Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK


PADA IBU NIFAS DAN MENYUSUI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGGILIS SURABAYA

Disusun Oleh:
Ramadhana Larasati P27824620036

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Holistik Pada Nifas dan Menyusui ini dilaksanakan
sebagai dokumen/laporan Praktik Blok 5 yang telah dilaksanakan
di Puskesmas Tenggilis Surabaya periode praktik
Tanggal : 18 Januari-06 Februari 2021

Surabaya, Januari 2021

Ramadhana Larasati
NIM.P27824620036

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan 1 Pembimbing Pendidikan 2

Elly Fatmawati, Amd.Keb Queen Khoirun Nisa’ M., M.Keb Ani Media H., SST., M.Keb.
NIP.197811142006042023 NIP.198212132008012007 NIP.197802142002122001

Mengetahui

Kepala Puskesmas Ketua Program Studi

dr. Dessy J Setia Evi Pratami, S.ST. M.Keb


NIP.196712081996032002 NIP. 197905242002122001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Individu yang berjudul “Praktik
Asuhan Kebidanan Holistik Pada Ibu Nifas dan Menyusui di Wilayah Kerja
Puskesmas Tenggilis Surabaya”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat
menyelesaikan tugas blok 5 (Ibu Nifas dan Menyusui) pada Pendidikan Profesi
Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan,
petunjuk dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Evi Pratami, SST, M.Keb., selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Surabaya.
2. dr. Dessy J Setia, selaku Kepala Puskesmas Tenggilis Surabaya.
3. Elly Fatmawati, Amd.Keb., selaku bidan koordinator Puskesmas Tenggilis
Surabaya.
4. Ermawati, S.Tr.Keb., selaku pembimbing praktik klinik Puskesmas Tenggilis
Surabaya.
5. Queen Khoirun Nisa Mairo, SST., M.Kes., selaku pembimbing pendidikan 1
yang telah memberi masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
6. Ani Media Harumi, SST, M.Keb., selaku pembimbing pendidikan 2 yang telah
memberi arahan, dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan laporan
ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Surabaya, Januari 2021

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman :

Halaman Judul.........................................................................................................i
Lembar Pengesahan................................................................................................ii
Kata Pengantar.......................................................................................................iii
Daftar Isi.................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Tujuan Praktik ..................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum................................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus...............................................................................................2
1.3 Waktu dan Tempat Praktik...............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1 Konsep Dasar Nifas..........................................................................................4
2.1.1 Pengertian Nifas.............................................................................................4
2.1.2 Tahapan Masa Nifas......................................................................................4
2.1.3 Perubahan Fisiologis Nifas............................................................................5
2.1.4 Perubahan Psikologis Nifas...........................................................................5
2.1.5 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas...........................................................................10
2.1.6 Kunjungan Masa Nifas..................................................................................19
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Nifas..........................................................21
2.2.1 Pengkajian.....................................................................................................21
2.2.2 Interpretasi Data............................................................................................26
2.2.3 Diagnosa dan Masalah Potensial...................................................................26
2.2.4 Kebutuhan Tindakan Segera.........................................................................28
2.2.5 Perencanaan..................................................................................................28
2.2.6 Implementasi.................................................................................................29
2.2.7 Evaluasi.........................................................................................................30
BAB III TINJAUAN KASUS ...............................................................................31

iv
3.1 Data Subjektif...................................................................................................31
3.2 Data Objektif ...................................................................................................34
3.3 Analisa Data ....................................................................................................35
3.4 Penatalaksanaan...............................................................................................35
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................37
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .....................................................................39
5.1 Kesimpulan......................................................................................................39
5.2 Saran................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................40

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas di mulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari. Masa ini merupakan masa yang cukup
penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena
pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai
masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis
puerperalis. Periode nifas merupakan salah satu periode kritis dalam proses
kehidupan seorang perempuan maupun bayi dan merupakan masa sulit (Yanita
dan Zumralita, 2001), diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 25 jam pertama
(Rahayu dkk, 2012). Hal ini membuat pasca persalinan (masa nifas) berpeluang
untuk menambah terjadinya tingginya angka kesakitan dan kematian ibu karena
kejadian komplikasi pada masa nifas.
Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2015 Angka
Kematian Ibu di dunia yaitu 289.000 jiwa (WHO, 2015). Menurut data SDKI,
Angka Kematian Ibu pada tahun 2015 menurun menjadi sekitar 307 per 100.000
kelahiran hidup, angka tersebut belum memenuhi target SDGs (Sustaineble
Development Goals) tahun 2030 yaitu mengurangi angka kematian ibu hingga
dibawah 70 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015). Jumlah Angka
Kematian Ibu nifas di Jawa Timur periode Januari – Juni 2016 sebanyak 164 per
100.000 kelahiran hidup dengan gambaran yaitu, 6-24 jam (7,32%), 1-3 hari
(39,63%), 4-28 hari (46,34%), dan 29-42 hari (6,71%) (Dinkes Provinsi Jatim,
2016).
Penyebab dari masih belum tercapainya target untuk mengurangi angka
kematian salah satunya yaitu kurangnya kesadaran, pengetahuan ibu dan keluarga
tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan pada saat nifas. Berdasarkan Profil
Kesehatan Indonesia tahun 2016 menunjukkan ada kecenderungan penurunan

1
2

cakupan KF3 pada tahun 2016 lebih rendah dibandingkan tahun 2015 yaitu dari
87,06% menjadi 84,41% (Kemenkes RI, 2016).
Mengatasi hal tersebut, pemerintah membuat kebijakan dengan melakukan
kunjungan nifas minimal empat kali Kunjungan Nifas (KF) yaitu selama 6-8 jam
setelah persalinan (KF1), 6 hari setelah persalinan (KF2), 2 minggu setelah
persalinan (KF3), 6 minggu setelah persalinan (KF4) (Dewi dan Sunarsih, 2012).
Tujuannya untuk mencegah penyulit yang terjadi selama masa nifas dan berisiko
terhadap keselamatan ibu nifas diantaranya infeksi, perdarahan, tromboflebitis,
emboli paru serta depresi pasca partum. Penyulit tersebut rawan terjadi selama 24
jam postpartum yang dikenal sebagai masa kritis masa nifas, yang memerlukan
perawatan dan pemantauan ketat karena dapat berakibat pada kematian ibu bila
tidak ditangani dengan segera. Namun hal tersebut dapat dicegah dengan
memberikan asuhan kebidanan selama masa nifas.
Sehubungan dengan hal tersebut, peran dan tanggung jawab bidan sangat
diperlukan untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas guna mencegah
atau menurunkan angka kematian ibu dengan cara melakukan asuhan kebidanan
secara komprehensif. Oleh sebab itu, penulis ingin melakukan Asuhan Kebidanan
Komprehensif pada Ibu nifas dan Menyusui di Puskesmas Tenggilis Surabaya.
1.2 Tujuan Praktik
1.2.1 Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Kebidanan Holistik pada Ibu Nifas dan Menyusui
di Puskesmas Tenggilis Surabaya yang didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada ibu nifas dan menyusui di Puskesmas Tenggilis
Surabaya
2. Menginterpretasi data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah, kebutuhan
pada ibu nifas dan menyusui di Puskesmas Tenggilis Surabaya
3. Mengidentifikasi diagnosa potensial pada ibu nifas dan menyusui Puskesmas
Tenggilis Surabaya
4. Melakukan tindakan segera pada ibu nifas dan menyusui di Puskesmas
Tenggilis Surabaya
3

5. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan pengkajian pada


ibu nifas dan menyusui di Puskesmas Tenggilis Surabaya
6. Melaksanakan tindakan sesuai tindakan pada ibu nifas dan menyusui di
Puskesmas Tenggilis Surabaya
7. Mengevaluasi tindakan yang sudah diberikan pada ibu nifas dan menyusui di
Puskesmas Tenggilis Surabaya
1.3 Waktu dan Tempat Praktik
Praktik dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Tenggilis Surabaya, pada
tanggal 18 Januari-06 Februari 2021.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Nifas


2.1.1 Pengertian Nifas
Masa nifas berasal dari bahasa latin, yaitu puer artinya bayi dan parous
artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan masa nifas
adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah
lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum
hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha, 2013).

