Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA NEONATUS, BAYI,


BALITA DAN PRASEKOLAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PAKIS SURABAYA

Oleh :
Asri Hartutika
NIM. P27824620006

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2021
LAPORAN

1
PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA BAYI. NY. N
NEONATUS ATERM 2 JAM FISIOLOGIS DALAM MASA TRANSISI DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKIS SURABAYA

Oleh :
Asri Hartutika
NIM. P27824620006

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2021

2
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Holistik Pada Neonatus, Bayi, Balita Dan Prasekolah
Ini dilaksanakan sebagai dokumen/laporan Praktik Blok 6 yang telah dilaksanakan
di Puskesmas Pakis periode praktik tanggal 8 Februari 2021-27 Februari 2021

Surabaya, Februari 2021

Asri Hartutika
NIM.P27824620006

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan 1 Pembimbing Pendidikan 2

Umi Kalsum, Amd. Keb Dwi Wahyu W,SST., M.Keb Evi Yunita N, SST., M.Keb
NIP.196711201990032007 NIP.197910302005012001 NIP.198006212002122001

Mengetahui
Kepala Puskesmas Kepala Program Studi

drg. Puspa Karmila Evi Pratami, SST., M. Keb


NIP.196412271990012001 NIP. 197905242002122001

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan individu yang berjudul “Asuhan Kebidanan
Holistik Pada bayi Ny.N neonatus aterm 2 jam fisiologis di Wilayah Kerja
Puskesmas Pakis, Surabaya”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat
menyelesaikan tugas blok 6 (Neonatus, Bayi, Balita, dan anak prasekolah) pada
Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Dalam penyusunan laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk
dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Evi Pratami, SST, M.Keb, selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Surabaya yang telah memberi arahan, masukan dan
bimbingan dalam menyusun laporan ini.
2. drg. Puspa Karmila selaku Kepala Puskesmas Pakis Surabaya.
3. Umi Kalsum, Amd. Keb selaku Bidan Koordinator dan pembimbing praktik
lapangan Puskesmas Pakis Surabaya yang telah memberi arahan, masukan dan
bimbingan dalam menyusun laporan ini.
4. Dwi Wahyu W, SST., M. Keb, selaku pembimbing pendidikan 1 yang telah
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
5. Evi Yunita Y, SST., M. Keb, selaku pembimbing pendidikan 2 yang telah
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini
6. Bayi Ny. Nafa’ah yang telah bersedia untuk menjadi klien/responden
7. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan laporan
ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Surabaya, Februari 2021
Penyusun

4
DAFTAR ISI
Cover.........................................................................................................................i
Lembar Pengesahan.................................................................................................ii
Kata Pengantar........................................................................................................iii
Daftar Isi.................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Tujuan Praktik3
1.3 Lama Praktik 3
BAB 2 TINJAUAN TEORI...................................................................................4
2.1 Konsep Dasar Neonatus...........................................................................................4
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus............................................9
2.2.1 Pengkajian ....................................................................................................9
2.2.2 Interpretasi Data16
2.2.3 Diagnosa Potensial dan Masalah Potensial.........................................................16
2.2.4 Tindakan Segera17
2.2.5 Perencanaan/Intervensi.......................................................................................17
2.2.6 Pelaksanaan ..................................................................................................19
2.2.7 Evaluasi ..................................................................................................20
BAB 3 TINJAUAN KASUS.................................................................................21
3.1 Data Subyektif.................................................................................................21
3.2 Data Obyektif..................................................................................................23
3.3 Analisa Data....................................................................................................25
3.4 Penatalaksanaan dan Evaluasi.........................................................................25
BAB 4 PEMBAHASAN.......................................................................................27
BAB 5 SIMPULAN..............................................................................................28
5.1 Kesimpulan .....................................................................................................28
5.2 Saran.................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

