002 NIP. 196302041984102012
110

Kunjungan Neonatal ke-3

PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
Jalan Mangkuyudan MJ III/304 Yogyakarta 55143 Telp (0274) 374331

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. F USIA 28 HARI DI


PUSKESMAS MINGGIR
TANGGAL/JAM : 18 Agustus 2021/08.00 WIB

S Ibu mengatakan Bayinya sehat dan ingin melakukan penyuntikkan imunisasi


BCG

O KU : Baik.
Kesadaran Compos Mentis
BB: 3500 gram,
PB: 50 cm,
LK: 34 cm,
Lila: 11 cm,
LD : 33cm,
HR: 122 x/m,
S: 370C, R: 46x/m.
Pemeriksaan fisik
Kepala : tidak ada cepal hematoma, tidak ada caput succedaneum.
Mata : Sklera mata putih dan konjungtiva merah muda.
Telinga : lengkap simetris, sejajar mata
Hidung : bersih,
Mulut : normal tidak ada labioskisis dan palatoskisis.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
111

Dada : Tidak ada retraksi dinding dada.


Uretra : berlubang.
Reflek bayi : sudah Refleks mengisap dan menelan, refleks moro aktif,
refleks menggenggam sudah baik jika dikagetkan, bayi akan
memperlihatkan gerakan seperti memeluk (refleks moro),

A Bayi Ny. F Usia 28 hari sehat, keadaan umum baik dengan kebutuhan
imunisasi BCG

P 1. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa bayinya


dalam keadaan sehat. dan butuh untuk dilakukan imunisasi BCG
2. Melakukan Inform Consent kepada ibu. Inform consent telah dilakukan.
3. Menyiapkan vaksin BCG dan melihat tanggal kadaluarsa. Vaksin BCG
siap digunakan.
4. Memposisikan bayi dan melakukan penyuntikan pada lengan kanan atas
secara intrakutan dan memasukan obat tanpa diaspirasi sehingga
menimbulkan benjolan cairan.
Obat telah disuntikan dan bekas suntikan terlihat benjol berisi cairan.
5. Memberitahu kepada ibu KIPI dan imunisasi BCG akan muncul
benjolan bernanah pada bekas suntikan dan menjelaskan kepada ibu ini
merupakan hal yang normal.
Ibu mengerti.
6. Memberitahu ibu untuk tetap menyusui anaknya.
Ibu mengerti.
7. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi atau
saat anak berumur 2 bulan untuk mendapatkan imunisasi pentabio 1 dan
IPV 1.
Ibu bersedia datang 1 bulan lagi untuk mengimunisasikan bayinya.
8. Memotivasi ibu untuk melakukan KB. Ibu bersedia untuk KB.
9. Mendokumentasikan tindakan imunisasi pada buku KIA. Tindakan telah
didokumentasikan..
112

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktik Mahasiswa

Yuliantisari Retnaningsih, SsiT, M.Keb Heni Irawati S.Sit (Dara Nurul Utami)
NIP198010282006042002 NIP. 196302041984102012
113

Kunjungan Neonatal ke-4

PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
Jalan Mangkuyudan MJ III/304 Yogyakarta 55143 Telp (0274) 374331

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY F USIA 40 HARI

TANGGAL/JAM : 30 Agustus 2021/08.00 WIB

S Ibu mengatakan Bayinya sehat,

O Kesadaran Compos Mentis


HR: 122 x/m,
S: 370C, R: 46x/m.

A Bayi Ny F Usia 40 hari keadaan sehat, keadaan umum baik

P 1. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa bayinya


dalam keadaan sehat.
2. Mengajarkan ibu cara menstimulasi tumbuh kembang bayi, seperti mulai
menelungkupkan bayi, menggantungkan maminan diatas tempat tidur
bayi, mengajak bayi bercermin, mengajak bicara.
3. Menganjurkan ibu kunjungan ulang sesuai anjuran bidan, dan kunjungan
ulang untuk melakukan imunisasi pentabio 1 dan IPV 1 saat bayi berusia
2 bulan.
114

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktik Mahasiswa

Yuliantisari Retnaningsih, SsiT, M.Keb Heni Irawati S.Sit (Dara Nurul Utami)
NIP198010282006042002 NIP. 196302041984102012
115
116

Kunjungan Nifas ke 1

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
Jalan Mangkuyudan MJ III/304 Yogyakarta 55143 Telp (0274) 374331

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NORMAL PADA NY.F USIA


27 TAHUN P2A0AH2 POST PARATUM 1 HARI

TANGGAL/JAM : 22 Juli 2021/10.00 WIB

S Ibu mengatakan sudah cukup sehat,bisa istirahat,tetapi masih mules


pada bagian perut bawah, luka jahitan perineum sedikit nyeri,ASI
belum keluar banyak.