Masa Nifas dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama
6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik secara fisiologi maupun
psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan (Nurjanah, dkk, 2013).

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. masa nifas
berlangsung kirakira 6 minggu, akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan (Prawirohardjo,
2014).

2.1.2 Tahapan Masa Nifas


Menurut Nurjanah, dkk, 2013 Masa nifas dibagi dalam 3 tahap, yaitu
puerperium dini (immediate puerperium), puerperium intermedial (early
puerperium) dan remote puerperium (later puerperium). Adapun penjelasannya
sebagai berikut:
1. Puerperium dini (immediate puerperium), yaitu pemulihan di mana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (waktu 0-24 jam Postpartum). Dalam
agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial (early puerperium), suatu masa di mana pemulihan
dari organ-organ reproduksi secara menyeluruh selama kurang lebih 6-8
minggu.

4
5

3. Remote puerperium (later puerperium), waktu yang diperlukan untuk pulih


dan sehat kembali dalam keadaan yang sempurna secara bertahap terutama
jika selama masa kehamilan dan persalinan ibu mengalami komplikasi, waktu
untuk sehat bisa berminggu-minggu, bulan bahkan tahun.

2.1.3 Perubahan Fisiologis Masa Nifas


Perubahan Fisiologis pada masa nifas: (Walyani, 2015).
1. Sistem Kardiovaskular
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah
melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan
beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan haemokonsentrasi sampai
volume darah kembali normal, dan pembuluh darah kembali ke ukuran
semula.
2. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembaliseperti sebelum hamil.
a. Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000gr
b. Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat
dengan berat uterus 750gr
c. Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat
simpisis dengan berat uterus 500gr
d. Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas
simpisis dengan berat urterus 350gr
e. Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat
uterus 50gr
2) Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Macam-macam lochea:
6

Tabel 2.1 Perubahan Lochea berdasarkan Waktu dan Warna


Lochea Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah Berisi darah segar dan sisa-sisa
(cruenta) postpartum selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa,
lanugo, dan mekonium
Sanguinolenta 3-7 hari Merah Berisi darah dan lendir
postpartum kekuningan
Serosa 8-14 hari Kekuningan/ Cairan serum, jaringan
postpartum Kecoklatan desidua, leukosit, dan eritrosit
Alba 2 minggu Putih Cairan berwarna putih seperti
postpartum krim terdiri dari leukosit dan
sel-sel desidua.
Purulenta Terjadi infeksi, keluar cairan
seperti nanah berbau busuk
Locheastatis Lochea tidak lancar keluarnya
Sumber: (Saleha, 2013)
3) Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendur, terkulai dan
berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus
dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman
karena penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi lahir, tangan pemeriksa
masih dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja
yang dapat masuk. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum
tidak sama seperti sebelum hamil (Rukiyah, 2011).
4) Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
7

hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul


kembali sementara labia menjadi lebih menonjol. (Walyani, 2015).
5) Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara
alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu
produksi susu dan sekresi susu (let down). Selama sembilan bulan
kehamilan, jaringan payudara tumbuh menyiapkan fungsinya untuk
menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika
hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambat
kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik).
Ketika bayi menghisap puting, reflek saraf merangsang lobus posterior
pituitary untuk menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang reflek
let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus
aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI
dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang
untuk menghasilkan ASI lebih banyak (Saleha, 2013).
3. Perubahan Sistem Pencernaan
Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi pula penurunan produksi
progesteron. Sehingga hal ini dapat menyebabkan heartburn dan konstipasi
terutama dalam beberapa hari pertama. Kemungkinan terjadi hal ini karena
kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya reflek
hambatan defekasi dikarenakan adanya rasa nyeri pada perineum karena
adanya luka episiotomi (Bahiyatun, 2016).
4. Perubahan Sistem Perkemihan
Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Dieresis terjadi karena
saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah
4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung kemih mengalami
edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya overdistensi
pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran urine yang tertahan selama
proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan oleh adanya trauma saat
8

persalinan berlangsung dan trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam


postpartum (Bahiyatun, 2016).
5. Perubahan Tanda-tanda Vital
Perubahan Tanda-tanda Vital terdiri dari beberapa, yaitu:
1) Suhu Badan
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5oC-
38oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan
(dehidrasi) dan kelelahan karena adanya bendungan vaskuler dan
limfatik. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya
pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI,
payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila
suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi endometrium, mastitis,
tractus genetalis atau system lain.
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa antara 60-80 kali per menit atau
50-70 kali per menit. Sesudah melahirkan biasanya denyut nadi akan
lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus
waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.
3) Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg pada systole dan 10
mmHg pada diastole. Biasanya setelah bersalin tidak berubah (normal),
kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena
ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat
menandakan terjadinya preeklamsi pada masa postpartum.
4) Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran napas
contohnya penyakit asma. Bila pernapasan pada masa postpartum
menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
9

6. Perubahan Sistem Kardiovaskular


Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala tiga
ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari
pertama postpartum dan akan kembali normal pada akhir minggu ke-3
postpartum (Bahiyatun, 2016).
2.1.4 Perubahan Psikologis Nifas
Periode Postpartum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru, bahkan
lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-faktor yang
mempengaruhi suksenya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa
postpartum, yaitu:
1. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman
2. Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi.
3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain
4. Pengaruh budaya (Bahiyatun, 2016).
Dalam menjalani adaptasi psikososial menurut Rubin setelah melahirkan, ibu
akan melalui fase-fase sebagai berikut:
1. Masa Taking In (Fokus pada Diri Sendiri)
Masa ini terjadi 1-3 hari pasca-persalinan, ibu yang baru melahirkan akan
bersikap pasif dan sangat tergantung pada dirinya (trauma), segala energinya
difokuskan pada kekhawatiran tentang badannya. Dia akan bercerita tentang
persalinannya secara berulang-ulang.
2. Masa Taking On (Fokus pada Bayi)
Masa ini terjadi 3-10 hari pasca-persalinan, ibu menjadi khawatir tentang
kemampuannya merawat bayi dan menerima tanggung jawabnya sebagai ibu
dalam merawat bayi semakin besar. Perasaan yang sangat sensitive sehingga
mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati.
3. Masa Letting Go (Mengambil Alih Tugas sebagai Ibu Tanpa Bantuan
NAKES)
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu mengambil langsung tanggung
jawab dalam merawat bayinya, dia harus menyesuaikan diri dengan tuntutan
10

ketergantungan bayinya dan terhadap interaksi social. Ibu sudah mulai


menyesuaikan diri dengan ketergantungan. Keinginan untuk merawat diri dan
bayinya meningkat pada fase ini (Nurjanah, 2013).

