Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA REMAJA NN. E USIA 17


TAHUN DENGAN DISMENOREA DI PUSKESMAS TEMON II

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Kebidanan Holistik pada


Remaja dan pranikah

Oleh:
SUMARTINI
P07124522083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Komprehensif
“Asuhan Kebidanan Holistik Pada Remaja Nn. E Usia 17 Tahun Dengan
Dismenorea Di Puskesmas Temon II”

Oleh:
SUMARTINI
P07124522083

Menyetujui,
Pembimbing Klinik

Kiswati S.Tr.Keb., (………………………….…..)


NIP:1977ioii2006042015

Pembimbing Akademik
Ana Kurniati SST., M.Kes
NIP:198104012003122001

(………………………………)

Mengetahui
Ketua Program Studi Profesi Bidan

Hesty Widyasih, SST.,M.Keb


NIP. 197910072005012004

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan komprehensif
ini, dengan judul “Asuhan Kebidanan Holistik Pada Remaja Dengan
Dismenorea” Penulisan Laporan komprehensif ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Praktik
Klinik Asuhan Kebidanan Holistik pada Remaja dan pranikah. Laporan
komprehensif ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari
berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. DR. Yuni Kusmiyati. SST., MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
2. Hesty Widyasih, SST., M. Keb selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan yang telah memberikan kesempatan untuk membuat
Laporan Komprehensif ini
3. Kiswati S.Tr.Keb., selaku pembimbing klinik, yang telah memberikan
pengarahan dan masukan dalam penyusunan laporan komprehensif ini
4. Ana Kurniati.,SST., M.Kes selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan pengarahan dalam penyususnan laporan komprehensif ini
5. Sahabat yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tugas
laporan komprehensif ini.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan
komprehensif ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Yogyakarta, Agustus 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................3
C. Ruang Lingkup..............................................................................................4
D. Manfaat.........................................................................................................4
BAB II KAJIAN KASUS DAN TEORI...............................................................5
A. Kajian Masalah Kasus...................................................................................5
B. Kajian Teori..................................................................................................5
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................20
A. Pengkajian...................................................................................................20
B. Analisis.......................................................................................................22
C. Penatalaksanaan..........................................................................................22
BAB IV PENUTUP..............................................................................................27
A. Kesimpulan.................................................................................................27
B. Saran...........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dismenore adalah salah satu kelainan ginekologi yang paling sering


terjadi pada remaja putri. Remaja putri yang sudah mengalami menstruasi
sering mengeluh terjadinya nyeri menstruasi (dismenore). Tanda gejala
dismenore memiliki gejala fisik yang sangat bervariasi.1 Dismenore tidak
berbahaya bagi kesehatan, namun apabila tidak diatasi dapat menyebabkan
rasa tidak nyaman yang dapat mengganggu aktivitas remaja, baik aktivitas
seharihari maupun aktivitas di sekolah. Dismenore berdampak tinggi pada
kehidupan wanita, berakibat pada pembatasan aktivitas sehari-hari, prestasi
akademis yang lebih rendah pada remaja, dan kualitas tidur yang buruk, serta
memiliki efek negatif pada suasana hati, menyebabkan kecemasan dan
depresi.2

World Health Organization (WHO) melaporkan pada tahun 2018 bahwa


kejadian dismenore sebesar 90% pada perempuan dan 10-15% diantaranya
mengalami dismenore berat.3 Di Indonesia sekitar 45-95% perempuan usia
produktif mengalami dismenore.3 Angka kejadian dismenore di Indonesia
sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36%
dismenore sekunder. Dismenore primer dialami oleh 60-75% remaja dengan
tiga perempat dari jumlah remaja tersebut mengalami nyeri ringan sampai
berat dan seperempat lagi mengalami nyeri berat.4 Berdasarkan penelitian di
Manado, sebesar 54,5 % pengetahuan remaja tentang dismenore dalam
kategori kurang sehingga mempengaruhi perilaku remaja dalam melakukan
penanganan dismenore.

1
2

Dismenore diklasifikasikan menjadi dua, yaitu dismenore primer dan


dismenore sekunder. Dismenore primer didefinisikan sebagai nyeri, kram
spasme di perut bagian bawah, sebelum dan atau selama menstruasi, dengan
tidak adanya patologi panggul makroskopik yang terlihat. Biasanya
timbulnya dismenore primer terjadi pada masa remaja, pada atau segera
setelah (6-24 bulan) menarche (Hofmeyr, 1996 dan Dawood, 2006 dalam
Iacovides, et al, 2015). Faktor fisiologis penyumbang terbesar dismenore
primer adalah peningkatan jumlah prostaglandin yang ada dalam cairan
menstruasi. Prostaglandin, terutama PGF2α, merangsang pengurangan
kontraksi myometrium aliran darah uterus dan menyebabkan hipoksia uterus.
Hipoksia ini menyebabkan kram pada dismenore primer. 5 Dismenore
sekunder disebabkan oleh lesi yang didapat di panggul yang lebih kecil, yang
meliputi endometriosis, peradangan panggul kronis, stenosis serviks fibroid
uterus, dan kelainan anatomis dan fungsional dari organ reproduksi.6

Remaja putri cenderung memillih penanganan secara farmakologis


daripada non farmakologis untuk mengatasi keluhan dismenore yang
dirasakan. Penanganan nyeri menstruasi secara farmakologis dapat ditangani
dengan terapi analgesik yang merupakan metode paling umum digunakan
untuk menghilangkan nyeri. Obat analgesik dapat menghilangkan nyeri
dengan efektif, namun penggunaan analgesik akan berdampak ketagihan dan
akan memberikan efek samping obat yang berbahaya bagi penggunanya.
Obat non-steroid untuk mengobati nyeri menstruasi dapat menyebabkan efek
samping seperti diare, mual, muntah, asma akut, anoreksia, dysuria, acne,
pendarahan gastrointestinal.7

Manajemen nyeri non farmakologis lebih aman dikarenakan tidak


menimbulkan efek samping yang seperti obat-obatan karena terapi non
farmakologis merupakan proses fisiologis. Salah satu terapi nyeri dismenore
primer secara non farmakologis adalah menggunakan kompres hangat.
Kompres hangat sangat efektif dilakukan untuk mengurangi nyeri dismenore
3

karena tidak memerlukan biaya yang banyak, waktu yang lama, dan kerja
fisik yang berat. Terapi kompres hangat sudah dibuktikan berdasarkan hasil
penelitian, didapatkan sebesar 56 % responden berada dalam tingkat nyeri
ringan setelah dilakukan terapi kompres hangat dimana sebelumnya
responden mengalami nyeri berat dan sedang. Ini menunjukan adanya
penurunan tingkat nyeri setelah dilakukan terapi kompres hangat. Selain itu
berdasarkan penelitian, didapatkan adanya penurunan skala nyeri pada
remaja putri yang mengalami dismenore.8,9

Dismenore memberikan dampak terhadap aktivitas remaja putri dan


juga adanya efek samping dari penanganan dismenore secara farmakologis,
maka sangat diperlukan pemberian informasi melalui penyuluhan kepada
remaja putri yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang
penanganan dismenore primer menggunakan kompres hangat. Dengan
adanya pemberian informasi melalui penyuluhan, remaja putri diberikan
pengetahuan dalam menangani dismenore primer menggunakan kompres
hangat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu  melaksanakan asuhan kebidanan secara holistik pada remaja dan
pranikah
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data secara subjektif dan
objektif pada Nn. E dengan dismenorea
b. Mahasiswa dapat menentukan diagnosa, masalah, dan kebutuhan
berdasarkan data subjektif dan objektitif pada Nn. E dengan disminorea
c. Mahasiswa dapat melakukan analisa kebidanan meliputi diagnosa
potensial, berdasarkan hasil pengkajian data pada Nn.E dengan
dismenorea
4

d. Mahasiswa dapat melakukan antisipasi kebutuhan dan tindakan segera


berdasarkan diagnosa potensial dan diagnosa potensial yang telah
ditetapkan pada kasus Nn. E dengan dismenorea
e. Mahasiswa dapat melakukan penyusunan rencana asuhan kebidanan
berdasarkan analisa kebidanan, diagnosa kebidanan, diagnosa potensial,
dan masalah kebidanan yang telah ditetapkan pada kasus Nn. E dengan
dismenorea
f. Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan berdasarkan rencana
asuhan yang telah disusun
g. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi berdasarkan penatalaksanaan
yang telah dilakukan
h. Mahasiswa dapat melakukan dokumentasi kasus Nn. E dengan
dismenorea

