Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA KEHAMILAN


Ny.A G3P2 A0 USIA KEHAMILAN 19 MINGGU DENGAN KONSTIPASI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CERME GRESIK

Disusun Oleh :

MELISA PUTRI PERMATASARI


NIM. P27824621033

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PENDERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Asuhan Kebidanan Holistik Pada Kehamilan ini dilaksanakan sebagai
dokumen/laporan praktik Blok 3 yang telah dilaksanakan di Puskesmas Cerme
Kabupaten Gresik periode praktik tanggal 3Januari s/d 22 Januari 2022

Surabaya, 8 Januari 2022

Melisa Putri Permatasari


P27824621033

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan 1 Pembimbing Pendidikan 2

. dr. Eningsih Fitriani Kharisma Kusumaningtyas, M. Keb Tatarini Ika Pipitcahyani, SST., M. Kes
NIP. 198302172014122002 NIP. 198006212002122001 NIP. 196702061990032003

Mengetahui
Kepala Puskesmas Ketua Program Studi

dr. Eningsih Fitriani Evi Pratami, SST., M.Keb


NIP. 198302172014122002 NIP. 197905242002122 001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-Nya

penulis dapat menyelesaikan Laporan Individu yang berjudul “Praktik Asuhan

Kebidanan Holistik Pada Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Cerme

Kabupaten Gresik”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

tugas blok 3 (kehamilan) pada Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes

Surabaya.

Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk

dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Evi Pratami, SST., M. Keb. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya.

2. dr. Eningsih Fitriani, selaku Kepala Puskesmas Cerme Kabupaten Gresik

3. Ibu Nurul Napi’ah, SST. Keb. selaku Bidan Koordinator Puskesmas Cerme

Kabupaten Gresik dan pembimbing praktik lapangan yang telah memberi

arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.

4. Ibu Kharisma Kusumaningtyas, M. Keb.selaku pembimbing pendidikan 1

yang telahmemberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan

ini.

5. Ibu Tatarini Ika Pipitcahyani, SST. M. Kes, , selaku pembimbing pendidikan

2 yang telahmemberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun

laporan ini.

ii
6. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan

laporan ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga Allah SWT memberikan

balasan pahala atas segala amal baik yang telah diberikan. Semoga laporan ini

dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Surabaya, 8 Januari 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktik ................................................................................................... 2
1.3 Lama Praktik ..................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN TEORI .................................................................................. 3
2.1 Konsep Dasar Kehamilan.................................................................................. 3
2.2 Konsep Dasar Kehamilan Trimester II ............................................................. 8
2.3 Konsep Dasar Konstipasi Pada Ibu Hamil ...................................................... 17
2.4 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Kehamilan ................................................ 22
BAB 3 TINJAUAN KASUS................................................................................ 35
3.1 Data Subjektif.................................................................................................. 37
3.2 Data Objektif ................................................................................................... 40
3.3 Analisa Data .................................................................................................... 41
3.4 Penatalaksanaan .............................................................................................. 41
3.5 Catatan Perkembangan .................................................................................... 42
BAB 4 PEMBAHASAN ...................................................................................... 43
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 46
LAMPIRAN ......................................................................................................... 48

iv
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan merupakan periode sembilan bulan atau lebih yang dilewati
seorang ibu hamil yang nantinya akan menjalani proses persalinan (Saifuddin, 2014).
Setiap kehamilan tidak akan selalu berjalan dengan normal ataupun tanpa keluhan.
Kehamilan trimester II dimulai pada umur kehamilan 13-28 minggu.
Ketidaknyamanan yang sering muncul pada kehamilan trimester II seperti nyeri
punggung, susah bernafas, gangguan tidur, sering kencing, kontraksi perut,
pergelangan kaki membengkak, kram pada kaki, rasa cemas dan konstipasi (Dheska,
Sri, 2018). Salah satu yang sering dirasakan ibu hamil trimester II adalah konstipasi.
Konstipasi ini terjadi karna adanya tekanan pada pembulu darah di bagian bawah
tubuh akibat membesarnya rahim seiring dengan bertambahnya usia kehamilan
(Elisabeth, S.W, 2015). Konstipasi memerlukan perhatian khusus dengan melakukan
asuhan komperehensif.
Menurut penelitian Buysra Hanim tahun (2019) menunjukkan bahwa
konstipasi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki disebabkan
oleh konsumsi tablet Fe sebanyak 71 orang (74%), pola makan beresiko sebanyak
71 orang (74%), posisi jongkok saat BAB sebanyak 40 orang (42%), aktifitas
fisik atau olahraga sebanyak 46 orang (48%), dan kebiasaan menunda keinginan
BAB sebanyak 50 orang (52%). Dalam kehamilan10-40% wanita hamil pernah
mengalami konstipasi. 29,6% wanita hamil mengalami konstipasi pada trimester
pertama, 19% pada trimester kedua, dan 21,8% pada trimester ketiga (Ardhiyanti,
2017).
Kehamilan merupakan salah satu faktor penyebab sistemik untuk terjadinya
konstipasi atau susah buang air besar. Keluhan yang paling umum adalah mengejan
terlalu kuat, tinja yang keras dan rasa pengeluaran tinja yang tidak komplit. Resiko
konstipasi pada wanita hamil semakin besar jika sudah mempunyai riwayat
konstipasi sebelumnya dan riwayat konsumsi suplemen besi. Prevalensi konstipasi
hampir sama antara trimester pertama, kedua dan ketiga selama kehamilan. Ibu

1
2

hamil yang mengalami konstipasi jika tidak segera ditangani akan


menyebabkan menurunkan daya tahan tubuh sehigga bisa mempengaruhi
psikologis ibu dalam kehamilannya serta akan menyebabkan hemorid pada ibu
hamil. Upaya untuk mengatasi konstipasi tersebut memberikan informasi dan
melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan mengubah gaya hidup
lebih sehat yaitu merubah pola makan dengan makan makanan yang berserat,
memperbanyak mengkonsumsi cairan dan olahraga ringan. Demi menjaga ,dan
meningkatkan kesehatan ibu dan anak serta menguranggi angka kematian ibu dan
anak.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan kebidanan secara holistik kepada ibu hamil
trimester II dengan konstipasi dengan pendekatan manajemen kebidanan dan
dokumentasi SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengklasifikasikan tahap kehamilan klien.
2. Melakukan deteksi dini pada ibu hamil trimester II.
3. Mengidentifikasi ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester II.
4. Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada ibu hamil trimester II.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktik dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Cerme Gresik pada
tanggal 3 Januari 2022 sampai dengan 24 Maret 2022.
3

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Kehamilan


2.1.1 Pengertian
Kehamilan adalah fertilitasi atau penyatuan dari spermatozoa dari ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Sarwono Prawirohardjo, 2010 :
213). Kehamilan adalah dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir (Prawirohardjo, 2014). Kehamilan adalah dimulai dari
konsepsi (penyatuan spermatozoa dan ovum) kemudian dilanjutkan dengan nidasi
sampai lahirnya janin. Lamanya adalah 280 hari (9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir.
2.2.2 Tanda - Tanda kehamilan
1. Tanda kemungkinan hamil
a. Perut dan uterus membesar. Hal ini disebabkan karena usia kehamilan
yang semakin membesar.
b. Pada pemeriksaan dalam dijumpai :
- Tanda hegar : Isthmus (segmen bawah rahim) menjadi lunak.
- Tanda chadwick : Warna kebiruan pada servik, vagina, vulva.
- Tanda piskacek : Pembesaran uterus ke salah satu arah sehingga menonjol
jelas ke arah pembesaran uterus.
- Kontraksi braxton hicks : Bila dipalpasi perut ibu, kita goyangkan pada
satu sisi maka akan terasa pantulan di sisi yang lain.
2. Tanda pasti hamil
a. Terasa gerakan janin
b. Teraba bagian-bagian janin.
c. Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop laenec, alat dopler,
dilihat dengan ultrasonografi, dan pemeriksaan dengan alat canggih yaitu
rontgen untuk melihat kerangka janin, ultra sonografi.

3
4

2.2.3 Fisiologi Kehamilan


Menurut Rukiyah (2013), perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada
ibu hamil adalah sebagai berikut:
1. Perubahan Uterus
Uterus akan membesar dibawah pengaruh estrogen dan progesteron yang
kadarnya meningkat. Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus
menjadi 1000 gram (berat uterus normal 30 gram) dengan panjang 20 cm
dan dinding 2,5 cm. Ketika usia kehamilan sudah aterm dan pertumbuhan
janin normal, maka pada kehamilan 28 minggu tinggi fundus uteri (TFU)
25 cm, pada 32 minggu 27 cm, pada 34 minggu 30 cm, pada kehamilan 40
minggu TFU turun kembali dan terletak 3 jari dibawah Prosessus
Xyfoideus (PX).
2. Serviks Uteri
Serviks mengalami perubahan yang ditentukan sebulan setelah konsepsi
perubahan itu meliputi perubahan kekenyalan yaitu serviks menjadi lunak
(tanda goodel), pembuluh darah meningkat, lendir menutupi ostium uteri
serviks sehingga menjadi lebih mengkilap.
3. Segmen Bawah Uterus
Segmen bawah uterus berkembang dari bagian atas kanalis servikalis
setinggi ostium interna bersama-sama istmus uteri. Segmen bawah lebih
tipis dari pada segmen atas dan menjadi lunak serta berdilatasi selama
minggu- minggu terakhir kehamilan sehingga memungkinkan segmen
tersebut menampung janin. Serviks bagian bawah baru menipis dan
menegang setelah persalinan terjadi.
4. Kontraksi Braxton-Hikcs
Merupakan kontraksi tak teratur rahim dan terjadi tanpa rasa nyeri di
sepanjang kehamilan. Kontraksi ini barang kali membantu sirkulasi darah
dalam plasenta.
5. Vagina dan vulva
Vagina dan serviks akibat hormon estrogen mengalami perubahan pula.
Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih
5

merah, agak kebiruan (livide) disebut tanda Chadwick. Vagina membiru


karena pelebaran pembuluh darah.
6. Mammae
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatemammotropin,
esterogen dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Pada
kehamilan akan terbentuk lemak sehingga mammae menjadi lebih besar,
mammae akan membesar, lebih tegang dan aerola mammae tampak lebih
hitam karena hiperpigmentasi. Pada kehamilan 12 minggu keatas dari
puting susu dapat keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut
colostrums.
7. Sistem Endokrin
Perubahan endokrin, sekresi kelenjar hipofisis umumnya menurun dan
penurunan ini selanjutnya akan meningkatkan sekresi kelenjar endokrin
(khususnya kelenjar tiroid, paratiroid, dan adrenal). Kadar hormon
hipofise, prolaktin meningkat secara berangsur-angsur menjelang akhir
kehamilan, namun fungsi prolaktin dalam memicu laktasi disurpresi
sampai plasenta dilahirkan dan kadar esterogen menurun.
8. Sistem Kekebalan
Kehamilan dianggap berkaitan dengan penekanan berbagai macam fungsi
imunologi secara hormonal dan seluler untuk menyesuaikan diri dengan
graft janin. Titer antibodi humoral melawan beberapa virus misalnya
herves simpleks, campak, dan influenza A menurun selama kehamilan.
9. Sistem Respirasi
Pernafasan masih diafragmatik selama kehamilan, tetapi karena
pergerakan diafragma terbatas setelah mingu ke-30, wanita hamil bernafas
lebih dalam, dengan meningkatnya volume tidal dan kecepatan ventilasi
sehingga memungkinkan pencampuran gas dan konsumsi oksigen
meningkat.
10. Tractus Urinarus
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke PAP (Pintu Atas
Panggul), keluhan sering kencing timbul karena kandung kencing mulai
6