2.1.5 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas


1. Nutrisi Dan Cairan
Pada mereka yang melahirkan secara normal, tidak ada pantangan diet.
Dua jam setelah melahirkan perempuan boleh minum dan makan seperti biasa
bila ingin. Namun perlu diperhatikan jumpal kalori dan protein ibu menyusui
harus lebih besar daripada ibu hamil, kecuali apabila si ibu tidak menyusui
bayinya.
Kebutuhan pada masa menyusui meningkat hingga 25% yaitu untuk
produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari
biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusi sebanyak 500 kkal tiap hari.
Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melaksanakan aktivitas,
metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI serta sebagai ASI
itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat,
seperti susunanya harus seimbang , porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu
asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alcohol, nikotin serta bahan
pengawet dan pewarna. Menu makanan yang seimbang mengandung unsure-
unsur, seperti sumber tenaga, pembangunan, pengatur dan perlindung.
1) Sumber Tenaga (Energi)
Sumber tenaga yang diperlukan untuk membakar tubuh dan
pembentukan jaringan baru. Zat nutrisi yang termasuk sumber energy
adalah karbohidrat dan lemak. Karbohidrat berasal dari padi-padian,
kentang, umbi, jagung, sagu, tepung roti, mie, dan lain-lain. Lemak bias
diambil dari hewani dan nabati.lemak hewani yaitu mentega dan keju.
Lemak nabati berasal dari minyak kelapa sawit, minyak sayur dan
margarine.
2) Sumber Pembangun (Protein)
11

Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel-sel yang rusak


atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani dan
protein nabati. Protein hewani antara lain telur, daging, ikan, udang
kering, susu dan keju. Sedangkan protein nabati banyak terkandung
dalam tahu, tempe, kacang-kacangan, dan lain-lain.
3) Sumber pengatur dan pelindung (mineral, air dan vitamin)
Mineral, air dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan
penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber zat
pengatur bias diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-buahan segar.
Beberapa mineral yang penting, antara lain :
a. Zat kapur untuk membentuk tulang. Sumbernya berasal dari susu, keju,
kacang-kacangan dan sayur-sayuran berdaun hijau.
b. Fosfor untuk pembentukan tulang dan gigi. Sumbernya berasal dari
susu, keju dan daging.
c. Zat besi untuk menambah sel darah merah. Sumbernya berasal dari
kuning telur, hati, daging, kerang, kacang-kacangan dan sayuran.
d. Yodium untuk mencegah timbulnya kelemahan mental. Sumbernya
berasal dari ikan, ikan laut dan garam beryodium.
e. Kalsium merupakan salah satu bahan mineral ASI dan juga untuk
pertumbuhan gigi anak. Sumbernya berasal dari susu, keju dan lain-lain.
f. Kebutuhan akan vitamin pada masa menyusui meningkat untuk
memenuhi kebutuhan bayinya. Beberapa vitamin yang penting antara
lain :
a) Vitamin A untuk penglihatan berasal dari kuning telur ,hati,
mentega, sayur berwarna hijau, wortel, tomat dan nangka.
b) Vitamin B1 agar nafsu makan baik yang berasal dari hati, kuning
telur, tomat, jeruk, nanas.
c) Vitamin B2 untuk pertumbuhan dan pencernaan berasal dari hati,
kuning telur, susu, keju, sayuran hijau.
d) Vitamin B3 untuk proses pencernaan, kesehatan kulit, jaringan
saraf dan pertumbuhan. Sumbernya antara lain susu, kuning telur,
daging, hati,beras merah, jamur dan tomat.
12

e) Vitamin B6 untuk pembentukan sel darah merah serta kesehatan


gigi dan gusi. Sumberny antara lain gandum, jagung, hati dan
daging.
f) Vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan
jaringan saraf. Sumbernya antara lain telur, daging, hati, keju, ikan
laut dan kerang laut.
g) Vitamin C untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan semua
jaringan ikat ( untuk penyembuhan luka ), pertumbuhan tulang,
gigi dan gusi, daya tahan terhadap infeksi dan memberikan
kekuatan pada pembuluh darah. Sumbernya berasal dari jeruk,
tomat, melon, mangga, papaya dan sayur.
h) Vitamin D untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang dan gigi
serta penyerapan kalsium dan posfor. Sumbernya berasal dari
minyak ikan, ikan susu, margarine, san penyinaran kulit dengan
matahari sebelum jam 9.
i) Vitamin K untuk mencegah perdarahan. Sumbernya berasal dari
hati, brokoli, bayam dan kuning telur.
Untuk kebutuhan cairannya, ibu menyusui harus meminum sedikitnya 14
gelas atau 3 liter air setiap hari (anjurkan untuk ibu minum setiap kali menyusui)
pada 6 bulan pertama dan sedikitnya 12 gelas setiap hari pada 6 bulan kedua.
Kebutuhan pada masa menyusui meningkat hingga 25% yaitu untuk produksi
ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari biasanya.
Penambahan kalori pada ibu menyusi sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan
yang dikonsumsi ibu berguna untuk melaksanakan aktivitas, metabolisme,
cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang
akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang
dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti susunanya harus seimbang ,
porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak
mengandung alcohol, nikotin serta bahan pengawet dan pewarna. Menu makanan
yang seimbang mengandung unsur-unsur, seperti sumber tenaga, pembangunan,
pengatur dan perlindung. Anjurkan makanan dengan menu seimbang, bergizi
untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup, memperoleh
13

tambahan 500 kalori setiap hari, berguna untuk produksi ASI dan
mengembalikan tenaga setelah persalinan. Tidak mengonsumsi makanan yang
mengandung alcohol. Tablet zat besi diminum minimal 40 hari pasca persalinan.

2. Ambulasi Dini
Pada masa nifas, perempuan sebaiknya melakukan ambulasi dini. Yang
dimasud dengan ambiulasi dini adalah beberapa jam setelah melahirkan,
segera bangun dari tempat tidur dan segera bergerak, agar lebih kuat dan
lebih baik. Gangguan kemih dan buang air besar juga dapat teratasi.
Mobilisasi sangat bervariasi, tergantung pada komplikasi persalinan, nifas,
atau sembuhnya luka (jika ada luka). Jika tidak ada kelainan, lakukan
mobilisasi sedini mungkin, yaitu dua jam setelah persalian normal. Ini
berguna untuk memepercepat sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina
(lochea).
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8
jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri
untuk mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2
diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke 4 atau 5 sudah
diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada
komplikasi persalinan,nifas dan sembuhnya luka.
3. Eliminasi
Rasa nyeri kadangkala menyebabkan keengganan untuk berkemih, tetapi
usahakanlah untuk berkemih secara teratur, karena kantung kemih yang
penuh dapat menyebabkan gangguan kontraksi rahim, yang dapat
menyebabkan timbulnya perdarahan dari rahim. Seperti halnya dengan
berkeih, perempuan pascapersalinan sering tidak merasakan sensasi ingin
buang air besar, yang dapat disebabkan pengosongan usus besar (klisma)
sebelum melahirkan atau ketakutan menimbulkan robekan pada jahitan
dikemaluan. Sebenarnya kotoran yang dalam beberapa hari tidak dikeluarkan
akan mengeras dan dapat menyulitkan dikemudian hari.
14