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan pelayanan


kebidanan remaja dan pranikah yang berkaitan dengan remaja dengan
Dismenorea

D. Manfaat

1. Bagi Bidan di Puskesmas Temon II


Menambah pengetahuan dalam melakukan penatalaksaan pada remaja
dengan dismenorea
2. Bagi Mahasiswa
Mengetahui tata laksana dan penanganan remaja dengan dismenorea sesuai
dengan kewenangan bidan yang berlaku.
.
BAB II
KAJIAN KASUS DAN TEORI

A. Kajian Masalah Kasus

Seorang Nn. E usia 17 tahun datang ke Puskesmas Temon II dengan


keluhan nyeri perut akibat menstruasi. Nn. E mendapatkan menstruasi
pertama saat usia 12 tahun, siklus menstruasi 28-30 hari, lamanya 5-7 hari,
ganti pembalut 3-4 kali dalam sehari. Dalam sehari, Nn. E makan
sebanyak 2 kali pagi dan malam, sebanyak setengah piring dengan porsi
nasi dan lauk seimbang. Nn.E mengaku bahwa dia susah makan sayur,
tidak suka ngemil, dan suka begadang karena mengerjakan tugas. Nn. E
biasanya minum teh dan air putih sebanyak 8 gelas ukuran sedang. Dari
data objektif didapatkan bahwa kesadaran composmentis, TD : 90/74
mmHg, nadi 84 x/menit, suhu tubuh : 36,5ºC. BB : 44 kg dan TB :154 cm,
BMI: 18,55 dan LiLA : 22 cm. Saat abdomen ditekan terdapat nyeri tekan,
wajah terlihat pucat karena menahan sakit. Genetalia luar : Pengeluaran :
Darah merah agak bergumpal.
Dari data yang telah diperoleh, bidan setelah konsultasi dengan
dokter Puskesmas memberikan obat Nonsteroidal Anti-Inflammatory yaitu
asam mefenamat. Untuk mengurangi rasa nyeri, Nn. E disarankan untuk
mengompres panas/dingin pada perut yang sakit. Selain diberikan obat,
Nn.E juga diberikan KIE mengenai pola makan untuk menambah tenaga
dan menambah gizi agar Nn. E tidak KEK. KIE mengenai olahraga teratur
juga diberikan untuk mengurangi kejadian dismenoreae.

B. Kajian Teori

1. Remaja

a. Definisi
Usia remaja merupakan periode transisi perkembangan dari masa
anak ke masa dewasa, usia antara 10-24 tahun. Secara etimiologi,

5
6

remaja berarti tumbuh menjadi dewasa. Definisi remaja


(adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah
periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Persrikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15-24
tahun. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang
waktu) remaja tada tiga tahap, yaitu: masa remaja awal (10-12 tahun),
masa remaja tengah (13-15 tahun), dan masa remaja akhir (16-19
tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda
(young people) yang mencakup usia 10-24 tahun.10,11
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya
perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19
tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi
manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode
peralihan dari masa anak ke masa dewasa.12

b. Tahapan masa remaja


Berdasarkan sifat atau masa (rentang waktu), remaja ada tiga tahap,
yaitu:1
1) Remaja awal (10-12 tahun): merasa lebih dekat dengan teman sebaya,
merasa ingin bebas, merasa lebih banyak memperhatikan keadaan
tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).
2) Masa remaja tengah (13-15 tahun): tampak dan merasa ingin mencari
identitas diri, ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada
lawan jenis, timbul perasaan cinta yang mendalam, kemampuan berpikir
abstrak berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang, dan berkhayal
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.
3) Masa remaja akhir (16-19 tahun): menampakkan pengungkapan
kebebasan diri, dalam mencari teman sebaya lebih selektif, memiliki
citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya, dapat mewujudkan
perasaan cinta dan memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.12
Golongan umur ini penting karena menjadi jembatan antara masa
7

kanak-kanak yang bebas menjuju masa dewasa yang menuntut


tanggungjawab.
c. Perkembangan dan Pertumbuhan Remaja
Terdapat dua konsep perkembangan remaja, yaitu nature dan
nurture. Konsep nature mengungkapkan bahwa remaja adalah masa
badai dan tekanan. Periode perkembangan ini individu banyak
mengalami gejolak dan tekanan karena perubahan yang terjadi dari
dalam dirinya. Konsep nurture menyatakan tidak semua remaja
mengalami masa badai dan tekanan tersebut. Hal tersebut tergantung
pada pola asuh dan lingkungan dimana remaja itu tinggal.10
d. Aspek Pertumbuhan Remaja
Fungsi fisiologis dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan gizi.
Faktor lingkungan dapat member pengaruh yang kuat untuk lebih
mempercepat perubahan. Perubahan dipengaruhi oleh dua organ
penting, yaitu: kelenjar gondok, kelenjar anak ginjal, dan kelenjar organ
reproduksi. Ketiga kelenjar tersebut akan saling bekerja sama dan
berinteraksi dengan faktor genetikmaupun lingkungan. Pada laki-laki
hormon yang mempengaruhi adalah testosteron ditandai dengan
mengalami mimpi basah. Perubahan fisik yang dialami oleh laki-laki
yaitu tumbuh rambut sekitar kemaluan, kaki, tangan, dada, ketiak, dan
wajah. Tampak pada anak laki-laki mulai berkumis, berjambang, dan
berbulu ketiak. Suara bertambah besar, badan lebih berotot terutama
bahu dan dada, pertambahan berat dan tinggi badan, buah zakar menjadi
lebih besar dan bila terangsang dapat mengeluarkan sperma.10 Pada
perempuan hormon yang mempengaruhi adalah estrogen dan
progesteron ditandai dengan mengalami menstruasi. Perubahan fisik
yang dialami yaitu pertambahan tinggi badan, tumbuh rambut disekitar
alat kelamin dan ketiak, kulit menjadi lebih halus, suara menjadi lebih
halus dan tinggi, payudara dan pinggul mulai membesar, paha
membulat, dan mengalami menstruasi.
2. Disminorea
8

a. Definisi

Dismenore atau dalam bahasa kedokteran dikenal dengan


Dysmenorrhea, merupakan salah satu gangguan yang dialami wanita
ketika menstruasi. Dysmenorrhea merupakan keadaan nyeri yang
hebat dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Dysmenorrhea
merupakan suatu fenomena simptomatik meliputi nyeri abdomen,
kram, dan sakit punggung (Kusmiran, 2016). Dalam International
Journal of Collaborative Research on Internal Medicine and Public
Health (2012) menyebutkan bahwa Dysmenorrhea didefinisikan
sebagai kram atau nyeri pada saat menstruasi yang menyakitkan
berasal dari rahim).13