tertekan. Pada ginjal seorang wanita hamil bertambah besar, misalnya


menemukan bahwa ginjal 1,5 cm lebih panjang selama masa nifas awal
dari pada yang diukur 4 bulan kemudian. Kecepatan fitrasi glomerulus dan
aliran plasma ginjal bertambah pada awal kehamilan, pada awal trimester
kedua sebanyak 50 persen, mekanisme tepat untuk meningkatnya hal-hal
ini pada kehamilan belum diketahui.
11. Traktus Digestivus
Di mulut, gusi menjadi lunak, akibat retensi cairan intraseluler yang
disebabkan oleh progesteron. Sfingter esopagus bawah relaksasi, sehingga
dapat terjadi regorgitasi isi lambung yang menyebabkan rasa terbakar di
dada. Sekresi isi lambung berkurang dan makanan lebih lama berada di
lambung. Otot-otot usus relaksi disertai dengan penurunan motilitas. Hal
ini memungkinkan absorbsi zat nutrisi lebih banyak, sehingga
menyebabkan konstipasi yang merupakan salah satu keluhan utama wanita
hamil.
12. Sistem Muskuleskeletal
Perubahan tubuh secara bertahap dari peningkatan berat wanita hamil
menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah secara menyolok,
peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul miring ke depan,
penurunan tonus otot perut, dan peningkatan berat badan pada akhir
kehamilan membutuhkan penyesuaian tulang (realignment) kurvatura
spinalis. Pusat gravitasi wanita bergeser ke depan. Bahu tertarik lebih
kebelakang dan tulang belakang lebih melengkung sebagai akibat dari
penyesuaian diri karena janin yang membesar dalam abdomen sehingga
tulang belakang menjadi kifosis (Kumalasari, 2015). Sikap tubuh lordosis
suatu keadaan dikarenakan kompensasi beban uterus yang membesar dan
menggeser daya berat ke belakang lebih tampak pada masa trimester III
yang menyebabkan rasa sakit atau nyeri pada bagian tubuh belakang
karena meningkatnya beban kandungan yang dapat memengaruhi postur
tubuh ibu hamil (Rusmita, 2011). Peningkatan hormon progesteron dan
relaxin menyebabkan pengenduran jaringan ikat dan otot. Sehingga
7

symphysis pubis dan articulatio cocsigeal melunak dan bergeser. Hal


inilah yang menyebabkan munculnya back pain pada masa kehamilan. Ibu
hamil yang kurus biasanya lekukan lumbalnya lebih lordosis dan gaya
beratnya berpusat pada kaki bagian belakang. Hal ini juga menjadi
penyebab sakit yang berulang terutama di bagian punggung bawah
(Megasari, 2014).
13. Sistem Metabolisme
Pada ibu hamil basal metabolic rate (BMR) bertambah tinggi hingga 15-
20 % yang umumnya ditemui pada trimester ketiga dan membutuhkan
banyak kalori untuk dipenuhi sesuai kebutuhannya (Saifuddin, 2014). Pada
trimester ke-2 dan ke3 pada perempuan dengan gizi baik dianjurkan
menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg, sedangkan pada
perempuan dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah berat
badan per minggu masing- masing 0,5 kg dan 0,3 kg (Saifuddin, 2012).
2.2 Konsep Dasar Kehamilan Trimester II
2.2.1 Pengertian
Kehamilan trimester II menurut Irianti, dkk (2014) adalah keadaan dimana
usia gestasi janin mencapai usia 13 minggu hingga akhir minggu ke-27.
2.2.2 Ketidak Nyamanan Pada Ibu Hamil Trimester II
Ketidak nyamanan pada ibu hamil TM II menurut Irianti, dkk (2014) yaitu
1. Pusing, merupakan timbulnya perasaan melayang karena peningkatan
volume plasma darah yang mengalami peningkatan hingga 50%.
Kebutuhan fisiologi : hindari berdiri secara tiba-tiba, hindari berdiri terlalu
lama, jangan lewatkan waktu makan, dan berbaring dalam keadaan miring
serta waspadai keadaananemia.
2. Sering berkemih, seiring bertambahnya usai kehamilan, massa uterus akan
bertambah dan ukuran uterus mengalami peningkatan, sehingga uterus
membesar kearah luar pintu atas panggul menuju rongga abdomen. Asuhan
yang dapat dilakukan bidan terkait seringnya berkemih dijelaskan lebih
lanjut pada keluhan sering berkemih ditrimesterIII.
3. Nyeri perut bawah,disebabkan oleh semakin membesarnya uterus sehingga
8

keluar dari rongga panggul menuju rongga abdomen.


Kebutuhan fisiologis : menghindari berdiri secara tiba- tiba dari posisi
jongkok, mengajarkan posisi tubuh yang baik sehingga memperingan gejala
nyeri yang mungkin timbul.
4. Nyeri punggung keluhan ini dimulai pada usia kehamilan 12 minggu dan
akan meningkat pada saat usia kehamilan 24 minggu hingga menjelang
persalinan. Kebutuhan fisiologis: menjaga posisi tubuhnya, senam
hamil,dan menambah waktu istirahat.
5. Sekret vagina yang berlebih /leucorrhea
Kebutuhan fisiologis : menjaga kebersihan dirinya dengan mengganti celana
dalam sesering mungkin.
2.2.3 Tanda Bahaya Pada Trimester II
1. Demam Tinggi
Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalamkehamilan
merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapatmerupakan gejala adanya
infeksi dalam kehamilan. Menurut SDKI tahun 2017 penyebab kematian ibu
karena infeksi (11%). Penanganan demam antara lain dengan istirahat
baring,minum banyak dan mengompres untuk menurunkan suhu (Saifuddin,
2014). Demam dapat disebabkan olehinfeksi dalam kehamilan yaitu
masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh wanita hamil yang
kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau gejala–gejala penyakit.Pada
infeksi berat dapat terjadi demam dan gangguan fungsi organ vital. Infeksi
dapat terjadi selama kehamilan, persalinandan masa nifas (Pusdiknakes,
2013).
2. Bayi kurang bergerak seperti biasa
Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 3 kalidalam 1 jam). Ibu mulai
merasakan gerakan bayi selama bulanke-5 atau ke-6. Jika bayi tidak
bergerak seperti biasa dinamakan IUFD (Intra Uterine Fetal Death). IUFD
adalah tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin didalam kandungan.
Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur
gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam
9

1 jam jika ibu berbaring atauberistirahat dan jika ibu makan dan minum
dengan baik (Pusdiknakes, 2013).
3. Selaput kelopak mata pucat
Merupakan salah satu tanda anemia. Anemia dalamkehamilan adalah
kondisi ibu dengan keadaan hemoglobin dibawah <10,5 gr% pada trimester
II. Anemia pada trimester II disebabkan oleh hemodilusi atau pengenceran
darah. Anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi (Saifuddin,
2014).
Tanda bahaya pada TM II menurut Kemenkes (2020) yaitu:
1. Sakit kepala yang hebat dan menetap
2. Perubahan visual secara tiba – tiba (Pandangan kabur, rabun senja)
3. Nyeri abdomen yang hebat.
4. Perdarahan Pervaginam
5. Bengkak pada muka, tangan, dankaki.
6. Gerakan janin berkurang.
7. Ketuban pecah sebelum waktunya.
2.2.4 Komplikasi pada kehamilan Trimester II
Komplikasi pada kehamilan TM II menurut Irianti, dkk (2014) yaitu:
1. Penyakit penyerta pada ibu hamil seperti nyeri perut, keputihan, penambahan
ukuran uterus dapat terjadi (molahidatidosa, makrosomnia, hidramnion atau
polahidramnion, dan oligohidramnion), dan penyakit penyerta lainnya.
Penatalaksanaan : melakukan deteksi dini yaitu mengenali tanda/gejala yang
muncul untuk penegakan diagnosis sementara dalam asuhan antenatal.
2. Preeklamsia ringan merupakan tekanan darah ≥140/90 mmHg disertai protein
urine dalam urine pada usia kehamilan di atas 20 minggu, pada wanita yang
tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya. Penatalaksanaan :
menganjurkan ibu untuk istirahat cukup dan mengurangi konsumsigaram.
3. Preeklamsia berat merupakan peningkatan tekanan darah >160 mmHg sistol
dan >110 mmHg diastole, protein urine +3 atau+4.Penatalaksanaan dengan
pemberian bolus MgSO4 g IV dilanjutkan dengan MgSO4 g IM.
4. Eklamsia merupakan keadaan preeklamsia yang disertai dengan penurunan
10

tingkat kesadaran dan disertai reaksi kejang, baik pada saat kehamilan
maupun persalinan.Penatalaksanaan :deteksi dini dan memberikan terapi
bolus MgSO4 2 g IV dilanjutkan dengan MgSO4 4 g IM setiap 4 jam dan
nifedipin 10 mg peroral dilanjutkan 10 mg setiap 4 jam.
5. Hipertensi gestasional merupakan peningkatan tekanan darah yang terjadi
akibat dari proses kehamilan, dimana peningkatan tekanan darah secara
abnormal terjadi akibat proses kehamilan tanpa disertai dengan protein urine.
Hiperemesis gestasional terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu.
Penatalaksanaan dengan istirahat cukup, kurangi konsumsi garam dan deteksi
dini sebagai penetapan diagnose.
6. Gangguan kesejahteraan janin. Penatalaksanaan kewenangan bidan adalah
deteksi dini untuk penegakan diagnose.
2.2.5 Kebutuhan pada kehamilan Trimester II
Kebutuhan pada kehamilan TM II menurut Irianti, dkk (2014) yaitu:
1. Kebutuhan konseling mengenai perubahan fisiologis yang mungkin terjadi
pada trimester II sehingga ibu mampu memahami keadaan yang terjadi pada
dirinya selama kehamilan merupakan keadaan yang normal, serta waspada
terhadap keluhan yang menuju pada keabnormalan.
2. Kebutuhan konseling tentang nutrisi terkait penambahan berat badan normal
selama kehamilan dan batasan penambahan berat badan yang diperbolehkan
selama kehamilan.
3. Kebutuhan mengenai pemantauan tumbuh kembang janin.
4. Kebutuhan konseling tentang tanda bahaya yang mungkin terjadi pada
trimester II.
5. Dukungan psikologis yang diberikan terkait perubahan yang terjadi
sehingga ibu tetap percaya diri dan mampu melewati setiap fase
kehamilannya dengan baik serta mampu menerima kehamilannya dengan
senang.
11