Pengeluaran air seni akan meningkat 24-48 jam pertama sampai hari ke-5
setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena volume dara meningkat pada saat
hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan. Oleh karena itu, ibu perlu
belajar berkemih secara spontan dan tidak menahan buang air kecil ketika ada
rasa sakit pada jahitan. Menahan buang air kecil akan menyebabkan
terjadinya bendungan air seni dan gangguan kontraksi rahim sehingga
pengeluaran cairan vagina tidak lancar. Sedangkan buang air besar akan sulit
karena ketakutan akan rasa sakit, takut jahitan terbuka atau karena adanya
haemoroid (wasir). Kesulitan ini dapat dibantu dengan mobilisasi dini,
mengonsumsi makanantinggi serat dan cukup minum.
Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan
kateterisasi. Anjuran :
1) Ibu perlu belajar berkemih secara spontan setelah melahirkan
2) Tidak menahan BAK ketika ada rasa sakit pada jahitan, karena akan
menyebabkan terjadinya bendungan air seni. Akibatnya skan timbul
gangguan pada kontraksi rahim sehingga pengeluaran lochea tidak
lancar.
3) Miksi harus secepatnya dilakukan sendiri.
4) Bila kandung kemih penuh dan tidak dapat dimiksi sendiri, dilakukan
kateterisasi.
5) Bila perlu dpasang dauer catheter atau indwelling catheter untuk
mengistirahatkan otot-otot kandung kencing.
6) Dengan melakukan mobilisasi secepatnya, tak jarang kesulitan miksi
dapat diatasi.
4. Defekasi
Sulit BAB (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan akan rasa sakit,
takut jahitan terbuka atau karena adanya haemoroid. Buang air besar harus
dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan
terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans per oral atau
per rectal. Jika masih belum bias dilakukan klisma. Anjuran :
1) Mobilisasi dini
15

2) Konsumsi makanan yang tinggi serat dan cukup minum


3) Defekasi harus ada dalam 3 hari pasca persalinan. Sebaiknya pada hari
kedua ibu sudah bias BAB, jika pada hari ketiga belum BAB, ibu bisa
menggunakan pencahar berbentuk suppositoria (pil yang dibuat dari
bahan yang mudah mencair dan mengandung obat-obatan untuk
dimasukkan kedalam liang anus). Ini penting untuk menghindari
gangguan pada kontraksi uterus yang dapat menghambat pengeluaran
lochea.
4) Lakukan klisma atau berikan laksan per oral.
5) Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin, tidak jarang kesulitan
defekasi dapat diatasi.
5. Kebersihan Diri
Menjaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik
pada luka jahitan maupun kulit.
1) Kebersihan alat Genitalia
Setelah melahirkan biasanya perineum menjadi agak bengkak/memar dan
mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomi. Anjuran :
a. Menjaga kebersihan alat genetalia dengan mencucinya menggunakan
air dan sabun, kemudian daerah vulva sampai anus harus kering
sebelum memakai pembalut wanita, setiap kali setelah bunag air
besar atau kecil, pembalut diganti minimal 3 kali sehari.
b. Cuci tangan dengan sabun dan iar mengalir sebelum dan sesudah
membersikan daerah genetalia.
c. Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara
membersihkan daeran disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan
kebelakang, baru kemudian membersikan daerah sekitar anus.
Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.
d. Sarankan ibu untuk menganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik dan telah dikeringkan dibawah matagari atau
disetrika.
16

e. Sarankan ibu mencuci tangan dengan sabun dan iar mengalir


sebelum dan sesudah membersikan daerah kelaminnya.
f. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada
ibu untuk menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin
atau cuci menggunakan sabun.

2) Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap
keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat
yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil.
Sebaiknya, pakaian agak longgar di daerah dada agar payudara tidak
tertekan dan kering. Demikian juga degan pakain dalam, agar tidak
terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea. Pakaian yang
digunakan harus longgar, dalam keadaan kering dan juga terbuat dari
bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi keringat menjadi
banyak ( disamping urun). Produksi keringat yang tinggi berguna untuk
menghilangkan ektra volime saat hamil.
3) Kebersihan Rambut
Setelah bayi lahir, ibu biasanya mengalami kerontokan rambut
akibat dari gangguan perubahan hormone sehingga rambut menjadi lebih
tipis dibandingkan keadaan normal. Meskipun demikian, kebanyakan
akan pulih kembali setelah beberapa bulan. Perawatan rambut perlu
diperhatiakan oleh ibu yaitu mencuci rambut dengan conditioner yang
cukup, lalu menggunakan sisir yang lembut dan hindari penggunaan
pengering rambut.
4) Kebersihan Tubuh
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil
akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk
menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu.
17

Oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu


akan merasa jumlah keringat
yang dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan menjaga kulit
tetap dalam keadaan kering.
5) Menjaga Kebersihan Vagina
Vulva harus selalu dibersikan dari depan kebelakang. Tidak perlu
khwatir jahitan akan terlepas. Justru vulva yang tidak dibersikhan akan
meningkatkan terjadinya infeksi. Apabila ada pembengkakan dapat di
kompres dengan es dan untuk mengurangi rasa tidak nyaman dapat
dengan duduk berendam di air hangat setelah 24 jam pasca persalinan.
Bila tidak ada infeksi tidak diperlukan penggunaan antiseptic,
cukup dengan air besih saja. Walau caranya sederhanan dan mudah,
banyak ibu yang ragu-ragu membersihkan daerah vaginanya di masa
nifas. Beberapa alasan yang sering dikeluhkan adalah takut sakit atau
khwatir jahitan di antara anus dan vagina akan robek, padahal ini jelas
tidak benar. Menurut dr.Rudiyanti, Sp,OG, jahitan yang dilakukan pasca
persalinan oleh dokter, tidak mudah lepas. “memang jahitan tersebut baru
akan diserap tubuh dalam waktu lima sampai tujuh hari. Jadi beberapa
hari setelah melahirkan masih terasa bila tersentu. Namun, tidak mudah
lepas.”
Lain kalau alasannya takut sakit. Setelah persalinan normal, saat
vagina dibersihkan akan terasa nyeri karena ada bekas jahitan di daerah
perineum ( antara anus dan alat kelamin ). Namun bukan berarti ibu
boleh alpa membersihkannya, walau terasa nyeri cebok setelah buang air
kecil atau besar tetap perlu dilakukan dengan seksama. ”Wajar saja kalau
setelah melahirkan vagina terasa sakit saat di bersihkan. Dokter biasanya
akan memberikan obat pereda rasa sakit.”
Tidak beda jauh dari proses setelah persalinan normal, ibu yang
melahirkan dengan bedah sesar pun akan mengalami masa nifas selama
40 hari. Meskpun vaginanya tidak terluka, dari situ tetap akan keluar
darah dan kotoran (lochea) yang merupakan sisa jaringan di dalam rahim.
18