b. Klasifikasi
Berdasarkan jenisnya, Dysmenorrhea terdiri dari :
1) Dismenorea Primer
Dismenore primer adalah proses normal yang dialami ketika
menstruasi. Kram menstruasi primer disebabkan oleh kontraksi
otot rahim yang sangat intens, yang dimaksudkan untuk
melepaskan lapisan dinding rahim yang tidak diperlukan lagi.
Dismenore primer disebabkan oleh zat kimia alami yang
diproduksi oleh sel-sel lapisan dinding rahim yang disebut
prostaglandin. Prostaglandin akan merangsang otot otot halus
dinding rahim berkontraksi. Makin tinggi kadar prostaglandin,
kontraksi akan makin kuat, sehingga rasa nyeri yang dirasakan juga
makin kuat. Biasanya, pada hari pertama menstruasi kadar
prostaglandin sangat tinggi. Pada hari kedua dan selanjutnya,
lapisan dinding rahim akan mulai terlepas, dan kadar prostaglandin
akan menurun. Rasa sakit dan nyeri menstruasipun akan berkurang
seiring dengan makin menurunnya kadar prostaglandin.14
Gambaran klinis dismenorea primer meliputi berikut ini, yaitu:
a) Onset segera setelah menarche (=6 bulan)
9

b) Durasi biasanya 48-72 jam (sering mulai beberapa jam sebelum


atau sesaat setelah menstruasi)
c) Riwayat nyeri perut bagian bawah yang konstan, menjalar ke
punggung atau paha, kram atau nyeri laborlike.
Gejala umum yang terkait, seperti rasa tidak enak, kelelahan
(85%), mual dan muntah (89%), diare (60%), low backache (60%),
dan sakit kepala (45%), dapat terjadi pada dismenorea primer.
Pusing, gugup, dan bahkan pingsan juga terkait dengan
dismenorea.
2) Dismenorea Sekunder
Dismenore sekunder umumnya disebabkan oleh kelainan atau
gangguan pada sistem reproduksi, misalnya fibroid uterus, radang
panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik. Dismenore
sekunder dapat diatasi hanya dengan mengobati atau menangani
penyakit atau kelainan yang menyebabkannya (Sinaga, 2017).14
Gambaran klinis dismenorea sekunder, yaitu:
a) Dismenorea dimulai pada 20-an atau 30-an, setelah siklus relatif
tanpa rasa sakit sebelumnya
b) Aliran menstruasi yang berat atau perdarahan tidak teratur
c) Dismenorea terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah
menarche
d) Terdapat kelainan panggul dengan pemeriksaan fisik
e) Respon yang buruk terhadap obat anti-inflammatory nonsteroid
(NSAID) atau kontrasepsi oral (OC)
f) Infertilitas, dispareunia, dan keputihan
c. Etioligi
Etiologi dismenorea primer meliputi beberapa faktor resiko,
seperti :
1. Menarche usia dini (<12 tahun)
2. Nullipara
3. Aliran menstruasi yang berat
10

4. Merokok
5. Riwayat keluarga dismenorea
6. Obesitas.
Etiologi untuk dismenore sekunder meliputi berikut :
a) umum meliputi:
1) Endometritis
2) PID
3) Adenomeosis
4) polips pada rahim
5) submucosal fibroids
6) AKDR.
b) Khusus :
1) allen masters syndrome
2) penyakit rahim bawaan
3) penyempitan pada ruas tulang belakang bagian leher
4) asherman sindrom
5) uterus retroversi
6) kelainan baawaan pada panggul
7) kista ovarium.
d. Patofisiologi
1. Dismenorea primer
Patogenesis dismenorea primer adalah karena kelebihan atau
ketidakseimbangan dalam jumlah sekresi prostaglandin (PG) dari
endometrium saat menstruasi, prostaglandin F2a (PGF2a)
merupakan stimulan miometrium yang kuat dan vasokonstriktor
pada endometrium. Selama peluruhan endometrium, sel-sel
endometrium melepaskan PGF2a saat menstruasi dimulai. PGF2a
merangsang kontraksi miometrium, iskemia dan sensitisasi ujung
saraf.
Dismenorea terjadi karena kontraksi uterus yang
berkepanjangan dan penurunan aliran darah ke miometrium. Kadar
11

prostaglandin meningkat ditemukan di cairan endometrium


wanita dengan dismenorea dan berhubungan lurus dengan derajat
nyeri. Peningkatan prostaglandin endometrium sebanyak 3 kali
lipat terjadi dari fase folikuler ke fase luteal, dengan peningkatan
lebih lanjut yang terjadi selama menstruasi. Peningkatan
prostaglandin di endometrium setelah progesterone pada akhir fase
luteal berakibat peningkatan tonus miometrium dan kontraksi
uterus yang berlebihan. Leukotrien diketahui dapat meningkatkan
sensitivitas serat nyeri di rahim.13,15
Sejumlah besar leukotrien telah ditemukan dalam
endometrium wanita dengan dismenorea primer yang tidak
merespon baik dengan pengobatan antagonis prostaglandin.
Hormon hipofisis posterior vasopressin dapat terlibat dalam
hipersensitivitas miometrium, berkurangnya aliran darah uterus,
dan nyeri pada dismenorea primer. Peran Vasopresin dalam
endometrium mungkin terkait dengan sintesis dan pelepasan
prostaglandin. Vasokonstriksi menyebabkan iskemia dan telah
diteliti bahwa neuron nyeri tipe C dirangsang oleh metabolit
anaerob yang dihasilkan oleh endometrium iskemik dan dapat
meningkatkan sensitivitas nyeri. Telah diketahui bahwa
dismenorea primer sering berdampingan dengan kondisi sakit
lainnya, seperti dispareunia, sindrom iritasi usus dan
fibromyalgia.14
2. Dismenorea sekunder
Prostaglandin yang tinggi juga mungkin memainkan peran
dalam patogenesis dismenorea sekunder, tetapi pada dismenorea
sekunder harus terdapat patologi panggul. Sejumlah faktor yang
terlibat dalam patogenesis dismenorea sekunder, seperti:14
a) Leiomyoma (fibroid)
Leiomyoma adalah tumor jinak otot rahim yang merupakan
penyebab umum dari dismenorea. Selain rasa sakit saat
12

menstruasi, pasien mungkin mengalami menorrhagia dan


distensi abdomen. Wanita dengan fibroid rahim biasanya
memiliki dismenorea tipe spasmodik. Rasa sakit biasanya
dimulai dengan pendarahan dan berakhir tiba-tiba dengan akhir
pendarahan. Ini harus dibedakan dari dismenorea kongestif yang
terjadi dengan pada endometriosis dimana rasa sakit dimulai
sebelum pendarahan dan terus terjadi selama beberapa hari
setelah akhir perdarahan.
Banyak wanita memiliki kedua kondisi patologis tersebut
sehingga wanita yang memiliki leiomyoma tetapi memiliki
dismenorea tipe kongestif cukup sering ditemukan endometriosis
pada saat operasi. Pada leiomyoma dismenorea tidak
sepenuhnya berkurang dengan NSAID, dan selama beberapa
tahun berikutnya dismenorea dan menorrhagia menjadi lebih
parah. Pada pemeriksaan panggul dapat ditemukan massa atau
ketidakteraturan uterus. Ultrasonografi sering digunakan untuk
menentukan ukuran dan lokasi fibroid, potensi komplikasi
adalah anemia dan infertilitas.
b) Pelvic Inflammatory disease
PID adalah infeksi pada rahim dan saluran telur, dengan
atau tanpa keterlibatan ovarium atau parametrium. PID
merupakan infeksi yang berkembang selama atau segera setelah
menstruasi; jika kronis barulah dapat menyebabkan dismenorea.
Patogen penyebab paling umum adalah Chlamydia trachomatis
dan Neisseria gonorrhoeae, PID juga dapat disebabkan oleh
organisme lain, seperti Gardnerella vaginalis, anaerob, dan
batang gram negatif. Kriteria tambahan termasuk suhu oral lebih
besar dari 101 ° F (38,3 ° C), discharge mukopurulen pada
serviks atau vagina, terdapat sel-sel darah putih di mikroskop
yang berasal dari cairan vagina, peningkatan laju endap darah,
kadar protein C-reaktif tinggi.
13