O 1. Keadaan umum : baik


Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x / menit
Suhu : 36,70C
Respirasi : 21 x / menit
TB : 151 cm
BB : 68 kg
Lila : 29cm

2. Pemeriksaan fisik
Wajah : tidak odema
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis rata
Payudara : simetris, tidak ada benjolan abnormal, putting susu
117

menonjol kanan menonjol dan kiri tenggelam,


hiperpigmentasi areola, pengeluaran Asi colostrum +/+
Abdomen : TFU dua jari bawah pusat,kandung kemih kosong
Genetalia :tidak ada edema, lochea berwarna merah (lochea rubra),
tidak berbau busuk, ada luka perineum, tidak ada tanda-
tanda infeksi , PPV ± 150 cc.
Ekstremitas atas dan bawah : tidak ada odema

A Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Normal Pada Ny. F Usia 27 Tahun
P1a0ah1 Post Partum 1 hari

P 1) Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan, bahwa ibu dalam


keadaan normal dan baik.
Evaluasi: ibu mendengarkan penjelasan bidan dengan seksama
tampak mengerti.

2) Menjelaskan kepada ibu mengenai keluhannya, bahwa rasa mulas


yang dirasakan normal yang disebabkan kontraksi rahim yang
terjadi, dimana ukuran rahim yang besar menjadi kecil, dengan
adanya kontraksi membuat perut menjadi mulas.
Evaluasi:ibu paham dan mengerti penyebab dari keluhannya.

3) Menganjurkan ibu untuk tetap mematuhi peraturan protokol


kesehatan selama pandemi COVID-19
Evaluasi : Ibu memakai masker dan mencuci tangan setiap mau
memegang anaknya

4) Mengajarkan kepada keluarga mengenai cara pencegahan


perdarahan dengan melakukan masase pada fundus uteri, dengan
cara meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga kontraksi uterus
(fundus teraba keras).
Evaluasi:suami dan keluarga mengerti cara melakukan masase uterus
118

dan manfaatnya untuk mencegah perdarahan pada ibu.

5) Mememastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan


istirahat, serta memberikan KIE kepada ibu bahwa ibu dapat
beristirahat saat bayi tertidur.
Evaluasi: ibu sudah mendapatkan cukup makanan, cairan.

6) Memberikan KIE kepada ibu mengenai pemenuhan nutrisi pada ibu


nifas yaitu untuk dapat mengkonsumsi makanan yang beraneka
ragam yaitu mengandung karbohidrat, protein hewani dan nabati,
sayuran, dan buah-buahan, terutama makanan yang tinggi protein
untuk mempercepat proses penyembuhan luka jahitan ibu.
Evaluasi:ibu mengangguk tampak paham dan mengerti mengenai
kebutuhan nutrisinya.

7) Memberikan KIE kepada ibu tentang kebutuhan air minum pada ibu
menyusui pada 6 bulan pertama adalah 14 gelas sehari dan pada 6
bulan kedua adalah 12 gelas sehari, setelah menyusui penting untuk
ibu segera meminum air putih untuk mengembalikan cairan yang
hilang dan mencegah dehidrasi pada ibu meyusui.
Evaluasi:ibu mengangguk tampak paham dan mengerti.

8) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan


tanda-tanda penyulit, menjelaskan kepada ibu dan suaminya
pentingnya pemberian ASI awal dan dukungan suami dalam
memberikan ASI pada ibunya seperti dukungan emosional dengan
mengingatkan dan meminta ibu untuk sesering mungkin menyusui
bayinya sesuai keinginan bayi, memberikan ASI saja kepada bayi
selama 6 bulan tanpa makanan atau cairan pendamping, berperan
serta merawat bayi saat bayi menangis untuk disusui, suami ikut
mencari informasi tentang segala hal yang berkaitan dengan
pemberian ASI Eksklusif.
Evaluasi:Ibu sudah mampu dan berhasil menyusui bayinya dengan
119

baik dan benar, tidak ada tanda-tanda penyulit dan ibu dan suami
lebih paham pentingnya pemberian ASI awal dan suami akan
mendukung ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

9) Memberikan pujian kepada ibu tentang sikap dan perilakunya untuk


memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan memotivasi ibu untuk
melanjutkannya sampai 6 bulan.
Evaluasi:ibu akan senang mendengarnya dan akan memberikan ASI
eksklusif pada bayinya.