2.3 Konsep Dasar Konstipasi


2.3.1 Pengertian
Kata konstipasi atau constipation berasal dari bahasa Latin constipare
yang berarti bergerombol bersama menyusun menjadi menggumpal padat / keras
(Manuaba, 2012).
2.3.2 Patofisiologi
Berdasarkan patofisiologinya konstipasi dapat diklasifikasikan menjadi
konstipasi akibat kelainan struktural dan konstipasi fungsional. Konstipasi akibat
kelainan struktural terjadi melalui proses obstruksi aliran tinja, sedangkan
konstipasi fungsional berhubungan dengan gangguan motilitas kolon atau
anorektal (Mirghafourvand. 2016). Konstipasi pada wanita hamil umumnya
merupakan konstipasi fungsional.
Ada beberapa faktor menurut Sembiring (2015) wanita hamil mengalami
konstipasi yaitu: faktor hormonal, perubahan diet, pertumbuhan janin dan aktifitas
fisik. Riwayat posisi saat defekasi juga menjadi resiko untuk timbulnya
konstipasi. Pada wanita hamil terjadi perubahan hormonal yang drastis
peningkatan progesteron selama kehamilan. Progesteron akan menyebabkan otot-
otot relaksasi untuk memberi tempat janin berkembang. Relaksasi otot ini juga
mengenai otot usus sehingga akan menurunkan motilitas usus yang pada akhirnya
menyebabkan konstipasi (slow-transit constipation). Disamping itu selama
kehamilan tubuh menahan cairan, absorbsi cairan di usus meningkat sehingga isi
usus cenderung kering dan keras yang memudahkan terjadinya konstipasi.
2.3.3 Tanda Gejala Konstipasi
Tanda dan gejala konstipasi menurut Busyra hanim (2019) yaitu:
1. Feses keras
2. Sakit perut
3. Kram perut
4. Perut terasa kembung dan mual
5. Nafsu makan menurun
6. Muncul sensasi anus seperti tersumbat sehingga sulit mengeluarkan feses
7. Muncul sensasi tidak bisa sepenuhnya mengosongkan feses dari dubur
12

2.3.4 Penanganan Konstipasi


1. Penatalaksanaan Non Farmakologi
a) Meningkatkan asupan serat. Hindari makan porsi besar 3 kali sehari tetapi
makanlah dengan porsi kecil dan sering. Kebutuhan serat pada wanita
hamil sama dengan orang normal yakni sekitar 25-30 gram per hari. Serat
makanan terdiri dari serat larut dan serat tidak larut. Serat larut akan
mengalami fermentasi di usus besar dan memperlambat pengosongan
lambung, menahan air dan membentuk gel. Contohnya apel, jeruk dan
strawberi. Serat tidak larut sukar difermentasi, memperpendek waktu
transit di usus dan memperbesar massa tinja. Serat tidak larut banyak
terdapat pada sereal, sayur- sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
Hindari konsumsi serat yang berlebihan secara bersamaan dalam waktu
cepat karena akan menimbulkan kembung, sebah dan rasa tidak nyaman di
perut (Syam AF, 2018).
b) Meningkatkan asupan cairan. Wanita hamil membutuhkan asupan cairan
300 ml lebih banyak dari rata-rata 2000 ml cairan yang dikonsumsi orang
normal. Hindari minuman bersoda, alkohol dan kopi. Pagi hari setelah
bangun tidur usahakan untuk mengkonsumsi segelas air untuk merangsang
defekasi (Folden SL, Backer JH, Maynard F, et al, 2019).
c) Pemberian probiotik pada wanita hamil juga dianjurkan karena dapat
memperbaiki keseimbangan flora kolon dan memperbaiki fungsi
pencernaan. Jahe dalam diet juga disebutkan dapat membantu mengurangi
morning sickness dan konstipasi dan mencegah kembung (Ojieh AE,
2014).
d) Hindari ketegangan psikis seperti stres dan cemas. Jangan menahan rasa
ingin buang air besar karena akan memperbesar resiko konstipasi (Syam
AF, 2018).
e) Aktifitas fisik rutin dipercaya merangsang peristaltik usus untuk bekerja
normal sehingga memperpendek waktu transit di saluran pencernaan dan
membantu pengeluaran tinja. Oleh karena itu wanita hamil sebaiknya
13

melakukan olahraga ringan yang rutin seperti senam hamil dan jalan pagi
(Syam AF, 2018).
2. Penatalaksanaan Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi pada konstipasi adalah dengan pemberian
obat pencahar (laxatives). Secara umum golongan obat pencahar terbagi atas:
bulking agents, pelunak tinja (stool softeners), pencahar minyak mineral
(lubricant laxatives), pencahar bahan osmotik (osmotic laxatives) dan
pencahar perangsang (stimulant laxatives) (Faigel DO, 2018).
Terapi farmakologi pada wanita hamil diberikan jika penatalaksanaan non
farmakologi tidak berhasil. Pemberiannya hanya bila benar-benar diperlukan
dan tidak untuk jangka panjang. Bulking agents dianggap cukup aman karena
tidak diabsorbsi. Tetapi tidak selalu efektif karena penderita diharuskan
banyak minum selama pemberian obat dan bisa dijumpai efek samping
kembung dan kram perut. Contohnya Psyllium yang termasuk golongan B
untuk kehamilan menurut badan FDA (Food and Drug Administration).
Lubricant laxatives dapat menyebabkan penurunan absorbsi vitamin yang
larut lemak. Golongan ini diabsorbsi sedikit dan tidak menunjukkan efek
lanjut pada wanita hamil. Tetapi belum ada rekomendasi FDA untuk
penggunaan pada wanita hamil (Trottier M, 2018).
2.4 Konsep Dasar Asuhan Kehamilan Trimester II
2.4.1 Pengkajian
1. Data Subjektif
a) Biodata atau identitas
Nama : Mengetahui nama klien dan suami berguna untuk
memperlancarkomunikasidalamasuhan sehingga tidak
terlihat kaku dan lebih akrab (Walyani, 2015).
Umur : Selama masa subur yang berlangsung 20-35 tahun (usia
reproduksi sehat), hanya 420 buah ovum yang dapat
mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi (Manuaba,
2012).
14

Agama : Mengetahui kepercayaan sebagai dasar dalam memberikan


asuhan saat hamil dan bersalin. Memberikan motivasi pasien
sesuai dengan agamanya (Sulistyawati, 2011).
Suku/bangsa : Suku/bangsa untuk mengetahui adat istiadat dan budaya
yang mempengaruhi perilaku kesehatan pada ibu hamil
(Saifuddin, 2014).
Pendidikan : Tingkat intelektual dan tingkat pendidikan mempengaruhi
sikap perilaku kesehatan seseorang (Romauli, 2015).
Pekerjaan : Pekerjaan rutin dilaksanakan, pekerjaan disesuaikan dengan
kemampuan, pada saat umur kehamilan sudah tua di kurangi
pekerjaannya (Manuaba, 2012).
Alamat : Mengetahui lingkungan klien dan kebiasaan masyarakatnya
tentang kehamilan serta untuk kunjungan rumah jika
diperlukan (Saifuddin, 2014).

b) Alasan kunjungan
Kunjungan sekarang dilakukan karena ada keluhan atau hanya untuk
memeriksakan kehamilannya (Khumaira, 2012).
c) Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pada trimester II :
a. Pusing, merupakan timbulnya perasaan melayang karena peningkatan
volume plasma darah yang mengalami peningkatan hingga 50%.
b. Sering berkemih, seiring bertambahnya usai kehamilan, massa uterus akan
bertambah dan ukuran uterus mengalami peningkatan, sehingga uterus
membesar kearah luar pintu atas panggul menuju rongga abdomen.
c. Nyeri perut bawah, disebabkan oleh semakin membesarnya uterus
sehingga keluar dari rongga panggul menuju rongga abdomen.
d. Nyeri punggung keluhan ini di mulai pada usiakehamilan12 minggu dan
akan meningkat pada saat usia kehamilan 24 minggu hingga menjelang
persalinan.
e. Sekret vagina yang berlebih /leucorrhea
15

d) Riwayat Riwayat Menstruasi


a. Menarche :Usia wanita pertama haid bervariasi, antara 12-16 tahun
(Walyani,2015).
b. Siklus :Siklus haid terhitung mulai hari pertama haid hingga hari
pertama haid berikutnya. Siklus normal haid adalah 28
hari (Walyani, 2015).
c. Banyaknya :Normalnya yaitu 2-3 kali ganti pembalut (Walyani,
2015).
d. HPHT : Untuk memperkirakan kapan bayi akan dilahirkan.
e. HPL : Dapat dijabarkan untuk memperhitungkan tanggal
tafsiran persalinan dengan rumus Naegle (Walyani, 2015)