5
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-4000 gram,
cukup bulan langsung menangis dan tidak ada kelainan kongenital (cacat
bawaan) yang berat (Kukuh Rahardjo, 2016:5) sedangkan asuhan pada bayi
baru lahir akan menunjukkan usaha nafas spontan dengan sedikit bantuan
(Winkjosastro 2009:28). Adapun permasalahan yang terjadi pada bayi baru
lahir adalah asfiksia neonatorum, ikterus, perdarahan tali pusat, kejang
BBLR, hipotermi dan lain-lain (Muslihatin, 2016:6)
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2018 kira-
kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami Asfiksia, hampir 1 juta
bayi ini kemudian meninggal. Pada tahun 2012 jumlah angka kematian Bayi
Baru Lahir (neonatal) di Indonesia mencapai 31 per 1000 kelahiran hidup.
Masalah ini perlu mendapatkan perhatian yang serius. Adapaun penyebab
kematian bayi tersebut diantaranya adalah Bayi Berat Lahir Rendah, Asfiksia,
Trauma Jalan Lahir, Infeksi dan lain-lain. Dari beberapa faktor yang
menyebabkan kematian bayi, Asfiksia merupakan penyebab kedua kematian
Bayi Baru lahir setelah Bayi Berat Lahir Rendah (WHO, 2018).
Sustainable Development Goals (SDGs) menargetkan angka kematian
bayi dan balita masing-masing maksimum 12 dan 25 setiap 1.000 kelahiran
hidup di tahun 2030. Akan tetapi, berdasarkan data SDKI 2018 angka
kematian bayi dan balita, 32 dan 40 per 1.000 kelahiran hidup (SHRS dan
Agenda 2030, 2019).Komplikasi Neonatal yang menjadi penyebab kematian
terbanyak yaitu asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi. Komplikasi ini
sebenarnya dapat segera dicegah dan ditangani, namun terkendala oleh akses
ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga kesehatan, keadaan ekonomi,
sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik, terlambatnya detekeksi dini,
dan kesadaran orangtua untuk mencari pertolongan (Kemenkes RI,
2018:129).

6
Penanganan bayi baru lahir memerlukan upaya Bersama tenaga Kesehatan
khususnya bidan dengan memberikan asuhan komprehensif sesuai dengan
permenkes RI No. 1464/ Menkes 2010 sejak bayi dalam kandungan, selama
persalinan segera sesudah melahirkan serta melibatkan keluarga dan
masyarakat dalam memberikan pelayanan Kesehatan yang berkualitas seperti
mengajarkan cara merawat tali pusat, cara memandikan bayi, serta cara
menyusui yang benar dan penatalaksanaan pertumbuhan dan perkembangan
selanjutnya akan menghasilkan bayi yang sehat.
Dalam situasi normal, kematian ibu dan kematian neonatal di Indonesia
masih menjadi tantangan besar, apalagi pada saat situasi bencana. Saat ini,
Indonesia sedang menghadapi bencana nasional non alam COVID-19
sehingga pelayanan kesehatan maternal dan neonatal menjadi salah satu
layanan yang terkena dampak baik secara akses maupun kualitas.
Dikhawatirkan, hal ini menyebabkan adanya peningkatan morbiditas dan
mortalitas ibu dan bayi baru lahir.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan holistik pada
bayi di Puskesmas Pakis Surabaya yang didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian data subjektif dan data obyektif pada neonatus di
Puskesmas Pakis Surabaya
2. Melakukan interpretasi data pada neonatus di Puskesmas Pakis Surabaya
3. Melakukan penegakan diagnosa data sesuai dengan data yang didapatkan
pada neonatus di Puskesmas Pakis Surabaya
4. Melakukan tindakan segera pada neonatus di Puskesmas Pakis Surabaya
5. Melakukan perencanaan asuhan kebidanan pada neonatus di Puskesmas
Pakis Surabaya

7
6. Melaksanakan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada neonatus di
Puskesmas Pakis Surabaya
7. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang diberikan pada neonatus di
Puskesmas Pakis Surabaya
1.1 Lama Praktik
Praktik asuhan kebidanan holistik pada neonatus, bayi, balita dan anak
prasekolah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Pakis Surabaya. Pada
tanggal 8 Februari 2021 s/d 27 Februari 2021.