Langkah-langkah untuk menjaga kebersihan vagina yang benar adalah :


a. Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK
dan BAB. Air yang digunakan tak perlu matang asal bersih. Basuh
dari depan kebelakang sehingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang
menempel disekitar vagina baik dari air seni maupun feses yang
mengandung kuman dan bias menyebabkan infeksi pada luka jahit.
b. Vagina tidak boleh di cuci menggunakan sabun atau cairan antiseptic
karena dapat menghilangkan bakteri baik, cukup gunakan air
mengalir. Yang penting jangan takut memegang daerah tersebut
dengan seksama.
c. Yang kadang terlupakan, setelah vagina dibersihkan, pembalutnya
tidak diganti. Bila seperti ini caranya maka akan percuma saja.
Bukankan pembalut tersebut sudah dinodai darah dan kotoran?
Berarti bila pembalut tidak diganti, maka vagina akan tetap lembab
dan kotor.
d. Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan anduk lembut, lalu
gunakan pembalut baru. Ingat pembalut harus diganti setiap habis
BAK atau BAB atau maksimal 3 jam setelah atau bila sudah
ditarasaka tidak nyaman.
e. Setelah semua langkah tadi dilakukan, perineum dapat diolesi salep
antibiotik yang diresepkan oleh dokter.
6. Istirahat
Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. Delapan jam pasca
persalinan, ibu harus tidur terlentang untuk mencegah perdarahan. Sesudah 8
jam, ibu boleh miring kekiri atau kekanan untuk mencegah trombisis. Ibu dan
bayi ditempatkan pada satu kamar. Pada hari kedua, bila perlu dilakukan
latihan senam. Pada hari ketiga umumnya sudah dapat duduk, hari keempat
berjalan dan hari kelima sudah dapat dipulangkan. Makanan yang diberikan
harus bermutu tinggi dan cukup kalori, cukup protein dan banyak buah.
Anjurkan untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, usahakan untuk
rileks dan istirahat yang cukup, terutama saat bayi sedang tidur. Memintah
19

bantuan suami atau keluarga ketika ibu merasa lelah. Putarkan dan dengarkan
lagu-lagu klasik disaat ibbu dan bayi sedang istirahat untuk menghilangkan
rasa tegang dan lelah.
7. Seksual
Setelah persalinan pada masa ini ibu menhadapi peran baru sebagai orang tua
sehingga sering melupakan perannya sebagai pasagan. Namun segera setelah
ibu merasa percaya diri dengan peran barunya dia akan menemukan waktu
dan melihat sekelilingnya serta menyadari bahwa dia telah kehilangan aspek
lain dalam kehidupannya yang juga penting. Oleh karena itu perlu memahami
perubahan yang terjadi pada istri sehingga tidak punya perasaan diabaikan.
Anjuran :
1) Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan suami istri begitu darah
(lochea) berhenti, sekitar 3-4minggu setelah persalinan dan ibu dapat
memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.
Begitu ibu merasakan aman untuk melakukan hubungan suami istri
kapan saja ibu siap.
2) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai waktu tertentu setelah 40 hari atau 6 minggu pasca persalinan.
Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
3) Kerjasama dengan pasangan dalam merawat dan memberikan kasih
saying kepada bayinya sangat dianjurkan.
4) Kebutuhan yang satu ini memang agak sensitive, tidak heran kalau anda
dan suami jadi serba salah.

2.1.6 Kunjungan Masa Nifas


Asuhan ibu masa nifas adalah asuhan yang diberikan kepada ibu segera
setelah kelahiran sampai 6 minggu setelah kelahiran. Tujuan dari kunjungan masa
nifas adalah untuk memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu
segera setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama kehanilan,
dalam persalinan dan keadaan segera setelah melahirkan. Adapun hasil yang
diharapkan adalah terlaksanakanya asuhan segera atau rutin pada ibu post partum
termasuk melakukan pengkajian, membuat diagnose, mengidentifikasi masalah
20

dan kebutuhan ibu, mengidentifikasi diagnose dan masalah potensial, tindakan


segera serta merencanakan asuhan,

Tabel 2.2 Kunjungan Masa Nifas


Kunjunga Waktu Tujuan
n
1 6-8 jam setelah persalinan 1. Mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut
3. Memberikan konseling pada ibu
atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu
dan bayi baru lahir
6. Menjaga bayi tetap
2 6 hari setelah persalinan 1. Memastikan involusi uterus
berjalan normal: uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, dan tidak ada
bau
2. Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi, atau perdarahan
21

abnormal
3. Memastikan ibu mendapatkan
cukup makanan, ciaran, dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan
baik, dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit
5.Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan
perawatan bayi sehari-hari
3 2 minggu setelah persalinan 1. Sama seperti diatas (6 hari setelah
persalinan)
4 6 minggu setelah 1. Menanyakan pada ibu tentang
persalinan penyulit-penyulit-penyulit yang ia
alami atau bayinya
2. Membrikan konseling KB secara
dini
3. Menganjurkan/mengajak ibu
membawa bayinya ke posyandu atau
puskesmas untuk penimbangan dan
imunisasi

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalahmengumpulkan semua
data yang di butuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien.Merupakan langkah
pertama untuk mrngumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi pasien. Pengumpulan data mencakup data subjektif
dan data objektif menurut Ambarwati (2010) yaitu :
1. Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang di dapat dari klien sebgai pendapat situasi
data kejadian.Informasi dapat ditentukan dengan informasi atau komunikasi.
22

1) Biodata yang mencakup identitas pasien meliputi :


a. Nama
Dikaji dengan nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru memberikan penanganan atau asuhan.
b. Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang
dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikis
belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali terjadi
perdarahan pada masa nifas.
c. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa dan beribadah.
Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
d. Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh
mana tingkat intelektual, sehingga bidan dapat memberikan konseling
sesuai dengan pendidikannya.
e. Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya,
karena ini mempengaruh dalam gizi pasien.
f. Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
2) Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang di hadapi yang berkaitan oleh masa
nifas, misalnya pasien merasa mules, terasa pusing, cepat lelah, nyeri
bekas jahitan dan badan terasa lemas, sehingga pasien merasa tidak
nyaman dengan kondisi yang dirasakannya.
3) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
23

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat


atau penyakit akut, kronis seperti : jantung, diabetes militus,
hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mempegaruhi kemungkinan adanya
penyakit yang di derita pada saat ini yang ada hubungannya pada
masa nifas dan bayinya.
c. Riwayat kesehatan kelurga
Data ini perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya,
yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya.
4) Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, siklus menstruasi, lamanya
menstruasi, banyaknya dara menstruasi, teratur/tidak menstruasinya, sifat
darah menstruasinya, keluhan yang di rasakan saat menstruasi disebut
disminorea.
5) Riwayat Perkawinan
Pada status perkawinan yang ditanyakan adalah kawin syah, berapa kali,
usia menikah berapa tahun, dengan suami usia berapa, lama perkawinan,
dan sudah mempunyai anak belum.
6) Riwayat Kehamilan, Persalinan da Nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan, riwayat persalinan yaitu jarak antar
dua kelahiran, tempat kelahiran, lamanya melahirkan, dan cara
melahirkan. Masalah/gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan
melahirkan. Riwayat kelahiran anak mencakup berat badan sewaktu lahir,
adakah kelainan bawaan bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi
hidup/mati data di lahirkan
7) Riwayat Keluarga Berencana
Untuk mengetahui apakah pasien penah ikut KB dengan kontrasepsi jenis
apa, berapa lama, adakah selama menggunakan kontrasepsi serta rencana
KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa
24