c) Abses Tubo-ovarium
Abses Tubo-ovarium adalah infeksi terlokalisasi dalam
saluran tuba atau indung telur, biasanya terjadi sebagai lanjutan
dari PID. Hal ini sering polymicrobial. Pasien datang dengan
kondisi demam dan nyeri panggul yang secara bertahap
memburuk; mual, muntah, dan pendarahan vagina dapat terjadi.
abses Tubo-ovarium dapat dideteksi dengan ultrasonografi
panggul atau CT abdomen sebagai struktur kistik yang kompleks
di panggul.
d) Torsi ovarium
Torsi ovarium merupakan proses terpelintirnya struktur
adneksa, yang mengakibatkan iskemia dan akhirnya nekrosis
jika proses ini tidak segera nditangani. Dismenorea yang terjadi
siklik progresif dan nyeri panggul kronis yang tidak berkurang
dengan analgesia selama beberapa kali. Pada wanita hamil, hal
ini hampir selalu disebabkan oleh kelainan di ovarium, seperti
kista atau tumor. Torsi dapat terjadi pada kehamilan tanpa
adanya kelainan adneks. Pasien sering datang dengan nyeri
panggul unilateral atau nyeri perut bagian bawah yang bersifat
berat, intermiten, dan kolik.
e) Endometriosis
Endometriosis adalah adanya jaringan seperti endometrium
yang ditemukan di luar rahim, seperti pada ovarium. Wanita
sering datang dengan dispareunia, nyeri panggul dan nyeri
punggung. Endometriosis merupakan salah satu penyebab utama
ismenorea sekunder, dapat menyebabkan nyeri panggul dan
kemandulan, sehingga ditandai pengurangan kualitas hidup
selama usia reproduksi. Meskipun endometriosis adalah
diagnosis eksklusi, pasien dapat memberikan riwayat
dismenorea yang siklik dengan menstruasi. Perlu diingat bahwa
endometriosis dapat terjadi bersamaan dengan proses penyakit
14

lain yang menyebabkan dismenorea, sehingga membuat


diagnosis menjadi lebih sulit.
e. Faktor Risiko Dysmenorrhea
Faktor risiko dismenore antara lain usia menarche, siklus
menstruasi, lama menstruasi, riwayat keluarga, dan aktivitas
fisik.16
1) Usia Menarche
Menstruasi yang pertama kali dialami oleh remaja perempuan
disebut menarche, hal ini merupakan cirri biologis dari kematangan
seksual perempuan. Usia remaja putrid pada waktu pertama kali
mendapatkan menstruasi (menarche) bervariasi, yaitu antara 10-16
tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun, menarche biasanya terjadi
pada usia 8-13 tahun.
2) Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi adalah jarak antara masa menstruasi, yaitu
jarak dari menstruasi terakhir ke hari menstruasi berikutnya.
Sebagian besar wanita terjadi pada pertengahan usia reproduk-tif.
Umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodic setiap 28 hari,
ada pula setiap 21 hari dan 30 hari. 13 Menurut Charu (2012)
memberikan tiga kategori dalam menentukan siklus menstruasi
dalam penelitiannya. Remaja dengan interval selama 21-35 hari
dianggap memiliki siklus menstruasi normal, jika kurang dari 21
hari dianggap terlalu cepat dan jika lebih dari 35 hari dianggap
terlalu lama.17
3) Lama Menstruasi
Lama keluarnya darah saat menstruasi barvariasi. Lama
menstruasi setiap periode umumnya berlangsung sekitar 3 sampai 6
hari. Namun ada juga yang mengalami menstruasi hanya 1 sampai
2 hari dan ada pula yang selam 7 hari, ini masih dianggap normal
apabila setiap periode menstruasi memang terjadi seperti ini.
Penelitian yang dilakukan oleh kejadian dismenore paling banyak
15

dialami oleh remaja yang memiliki menstruasi 3 sampai 7 hari


yaitu sebesar 69,7%.18
4) Riwayat Keluarga
Riwayat penyakit pada keluarga ,merupakan riwayat medis
yang dimiliki oleh anggota keluarga di masa lalu. Riwayat keluarga
merupakan salah satu factor risiko terjadinya dismenore pada
remaja. Beberapa penelitian sebelumnya menujukkan hal tersebut.
Sekitar 221 responden yang mempunyai riwayat keluarga yang
mengalami dismenore 81,9% (181) diantaranya mengalami
dismenore berdasarkan riwayat keluarga.17
5) Aktivitas Fisik
Terdapat beberapa pengertian dari beberapa ahli mengenai
aktivitas fisik diantaranya menurut Almatseir, aktivitas fisik ialah
gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan system
penunjangnya.16 Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang
dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan energi. Jadi
kesimpulan dari pengertian aktifitas fisik adalah gerakan tubuh
oleh otot tubuh dan system penunjangnya yang memerlukan
pengeluaran energi. Menurut Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, aktivitas fisik dinilai cukup apabila diakukan selama 30
menit setiap hari atau 3-5 hari dalam satu minggu. Aktivitas fisik
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya dismenore. Dalam
sebuah penelitian menemukan bahwa semakin rendah aktivitas
fisik maka semakin berat derajat dismenore. Penelitian Fajaryati
(2012) mendapatkan bahwa aktivitas fisik berat terbukti
menurunkan tingkat dismenore setelah melaksanakan aktivitas
secara rutin.19
6) Tingkat Dysmenorrhea
Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada
awal menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda.
Derajat dismenore merupakan keadaan seseorang ketika
16

mengalami nyeri haid yang ditandai nyeri perut bawah ketika,


selama, dan sesudah menstruasi karena adanya kontraksi pada otot
uterus. Menurut Ivlanuaba (2001, dalam penelitian Khuluq, 2014),
Dysmenorrhea dibagi menjadi 3, yaitu:20
a) Dysmenorrhea Ringan
Berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan aktivitas
kerja sehari-hari. Dismenore ringan terdapat pada skala nyeri
dengan tingkatan 1-4.
b) Dysmenorrhea Sedang
Diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu
meninggalkan pekerjaannya. Terdapat pada skala nyeri dengan
tingkatan 5-6.
c) Dysmenorrhea Berat
Perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala;
kemeng pinggang, diare, dan rasa tertekan. Dismenore berat
terdapat pada skala nyeri tingkatan 7-10.
f. Dampak Dismenorea
Rasa nyeri dismenore memberikan dampak negative pada
kualitas hidup penderita serta status ekonomi diri sendiri penderita
dan keluarganya, terganggu aktivitas sehari-hari, ketinggalan mata
pelajaran atau kuliah, endometriosis, gangguan psikologis. 21
Dismenore ini memang tidak terlalu berbahaya tetapi selalu dialami
oleh penderita tiap bulannya, sehingga merupakan penderitaan
tersendiri bagi yang mengalaminya. Sebaiknya hal ini tidak boleh
dibiarkan karena kondisi ini merupakan salah satu penyebab gejala
endometriosis, dimana hal ini dapat menurunkan kesehatan, kualitas
hidup, dan kesuburan perempuan tersebut secara signifikan.22
g. Diagnosa
Tidak ada tes khusus untuk diagnosis dismenorea primer. Studi
laboratorium berikut dapat dilakukan untuk mengidentifikasi atau
menyingkirkan penyebab organik dismenorea sekunder:
17