8
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Neonatus


2.1.1 Pengertian Neonatus
Neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja
mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri
dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Nanny, 2014).
Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 28 hari.
Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi
berusia 8- 28 hari (Marmi, 2015).
Klasifikasi menurut masa gestasi, yaitu periode sejak konsepsi
sampai bayi dilahirkan.Menurut Rochmah dkk (2011), bayi baru lahir
menurut masa gestasinya dibagi menjadi:
a. Bayi kurang bulan (preterm infant), masa gestasinya kurang dari 259
hari (kurang dari 37 minggu)
b. Bayi cukup bulan (term infant), masa gestasinya 259-293 hari (37-42
minggu)
c. Bayi lebih bulan (postterm infant), masa gestasinya 294 hari (lebih dari
42minggu)
Berdasarkan berbagai pendapat dapat disimpulkan neonatus adalah
bayi usia 0 – 28 hari, selama periode ini bayi harus menyesuaikan diri
dengan lingkungan ekstra uteri, bayi baru lahir normal adalah bayi yang
lahir denganumur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat
lahir antara 2500 sampai 4000 gram.
2.1.2 Kriteria Neonatus Normal
Ciri-ciri bayi normal menurut Sondakh (2017), antara lain :
a. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram

9
b. Panjang badan bayi 48-50cm
c. Lingkar dada bayi 32-34 cm
d. Lingkar kepala bayi 33-35 cm
e. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali/menit, kemudian turun
sampai 140-120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit.
f. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit
disertai pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostal,
serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit.
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan dilapisi vernikskaseosa.
h. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik
i. Kuku telah agak panjang dan lemas
j. Genetalia : testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora telah
menutupi labia minora (pada bayi perempuan)
k. Refleks isap, menelan, dan morro telah terbentuk
l. Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama.
Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket.
2.1.3 Adaptasi Fisiologis Neonatus Terhadap Kehidupan di Luar Uterus
Adaptasi fisiologis bayi baru lahir di kehidupan ekstrauterin antara
lain sebagai berikut:
a. Adaptasi Pernapasan
Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami
penekanan yang tinggi pada toraksnya, dan tekanan ini akan hilang
dengan tiba-tiba setelah bayi lahir. Proses mekanis ini menyebabkan
cairan yang ada di dalam paru-paru hilang karena terdorong ke bagian
perifer paru untuk kemudian diabsorpsi. Karena terstimulus oleh sensor
kimia, suhu, serta mekanis akhirnya bayi memulai aktivasi napas untuk
yang pertama kali (Marmi, 2015).
Tekanan intratoraks yang negatif disertai dengan aktivitas napas
yang pertama memungkinkan adanya udara masuk ke dalam paru- paru.
Setelah beberapa kali napas pertama, udara dari luar mulai mengisi jalan

10
napas pada trakea dan bronkus, akhirnya semua alveolus mengembang
karena terisi udara. Fungsi alveolus dapat maksimal jika dalam paru-paru
bayi terdapat surfaktan yang adekuat. Surfaktan membantu menstabilkan
dinding alveolus sehingga alveolus tidak kolaps saat akhir napas
(Sulistyawati,2014).
b. Adaptasi Sistem Kardiovaskular
Menurut Rochmah dkk (2012), setelah lahir, darah bayi baru lahir
harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan bersirkulasi ke
seluruh tubuh guna menghantarkan oksigen ke jaringan. Agar terbentuk
sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim, terjadi dua
perubahan besar, yaitu:
1) Penutupan foramen ovale pada atrium paru dan aorta
2) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada
seluruh sistem pembuluh darah tubuh. Jadi, perubahan tekanan tersebut
langsung berpengaruh pada aliran darah. Oksigen menyebabkan sistem
pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau meningkatkan
resistensinya sehingga mengubah aliran darah.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam pembuluh darah:
1) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Aliran darah menuju
atrium kanan berkurang sehingga menyebabkan penurunan volume
dan tekanan pada atrium tersebut. Kedua kejadian ini membantu
darah yang miskin oksigen mengalir ke paru untuk menjalani proses
oksigenasiulang.
2) Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernapasan
pertama ini menimbulkan relaksasi sistem pembuluh darah paru.
Peningkatan sirkulasi ke paru mengakibatkan peningkatan pembuluh
darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan
atrium kanan dan penurunan tekanan atrium kiri, foramen ovale