10) Memberikan konseling kepada ibu mengenai perawatan bayi sehari-


hari seperti menjaga bayi agar tetap hangat, perawatan bayi sehari-
hari, perawatan tali pusat yaitu, tidak perlu membubuhkan apapun
pada tali pusat, luka tali pusat harus dijaga agar tetap bersih dan
kering, jika tali pusat kotor, maka bersihkan dengan hati-hati dengan
air matang dan sabun, dan segera keringkan dengan mengunakan
kain bersih, perhatikan tanda-tanda infeksi pada tali pusar seperti
kemerahan pada sekita tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika
muncul salah satu tanda maka segera bawa bayi ke fasilitas
kesehatan terdekat.
Evaluasi: ibu mengerti dan paham denngan penjelasan yang
diberikan.

11) Memberikan KIE pada ibu untuk tetap menjaga personal hygiene
dengan menjaga kebersihan kemaluan dengan mengganti pembalut
sesering mungkin setiap kali berkemih atau defekasi dan tidak
memegang luka jahitan.
Evaluasi:ibu akan menjaga kebersihan diri sesuai dengan anjuran
yang diajarkan

12) Menganjurkan ibu untuk Mobilisasi dini dan melakukan Senam


Nifas Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu ibu stelah
melahirkan setelah keadan tubuhnya pulih kembali.Senam ifas
120

bertujuan untuk mempercepat penyemuhan,mencegah timbulnya


komplikasi,serta memulihkan dan enguatkan otot-otot punggung,otot
dasar panggul dan perut
Evaluasi : ibu melakukan mobilasi dini dan senam nifas untuk 1 hari
post partum

13) Menjelaskan kepada ibu tanda bahaya pada ibu nifas yaitu jika
keluar perdarahan hebat dari jalan lahir, keluar cairan berbau dari
jalan lahir, bengkak pada wajah, tangan dan kaki atau sakit kepala
dan kejang- kejang, demam tinggi disertai menggigil, maka apabila
muncul salah satu gejala untuk dapat segera menuju fasilitas
kesehatan terdekat.
14) Evaluasi: ibu mengerti dan akan segera ke fasilitas kesehatan jika
muncul salah satu gejala tanda bahaya.

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktik Mahasiswa

Yuliantisari Retnaningsih, SsiT, M.Keb Heni Irawati S.Sit (Dara Nurul Utami)
NIP198010282006042002 NIP. 196302041984102012

Kunjungan Nifas ke 2
121

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
Jalan Mangkuyudan MJ III/304 Yogyakarta 55143 Telp (0274) 374331

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NORMAL PADA NY. F USIA


27 tahun P2A0AH2 POST PARATUM 3 HARI

TANGGAL/JAM : 24 Juli 2021/10.00 WIB

S Ibu mengatakan sudah cukup sehat,bisa istirahat, ibu mengatakan


putting nya sudah menonjol

O Keadaan umum : baik


Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x / menit
Suhu : 36,70C
Respirasi : 21 x / menit

1. Pemeriksaan fisik
Wajah : tidak odema
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis rata
Payudara : simetris, tidak ada benjolan abnormal, putting susu
menonjol, hiperpigmentasi areola, pengeluaran Asi +/+,
terdapat lecet pada asi sebelah kanan
Abdomen : TFU 3 jari atas sympisis,kandung kemih kosong
Genetalia :tidak ada edema, lochea berwarna merah (lochea rubra),
tidak berbau busuk, ada luka perineum, tidak ada tanda-
tanda infeksi , PPV ± 50 cc.
Ekstremitas atas dan bawah : tidak ada odema

A NY. F Usia 27 tahun P2A0AH2 Post Partum 3 Hari

P 1) Memberitahu ibu bahwa hasil pemeriksaan baik,


Hasil : Ibu senang mengetahui hasil pemeriksaan baik,dan dalam
122

kondisi normal.
2) Memberikan KIE dan mengajarkan ibu tentang teknik menyusui.
Memastikan bahwa posisi/Teknik menyusu ibu sudah benar.
mengajarkan posisi menyusui yang tidak mengakibatkan puting
susu lecet yang benar yaitu seluruh puting payudara ada di tengah
mulut bayi. Saat bayi mengisap, gusi bayi harus menyentuh
seluruh puting dan lidah bayi berada di atas gusi bawah bayi.
Pastikan bayi tidak hanya mengisap ujung puting payudara.
Pastikan juga hidung bayi tidak tertutup payudara Anda.,
mengajarkan ibu melakukan posisi menyusui secara benar serta
merasa nyaman. menganjurkan ibu untuk mulai menyusui dari
payudara yang tidak sakit.Tetap mengeluarkan ASI dari payudara
yang putingnya lecet menganjutkan untuk keluarkan sedikit ASI
dan oleskan ke puting yang lecet dan biarkan kering, Pergunakan
BH yang menyangga
Evaluasi : ibu bisa menyusu dengan benar
3) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan
Hasil : Hasil pemeriksaan sudah didokumentasikan.