1) Hitung darah lengkap dengan diferensial untuk mencari bukti


infeksi atau proses neoplastik
2) Kultur Gonokokal dan klamidia, enzim immunoassay, dan
penyelidikan DNA untuk mengesampingkan infeksi menular
seksual dan penyakit radang panggul
3) Tingkat chorionic gonadotropin kuantitatif (hormon HCG)
manusia untuk mengesampingkan kehamilan ektopik
4) Laju endap darah untuk subakut salpingitis
5) Urinalisis untuk mengesampingkan infeksi saluran kemih
6) Pemeriksaan kanker antigen 125 (CA-125)
Jika dicurigai terdapat patologi pelvis, studi pencitraan berikut
dapat dipertimbangkan: Ultrasonografi relatif noninvasif, dapat
dengan mudah dilakukan di departemen darurat (UGD), dan dapat
mengetahui patologi pelvis yang paling relevan. Seperti,
endometriosis mungkin muncul sebagai massa kompleks dengan
penampilan berbintik. Ultrasonografi panggul diindikasikan untuk
mengevaluasi adanya kehamilan ektopik, kista ovarium, fibroid, dan
alat kontrasepsi intrauterine (IUCDs). Hal ini sangat sensitif untuk
mendeteksi massa panggul. Histerosalpingografi digunakan untuk
mengesampingkan polip endometrium, leiomioma, dan kelainan
bawaan rahim. Pielografi intravena diindikasikan jika terdapat
uterine malformation sebagai penyebab atau faktor untuk
dismenorea.

h. Komplikasi
Dismenore primer bukanlah persoalan yang mengancam nyawa
penderitanya. Dismenore apabila dibiarkan, maka akan menimbulkan
terganggunya aktivitas sehari-hari. Menurut Martini, Mulyati, &
Fratidhina (2014:135-140) dismenore primer dapat menimbulkan
beberapa gejala seperti Nyeri pada perut bagian bawah, Mual,
18

Muntah, Diare, Cemas, Depresi, Pusing dan nyeri kepala, letih-lesu,


bahkan sampai pingsan. Meskipun dismenore primer tidak
mengancam nyawa tetapi bukan berarti dibiarkan begitu saja.
Dismenore primer yang dibiarkan tanpa penanganan akan
menimbulkan gejala yang merugikan bagi penderitanya. Dismenore
primer tanpa penanganan dapat menyebabkan depresi, infertilitas,
gangguan fungsi seksual, penurunan kualitas hidup akibat tidak bisa
menjalankan aktivitas seperti biasanya, dapat memicu kenaikan angka
kematian. Dismenore primer akan menurunkan kualitas hidup
penderitanya dan akan sangat merugikan penderita dismenore
tersebut apabila dibiarkan.
i. Tatalaksana umum disminorea
1. Farmakologi
Farmakoterapi adalah pengobatan yang paling dapat
diandalkan dan efektif untuk menghilangkan dismenorea. Pilihan
terapi lini pertama bagi wanita dengan dismenorea primer adalah
NSAID sedangkan dismenorea sekunder, strategi pengobatan harus
didasarkan pada penyakit yang mendasari, meskipun beberapa
strategi pengobatan yang digunakan untuk dismenorea primer juga
mungkin memiliki beberapa manfaat terhadap patologi organik.
a) Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs
Obat-obat ini bekerja dengan cara menghambat produksi
dan pelepasan prostaglandin. NSAID yang telah disetujui oleh
FDA untuk pengobatan dismenorea, seperti diklofenak,
ibuprofen, ketoprofen, meclofenamate, asam mefenamat,
naproxen. Sedangkan NSAID dan analgesik lainnya yang telah
digunakan adalah aspirin,acetaminofen, COX-2 inhibitor,
narkotika, montelukast.
b) Kontrasepsi Oral
Kontrasepsi oral adalah terapi pilihan kedua untuk sebagian
besar pasien. Kontrasepsi oral mencegah nyeri haid melalui
19

mekanisme yang berbeda dari NSAID. Dengan mencegah


ovulasi, kontrasepsi oral dapat menekan proliferasi progesteron
dari endometrium sekretori, mengakibatkan penurunan
volume cairan dan sintesis. prostaglandin. Secara umum,
diperlukan waktu hingga tiga siklus haid agar dismenorea terasa
berkurang. Meskipun tidak disetujui oleh FDA untuk mengobati
dismenorea, kontrasepsi oral berikut juga dapat digunakan:
Kontrasepsi oral kombinasi (misalnya, etinil estradiol dengan
progestin atau drospirenone)
1) Levonorgestrel intrauterine device
2) Depot medroxyprogesterone acetate
2. Non farmakologi
Langkah-langkah pencegahan untuk manajemen rawat jalan
dismenorea meliputi berikut ini:
a) Modifikasi gaya hidup/ hidup sehat
b) Berhenti merokok
c) Kompres hangat atau dingin pada daerah yang nyeeri
d) Dan olahraga
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Berdasarkan data subjektif pada kasus Nn. E Usia 17 tahun , datang


ke Puskesmas tanggal 24 Agustus 2022 secara mandiri dengan keluhan
perut mulas dan sakit sejak tadi pagi karena sedang datang bulan. Menurut
teori, Dismenorea ditandai dengan nyeri panggul kram dimulai sesaat
sebelum atau pada awal menstruasi dan berlangsung 1-3 hari. Sekitar 2-4
hari sebelum menstruasi dimulai1. Dilihat dari identitas, nona E berusia 18
tahun dan masih kuliah. Hal ini dapat memicu peningkatan stresor
sehingga merupakan salah satu faktor terjadinya dismenorea 9. Nn. E
mengaku bahwa dia susah makan sayur, tidak suka ngemil, dan suka
begadang karena mengerjakan tugas. Selain itu, Nn. E mengatakan sehari
makan sebanyak 2 kali, dan terkadang hanya 1 kali. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Nastaran Najafi Abstract, dkk mengimplikasikan bahwa
pola makan, yang ditandai dengan konsumsi gula yang tinggi, snack asin,
manisan dan makanan penutup, teh dan kopi, garam, jus buah dan lemak
tambahan (diberi label pola “snack”), dikaitkan dengan peningkatan risiko
dismenorea di kalangan wanita muda10. Sedangkan sayur merupakan
makanan yang banyak mengandung sumber zat besi. Hasil penelitian yang
dilakukan Nur Masruroh dan Nur Aini Fitri menyimpulkan bahwa semakin
tinggi asupan Fe (zat Besi), maka semakin rendah kejadian dismenorea
yang dirasakan. Diharapkan remaja putri dapat mencegah dan mengurangi
nyeri dengan mengkonsumsi makanan sumber Fe (zat Besi)11.
Nn. E mengatakan ini haid hari pertama dan baru kali ini merasakan
nyeri yang seperti ini. Sesuai dengan teori ini termasuk dismenorea primer
yaitu Dismenore primer hampir selalu terjadi saat siklus ovulasi (ovulatory
cycles) dan biasanya muncul dalam setahun setelah haid pertama. Pada
dismenore primer klasik, nyeri dimulai bersamaan dengan onset haid atau
hanya sesaat sebelum haid dan bertahan atau menetap selama 1 – 2 hari.