8) Riwayat Persalinan Sekarang


Untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin
anak, keadaan bayi, meliputi panjang badan, berat badan, penolong
persallinan. Hal ini perlu di kaji untuk mengetahui apakah peoses
persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada
masa nifas ini
9) Pola kebiasaan pada masa nifas
a. Nutrisi
Untuk mengetahui gambaran tentang pola makan dan minum,
frekuensi, banyaknya, jenis makanan dan makanan pantagan.
b. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
meliputi frekuensi, jumlah, konsintensi dan bau serta kebiasaan buang
air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.
c. Istirahat/tidur
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien
tidur, kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan mengkomsumsi obat tidur,
kebiasaan tidur siang. Istirahat sangat penting bagi ibu nifas karena
dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan.
d. Keadaan psikologis
Untuk mengetahui perasaan ibu sekarang apakah ibu merasa takut
atau cemas dengan keadaan ibu sekarang
10) Riwayat Sosial Budaya
Untuk mengetahui kehamilan ini direncanakan atau tidak, diterima atau
tidak, jenis kelamin yang di harapkan dan lain-lain.
11) Penggunaan obat-obatan atau rokok
Untuk mengetahui apakah ibu mengkonsumsi obat-obatan terlarang
ataukah ibu merokok atau tidak.
2. Data Objektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat di observasi dan dapat di
lihat oleh tenaga kesehatan.
25

1) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
Untuk mengetahui apakah ibu dalam keadaan baik, cukup atau
kurang.
b. Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah ibu composmentis
(sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan di
sekelilingnya), somnolen (kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh), koma (tidak bisa
dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun, tidak ada
respon kornea dan reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupit
terhadap cahaya).
c. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
Untuk mengetahui tekanan darah ibu. Pada beberapa kasus di
temukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi keadaan ini
akanmenghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit
lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan.
2) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang di hitung dalam menit.Batas
normal nadi berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi diatas
100x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya
suatu infeksi, hal ini salah satu bisa di akibatkan oleh proses
persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan.
3) Suhu
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,20C sesudah partus
dapat naik 0,50C dan keadaan normal tetapi tidak melebihi 380C
4) Pernafasan
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang di hitung
dalam 1 menit, batas normalnya 20x/menit.
d. Tinggi badan
26

Untuk mengetahui tinggi badan pasien, normalnya 146-165 cm


e. LILA
Untuk mengetahui status gizi pasien, normalnya >23,5 cm
2) Pemeriksaan Fisik
a. Rambut : Untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok atau
tidak
b. Muka : Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, adakah
kelainan, adakah oedema.
c. Mata : mengetahui adanya oedema atau tidak pada palpebra,
conjungtiva pucat atau tidak, seklera ikterik atau tidak.
d. Mulut : mengetahui ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi
berdarah atau tidak.
e. Leher : Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar tiroid,
kelenjar limfe, vena jugularis dan adanya benjolan atau tidak.
f. Dada : Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak,
ada benjolan atau tidak ada nyeri atau tidak.
g. Abdomen : mengetahui ada luka bekas operasi atau tidak, ada strie
atau tidak, ada linea alba nigra atau tidak, mengetahui kontraksi uterus
keras atau lemah, tinggi fundus uteri
h. Vulva : mengetahui keadaan vulva adanya tanda-tanda infeksi,
varices, pembesaran kelenjar bartholinidan perdarahan.
i. Perineum : mengetahui keadaan perenium apakah ada oedema atau
tidak, ada hematoma atau tidak, ada bekas luka episotomi atau tidak.
j. Anus : mengetahui ada hemoroid atau tidak
k. Ekstremitas : Untuk mengethui cacat aau tidak, ada oedema atau tidak,
ada varices atau tidak
3) Pemerikasaan penunjang
Pemerikasaan penunjang adalah pemeriksaan untuk mendukung
penegakan diagnose yaitu pemeriksaan laboratorium, rontgen
ultrasonografi dan lain-lain (Ambarwati, 2010).
27

2.2.2 Interpretasi Data


P…….. postpartum fisiologis 6 jam

2.2.3 Diagnosa dan Masalah Potensial


Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang
telah sikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah.

1. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa bidan yang telah di tegakkan dalam lingkup praktik kebidanan
nomenklatur diagnose kebidanan, Varney.
Diagnosa : P…….. postpartum fisiologis 6 jam
Data dasar
1) Data subjektif
Ibu megatakan sering pusing, mata berkunang-kunang dan cepat lelah
2) Data objektif
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran ibu nifas : composmentis
c. TTV : Tekanan darah : …... mmhg
Nadi : …... x/menit
Respirasi : …... x/menit
Suhu : …… x/menit
TFU 2 jari di bawah pusat
2. Masalah
Masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang ditemukan dari hasil
pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai dengan keadaan pasien.
Masalah yang sering muncul pada ibu nifas fisiologis yaitu perut terasa
mules, nyeri luka jahitan, ASI tidak keluar banyak.
3. Kebutuhan
28

Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum


teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan analisa
data. Menurut Manuaba, kebutuhan pada pasien nifas fisiologis adalah :
1) Informasi tentang keadaan ibu
2) Informasi tentang penanganan keluhan
3) Informasi tentang makanan bergizi dan cukup kalori, terutama protein
4) Informasi tentang ASI Ekslusif
5) Informasi tentang mobilisasi dini
6) Informasi tentang istirahat cukup
7) Support mental dari keluarga dan tenaga Kesehatan

2.2.4 Kebutuhan Tindakan Segera


Tidak ada

2.2.5 Perencanaan
Menurut Saleha (2013) rencana asuhan pada masa postpartum kunjungan 1
(6–8 jam pascapersalinan) yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :
1. Informasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.
Rasional : agar mengerti tentang kondisinya dan agar ibu kooperatif dalam
menerima asuhan.
2. Fasilitasi pemenuhan Nutrisi.
Rasional : untuk mengganti energy yang hilang saat proses persalinan.
3. Bantu ibu untuk membersihkan diri dan menggati pembalut.
Rasional : agar ibu bisa cepat pulih setelah persalinan.
4. Berikan KIE tentang:
1) Nutrisi
Makanan yang bergizi, tinggi kalori dan protein, tidak pantang makan.
2) Personal hygine
a. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari.
b. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
29

c. Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi, ajarkan kepada


ibu untuk melakukan vulva hygiene dengan benar.
3) Istirahat
a. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga
secara perlahan-lahan.
c. Tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
4) Perawatan payudara, yaitu:
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama putting.
b. Menggunakan BH yang menyokong payudara.
c. Apabila puting susu lecet, oleskan ASI pada sekitar puting setiap
selesai menyusui.
d. Jika lecet berat, istirahatkan 24 jam. ASI dikeluarkan dan
diminumkan dengan sendok.
e. Jika payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:
a) Pengompresan payudara dengan kain basah dan hangat selama 5
menit.
b) Urut payudara dari arah pangkal ke putting.
c) Keluarkan ASI sebagian sehingga puting susu lebih lunak.
d) Susukan bayi tiap 2-3 jam
e) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui. (Suherni,
Hesty W, Anita R, 2009).
Rasional : untuk mempercepat pemulihan ibu setelah persalinan
6) Fasilitasi ibu dan bayinya untuk rooming in dan mengajarkan cara
menyusui yang benar.
Rasional : supaya bayi dapat kebutuhan nutrisi yang sesuai
7) Jelaskan pada ibu tentang tanda bahaya masa nifas yaitu: perdarahan,
demam, odema muka, tungkai dan tangan, keluar cairan berbau busuk
dari jalan lahir, payudara bengkak, kemerahan dan sakit.
Rasional : untuk menambah pengetahuan ibu tentang masa nifas.
30

8) Jadwalkan kunjungan berikutnya, 1 minggu setelah persalinan.