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktik Mahasiswa

Yuliantisari Retnaningsih, SsiT, M.Keb Heni Irawati S.Sit (Dara Nurul Utami)
NIP198010282006042002 NIP. 196302041984102012
123

Kunjungan Nifas ke 3

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
Jalan Mangkuyudan MJ III/304 Yogyakarta 55143 Telp (0274) 374331

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NORMAL PADA NY. F USIA


27 tahun P2A0AH2 POST PARTUM 28 HARI

TANGGAL/JAM : 18 Juli 2021/08.00 WIB

S Ibu mengatakan sudah cukup sehat,bisa istirahat, Asi Lancar

O Keadaan umum : baik


TD : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x / menit
Suhu : 36,70C
Respirasi : 21 x / menit

Pemeriksaan fisik
Wajah : tidak odema
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis rata
Payudara : simetris, tidak ada benjolan abnormal, putting susu
menonjol, hiperpigmentasi areola, pengeluaran Asi +/+,
terdapat lecet pada asi sebelah kanan
Abdomen : TFU tidak teraba
Genetalia :tidak ada edema, lochea berwarna kepuithan (lochea
alba), tidak berbau busuk, ada luka perineum, tidak ada
tanda- tanda infeksi,
Ekstremitas atas dan bawah : tidak ada odema

A NY. F Usia 27 tahun P2A0AH2 Post Partum 28 Hari


124

P 1) Memberitahu ibu bahwa hasil pemeriksaan baik, TD : 110/70


mmHg,
2) Memberikan KIE kepada Ibu tentang macam macam alat
kontrasepsi, jenis, keuntungan dan kerugian.
3) Menjelaskan kepada ibu bahwa metode yang sesuai dengan
kondisi ibu dan suami adalah metode kontrasepsi jangka Panjang,
seperti Implant,IUD, MOW/MOP
Ibu mengatakan ingin berdiskusi dulu dengan suami
4) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan pada buku KIA Hasil :
Hasil pemeriksaan sudah didokumentasikan.

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktik Mahasiswa

Yuliantisari Retnaningsih, SsiT, M.Keb Heni Irawati S.Sit (Dara Nurul Utami)
NIP198010282006042002 NIP. 196302041984102012
125

Kunjungan Nifas ke 4

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
Jalan Mangkuyudan MJ III/304 Yogyakarta 55143 Telp (0274) 374331

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NORMAL PADA NY. F USIA


27 tahun P2A0AH2 POST PARATUM 40 HARI

TANGGAL/JAM : 30 Agustus 2021/18.00 WIB

S Ibu mengatakan sudah cukup sehat,bisa istirahat, Asi keluar, ibu


mengatakan berencana menggunakan Kb Suntik 3 bulan

O Keadaan umum : baik


Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x / menit
Suhu : 36,70C
Respirasi : 21 x / menit

Pemeriksaan fisik
Wajah : tidak odema
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis rata
Payudara : simetris, tidak ada benjolan abnormal, putting susu
menonjol, hiperpigmentasi areola, pengeluaran Asi +/+,
terdapat lecet pada asi sebelah kanan
Abdomen : TFU satu jari bawah pusat,kandung kemih kosong
Genetalia :tidak ada edema, lochea berwarna merah (lochea rubra),
tidak berbau busuk, ada luka perineum, tidak ada tanda-
tanda infeksi , PPV ± 50 cc.
Ekstremitas atas dan bawah : tidak ada odema
126

A NY. F Usia 27 tahun P2A0AH2 Post Partum 40 Hari

P 1) Memberitahu ibu bahwa hasil pemeriksaan baik, TD : 110/70


mmHg,
2) Menjelaskan mengenai KB IUD

3) Mendokumentasikan hasil pemerikasaan pada buku KIA Hasil :


Hasil pemeriksaan sudah didokumentasikan.

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktik Mahasiswa

Yuliantisari Retnaningsih, SsiT, M.Keb Heni Irawati S.Sit (Dara Nurul Utami)
NIP198010282006042002 NIP. 196302041984102012
127
128
129
130
131

Lampiran Jurnal
132

Anda mungkin juga menyukai