1. Apabila HPHT pada bulan Januari dan pertengahan Maret


(Sebelum dari tanggal 25) menggunakan rumus
= +7 +9 +0
Contoh : HPHT : 6 Januari 2018
= 6 / 1 / 2018
= +7 +9 +0
Jadi HPL nya= 13 / 10 / 2018 (13 Okt 2018)
2. Apabila HPHT lebih dari pertengahan Maret (Dari tanggal 25 dan
selebihnya) dan bulan seterusnya sampai akhir Desember
menggunakan rumus
= +7 -3 +1
Contoh : HPHT : 8 Juli 2018
= 8 / 7 / 2018
= +7 -3 +1
Jadi HPLnya = 15 / 4 / 2019 (15 Apr 2019)
(Walyani, 2015).
e) Riwayat Obstetri yang lalu
Menurut Marmi, (2016) faktor-faktor pada data riwayat obstetrik yang
membutuhkan saran atau pengawasan antenatal tambahan, antara lain:
a. Jumlah anak lahir mati atau kematian neonatal.
16

b. Jarak persalinan < 2 tahun atau >10 tahun


c. Adanya ukuran bayi yang tidak sesuai dengan usia gestasi.
d. Pernah melahirkan bayi dengan abnormalitas kongenital.
e. Pernah mengalami penyulit saat kehamilan, persalinan dan nifas.
f. Dua atau lebih aborsi spontan
g. Persalinan prematur sebelumnya
h. Operasi sesar sebelumnya atau pembedahan uterus
f) Riwayat kehamilan sekarang
a. Kunjungan Hamil
Kunjungan dilakukan minimal 4 kali selama hamil, yaitu satu kali pada
trimester I (usia kehamilan 0 – 13 minggu), satu kali pada trimester II
(usia kehamilan 14 – 27 minggu), dua kali pada trimester II (usia
kehamilan 28 – 40 minggu). Mencakup keadaan, keluhan, penyulit,
pemberian multivitamin, dan penyuluhan tiap trimester (Sulistyawati,
2011).
Berdasarkan penelitian Tandiono (2015) menyebutkan bahwasanya tidak
terdapat hubungan antara perbedaan konsumsi jenis sumplemen (Tablet
tambah darah, Asam Folat atau Multimikronutrien) terhadap komplikasi
kehamilan.
b. Gerakan Janin
Gerakan janin baru dapat dirasakan pertama kali pada usia kehamilan
sekitar 18 minggu pada primigravida, dan usia kehamilan 16 minggu
pada multigravida. (Nurul Jannah, 2012). Normal gerkan janin dirasakan
oleh ibu sebanyak 10 kali/hari (pada usia diatas 32 minggu), minimal 10
kali artinya bayi baik-baik saja (Marmi, 2012).
c. Imunisasi tetanus toxoid
Imunisasi selama kehamilan sangat penting dilakukan untuk mencegah
penyakit yang dapat menyebabkan kematian ibu dan janin. Jenis
imunisasi yang diberikan adalah Tetanus Toxoid (TT) yang dapat
mencegah penyakit tetanus. Imunisasi TT pada ibu hamil harus terlebih
17

dulu ditentukan status kekebalan/imunisasinya, pemberian imunisasi TT


dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.1 Pemberian Suntikan TT
Persentase
Antigen Waktu minimal Lama Perlindungan
Perlindungan
Pertama kali periksa
TT-1 Tdk ada Tidak ada
kehamilan
TT-2 4 minggu setelah TT-1 3 tahun 80
TT-3 6 bulan setelah TT-2 5 tahun 95
TT-4 1 tahun setelah TT-3 10 tahun 99
TT-5 1 tahun setelah TT-4 25 tahun/seumur hidup 99
Sumber : Kemenkes RI, 2021
Penentuan status imunisasi WUS dibedakan kelahiran WUS pada tahun 1979
sampai dengan tahun 1993 dan WUS yang lahir setelah tahun 1993, dimana tahun
1979 adalah tahun dimulainya program imunisasi dasar lengkap dan tahun 1993
adalah tahun dimulainya Bulan Imunisasi Anak Sekolah.
Tabel 2.2 Status Imunisasi TT Untuk WUS yang Lahir Pada Tahun 1979 s/d
Tahun 1993 dan Ingat Jika Pada Saat SD dilakukan Imunisasi
Status TT Waktu Pemberian
TT 1 Waktu imunisasi di kelas 1 SD
TT 2 Waktu imunisasi di kelas 2 SD
TT 3 Waktu imunisasi di kelas calon penganten (caten)
TT 4 Waktu imunisasi di kelas pertama pada saat hamil
TT 5 Waktu imunisasi di kelas kedua pada saat hamil
Sumber :Kemenkes RI, 2016
Tabel 2.3 Status Imunisasi TT Untuk WUS yang Lahir Pada Tahun 1979
Sampai dengan Tahun 1993 Namun Tidak Ingat Pada Waktu SD dilakukan
Imunisasi
Status TT Waktu Pemberian
TT 1 Waktu imunisasi calon penganten (caten)
TT 2 Waktu imunisasi satu bulan setelah TT1
TT 3 Waktu imunisasi di kelas pertama pada saat hamil
TT 4 Waktu imunisasi di kelas kedua pada saat hamil
Sumber : Kemenkes RI, 2016
Tabel 2.4 Status Imunisasi TT Untuk WUS yang Lahir Setelah Tahun 1993
yang Tidak Mempunyai KMS Balita dan Kartu TT di SD
Status TT Waktu Pemberian
TT 1 Waktu imunisasi calon penganten (caten)
TT 2 Waktu imunisasi satu bulan setelah TT1
18

TT 3 Waktu imunisasi di kelas pertama pada saat hamil


TT 4 Waktu imunisasi di kelas kedua pada saat hamil
Sumber :Kemenkes RI, 2016
Tabel 2.5 Status Imunisasi TT Untuk WUS yang Lahir Setelah Tahun 1993
yang Tidak Mempunyai KMS Balita Namun Mempunyai Kartu TT di SD
Status TT Waktu Pemberian
TT 1 Waktu imunisasi di kelas 1 SD
TT 2 Waktu imunisasi di kelas 2 SD
TT 3 Waktu imunisasi caten yang pertama
TT 4 Waktu imunisasi di kelas pertama pada saat hamil
TT 5 Waktu imunisasi di kelas kedua pada saat hamil
Sumber : Kemenkes RI, 2016
Tabel 2.6 Status Imunisasi TT Untuk Wus Yang Lahir Setelah Tahun 1993,
Mempunyai KMS Balita Dan Kartu TT Di SD
Status TT Waktu Pemberian
TT 1-TT 4 Dapat dilihat di KMS dan kartu TT
TT 5 Waktu imunisasi pertama pada saat hamil
Sumber :Kemenkes RI, 2016

d. Kartu Skor Poedji Rochyati


Pada setiap kehamilan hendaknya dilakukan penilaian dengan Kartu Skor
Poedji Rochjati (KSPR) untuk mengetahui tingkat risiko pada ibu hamil.
Penilaian dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada trimester I sebanyak satu
kali, trimester II sebanyak satu kali dan trimester II sebanyak dua kali.
Jumlah skor memberikan tingkat risiko yang dihadapi oleh ibu hamil. Skor
awal ibu hamil adalah 2.
Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
a) Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
b) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
c) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12
Untuk mengetahui skor dan rencana asuhan/pertolongan persalinan dengan
format Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) terlampir.
Menurut buku KIA dalam kunjungan ANC ibu mencakup beberapa hal
diantaranya meliputi keluhan ibu, tekanan darah, berat badan sekarang,
umur kehamilan, tinggi fundus, letak janin (kepala/sungsang/lintang), DJJ,
19

Oedema pada ekstremitas, Hasil Lab terakhir, terapi yang didapatkan dapat
berupa imunisasi TT, Tablet Fe, rujukan, umpan balik dan lainnya, Nasihat
yang didapat dari petugas kesehatan dan jadwal kunjungan ulang (Buku
Kesehatan Ibu dan Anak)
(7) Riwayat kesehatan
a. Riwayat KesehatanIbu
Ibu tidak menderita penyakit yang memengaruhi ataupun dipengaruhi
kehamilan seperti penyakit menurun asma, diabetes melitus, hipertensi,
penyakit menular TBC (tuberculosis), hepatitis, penyakit menahun jantung
dan ginjal (Prawirohardjo, 2014). Apabila ditemukan penyakit tersebut
maka dapat terjadi:
1. Penyakit Menurun
a) Asma
Asma ditandai dengan ibu sering sesak nafas pada kehamilan ini.
Terdapat komplikasi pre eklampsia 11%, IUGR 12% dan prematuritas 12
% pada kehamilan dengan asma. (Prawirohardjo, 2014).
b) Diabetes Mellitus
Ibu dengan Diabetes Melitus ditandai ibu sering kencing. Pada ibu akan
meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia, sedangkan pada janin
meningkatkan risiko terjadinya makrosomia, trauma persalinan,
hiperbilirubinemia, hipoglikemi, hipokalsemia, polisitemia,
hiperbilirubinemia neonatal, RDS (Respiratory Distress Syndrom), serta
meningkatnya mortalitas atau kematian janin (Prawirohardjo, 2014).
c) Hipertensi
Hipertensi ditandai dengan tekanan darah tinggi. Dampak pre eklampsia
dan eklampsia pada janin adalah IUGR dan oligohidramnion
(Prawirohardjo, 2014).
2. Penyakit Menular
a) TBC
Pada ibu dengan TBC ditandai dengan batuk lama dan terus-menerus.
Pada kehamilan dengan infeksi TBC resiko prematuritas, IUGR (Intra
20

Uterine Growth Retardation) dan berat badan lahir rendah meningkat,


serta resiko kematian perinatal meningkat 6 kali lipat (Prawirohardjo,
2014).
b) Hepatitis
Pada ibu dengan hepatitis ditandai ibu lemas, kuning. Pada ibu hamil
dengan hepatitis dapat menimbulkan abortus dan terjadinya perdarahan
pasca persalinan karena adanya gangguan pembekuan darah akibat
gangguan fungsi hati (Prawirohardjo, 2014)
3. Penyakit Menahun
a) Ginjal
Secara umum dapat menyebabkan gangguan elektrolit asam–basa ,
masalah kelebihan cairan, persalinan premature, dan koagulopati. Resiko
janin meliputi prematuritas dan dehidrasi pada neonatus (Prawirohardjo,
2014)
b) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak ada yang berpotensi menurun atau menularkan penyakit
kepada ibu dan bayi, meliputi penyakit jantung, hipertensi, asma,
diabetes mellitus, hepatitis, TBC, kelainan darah, maupun gemelli.
Gemelli juga dipengaruhi faktor keturunan. (Manuaba, 2012).
(8) Riwayat Pernikahan
Untuk membantu menentukan bagaimana keadaan alat reproduksi ibu,
misalnya ibu yang lama sekali kawin dan baru memiliki anak, kemungkinan
ada kelainan pada alat reproduksinya. Pada riwayat perkawinan perlu dikaji
mengenai usia pertama menikah. Infertil primer, pasangan suami/istri belum
pernah hamil meskipun senggama dilakukan tanpa perlindungan apapun,
untuk waktu sekurang- kurangnya 12 bulan. Infertil sekunder, pasangan
suami/istri pernah tapi kemudian tidak mampu hamil lagi dalam waktu 12
bulan, kemudian senggama dilakukan tanpa perlindungan apapun (Hartanto,
2013). Perkawinan yang memiliki risiko rendah adalah 1-2 tahun telah
hamil (Wirakusumah, 2013).
(9) Pola dan kebiasaan sehari – hari
21