20
21

Nyeri dideskripsikan sebagai spasmodik dan menyebar ke bagian


belakang (punggung) atau paha atas atau tengah.
Selain itu pada pengkajian data objektif yang melalui hasil
pemeriksaan fisik keadaan umum didapatkan bahwa kesadaran
composmentis, TD : 110/80 mmHg, nadi 84 x/menit, suhu tubuh : 36,5ºC.
BB : 44 kg dan TB :154 cm, BMI: 18,55 dan LiLA : 22 cm. Salah satu
indikator yang digunakan untuk melihat status gizi dengan cara mengukur
lingkar lengan atas. Normalnya LiLA pada remaja putri adalah > 23,5 cm.
Remaja dengan Lila < 23,5 cm dikatakan kurang energi kronik (KEK).
Kekurangan energi kronis (KEK) adalah masalah gizi yang disebabkan
karena kekurangan asupan makanan dalam waktu yang cukup lama,
hitungan tahun. Kondisi kurang energi kronik (KEK) biasanya terjadi pada
wanita usia subur yaitu wanita yang berusia 15-45 tahun 12. Saat abdomen
ditekan terdapat nyeri tekan, wajah terlihat pucat karena menahan sakit.
Genetalia luar : Pengeluaran : Darah merah agak bergumpal. Sesuai
dengan teori Kram, nyeri dan ketidaknyamanan lainnya yang dihubungkan
dengan menstruasi disebut juga dengan dismenore dan kebanyakan wanita
mengalami tingkat kram yang bervariasi (Aspiani, 2017). Dismenore atau
nyeri haid merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Istilah
dismenore biasa dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat. Dalam kondisi
ini, penderita harus mengobati nyeri tersebut dengan analgesik atau
memeriksakan diri ke dokter dan mendapatkan penanganan, perawatan,
atau pengobatan yang tepat.
Nn E terlihat gelisah dan menangis karena kesakitan sesuai dengan
teori Aspiani, 2017 kadar hormon prostaglandin yang terlalu banyak akan
merangsang miometrium sehingga terjadinya peningkatan kontraksi uterus.
Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini
mengakibatkan terjadinya iskemia (penurunan sumplai darah). Kadar
prostaglandin yang meningkat ditemukan di cairan endometrium
perempuan dengan dismenore berhubungan erat dengan derajat nyeri yang
22

dirasakan serta dapat dibangkitkan atau diperberat oleh keadaan psikis


penderita.
B. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang telah diperoleh pada
kasus ini dapat ditegakkan bahwa ibu mengalami dismenorea sedang.
Diagnosa : Nn. E usia 17 tahun dengan dismenorea
Diagnosa Dismenorea Primer
Potensial
Masalah : Pasien merasakan Terasa kram perut bagian bawah, nyeri
menyebar ke pinggang, nafsu makan berkurang, sebagian
aktivitas terganggu dan sulit berkonsentrasi
Kebutuhan : KIE manajemen nyeri, pemberian obat antiinflamasi, KIE
mengenai dismenorea

C. Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa Nn. E mengalami gangguan
menstruasi yang disebut dengan dismenorea. Dismenorea ditandai
dengan nyeri panggul kram dimulai sesaat sebelum atau pada awal
menstruasi dan berlangsung 1-3 hari. Sekitar 2-4 hari sebelum
menstruasi dimulai, prostaglandin melanjutkan ke otot rahim di mana
prostaglandin diproses dengan cepat di awal menstruasi dan bertindak
sebagai kontraktor otot halus yang membantu dalam peluruhan
endometrium1.
23

2. Memberikan KIE mengenai cara mengurangi nyeri pada perut dengan


kompres panas atau dingin. Kompres hangat menyebabkan
vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah).
3. Memberikan KIE mengenai kebutuhan nutrisi. Ada beberapa
komponen nutrisi yang sangat penting untuk dipenuhi selama masa
remaja, mulai dari protein, karbohidrat, vitamin, mineral, hingga serat.
Dalam sehari, kebutuhan gizi tersebut harus didapatkan sesuai anjuran.
Remaja putri membutuhkan sekitar 2.200 - 2.500 kalori per harinya.
Selain untuk memberikan energi, kalori dan nutrisi tersebut juga
dibutuhkan untuk pembentukan otot, tulang, hingga perkembangan
otak agar ia bisa tumbuh maksimal dari segi fisik maupun kemampuan
belajar. Berikut ini beberapa jenis nutrisi yang penting untuk remaja12:
a. Protein
Protein adalah nutrisi yang berperan dalam proses pertumbuhan
tulang dan otot hingga maturasi seksual pada remaja. Sehingga, jika
kebutuhannya tidak terpenuhi, akan terjadi gangguan pada kedua
proses penting tersebut.Kebutuhan protein untuk anak remaja bisa
berbeda, tergantung dari usia dan jenis kelaminnya. Untuk remaja
laki-laki, berikut ini kebutuhan proteinnya sesuai usia.
b. Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber energi utama untuk tubuh. Energi ini
tidak hanya digunakan untuk melakukan pergerakan fisik, tapi juga
berkonsenterasi di sekolah dan berpikir saat belajar.Remaja
dianjurkan untuk mendapatkan 50% atau lebih energinya dari
karbohidrat. Namun, hanya 10-25% nya yang disarankan didapatkan
dari karbohidrat sederhana seperti nasi putih. Sisanya, sebaiknya
didapatkan dari karbohidrat kompleks yang ada pada nasi merah,
gandum, ataupun umbi-umbian.
c. Lemak
Selama ini, lemak punya reputasi buruk karena dianggap hanya
akan membuat tubuh menjadi gemuk. Padahal dalam jumlah yang
24

cukup, komponen yang satu ini penting untuk pertumbuhan dan


perkembangan yang normal.Konsumsi lemak dianjurkan tidak
melebihi 30% dari total energi dan tidak lebih dari 10% nya berasal
dari lemak jenuh. Lemak jenuh adalah lemak “jahat” yang dalam
jumlah berlebih bisa menyebabkan kegemukan dan menumpuk serta
menyumbat di pembuluh darah, sehingga meningkatkan risiko
terjadinya penyakit jantung.Contoh makanan yang mengandung
lemak jenuh antara lain adalah ayam goreng cepat saji, mentega,
daging berlemak, es krim, donat, dan makanan sejenisnya yang lain.
d. Vitamin
Pada remaja, ada beberapa jenis vitamin yang penting untuk
dicukupi kebutuhannya, yaitu:
1) Vitamin A. Vitamin ini penting untuk penglihatan, pertumbuhan,
reproduksi, dan sistem pertahanan tubuh atau imunitas.
2) Vitamin C. Penting untuk percepatan pertumbuhan dan
perkembangan karena berperan dalam pembentukan kolagen.
3) Vitamin E. Sebagai sumber antioksidan yang penting selama
masa pertumbuhan.
4) Folat. Kekurangan folat bisa menyebabkan terjadinya anemia
megaloblastik.
e. Mineral
Kebutuhan mineral, terutama kalsium meningkat drastis pada
remaja karena pada masa inilah pertumbuhan tulang terjadi secara
pesat. Angka kecukupan kalsium untuk remaja adalah 1.300 mg per
hari dan bisa didapatkan dari susu, keju, maupun yogurt. Saat ini juga
terdapat banyak makanan dan minuman yang sudah diperkaya dengan
kalsium.Selain kalsium, mineral lain seperti zat besi dan zinc juga
sangat penting selama masa pertumbuhan. Baik remaja laki-laki
maupun perempuan membutuhkan lebih banyak zat besi karena
massa otot dan volume darah yang terus bertambah. Pada remaja laki-
25

laki zat besi yang dibutuhkan adalah 10-12 mg/hari, sedangkan


remaja perempuan memerlukam 15 mg/hari.
f. Serat
Serat penting dikonsumsi untuk menjaga fungsi organ
pencernaan dan menurunkan risiko seseorang terkena penyakit kronis
seperti kanker, penyakit jantung koroner, dan diabetes melitus tipe 2.
Alasan gizi remaja penting untuk dipenuhi. Saat memasuki usia
remaja, kebutuhan nutrisi di tubuh memang meningkat. Sebab pada
masa inilah, pertumbuhan terjadi secara pesat sehingga tubuh
memerlukan lebih banyak “bahan bakar” untuk bisa menjalankan
fungsinya dengan sempurna.Selama usia remaja, sekitar 15-20% dari
total tinggi badan dewasa dan 20-25% dari total berat badan dewasa,
akan tercapai. Di usia ini, 45% penambahan massa tulang atau
kepadatan tulang juga akan tercapai.
4. KIE untuk olahraga secara teratur Saat berolahraga, tubuh akan
melepaskan hormon endorfin yang berperan sebagai pereda nyeri
alami. Hormon ini dapat mengurangi nyeri haid yang muncul. Berikut
ini adalah beberapa pilihan olahraga untuk mengurangi nyeri haid
yang dapat Anda coba lakukan:

a) Jalan santai

Olahraga ringan, seperti jalan santai, terbukti dapat


meringankan keluhan yang muncul saat menstruasi, misalnya
nyeri atau kram perut, sakit kepala, perut kembung, dan nyeri
payudara. Untuk mendapatkan manfaat tersebut, luangkanlah
waktu setidaknya 30 menit setiap hari untuk melakukan jalan
santai.