Rasional : untuk mengetahui kondisi ibu

2.2.6 Implementasi
Pada langkah ini rencana asuhan yang komperhensif yang telah dibuat
dapat dilaksanakan secara efisien seluruhnya oleh bidan atau dokter atau tim
kesehatan lain.
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis disesuaikan
dengan rencana yang telah dibuat (Walyani, 2014).

2.2.7 Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keevektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam
masalah dan diagnose.
Rencana tersebut dapat dianggab efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif
sedangkan sebagian belum efektif (Walyani, 2014).
BAB 3

TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian
Hari/Tanggal Pengkajian : Jumat, 14-12-2020
Pukul : 06.45 WIB
Oleh : Ramadhana Larasati
Tempat : Puskesmas Tenggilis

3.1 Data Subjektif


1) Biodata
Nama Ibu : Ny. “E” Nama Suami : Tn. “S”
Umur : 35 tahun Umur : 51 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kendangsari
No. Telp. : 082115914XXX
2) Keluhan Utama
Nyeri luka jahitan, perut terasa mules
3) Riwayat Menstruasi
HPHT : 23-02-2020
HPL : 30-11-2020
Menarche : 13 tahun
Siklus : teratur
Periode Siklus : 28-30 hari
Lamanya : 5-6 hari
Banyaknya : ganti softex 3x sehari
Disminorhea : Ada, hari ke 1/2, tidak mengganggu aktivitas
Flour Albus : Tidak ada

31
32

4) Riwayat Pernikahan
Menikah ke :2
Usia pertama menikah : 25 tahun
Lama Menikah : 1 tahun
5) Riwayat Obstetri Yang Lalu
Kehamilan Persalinan Bayi baru Lahir Nifas KB
H P P T St P T P JK BB PB P H A L P M L P
a e e e at e e e e i S a e e a e
m n m m us n m n n d I m n t m n
i y e p o p y y u a y o a y
l u r a Per l a u u p/ u d u
l i t sa o t l l M l e P l
K i k li n i i M e i a i
e t s Pe nan g t t a n t k t
a rik t e a
sa i t i
e
k
i
1 - Bd PMB No Bd P - P 3,6 50 - H, Y 6 - Su 8 -
(su , rm M Kg cm 9 a bl n bl
ami PKM al B th tik
ke1 3 bl
)
2 Bd PMB No Bd P - P 4 51 - H, Y 6 - Su 1 -
(su , rm M Kg cm 7 a bl n th
ami PKM al B th tik
ke1 3 bl
)
3 Bd PMB No Bd P - L 3,6 51 - H, Y 6 - - - -
(su , rm M Kg cm 5 a bl
ami PKM al B th
ke1
)
4 (suami ke-2) NIFAS INI

6) Riwayat Persalinan sekarang


Bayi lahir tanggal 14-12-2020 jam 00.20 WIB, di Puskesmas Tenggilis
secara spontan B, menangis kuat, gerak aktif, AS: 9/10, air ketuban
jernih, jenis kelamin: laki-laki, kelainan kongenital (-). Dengan BB: 4000
gr, PB: 53 cm, LD: 36 cm, LK: 34 cm, GDA: 58. Penyulit persalinan
33

tidak ada, dilakukan heacting secara jelujur dengan luka perineum grade
II.
7) Riwayat Kesehatan Klien
Ibu tidak pernah menderita penyakit kronik seperti: tekanan darah tinggi,
kencing manis, jantung, ginjal, asma, Ibu tidak pernah menderita
penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, HIV
8) Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak pernah menderita penyakit menurun seperti: tekanan
darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung.
Keluarga tidak ada yang sedang menderita penyakit menular seperti
TBC, Hepatitis, HIV dan tidak ada keturunan kembar
9) Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi: Sudah makan 1x dengan menu nasi, sayur dan ayam. Minum
air putih 3 gelas dan susu 1 kotak kecil (250ml). Ibu telah minum
obat asam mefenamat, tablet tambah darah, dan vitamin A.
b. Eliminasi: sudah dapat BAK 2 kali spontan tidak ada keluhan, belum
BAB
c. Istirahat dan tidur: Ibu sudah tidur 1,5 jam setelah perssalinan
d. Aktivitas: menyusui bayinya, miring kanan/kiri, duduk, jalan ke
kamar mandi
e. Personal hygiene: belum mandi, sudah ganti pembalut dan celana
dalam 2 kali
10) Psikososial budaya
Ibu merasa cemas saat proses persalinan, namun saat ini merasa lega
karena bayi sudah lahir tanpa penyulit apapun. Ibu senang dan perhatian
terhadap bayinya. Suami dan keluarga senang dengan kelahiran bayinya.
Tidak ada kebiasaan/budaya dalam keluarga yang merugikan proses
persalinan maupun saat nifas.
11) Rencana KB
Ingin menggunakan KB IUD
34

3.2 Data Objektif


1) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda Vital :
- Tekanan Darah : 120/70 mmHg
- Nadi : 82 x/ menit
- Pernafasan : 20 x/menit
- Suhu : 36,60C
d. Antropometri
BB : 65
TB : 158
IMT : 26,03
2) Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : tidak pucat, tidak oedem
b. Mata : sklera putih, konjungtiva merah muda
c. Mulut : mukosa bibir lembab, tidak terdapat karies gigi
d. Leher : tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid maupun kelenjar limfe.
e. Payudara : puting susu bersih dan tampak menonjol, tidak ada
bengkak, kolostrum sudah keluar kanan dan kiri
f. Ketiak : tidak terdapat benjolan
g. Abdomen : tidak terdapat bekas operasi, TFU 2 jari di bawah pusat,
kontraksi keras, kandung kemih kosong
h. Genetalia : terdapat pengeluaran lochea rubra sebanyak ± 25 cc,
luka jahitan perineum masih basah dan kondisi baik, tidak oedem,
tidak ada perdarahan aktif
i. Anus : Tidak hemorroid
j. Ekstremitas
35

- Atas : tidak oedem, turgor kulit baik


- Bawah : tidak oedem, tidak ada varises, tidak ada tanda hoffman
3) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium di Puskesmas Tenggilis
- Data Rekam Medis Tanggal 03-06-2020
Hb : 11,9 gr/dL
Golda :O+
Protein Urin : Negatif
Reduksi Urin : Negatif (10-6-2020)
GDA : 88
HIV : Non Reaktif
Sifilis : Non Reaktif
HBsAg : Non Reaktif
- Pemeriksaan Tanggal 14-12-2020
Hb : 11,6 gr/dL
3.3 Analisa Data
P40004 Postpartum Fisiologis 6 jam