Pola kebiasaan sehari-hari antara lain:


a. Nutrisi
Makanan hendaknya yang memiliki nilai gizi tinggi terutama sayur-
sayuran dan buah-buahan. Zat-zat yang diperlukan adalah protein,
karbohidrat, lemak, mineral atau bermacam-macam garam, terutama
kalsium, fosfor, zat besi (Fe), vitamin, dan air. Semua zat tersebut
diperoleh dari makanan sehari-hari, jika kurang, ditambahkan suplemen.
Kebutuhan protein 950 gr, kalsium 30 gr, Fe 0,8 gr, dan asam folat
300µg perhari (Saifuddin, 2014). Perbedaan kebutuhan nutrisi ibu hamil
dan tidak hamil terdapat dalam tabel 2.7 sebagai berikut :
Tabel 2.7 Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil Dan Tidak Hamil
Zat Gizi Contoh Jenis Makanan Saat Hamil Saat Tidak Hamil
Energi Nasi, roti, ubi, jagung, kentang 3 – 5 mangkuk 2 mangkuk
Daging, ikan, telur, ayam, 3-4 ( 1 porsi 60 gr 1-2 ( 1 porsi 60 gr
Protein
kacang-kacangan, tahu, tempe daging, 2 butir telur) daging, 2 butir telur)
Vitamin A Kuning telur, hati, sayuran 1 tablet 1 tablet
Susu, ikan teri, sayuran hijau, 2- 3 porsi ( 1 porsi =
Kalsium 1 gelas susu
kacang-kacangan 1 gelas susu )
Biji-bijian, padi-padian, kacang-
Vitamin B 3- 5 porsi 1-2 porsi
kacangan
2 – 4 porsi ( 1 porsi = 1 porsi ( 1 porsi = 1
Vitamin C Sayuran, buah-buahan 1 potong buah ukuran potong buah ukuran
sedang ) sedang )
Daging, hati, sayuran hijau,
Zat Besi bayam, kangkung, daun pepaya, 1 porsi 1 porsi
daun katuk
Sumber : Marmi, 2016
b. Eliminasi
Keluhan yang sering terjadi pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi
adalah konstipasi dan sering buang air kecil. Konstipasi mungkin terjadi
karena kurang gerak badan, peristaltik usus kurang karena pengaruh
hormon, dan tekanan pada rektum oleh kepala. Sering buang air kecil
merupakan hal umum yang terjadi selama bulan terakhir kehamilan
karena rongga perut dipenuhi oleh uterus dan peningkatan sensitifitas
kongesti darah jaringan (Wirakusumah, 2013).
22

c. Istirahat dan tidur


Jadwal istirahat dan tidur perlu diperhatikan dengan baik, karena istirahat
dan tidur yang teratur meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk
kepentingan pertumbuhan dan perkembangan janin. Waktu tidur yang
dibutuhkan pada malam hari 8 jam dan istirahat dalam keadaan rileks
pada siang hari 1 jam (Mochtar, 2013). Chen et al (2015) menemukan
bahwa durasi tidur yang terlalu lama atau terlalu singkat merupakan
faktor risiko tekanan darah tinggi. Risiko ini diketahui lebih mungkin
terjadi pada wanita dibandingkan pria.Lu, Chen, Wu, Chen, & Hu (2015)
mengungkapkan bahwa seseorang yang memiliki gangguan kualitas tidur
cenderung memiliki tekanan darah yang tinggi.
d. Aktivitas dan latihan
Perempuan hamil boleh melakukan pekerjaan sehari-hari di rumah, di
kantor, atau di pabrik asal bersifat ringan (Mochtar, 2013). Bagi wanita
pekerja di luar rumah, kehamilan bukanlah halangan untuk bekerja
asalkan dikerjakan dengan pengertian sedang hamil (Susanto dan
Fitriana, 2015).
e. Personal hygiene
Kebersihan pada ibu hamil dimulai dari kebersihan rambut dan kulit
kepala, kebersihan payudara, kebersihan pakaian, kebersihan vulva,
kebersihan kuku tangan dan kaki (Prawirohardjo, 2014).
f. Hubungan seksual
Menurut Sarwono (2014), hamil bukan merupakan halangan untuk
melakukan hubungan seksual. Koitus harus dilakukan dengan hati-hati
terutama pada minggu terakhir kehamilan (Sulistyawati, 2013). Untuk
usia kehamilan 29-36 minggu jelang persalinan), lebih dianjurkan untuk
melakukan posisi miring (spooning) atau duduk (sitting, woman on top),
doggy style/rear entry juga masih boleh, tapi kalau si istri merasa
perutnya keberatan atau sakit, coba tahan perutnya dengan bantal untuk
mendapatkan posisi nyaman (Mairo, 2014).
23

(10) Keadaan Psikologis


Ibu sangat membutuhkan dukungan dan ungkapan kasih sayang dari orang-
orang terdekatnya, terutama suami. Kondisi psikologis yang dialami ibu
sangat berpengaruh terhadap perkembangan bayi (Mario, 2014).
2) Data Objektif
(1) Pemeriksaan umum
a. Keaadan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital :
a) Tekanan Darah
Tekanan darah normalnya adalah 100/70 mmHg sampai dengan 120/80
mmHg.
Tekanan darah dikatakan tinggi apabila lebih dari 140/90 mmHg.
Tekanan darah yang tinggi ini akan berlanjut pada preeklamsi atau
eklamsi jika tidak segera ditangani. Untuk skrining pre eklampsia dapat
dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
(a) ROT (Roll Over Test) rumus perhitungannya: (Tekanan darah
berbaring – Tekanan darah miring)
jika hasil ROT >15 mmHg risiko terjadi pre eklampsia lebih besar
(b)MAP (Mean Arteri Presure) rumus perhitungannya:
(Diastole x 2)+Sistole
3

Jika hasil MAP >90 mmHg risiko terjadi pre eklampsia lebih besar
b) Suhu
Suhu tubuh normal adalah 360 – 37,50 C. Jika suhu tubuh lebih dari
37,50 C perlu diwaspadai terjadi infeksi.
c) Nadi
Dalam keadaan santai denyut nadi ibu sekitar 60 – 80 x/menit. Jika
denyut nadi ibu 100 x/menit atau lebih, mungkin ibu mengalami satu
atau lebih keluhan seperti, tegang, ketakutan atau cemas, perdarahan
berat, anemia, gangguan tiroid atau komplikasi lainnya.
24

d) Pernapasan
Normalnya 16 – 22 x/menit.
d. Berat badan
BMI (Body Mass Indeks) digunakan untuk skrining Pre-eklampsi. Berikut
ini cara untuk menilai berat badan (BB), dengan menggunakan parameter
indeks massa tubuh (IMT).
𝐵𝐵𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙𝑘𝑔)
𝐼𝑀𝑇 =
𝑇𝐵(𝑚) × 𝑇𝐵 (𝑚)
Keterangan menurut Sudoyo (2009) :
(a) IMT kurang dari 18,5 adalah kurus,
(b) IMT 18,5-24,9 adalah normal,
(c) IMT 25 – 29,9 adalah overweight,
(d) IMT lebih dari 30 adalah obesitas
Tabel 2.8 Penambahan Berat Badan sesuai Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT Sebelum Total Pertambahan
IMT Sebelum Hamil
Hamil Berat Badan (Kg)
Kurang (<18,5
12,5-18 Kurang (<18,5 kg/m²)
kg/m²)
Normal (18,5-24,9
11,5-16 Normal (18,5-24,9 kg/m²)
kg/m²)
Overweight (25- Overweight (25-29,9
7-11,5
29,9 kg/m²) kg/m²)
Obesitas (≥30
5-9 Obesitas (≥30 kg/m²)
kg/m²)
Sumber : (WHO, 2004; Institute of Medicine and National Research )
Untuk mencapai kebutuhan nutrisi yang diharapkan bagi ibu selama
kehamilan dan janinnya, ibu hamil harus mencapai penambahan berat badan
pada angka tertentu selama masa kehamilannya. Standar pertambahan berat
badan per trisemester sesuai dengan kategori IMT sebelum hamil adalah
sebagai berikut:
25

Tabel 2.9 Standar Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Per Trisemester
Sesuai Kategori IMT Sebelum Hamil

Pertambahan Berat
Total Pertambahan
IMT Sebelum Hamil Badan pada TM II dan
Berat Badan Pada TM I
III Per Minggu
Kurang (<18,5 kg/m²) 1-3 kg 0,44-0,55 kg
Normal (18,5-24,9 kg/m²) 1-3 kg 0,35-0,5 kg
Overweight (25-29,9 kg/m²) 1-3 kg 0,23-0,33 kg
Obesitas (≥30 kg/m²) 0,2-2 kg 0,17-0,27 kg
Sumber : (WHO, 2020; Institute of Medicine and National)

Menurut Cintya, dkk dalam jurnal kesehatan Andalas (2016), terdapat


hubungan yang bermakna antara status gizi berisiko dengan kejadian
preeklampsia, yang mana status gizi tersebut dinilai dengan pengukuran
antropometri. Salah satu komponen yang dapat dinilai dengan melakukan
pengukuran antropometri adalah IMT.
e. Tinggi badan
Ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari 145 cm tergolong risiko tinggi.
Diwaspadai potensial terjadi cepalo pelvis disproportion (Mochtar, 2011).
f. Lingkar lengan
Pada lengan bagian kiri jika ditemukan lila kurang dari 23,5 cm
merupakan indikator kuat untuk status gizi buruk atau kurang. Dan
berisiko melahirkan berat badan lahir rendah (BBLR) (Mochtar, 2011).
(2) Pemeriksaan fisik
Menurut Manuaba (2012), hasil pemeriksaan fisik ibu hamil trimester II:
a. Muka
Muka tidak pucat, bila muka pucat mengindikasikan anemia. Muka tidak
oedema, bila terdapat edema pada muka kemungkinan gejala
preeklamsia.
b. Mata
Konjungtiva berwarna merah muda, bila pucat menandakan anemia.
Sklera berwarna putih, bila kuning kemungkinan ibu terinfeksi hepatitis
26

dan bila merah kemungkinan ada conjungtivitis. Kelopak mata tidak


bengkak, pada kelopak mata yang bengkak mungkin terjadi preeklamsia.
c. Mulut
Normalnya keadaan mukosa bibir lembab dan tidak pucat. Keadaan
mukosa bibir yang kering dan pucat menandakan ibu anemia.
d. Leher
Normalnya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe dan
bendungan vena jugularis.
e. Payudara
Normalnya bentuk payudara simetris, puting susu menonjol dan pada
akhir trimester 3 colostrum telah keluar.
f.Abdomen
Menurut Manuaba (2012), pemeriksaan abdomen pada ibu hamil
trimester II, meliputi:
a) Pembesaran : membujur
b) Bekas SC: Normalnya tidak ada bekas SC pada multigravida
c) Gerak anak : aktif
d) TFU Mc. Donald (dalam cm): Hubungan antara TFU (Tinggi Fundus
Uteri) dan tuanya kehamilan yaitu TFU (dalam cm)/3,5= Tuanya
kehamilan (dalam bulan).
Tabel 2.9 Ukuran TFU Menurut Satuan Mc. Donald Berdasarkan Usia
Kehamilan Tiap Minggu

UK TFU
12 minggu 3 jari diatas simfisis
16 minggu ½ simfisis – pusat
20 minggu 3 jari dibawah simfisis
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3 jari diatas pusat
32 minggu ½ pusat – processus xifoideus
36 minggu Setinggi processus xifoideus
40 minggu 28 jari dibawah processus xifoideus