b) Berenang
26

Ada mitos yang menyebutkan bahwa wanita tidak boleh


berenang saat haid, padahal mitos tersebut tidak terbukti benar.
Nyatanya, berenang saat haid termasuk aman jika Anda
menggunakan produk menstruasi yang tepat, seperti tampon atau
menstrual cup. Berenang merupakan salah satu jenis olahraga
yang dapat mengurangi kram dan kelelahan selama haid. Durasi
renang yang dianjurkan adalah sekitar 10–30 menit sebanyak 2–
5 kali seminggu.

c) Bersepeda

Bersepeda termasuk olahraga aerobik ringan yang baik untuk


mengurangi nyeri haid. Jika rutin dilakukan, bersepeda akan
membuat aliran darah lebih lancar dan membuat Anda lebih
rileks, sehingga nyeri saat haid pun akan berkurang. Jika belum
terbiasa, Anda bisa memulainya dengan bersepeda selama 15–20
menit, lalu tingkatkan secara perlahan hingga sekitar 30 menit
setiap harinya.

d) Yoga

Yoga merupakan jenis olahraga ringan yang dapat membuat


tubuh lebih rileks, menenangkan pikiran, serta mengurangi
keluhan nyeri haid. Olahraga yang praktis dan bisa dilakukan di
rumah ini terbukti efektif untuk mengurangi gejala nyeri dan stres
pada wanita saat haid.

e) Pilates

Gerakan dalam pilates baik untuk melancarkan aliran darah,


meregangkan otot, dan meningkatkan hormon endorfin yang dapat
27

mengurangi nyeri saat haid. Tak hanya itu, olahraga ini pun baik
untuk memperkuat otot dan sendi serta meringankan nyeri
punggung.
5.Memberikan obat pereda nyeri
Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti asam
mefenamat, untuk meredakan nyeri haid. Selain obat pereda nyeri,
dokter dapat meresepkan pil KB untuk mengurangi ketebalan lapisan
dalam dinding rahim, sehingga otot rahim tidak perlu berkontraksi
secara berlebihan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif, diperoleh suatu


diagnosa bahwa Nn. E usia 17 tahun mengalami gangguan menstruasi berupa
dismenorea.
2. Perencanaan tindakan dilakukan sesuai dengan diagnose yang ditegakkan.
Perencanaan tindakan yang dilakukan yaitu Memberitahu hasil pemeriksaan ,
Memberikan KIE mengenai cara mengurangi nyeri pada perut dengan
kompres panas atau dingin, Memberikan KIE mengenai kebutuhan nutrisi,
KIE untuk olahraga secara teratur, memberikan obat antiinflamsi
3. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan. Nn. E.
Orangtua dan Nn. E akan melakukan anjuran yang telah diberikan oleh
dokter Puskesmas.

B. Saran
a. Bagi Puskesmas Imogiri 1 Bantul
Bidan telah melakukan asuhan kebidanan pada remaja dengan
dismenorea sesuai SOP dan wewenang bidan. Bidan diharapkan dapat
mempertahankan kualitas pelayanan yang diberikan.
b. Bagi Mahasiswa Kebidanan
Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan pengetahuan tatalaksana kasus
remaja dengan dismenorea dalam memberikan asuhan kebidanan

28
DAFTAR PUSTAKA

1. De Sanctis V. et al. (2016). Primary dysmenorrhea in adolescents: Prevalence,


impact and recent knowledge. Pediatric Endocrinology Reviews,
13(2):512–520.
2. Bernardi, M., Lazzeri, L., Perelli, F., Reis, F. M., & Petraglia, F. (2017).
Dysmenorrhea and related disorders. F1000Research, 6, 1645.
https://doi.org/10.12688/f1000research.11682.1
3. Apriyanti, F., E. Harmia dan R. Andriyani. 2018. Hubungan Status Gizi dan
Usia Menarch dengan Kejadian Nyeri haid pada Remaja Putri di SMAN 1
Bangkiang Kota Tahun 2018. Jurnal Maternitas Kebidanan, Vol 3(2) : 49-
58.tersediadalamhttp://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/Jumkep/article/
view/274diakses pada tanggal 27 Agustus 2022
4. Alatas & Larasati. (2016). Dismenore Primer dan Faktor Risiko Dismenore
Primer pada Remaja. Jurnal Ilmiah Kesehatan: 79–84. Diakses 27
Agustus 2022
5. Armour, M., Parry, K., Manohar, N., Holmes, K., Ferfolja, T., Curry, C.,
Macmillan, F., et al. (2019) “The Prevalence and Academic Impact of
Dysmenorrhea in 21,573 Young Women: A Systematic Review and
MetaAnalysis,” Journal of Women’s Health, 28(8), hal. 1161–1171. doi:
10.1089/jwh.2018.7615
6. Barcikowska,Z.,Rajkowska-Labon,E., Grzybowska, M. E., Hansdorfer-Korzon,
R., & Zorena, K. (2020). Inflammatory Markers in Dysmenorrhea and
Therapeutic Options. Int. J. Environ. Res. Public Health, 14.
http://files/150/Barcikowska et al. - 2020 - Inflammatory Markers in
Dysmenorrhea and Therapeut.pdf
7. Mirbagher, N. Aghajani, M. (2016). Comparing The Effect Of Pure And
Impure Honey On Severity Of Pain, Amount Of Bleeding, And Duration
And Interval Of Menstrual Cycles In Female Students With

29
30

Primary Dysmenorrheal. Journal Department Of Nursing. Kashan


University Of Medical Sciences, Kashan. Iran
8. Dahlan, A., & Syahminan, T. (2016). Pengaruh Terapi Kompres Hangat
Terhadap Nyeri Hadi (Dysmenirrhea) pada Siswi SMK Perbankan
Simpang Haru Padang. Jurnal IPTEKS Terapan, 10 (2), 141-147.
9. Nida dan Sari, 2016. Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Terhadap
Penurunan Nyeri Dismenore Pada Siswi Kelas Xi Smk Muhammadiyah
Watukelir Sukoharjo (The Influence Of Warm Compress Decrease In
Dismenorhea Eleventh Grade Students Of Smk Muhammadiyah
Watukelir Sukoharjo). Kebidanan dan Kesehatan Tradisional, 1(2).
10. World Health Organization. Factsheets Dysmenhorea. Published online 2012.
http://www.emro.who.int/emhj-volume-18-2012/issue-4/article-07.html
11. Manuaba IBG. Konsep Obstretri & Gynekologi Sosial Indonesia. EGC; 2010.
12. Anurogo,D.& Wulandari A. Cara Jitu Mengatasi NyeriHaid. ANDI
Yogyakarta; 2011.
13. Kusmiran E. Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Salemba Medika;
2016.
14. Sinaga,E.et al. (2017) Manajemen Kesehatan Menstruasi. Jakarta: Universitas
NasionalIWWASHGlobalOne.Availableat:http://ppi.unas.ac.id/wpcontent
/uploads/2017/06/
15. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61
Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi. Published 2014.
http://depkes.go.id/uploads/produk_hukum/PP No. 61 Th 2014 ttg
Kesehatan Reproduksi.pdf
16. Abdul, K. 2016. Kejadian Dismenore berdasarkan Karakteristik Orang dan
Waktu serta Dampaknya Pada Remaja Putri SMA dan Sederajat di
Jakarta Barat tahun 2015. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
17. Charu, M. 2012. Occupational stress and eats impact on QWL with specific
reference to hotel industry. Maharaja Agrasen Institute of Management
Studies, 5 (9:50-54)
31