3.4 Penatalaksanaan
Paraf
Waktu Penatalaksanaan
Pelaksana
06.50 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan. Ibu mengerti kondisinya
WIB saat ini
2. Memberitahu pasien bahwa keluhan yang dialami normal
terjadi pada ibu nifas 6 jam pertama, perut mules dikarenakan
rahim berkontraksi hingga ukuran kembali seperti saat
sebelum hamil, dan nyeri pada bekas jahitan karena anastesi
lokal sudah hilang. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan.
3. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya nifas seperti sakit kepala
hebat, pandangan kabur, payudara bengkak/kemerahan,
demam >380C, perdarahan hebat dan keluar cairan berbau dari
jalan lahir. Bila terdapat salah satu tanda tersebut ibu harus
36

melaporkan ke tenaga Kesehatan. Ibu mengerti dan akan


memberitahu bila ada tanda-tanda terssebut.
4. Memberi HE mengenai :
a. Nutrisi untuk ibu nifas (tinggi protein untuk mempercepat
penyembuhan luka, tinggi serat dan minum air putih
minimal 14 gelas/hari pada 6 bulan pertama untuk
melancarkan BAB dan produksi ASI, serta tidak
membatasi makanan tertentu). Ibu mengerti nutrisi ibu
nifas
b. Vulva hygiene (cara cebok yang benar yaitu dari depan
kebelakang, cuci tangan sebelum dan sesudah cebok,
mengganti pembalut jika dirasa sudah penuh). Ibu
memahami vulva hygiene yang benar
c. ASI Ekslusif, yaitu ASI yang diberikan selama 6 bulan
pertama tanpa makanan tambahan apapun. Ibu bersedia
memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya.
5. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam
sekali atau saat bayi ingin menyusu, bila bayi tidur lebih dari
3 jam dapat dibangunkan untuk disusui. Ibu bersedia
menyusui bayinya sesuai anjuran.
6. Menganjurkan ibu istirahat bila bayi tidur. Ibu mengerti dan
bersedia melakukannya
7. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB/BAK. Ibu
berssedia untuk tidak menahan BAB/BAK.
8. Menjadwalkan kunjungan berikutnya 3 hari lagi setelah
persalinan. Ibu bersedia datang 3 hari lagi
BAB 4

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan asuhan nifas pada Ny.E didapatkan data pengkajian


subjektif diketahui ibu bersalin 6 jam yang lalu, artinya saat ini berada pada masa
nifas yakni masa puerpureum dini sesuai dengan teori Nurjannah, dkk (2013)
bahwa masa nifas dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil biasanya berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari namun secara keseluruhan baik secara fisiologi maupun
psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan, sedangkan masa puerperium dini
(immediate puerperium), yaitu pemulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan (waktu 0-24 jam postpartum). Keluhan ibu saat ini adalah perut
mules dan nyeri pada perineum karena bekas jahitan, hal ini termasuk keluhan
yang normal pada ibu nifas 6 jam postpartum sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Eka Maya Saputri (2020) yang mengatakan bahwa dalam masa
nifas terutama pada 6 jam pertama keluhan fisiologis yang dialami ibu yaitu
seperti mules pada perut ibu, nyeri pada luka perineum dan pengeluaran ASI yang
masih sedikit.
Pada pengkajian objektif TTV dalam batas normal, uterus berkontraksi
baik, TFU 2 jari di bawah pusat kandung kemih kosong, menunjukkan ibu dalam
kondisi baik dan tidak mengalami perdarahan post partum sesuai dengan teori
menurut Walyani (2015) yang menyatakan uterus secara berangsur-angsur
menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembaliseperti sebelum hamil. Saat
bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000gr, akhir kala III
persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan berat uterus 750gr,
satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat simpisis
dengan berat uterus 500gr, dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba
diatas simpisis dengan berat urterus 350gr, dan Enam minggu postpartum fundus
uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50gr. Pemeriksaan genetalia didapatkan
pengeluaran lochea rubra sebanyak ± 25 cc, luka jahitan perineum masih basah

37
dan kondisi baik, tidak oedem, tidak ada perdarahan aktif, hal ini sesuai dengan
teori menurut Saleha

38
39

(2013), yakni pada 1-3 hari postpartum jenis lochea yang keluar adalah lochea
rubra dengan warna merah dan ciri-cirinya berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan meconium.
Dari pengkajian data subjektif dan objektif tidak ada kesenjangan antara
teori dengan kasus Ny “E” atau dapat disimpulkan ibu mengalami masa nifas
yang fisiologis. Analisa data kasus Ny. E yaitu P40004 Postpartum Fisiologis 6 jam.
Asuhan yang diberikan yaitu memberikan HE mengenai (keluhan yang
dialami, tanda bahaya nifas, ASI eksklusif, nutrisi, personal hygiene, istirahat,
frekuensi menyusui bayi), pemberian vitamin A dan anti nyeri serta jadwal
kunjungan ulang.
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan nifas pada Ny.E didapatkan data pengkajian


subjektif diketahui ibu bersalin 6 jam yang lalu, artinya saat ini berada pada masa
nifas yakni masa puerpureum dini. Keluhan ibu saat ini adalah perut mules dan
nyeri pada perineum karena bekas jahitan, hal ini termasuk keluhan yang normal
pada ibu nifas 6 jam postpartum. Pada pengkajian objektif TTV dalam batas
normal, uterus berkontraksi baik, TFU 2 jari di bawah pusat kandung kemih
kosong, menunjukkan ibu dalam kondisi baik dan tidak mengalami perdarahan
post partum. Pemeriksaan genetalia didapatkan pengeluaran lochea rubra
sebanyak ± 25 cc, luka jahitan perineum masih basah dan kondisi baik, tidak
oedem, tidak ada perdarahan aktif. Dari pengkajian data subjektif dan objektif
tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus Ny “E” atau dapat disimpulkan
ibu mengalami masa nifas yang fisiologis dengan analisa data kasus Ny. E yaitu
P40004 Postpartum Fisiologis 6 jam. Asuhan yang diberikan yaitu memberikan HE
mengenai (keluhan yang dialami, tanda bahaya nifas, ASI eksklusif, nutrisi,
personal hygiene, istirahat, frekuensi menyusui bayi), pemberian vitamin A dan
anti nyeri serta jadwal kunjungan ulang.

5.2 Saran
Diharapkan ibu dapat menghindari terjadinya infeksi pada bekas jahitan yaitu
dengan mengikuti saran yang telah disampaikan, menjalankan ASI eksklusif
hingga 6 bulan, melakukan kunjungan ulang sesuai jadwal yang diberikan.

40
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas Yogyakarta : Nuha


Medika.
Bahiyatun. (2009). Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
Depkes, R. (2010). Asuhan Kebidanan Post Partum. Jawa Tengah: Departemen
Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI. (2013). Profil Kesehatan Indonesia. Diunduh Januari
5, 2016, dari http://depkes.go.id.
Manuaba.I.B.G (2007). Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri
Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.
Nursalam. (2010). badan Penelitian dan Pengembangan Keshatan. Jakarta:
Media Aesculapius.
Prawirohardjo. (2014). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta:
Arcan.
Purwoastuti, & Walyani. (2015). Ilmu Obstetri dan Ginekologi Sosial untuk
Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Romauli, S. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan I. Yogyakarta: Nuha Medika.
Saleha, Sitti (2013). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Madika.
Winkjosastro. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP.
Wihasti, N. (2015). Ilmu Kebidanan . Yogyakarta: YBPSP.
Widyaningsih, D. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Patologi.
Yogyakarta.
Supriati, (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Surakarta

41

Anda mungkin juga menyukai