Sumber: Prawirohardjo, 2014


27

e) Pemeriksaan Leopold
1). Leopold I
Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian apa yang terletak di
fundus uteri. Normalnya teraba bulat, lunak, dan tidak melenting
maka itu adalah bokong. Dan menentukan usia kehamilan
berdasarkan TFU menurut pemeriksaan Leopold. Untuk mengetahui
usia kehamilan dapat dituliskan berdasarkan tinggi fundus uteri
dalam tabel berikut.
Tabel 2.10Ukuran TFU Menurut Satuan Mc. Donald Berdasarkan Usia
Kehamilan Tiap Minggu

UK TFU
12 minggu 3 jari diatas simfisis
16 minggu ½ simfisis – pusat
20 minggu 3 jari dibawah simfisis
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3 jari diatas pusat
32 minggu ½ pusat – processus xifoideus
36 minggu Setinggi processus xifoideus
40 minggu 28 jari dibawah processus xifoideus

Sumber: Prawirohardjo, 2014


Variasi lain untuk mengetahui bagian apa yang terdapat pada fundus
adalah dengan variasi Knebel yaitu untuk menentukan letak kepala
atau bokong dengan satu tangan di fundus dan tangan lain di atas
simfisis (Manuaba, 2013).
2). Leopold II
Menetapkan bagian yang terletak di bagian samping atau
menentukan letak punggung. Dapat ditetapkan punggung anak yang
teraba bagian keras dan memanjang seperti papan dan sisi yang
berlawanan teraba bagian kecil janin. Normalnya teraba punggung di
sebelah kanan/ kiri perut ibu (Wirakusumah, 2011).
Variasi untuk menentukan letak punggung janin adalah dengan
variasi Ahfeld dan Budin. Variasi Ahfeld yaitu menentukan letak
punggung dengan pinggir tangan kiri diletakkan tegak di tengah
28

perut. Janin dengan letak membujur didorong ke salah satu sisi


sehingga janin mengisi ruang yang lebih terbatas sehingga
pemeriksaan punggung lebih mudah dilakukan. Variasi Budin Yaitu
menentukan letak punggung dengan satu tangan menekan di fundus
(Manuaba, 2013).
3). Leopold III
Untuk mengetahui bagian terendah janin. Normalnya kepala akan
teraba bulat, keras, dan melenting. (Wirakusumah, 2011).
Variasi lain untuk mengetahui bagian apa yang terdapat pada fundus
dan bagian terendah janin adalah dengan variasi Knebel yaitu untuk
menentukan letak kepala atau bokong dengan satu tangan di fundus
dan tangan lain di atas simfisis(Manuaba, 2013).
f) Auskultasi Denyut Jantung Janin (DJJ)
Tujuan auskultasi yaitu menentukan hamil atau tidak, anak hidup
atau mati. Dalam keadaan normal frekuensi dasar denyut jantung
janin berkisar antara 120-160 dpm. Dilakukan dengan funandoskop
atau doppler. Pada akhir bulan punctum maksimum pada presentasi
normal (letak kepala), terdapat dikiri/kanan bawah pusat (Manuaba,
2013).
g) Taksiran Berat Janin (TBJ)
Taksiran berat badan janin dihitung dengan terlebih dahulu
melakukan pengukuran tinggi fundus uteri menggunakan pita ukur
(TFU dalam centimeter). Taksiran berat janin ditentukan
berdasarkan rumus John Tausack, yaitu: TBJ = (TFU (cm) – N) x
155 gram
N = 13 bila bagian terendah janin belum melewati pintu atas panggul
N = 12 bila bagian terendah janin masih berada di atas spina
ischiadika
N = 11 bila bagian terendah janin masih berada di bawah spina
ischiadika.
29

g. Genetalia
Tidak ada varises pada vulva dan vagina, tidak terdapat condiloma.
h. Anus
Tidak ada haemoroid. Jika ibu memiliki haemoroid, perlu waspada
adanya perdarahan saat persalinan.
i. Ekstrimitas
Pemeriksaan ekstrimitas pada ibu hamil trimester II, meliputi ekstremitas
atas dan bawah yaitu normalnya simetris, tidak oedem dan tidak varises.
Pada ekstremitas bawah dilakukan pemeriksaan reflek patela. Reflek
patella normal tungkai bawah akan sedikit bergerak ketika tendon
diketuk. Bila gerakannya cepat dan berlebihan, mungkin tanda dari pre-
eklampsia.
j. Pemeriksaan Panggul
Dilakukan pada ibu primigravida
Tabel 2.11 Ukuran-Ukuran Panggul Luar

Ukuran Panggul Keterangan


Distansia spinarum Jarak antara kedua spina iliaka anterior superior sinistra dan dekstra.
Nilai normal ±24-26 cm
Distansial kristarum Jarak terpanjang antara dua tempat yang simetris pada krista iliaka
sinistra dan dekstra. Nilai normal ±28-30 cm.
Distansia oblik Jarak antara spina iliaka posterior sinistra dan spina iliaka anterior
eksterna superior dekstra dan spina iliaka posterior dekstra dan spina iliaka
anterior superior sinistra.
Distansia Jarak antara kedua trokanter mayor.
intertrokanterika
Konjugata eksterna Jarak antara bagian atas simfisis ke prosesus spinosus lumbal 5. Nilai
(Boudeloque) normal ±18cm.
Distansia tuberum Jarak antara tuber iskii kanan dan kiri. Nilai normal ±10,5 cm.
Lingkar panggul Dari pinggir atas simfisis ke pertengahan antara spina iliaka anterior
superior dan trochanter mayor sepihak dan kembali melalui tenpat yang
sama di pihak yang lain. Ukurannya ±80-90 cm.
Kemenkes RI, 2021
(3) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
(1) Pemeriksaan darah (Hb)
Pemeriksaan darah bertujuan untuk mengetahui kesehatan umum ibu
hamil. Pemeriksaan darah juga dilakukan untuk memeriksa kadar
30

hemoglobin, menilai adanya gejala anemia. Pemeriksaan darah


dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I
dan trimester II (Manuaba, 2013)
Tabel 2.12 Klasifikasi Hasil Pemeriksaan Hb Sahli
Klasifikasi Nilai
Hb > 10,5 gr % Normal
9- 10 gr % Anemia ringan
7-8 gr % Anemia sedang
<7 gr % Anemia berat
Sumber : Manuaba dkk, 2013
Hasil pemeriksaan dengan Sahli dapat digolongkan sebagai
berikut: Hb normal pada ibu hamil 11 gr%, Hb 9-10 gr% anemia
ringan, Hb 7-8 gr% anemia sedang, dan <7 gr% adalah anemia berat
(Marmi, 2016).
(2) Golongan darah
Dilakukan jika ibu belum mengetahui golongan darahnya. Pemeriksaan
golongan darah pada ibu hamil sebagai perencanaan pencegahan
komplikasi dalam program P4K. (Winkjosastro, 2017).
(3) Provider Initiated Testing and Counselling (PITC)
Ibu hamil dilakukan pemeriksaan rapid test untuk mengetahui secara dini
adanya infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Ibu yang
mengidap HIV/AIDS sejak awal akan diarahkan untuk mengkonsumsi
antiretroviral (ARV) untuk mengurangi kemungkinan tertular bayi saat
proses persalinan.
(4) Hepatitis B Surface Antigen (HbsAg)
Pemeriksaan HbsAg pada kehamilan dilakukan untuk mencegah
penularan Hepatitis dari klien kepada bayi maupun petugas kesehatan.
Virus hepatitis B dapat ditularkan ibu kepada bayi melalui proses
persalinan.
(5) Pemeriksaan Urine,
(a) Protein Urin
31

Mengetahui ada tidaknya protein dalm urine. Pemeriksaan dilakukan


pada kunjungan pertama dan pada setiap kunjungan pada akhir
trimesterII.
Tabel 2.13 Klasifikasi hasil pemeriksaan Protein Urine
Nilai Klasifikasi
Negatif (-) Urine tidak keruh
Positif 2 (++) Kekeruhan mudah dilihat dan ada endapan halus
Positif 3 (+++) Urine lebih keruh dan ada endapan yang lebih jelas terlihat
Positif 4 (++++) Urine sangat keruh dan disertai endapan menggumpal
Sumber : Kusmiyati, 2013
Hasil pemeriksaan dikatakan negative jika urine tidak keruh, positif 1 (+)
jika urine keruh, positif 2 (++) jika kekeruhan mudah dilihat dan ada
endapan halus, positif 3 (+++) jika urine lebih keruh dan ada endapan yang
lebih jelas terlihat dan positif 4 (++++) jika urine sangat keruh dan disertai
endapan menggumpal. Proteinuria normalnya negatif selama kehamilan.
(b) Pemeriksaan Gula dalam Urine
Untuk mengetahui kadar gula dalam urine normalnya pada ibu hamil
tidak terdapat hula pada urine artinya negatif , bila terdapat gula dalam
urine maka dianggap sebagai gejala DM , berikut ini rincian jika hasil
positif (Wirakusumah, 2011).
Tabel 2.14 Klasifikasi Hasil Pemeriksaan Glukosa Urine
Nilai Klasifikasi
Negatif (-) Warna biru sedikit kehijau- hijauan dan sedikit keruh
Positif 1 (+) Hijau Kekuning- kuningan dan agak keruh
Positif 2 (++) Kuning keruh
Positif 3 (+++) Jingga keruh
Positif 4 (++++) Merah keruh
Sumber : Indriyani, 2011.
f) Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan apabila ada indikasi untuk
menentukan usia kehamilan, evaluasi pertumbuhan janin, evaluasi
kesejahteraan janin, terduga kematian janin, kehamilan kembar,
kelainan volume cairan amnion, ketuban pecah dini, penentuan
presentasi kepala, plasenta previa, solusio plasenta (Marmi, 2016).
32

b. KSPR
Kita perlu mengetahui apakah ibu tersebut mengalami resiko atau tidak
dengan menggunakan skrining Skor Podji Roechyati. Dalam KSPR
tersebut di jelaskan interpretasi masing-masing jumlah skor. Diantaranya
yaitu :
a) Jumlah skor 2 : KRR (kemungkinan resiko rendah)
b) Jumlah skor 6-10 : KRT (kemungkinan resiko tinggi)
c) Jumlah skor > 12 : KRST (kemungkinan resiko sangat tinggi)
2. Intrepetasi Data
a. Diagnosa
Menurut Mochtar (2012), diagnosa kebidanan harus dapat menjawab 9
pertanyaan, meliputi :
(1) G_P _ _ _ _ _
(2) Primi/ multipara
(3) Tuanya kehamilan: usia kehamilan dihitung berdasarkan hari pertama
haid terakhir (HPHT).
(4) Anak tunggal
(5) Latar anak, situs bujur, presentasi kepala
(6) Anak intra uterine
(7) Keadaan jalan lahir
(8) Keadaan umum penderita dengan masalah keluhan utama
Dalam asuhan kebidanan pada ibu primigravida / multigravida trimester
II, maka diagnosa kebidanan yang muncul adalah: Primigravida/
multigravida/ grandegravida, hamil 13-27 minggu, tunggal, intra uterine,
hidup, presentasi kepala, keadaan jalan lahir, keadaan ibu dan janin.
b. Masalah
Masalah-masalah yang dapat terjadi selama masa kehamilan (Saifuddin,
2014), yaitu: Sering kencing, nyeri pinggang, konstipasi, mudah kram, sesak
nafas, bengkak pada kaki
c. Kebutuhan
Nutrisi, personal hygiene, eliminasi, istirahat, aktivitas, dan seksual.
33