18. Cicilia. 2013. Hubungan Dismenore dengan Aktivitas Remaja Putri di SMA
Kristen 1 Tomohon. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado: E-joernal Keperawatan
Vol. 1 No. diakses tanggal 31 Desember 2018.
https://media.neliti.com/media/publicasion/111363-ID-
hubungandismenore-dengan-aktiivitas-bela.pdf.
19. Fajaryati, N. 2012. Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Dismenore Primer
Remaja Putri di SMP N 2 Mirit Kebumen. Diakses pada tanggal
2Januari2019.http://ejournal.akbidpurworejo.ac.id/index.php/jkk4/article/
view/62
20. Khuluk, M.H. 2014. Tingkat Kecemasan dan Derajat Dismenorea Pada Atlit
Putri Pomnas XIII DIY Tahun 2013. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.
21. Khotimah, H & Kimantoro. (2014). Pengetahuan Remaja Putri tentang
Menstruasi dengan Sikap Menghadapi Dismenore Kelas XI di SMA
Muhammadiyah 7 Yogyakarta. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia.
Vol. 2, No. 3, 136-140 diakses pada tanggal 26 Agustus 2022
22. Anwar, I. 2015. Nyeri Haid Endrolin, Terapi Hormonal Atasa Endometrium.
Suara Karya Online. Diakses pada tanggal 23 April 2018.
LAMPIRAN LAPORAN KOMPREHENSIF

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
Jalan Mangkuyudan MJ III/304 Yogyakarta 55143 Telp (0274) 374331

ASUHAN KEBIDANAN PADA NN. E USIA 18 TAHUN DENGAN


DISMENOREA DI PUSKESMAS TEMON II

Hari, Tanggal : Rabu , 24 Agustus 2022


Jam : 09.00 WIB

S (SUBJEKTIF)
1. Identitas
Pasien
Nama Nn. E
Umur 18 tahun
Agama Islam
Pendidikan PT
Pekerjaan Mahasiswa
Alamat Macanan RT20 .RW 10 Glagah ,Temon
2. Data Subjektif
a. Keluhan Utama :
Nn. E mengatakan nyeri pada perut bagian bawah.
b. Riwayat Menstruasi
Usia Menarch 12 tahun, Lama 5-7 hari, siklus 28-29 hari, teratur,
tidak ada keputihan, mengalami dismenore. Ganti pembalut
3-4x/hari.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang dan lalu
Nn. E mengatakan sering merasakan pusing. Nn. E tidak sedang
menderita batuk atau pilek, pusing, demam tinggi, diare dan
penyakit seperti asma, TBC, DBD, Malaria, Typus, jantung,
hepatitis B dan HIV.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Nn. E mengatakan saat ini keluarga tidak ada yang menderita batuk
atau pilek, pusing, demam tinggi, diare, dan riwayat penyakit
hipertensi, asma, jantung, DBD, Malaria, Typus, jantung, hepatitis
B dan HIV.
e. Pola Personal Hygiene
Nn. E mengatakan mandi 2 kali sehari. Keramas 2 hari sekali.
Menggosok gigi 2 kali/hari. Nn. E mengatakan membersihkan
daerah genetalia dari arah depan kearah belakang.
f. Pola pemenuhan Nutrisi
Makan Minum
Frekuensi 2-3 x/hari 6-7x/hari
Porsi Sedang, dengan porsi Gelas sedang
nasi kurang lebih 1
centong dan lauk.
Macam Nasi, lauk (tempe, Air putih, susu, teh.
tahu, telur, ayam),
tidak suka
mengkonssumsi sayur
Keluhan Akhir- akhir ini sering Nn. E mengatakan
pusing dibagian kepala tidak sempat minum
air putih..
Cemilan Jarang ngemil. Tapi terkadang suka makan
chiki
Nn. E tidak pernah mengkonsumsi tablet tambah darah

g. Pola Eliminasi
BAB BAK
Frekuensi 2-3 hari sekali 5-6x/hari
Tekstur Keras Cair
Warna Kecoklatan Kuning jernih
Keluhan Sembelit Tidak ada keluhan

h. Pola Aktivitas dan Istirahat


- Nn.E mengatakan tidak pernah bepergian ke luar kota dan tidak
pernah kontak dengan orang yang habis bepergian. Nn. E
mengatakan aktivias sehari-hari yaitu kuliah dari jam 08.00
sampai selesai.
- Nn. E mengatakan tidur siang jarang tidur siang karena
mengerakan tuagas dan kuliah. Tidur malam terkadang hanya
3-5 jam.
i. Keadaan Rumah
- Bangunan rumah : milik orangtua
- Tembok : Batu bata dan semen
- Lantai : Keramik
- Ternit : ada
- Genteng : tanah liat
- Sumber Mata air : Sumur
- Kepemilikan WC : milik sendiri
- Jenis WC : Leher angsa
- Jarak sumber air dengan WC : 4 m
- Hewan peliharaan : Tidak ada
O (OBJEKTIF)
a. Keadaan Umum : baik, namun sedikit pucat
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda-Tanda Vital :
- Tekanan darah : 98/74 mmHg
- Nadi : 84x/menit
- Respirasi : 18x/menit
- Suhu : 36,5oC
d. Pemeriksaan Antropometri
- BB : 44 kg
- TB : 154 cm
- Lila : 22 cm
- IMT : 18,55 kg/m2 (termasuk kategori kurus)
e. Pemeriksaan Fisik
- Kepala : rambut hitam, lurus, dan bersih
- Muka : sedikit pucat
- Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih
- Hidung : bersih tidak ada sumbatan
- Mulut : bersih, gusi pucat, lidah bersih, gigi tidak berlubang.
- Telinga : simetris, tidak ada serumen
- Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan
kelenjar limfe.
- Abdomen : tidak ada massa/benjolan, tidak kembung, terdapat
nyeri tekan
- Ekstermitas: tidak ada oedema dan tidak ada varices.
- Genetalia eksternal : terdapat pengeluaran darah sedikit
menggumpal
A (ANALISIS)
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa : Nn. E usia 18 tahun dengan dismenorea
Masalah : Pasien merasakan nyeri diperut bagian bawah
Kebutuhan : KIE manajemen nyeri, pemberian obat antiinflamasi
Diagnosa potensial : Tidak ada
P (PENATALAKSANAAN)
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa Nn. E mengalami gangguan
menstruasi yang disebut dengan dismenoreae.
Pasien mengerti tentang kondisinya
2. Memberikan KIE mengenai cara mengurangi nyeri pada perut
dengan kompres panas atau dingin.
Pasien mengerti dan dapat mengulanginya
3. Memberikan KIE mengenai kebutuhan nutrisi
Pasien mengerti dan berusaha untuk memperbaiki pola makannya
4. KIE untuk olahraga secara teratur
Pasien akan berusaha untuk melakukan olahraga
5. Memberikan obat pereda nyeri berupa asm mefenamat, vitamin B
complex serta SF.
Pasien akan berusaha untuk meminumnya dengan teratur

Anda mungkin juga menyukai