3. Diagnosa Potensial
Tidak ada
4. Identifikasi kebutuhan segera
Tidak ada
5. Perencanaan
Asuhan yang dilakukan sesuai dengan Standar Asuhan Kebidanan Trimester II
meliputi :
1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan
ibuhamil.
2) Mendeteksi masalah dan menanganinya.
3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia
kekurangan zat besi, penggunakan praktek tradisional yangmerugikan.
4) Mendorong perilaku yang sehat:
a) Gizi: banyak makan yang mengandung serat , terutama sayur dan buah
karena serat akan mempermudahkan . Konsumsilah sedikit lemak (30%
dari jumlah keseluruhan kalori yang dikonsumsi (Sulistiyoningsih H,
2011).
b) Latihan: normal tidak berlebihan, seperti jalan-jalan, istirahat jika lelah
dan senam ibu hamil.
c) Kebersihan: menjaga kebersihan personal hygiene, dari rambut sampai
kaki terutamagenitalia
d) Istirahat: tidur siang minimal 1 jam dan tidur malam minimal7 jam jadi
dalam sehari tidur minimal 8jam.
5) Berikan konseling tanda-tanda bah
a) Perdarahanpervaginam
b) Sakit kepala lebih daribiasa
c) Gangguan penglihatan
d) Pembengkakan pada wajah/tangan
e) Nyeri abdomen yanghebat
f) Janin tidak bergeraksebanyak biasanya
34

6) Kewaspadaan khusus menangani preeklamsia periksa gejala-gejala


preeklamsia
6. Penatalaksanaan
Tahap ini dilakukan dengan melaksanakn rencana asuhan kebidanan secara
menyeluruh yang dibatasi oleh standard asuhan kebidanan pada masa
postpartum (Hidayat, 2011).
7. Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses
manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah
dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum
terlaksana (Sofian, 2012).
1. S (subjektif)
Data subjektif berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien.
Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya akan
berhubungan langsung dengan diagnosis.
2. (objektif)
Merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil
pemeriksaan fisik, pemeriksaan labolatorium/pemeriksaan diagnostik.
Catatan medik dapat dimasukkan dalam data objektif sebagai data
penunjang.
3. A (asessment)
Merupakan pendokumentasian analisis dan intepretasi (kesimpulan) dari
data subjektif dan objektif. Analisis data adalah melakukan intepretasi data
yang telah dikumpulkan mencakup diagnosis, diagnosis masalah potensial
serta perlunya natisipasi diagnosa/masalah potensial dan tindakan segera.
4. P (planning)
Membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan
disusun berdasarkan hasil analisis dan intepretasi data. Rencana asuhan
bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal
mungkin dan mempertahankan kesejahteraan.
35

BAB 3
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 6 Januari 2022
Pukul : 09.00 WIB
Tempat : PKM Cerme Gresik
3.1 Data Subyektif
1. Biodata
Nama : Ny. A Suami : Tn A
Umur : 39 tahun Umur : 49 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa :Jawa/Indonesia Suku/Bangsa :Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMK
Pekerjaan :IRT Pekerjaan :Wirausaha
Alamat : Kambingan
2. Alasan Kujungan : Ingin periksa kehamilan
3. Keluhan Utama : mengeluh susah BAB, perut terasa sakit dan kembung.
4. Riwayat Menstruasi
HPHT : 06/9/2021
HPL : 23/6/2022
Siklus : teratur
Periode siklus :28-30 hari
Banyak : normal (ganti pembalut 3-4 kali sehari)
Fluor Albus : tidak
5. Riwayat Perkawinan
Menikah ke :1
Usia Menikah : 18 tahun
Lama Menikah : 21 tahun

35
36

6. Riwayat Obstetri Yang Lalu


Kehamilan Persalinan Bayi Baru Lahir Anak Nifas KB

Ha Pen Jenis Penol Temp Pe L BB P Seha Hidu A La Pe Metode La Pe


mil yuli ong at ny / B t/sak p/mat SI ma ny ma ny
Ke t uli P it i ASI ul Pak ulit
t it ai
1 - Normal bidan PMB - L 3,5 50 sehat 21 th ya 2 th - Suntik 7 th -
3 bln
2 - Normal bidan PMB - P 2,6 51 sehat 13 th ya 2 th - Suntik 10 -
3 bln th

7. Riwayat Kehamilan Sekarang


Ibu rutin periksa kehamilan di PMB. Periksa pertama tanggal 4 November
2022 pada usia kehamilan 9-10 minggu dengan keluhan mual, ibu
mendapatkan terapi Fe, kalk, dan vit C. Ibu disarankan untuk membaca buku
KIA halaman 1-9. Periksa hamil kedua saat usia kehamilan 14 minggu tanggal
6 Desember 2021 tidak ada keluhan, ibu mendapat terapi Fe dan kalk, ibu
mendapatkan KIE tentang nutrisi, istirahat, dan tanda bahaya hamil trimester
II.
8. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tidak pernah menderita penyakit hipertensi, jantung, diabetes melitus, ginjal,
hepatitis, HIV, TBC, IMS.
9. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit hipertensi, jantung, diabetes
melitus, ginjal, hepatitis, HIV, TBC, IMS.
10. Pola Aktivita sehari-hari
Nutrisi :Ibu makan 3 x/hari nasi, lauk dan lauk. Ibu jarang makan
sayur dan buah, minum susu hamil 1x/hari saat pagi hari,
dan minum air putih kurang lebih 8-10 gelas/hari.
Eliminasi :Ibu BAK 4-5x/hari, warna urin jernih. BAB 1x/hari dengan
konsistensi lunak.
Aktivitas :Ibu melakukan kegiatan rumah tangga sehari-hari, tidak
ada keluhan.
37

Istirahat :Setiap hari ibu tidur kurang lebih 6-7 jam/hari, tidur siang
kurang lebih 1-2 jam.
Seksual :Selama kehamilan ini ibu jarang melakukan hubungan
seksual. Terakhir seminggu yang lalu, tidak ada keluhan.
Personal Hygiene :Ibu mandi 2x/sehari, ganti baju 2x/sehari. Ganti pembalut
tiap 3-4 jam sekali atau setelah BAB dan BAK. Ganti
celana dalam 2x/sehari dan saat lembab.
11. Keadaan Psikologi Sosial Budaya
Kehamilan ini merupakan kehamilan yang diinginkan. Suami dan keluaraga
selalu memberi dukungan. Tidak ada kebiasaan keluarga yang merugikan.
3.2 Data Obyektif
1. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah :130/80 mmHg.
Tekanan darah (miring) :110/80 mmHg.
Suhu : 36,6 oC
Nadi : 87 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
3. Antropometri
Lila : 31 cm
Tinggi Badan : 158 cm
Berat Badan : 75 kg
Berat Badan sebelum hamil:65 kg
IMT : 26,10 kg/m2 (normal)
4. Pemeriksaan Fisik
Kepala : rambut hitam, bersih, tidak teraba massa abnormal.
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih.
Mulut dan gigi : mukosa bibir lembab, tidak pucat. Rongga mulut bersih.
Leher : tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid maupun kelenjar limfe.
38

Payudara :simetris, puting susu menonjol, tidak ada benjolan. abnormal,


dan tidak ada nyeri tekan.
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi.

Leopold 1 : Pada fundus teraba bulat, lunak dan tidak melenting (bokong
bayi). TFU = 18 cm, 2 jari bawah pusat.
Leopold 2 : Pada perut bagian kanan ibu teraba keras, memanjang dan datar
seperti papan (punggung bayi) dan perut bagian kanan ibu teraba
bagian kecil bayi (ekstrimitas).
Leopold 3 : Pada bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan melenting (kepala
janin), kepala belum masuk PAP.
Leopold 4 :-
DJJ : 147x/ menit
Genetalia : Tidak ada varises vulva/ vagina, tidak ada condyloma.
Anus : Tidak ada hemoroid.
Ekstremitas : tidak ada oedem pada tangan maupun kaki. Reflek patela + /+.
5. Pemeriksaan Penunjang
▪ MAP : 96
▪ ROT :0
▪ Pemeriksaan laboratorium tanggal 6 Januari 2022.
• Hb : 13,7 gr/dL
• GDA : 101 gr/dL
• HIV : Non reaktif
• HBSAg : Non reaktif
• Siphilis : Non reaktif
• Albumin urin : - (negatif)
• Reduksi urin : - (negatif)
▪ KSPR: 10
3.3 Asassment
G3P2A0 UK 19 minggu dengan masalah konstipasi. Keadaan umum baik.
Prognosa Baik.
39

3.4 Penatalaksanaan
Tanggal Penatalaksanaan Paraf
6/01/2022 1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu
e/ ibu mengetahui kondisinya.
2. Menjelaskan penyebab konstipasi yaitu ditinjau dari
fisiologi kehamilan karena adanya peningkatan hormon
progesteron, yang mengakibatkan otot usus halus
relaksasi sehingga menyebabkan konstipasi. Kurang
asupan nutrisi terutama makanan yang mengandung tinggi
serat alami juga menjadi penyebab konstipasi.
e/ Ibu mengerti penyebab konstipasi.
3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung serat tinggi seperti sayur bayam, wortel,
kangkung dan buah pepaya, apel, alpukat, dll, serta
mengkonsumsi air mineral yang cukup sebanyak 1,5 L/
hari untuk mengurangi adanya konstipasi.
e/ Ibu bersedia makan makanan berserat tinggi dan minum
yang cukup.
4. Menganjurkan ibu aktvitas fisik rutin dan berolahraga
teratur.
e/ Ibu bersedia olahraga.
5. Memberikan KIE tanda bahaya trimester II, yaitu :
1. Sakit kepala yang hebat dan menetap
2. Perubahan visual secara tiba – tiba (Pandangan kabur,
rabunsenja)
3. Nyeri perut yang hebat.
4. Perdarahan pervaginam
5. Bengkak pada muka, tangan, dan kaki.
Apabila terjadi tanda bahaya tersebut, diasarankan ibu
untuk segera berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan
40

terdekat untuk dilakukan pemeriksaan.


e/ ibu mengerti tentang tanda bahaya pada kehamilan
trimester II, dan apabila mengalami tanda bahaya tersebut
ibu bersedia untuk segera ke fasilitas kesehatan.
6. Berdiskusi tentang P4K kepada ibu. Program P4K
adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan persiapan menghadapi komplikasi pada saat
kehamilan termasuk perencanaan pemakaian alat/obat
kontrasepsi pasca kehamilan. Program P4K dilakukan
dengan cara menempelkan stiker dirumah ibu hamil. Stiker
program P4K akan ditempel dirumah ibu hamil, maka
setiap ibu hamil akan tercatat, terdata dan terpantau secara
tepat. Stiker P4K berisi data tentang nama ibu hamil,
taksiran persalinan, penolong persalinan, tempat
persalinan, pendamping persalinan, transport yang
digunakan dan calon donor darah.
e/ ibu mengerti dan dapat mengulangi penjelasan tentang
P4K. Untuk saat ini ibu masih merencanakn persalinannya
akan dilakukan di rumah sakit secara seksio caesarea
karena minus matanya yang sudah mencapai minus 10.
7. Melakukan kolaborasi dengan dokter gigi untuk
kesehatan mulut dan gigi ibu. Anjuran dokter gigi :
menjaga oral hygiene
e/ ibu bersedia melakukan anjuran menjaga kebersihan
mulut dan gigi
8. Melakukan kolaborasi dengan dokter umum. Anjuran :
melanjutkan vitamin yang masih ada
e/ ibu bersedia melanjutkan mengonsumsi vitamin hamil
9. Memberikan terapi:
41

- Fe 1x1 sebanyak XXX tablet


- Kalk 1x1 sebanyak X tablet
- Vit C 1x1 sebanyak X tablet.
10. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 bulan lagi
atau apabila ada keluhan ke BPM tempat ibu biasa periksa
atau ke puskesmas, dengan memperhatikan protokol
kesehatan
e/ ibu bersedia melakukan kunjungan ulang.

Asuhan ke-2 (Tanggal 14 Januari 2022 di Poli KIA)


S : ibu tidak ada keluhan. Sudah bisa BAB. Sudah konsumsi sayur dan buah
secara teratur. Datang ingin USG.
O : TD: 120/80 mmHg. R: 24x/menit.
N: 80 x/menit. S: 36,4 C
TFU: 20 cm DJJ: 148x/menit.
A :G3P2 A0 UK 19-20 minggu. Keadaan ibu baik. Prognosa baik.
P :
Tanggal Penatalaksanaan Paraf
14/01/2022 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan.
e/ Ibu bersyukur keadaannya baik.
2. Menganjurkan ibu menjaga asupan nutrisi tinggi
serat.
e/ Ibu bersedia.
3. Memberikan KIE ketidaknyamanan trimester II
dan cara mengatasinya. Ketidaknyamanan meliputi:
pusing, sering berkemih, nyeri perut bagian bawah,
nyeri punggung. Ketidaknyamanan tersebut
merupakan proses fisiologis.

e/ Ibu mengerti.
42

4. Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk USG.

e/Ibu bersedia.
43

BAB 4
PEMBAHASAN

Pembahasan ini bertujuan untuk merumuskan kesenjangan antara teori


dengan kasus nyata pada asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. A usia 39 tahun
UK 19 minggu dengan masalah konstipasi. Pengkajian asuhan kebidanan ini
dilakukan di Poli KIA Puskesmas Cerme, Gresik. Pengkajian terdiri dari
pengkajian data subjektif dan objektif, perumusan diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi dalam bentuk SOAP. Berdasarkan
penkajian pada Ny.A terdapat beberapa kesamaan dan kesenjangan antara teori
dan praktik.
Dari hasil anamnesis didapatkan Ny. A jarang makan sayur dan buah.
Asupan nutrisi yang kurang mengandung serat menimbulkan masalah konstipasi.
Dismping penyebab lain konstipasi yaitu secara fisiologi kehamilan berpengaruh
terhadap proses defekasi. Peningkatan hormon progesteron mengakibatkan otot-
otot usus halus menjadi relaksasi sehingga menganggu proses defekasi yang
mengakibatkan konstipasi (Manuaba, 2013). Oleh karena itu, pengukuran
konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui proporsi yang dimakan oleh
Ny.A dapat berguna untuk mengukur gizi dan menemukan faktor yang
menyebabkan konstipasi.
Ada beberapa faktor menurut Sembiring (2015) wanita hamil mengalami
konstipasi yaitu: faktor hormonal, perubahan diet, pertumbuhan janin dan aktifitas
fisik. Riwayat posisi saat defekasi juga menjadi resiko untuk timbulnya
konstipasi. Pada wanita hamil terjadi perubahan hormonal yang drastis
peningkatan progesteron selama kehamilan. Progesteron akan menyebabkan otot-
otot relaksasi untuk memberi tempat janin berkembang. Relaksasi otot ini juga
mengenai otot usus sehingga akan menurunkan motilitas usus yang pada akhirnya
menyebabkan konstipasi (slow-transit constipation). Disamping itu selama
kehamilan tubuh menahan cairan, absorbsi cairan di usus meningkat sehingga isi
usus cenderung kering dan keras yang memudahkan terjadinya konstipasi.

43
44

Banyaknya asupan energi yang kurang dikonsumsi karena banyak ibu


hamil yang kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat,
lemak dan protein seperti nasi, ubi-ubian, ikan, daging dan sayuran. dan juga
masih banyak ibu hamil yang mengkonsumsi makanan tidak sesuai dengan
jumlah/porsi yang dibutuhkan saat hamil terutama makanan yang mengandung
tinggi protein seperti daging dan juga sayuran yang sangat berkontribusi besar
dalam pertumbuhan dan perkembangan ibu dan janin yang dikandungnya (Latif,
Rahayu, and Mansyur, 2019).
Dari data objektif didapatkan hasil BB 75 kg, TB: 158 cm, LiLA: 31 cm,
IMT: 26,10 kg/m (normal), TD: 130/80 mmHg. Dari hasil tersebut tidak terdapat
kesenjangan sesuai dengan teori Menurut Kemenkes (2019) LiLA > 23,5 cm saat
dilakukan pengukuran. IMT >17.9 termasuk dalam kategori normal.
Upaya yang dilakukan untuk menangani masalah konstipasi dengan
menggunakan penatalaksanaan Non Farmakologi yaitu meningkatkan asupan
serat. Hindari makan porsi besar 3 kali sehari tetapi makanlah dengan porsi kecil
dan sering. Kebutuhan serat pada wanita hamil sama dengan orang normal yakni
sekitar 25-30 gram per hari. Serat makanan terdiri dari serat larut dan serat tidak
larut. Serat larut akan mengalami fermentasi di usus besar dan memperlambat
pengosongan lambung, menahan air dan membentuk gel. Contohnya apel, jeruk
dan strawberi. Serat tidak larut sukar difermentasi, memperpendek waktu transit
di usus dan memperbesar massa tinja. Serat tidak larut banyak terdapat pada
sereal, sayur- sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Hindari konsumsi serat
yang berlebihan secara bersamaan dalam waktu cepat karena akan menimbulkan
kembung, sebah dan rasa tidak nyaman di perut (Syam AF, 2018). Meningkatkan
asupan cairan. Wanita hamil membutuhkan asupan cairan 300 ml lebih banyak
dari rata-rata 2000 ml cairan yang dikonsumsi orang normal. Hindari minuman
bersoda, alkohol dan kopi. Pagi hari setelah bangun tidur usahakan untuk
mengkonsumsi segelas air untuk merangsang defekasi (Folden SL, Backer JH,
Maynard F, et al, 2019).
45

BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN
Ny.A G3P2A0 dengan masalah konstipasi. Tatalaksana yang diberikan
berupa anjuran nutrisi untuk menambah porsi makan tinggi serat. Hal ini
dilakukan untuk mencegah permasalahan ibu dan janin yang dapat ditimbulkan
karena konstipasi yang disebabkan berbagai faktor seperti faktor hormonal,
perubahan pola diet, pertumbuhan janin, kurangnya aktifitas fisik dan riwayat
posisi saat defekasi. Terapi lini pertama lebih diutamakan yakni berupa
penatalaksanaan non farmakologi. Penggunaan obat pencahar (laksansia) sebagai
terapi lini kedua diberikan hanya bila benar- benar diperlukan dan tidak untuk
penggunaan jangka panjang.
5.2 SARAN
1. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan dapat meningkatkan asuhan pada ibu hamil dengan melakukan
pengkajian data kesehatan ibu hamil secara lebih lengkap agar dapat
mengidentifikasi faktor yang menjadi penyebab konstipasi yang sedang
dialami. Hal ini sangat bermanfaat sebagai arah bagi bidan dalam
memberi edukasi yang tepat untuk menangani konstipasi yang dialami.
2. Bagi ibu hamil
Diharapakan dapat secara mandiri mengatasi masalah ketidaknyamanan yang
dialami berdasarkan KIE yang diberikan petugas kesehatan.

45
46

DAFTAR PUSTAKA

Ardhiyanti Y. 2017. Hubungan Konsumsi Buah Pepaya dengan Kejadian


Konstipasi pada Ibu Hamil di Puskesmas Rumbai Pesisir Pekanbaru.

Irianti, Bayu dkk. 2014. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta : Sagung Seto

Khumaira, Marsha. 2013. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Citra Pustaka.

Latif, Umar, Agustin Rahayu, and Suryani Mansyur. 2019. “Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan konstipasi Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tosa Kota Tidore Kepulauan Tahun 2018.” Jurnal Biosainstek
1(01): 83–94.

Mirghafourvand, et all. 2016. The Effect of Probiotic Yogurt on Constipation in


Pregnant Women: A Randomized Control Clinical Trial. Iran Red
Crescent Med, 18(11):e39870

Manuaba, Ida Ayu Chandranita, I. B. G. Fajar Manuaba, I. B. G. Manuaba. 2012.


Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk Pendidikan Bidan
Ed.2. Jakarta: EGC

Marmi. 2016. Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ojieh AE. 2018. Constipation in pregnancy and the effect of vegetable


consumtion in defferent socio-economic class in Warri, Delta State.
Journal of Medical and Applied Biosciences; 4:1-6

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustakap

Pusdiknakes. 2018. Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta : Pesdiknakes

Romauli, Suryati. 2011a. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1; Konsep Dasar Asuhan
Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Buku Panduan Praktis Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sulistyawati. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba


Medika

Sembiring. 2015. Konstipasi Pada Kehamilan . JIK; 1:7-10

Syam AF. Konstipasi pada Kehamilan Dalam: Laksmi PW, Alwi I, Setiati S,
Mansjoer A, Ranita R, editors. Penyakit-penyakit pada kehamilan:
47

peran seorang internis. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit


Dalam FK UI; 2018: p137-42

Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta:


Pustaka Baru Press.
48

LAMPIRAN
49
50

Anda mungkin juga menyukai