11
secara fungsional akanmenutup.
Menurut Marmi (2015), penutupan foramen ovale secara anatomis
berlangsung lama sekitar 2-3 bulan. Dengan berkembangnya paru- paru,
pada alveoli akan terjadi peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya,
tekanan karbon dioksida akan mengalami penurunan. Hal ini
mengakibatkan terjadinya penurunan resistensi pembuluh darah dari arteri
pulmonalis mengalir ke paru-paru dan ductus arteriosus tertutup. Setelah
tali pusat dipotong, aliran darah dari plasenta terhenti dan foramen
ovaletertutup.
c. Perubahan Termoregulasi
Bayi baru lahir/neonatus dapat menghasilkan panas dengan tiga
cara, yaitu menggigil, aktivitas volunter otot, dan termogenesis yang
bukan melalui mekanisme menggigil. Mekanisme menggigil saja tidak
efisien dan bayi cukup-bulan tidak mampu menghasilkan panas dengan
cara ini. Aktivitas otot dapat menghasilkan panas, tetapi manfaatnya
terbatas. Termogenesis non-menggigil mengacu pada penggunaan lemak
cokelat untuk produksi panas. Timbunan lemak cokelat terletak pada dan
di sekitar tulang belakang, klavikula, dan sternum, ginjal, serta pembuluh
darah utama. Jumlah lemak cokelat bergantung pada usia kehamilan dan
menurun pada bayi baru lahir yang mengalami hambatan pertumbuhan.
Produksi panas melalui penggunaan cadangan lemak cokelat dimulai saat
rangsangan dingin memicu aktivitas hipotalamus (Rochmah dkk, 2016).
d. AdaptasiN Gastrointestinal
Menurut Marmi (2015) pada masa neonatus, traktus digestivus
mengandung zat-zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari
mukopolosakarida dan disebut mekonium, yaitu tinja pertama yang
biasanya keluar dalam dua puluh empat jam pertama setelah kelahiran.
Dengan adanya pemberian susu, mekonium mulai digantikan oleh tinja
tradisional pada hari ke tiga sampai empat yang berwarna coklat
kehijauan. Pada saat lahir aktivitas mulut sudah berfungsi yaitu
menghisap dan menelan. Saat lahir volume lambung 25-50 ml. Refleks

12
muntah dan refleks batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada
saat lahir. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum
sempurna mengakibatkan "gumoh" pada bayi baru lahir dan neonatus.
Adapun adaptasi pada saluran pencernaan menurut Marmi (2015), antara
lain:
1) Pada hari ke-10 kapasitas lambung menjadi 100cc.
2) Enzim tersedia untuk mengkatalisis protein dan karbohidrat sederhana
yaitu monosacarida dan disacarida.
3) Defisiensi lifase pada pancreas menyebabkan terbatasnya absopsi
lemak sehingga kemampuan bayi untuk mencerna lemak belum
matang, maka susu formula sebaiknya tidak diberikan pada bayi
barulahir.
4) Kelenjar ludah berfungsi saat lahir tetapi kebanyakan tidak
mengeluarkan ludah sampai usia bayi ± 2-3bulan.
e. Adaptasi Ginjal
Adaptasi ginjal pada bayi baru lahir menurut Sondakh (2014),
yaitu laju filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir disebabkan
oleh tidak adekuatnya area permukaan kapiler glomerulus, meskipun
keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir yang normal, tetapi
menghambat kapasitas bayi untuk berespons terhadap stresor. Penurunan
kemampuan untuk mengekskresikan obat-obatan dan kehilangan cairan
yang berlebihan mengakibatkan asidosis dan ketidakseimbangan cairan.
Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah
lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama; setelah itu, mereka
berkemih 5-20 kali dalam 24 jam. Urin dapat keruh karena lendir dan
garam asam urat; noda kemerahan (debu batu bata) dapat diamati pada
popok karena kristal asam urat.
f. Adaptasi Imun
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun

13
yang didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang
berfungsi mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh
kekebalan alami menurut Marmi (2015):
1) Perlindungan dari membran mukosa.
2) Fungsi saringan saluran napas.
3) Pembentukan koloni mikroba di kulit dan usus.
4) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
Pada bayi baru lahir hanya terdapat gamaglobulin G, sehingga
imunologi dari ibu dapat berpindah melalui plasenta karena berat
molekulnya kecil. Akan tetapi, bila ada infeksi yang dapat melalui
plasenta (lues, toksoplasma, herpes simpleks, dan lain-lain) reaksi
imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma serta antibodi
gama A, G, dan M (Nanny, 2014).
1) Imunoglobulin C (IgC)
IgC didapat bayi sejak dalam kandungan melalui plasenta dari
ibunya. Bayi kurang bulan mendapatkan IgC lebih sedikit
dibandingkan bayi cukup bulan sehingga bayi kurang bulan lebih
rentan terhadap infeksi. Bayi mendapatkan imunitas dari ibunya
(imunitas pasif) dalam jumlah yang bervariasi dan akan hilang sampai
usia 4 bulan sesuai dengan kuantitas IgC yang diterimanya. Setelah
lahir, bayi akan membentuk sendiri immunoglobulin C. antibodi IgC
melawan virus (rubella, campak, mumps, varicella, poliomielitis) dan
bakteri (difteria, tetanus, dan antibodi stafilokokus).
2) Imunoglobulin M(IgM)
IgM tidak mampu melewati plasenta karena memiliki berat
molekul yang lebih besar dibandingkan IgC . bayi akan membentuk
sendiri IgM segera setelah lahir (imunitas aktif). IgM
dapatditemukanpadatalipusatjikaibumengalamiinfeksiselamakehamila
nnya. IgM kemudian dibentuk oleh sistem imun janin sehingga jika
pada tali pusat terdapat IgM menandakan bahwa janin mendapatkan
infeksi selama berada dalam uterus, seperti Toxoplasmosis, Other

14
infection (sifilis), Rubella, Cytomegalovirus infection, dan Herpes
simplex(TORCH).
3) Imunoglobulin A(IgA)
Dalam beberapa minggu setelah lahir, bayi akan memproduksi IgA
(imunitas aktif). IgA tidak dapat ditransfer dari ibu ke janin. IgA
terbentuk pada rangsangan terhadap selaput lendir dan berperan
dalam kekebalan terhadap infeksi dalam aliran darah, sekresi saluran
pernapasan dan pencernaan akibat melawan beberapa virus yang
menyerang daerah tersebut seperti poliomielitis dan E. coli (Tando,
2016).
g. Adaptasi Neurologis
Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum
berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan
tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk,
mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas. Perkembangan neonatus
terjadi cepat. Saat bayi tumbuh, perilaku yang lebihkompleks (misalnya:
kontrol kepala, tersenyum, dan meraih dengan tujuan) akan berkembang.
Adapun beberapa refleks pada bayi baru lahir antara lain:
Tabel 2.1 Reflek Pada Neonatus
Refleks Respon Normal Respon Abnormal
Rooting Bayi baru lahir Respons yang lemah atau
dan menolehkan kepala ke tidak ada respons terjadi
mengisap arah stimulus, membuka pada prematuritas,
mulut, dan mulai penurunan atau cedera
mengisap bila pipi, bibir, neurologis, atau depresi
atau sudut mulut bayi sistem saraf pusat (SSP).
disentuh dengan jari atau
puting.
Menelan Bayi baru lahir menelan Muntah, batuk, atau
berkoordinasi dengan regurgitasi cairan dapat
mengisap bila cairan terjadi; kemungkinan

15
ditaruh di belakang lidah. berhubungan dengan sianosis
Bayi baru lahir sekunderkarena prematuritas,
menjulurkan lidah keluar defisit neurologis, /cedera;
bila ujung lidah disentuh terutama terlihat setelah
dengan jari atau puting. laringoskopi.
Ekstruksi Ekstensi simetris bilateral Ekstruksi lidah secara kontinu
dan abduksi seluruh atau menjulurkan lidah yang
ekstremitas, dengan ibu berulang-ulang terjadi pada
jari dan jari telunjuk kelainan SSPdan kejang.
membentuk huruf 'c',
diikuti dengan adduksi
ekstremitas dan kembali
kefleksi
Moro relaks jika posisi bayi Respons asimetris terlihat
berubah tiba-tiba / jika pada cedera saraf perifer
bayi diletakkan telentang (pleksus brakialis) atau
pada permukaan yang fraktur klavikula atau fraktur
datar. tulang panjang lengan / kaki.
Tonik Ekstremitas pada satu sisi Respons persisten setelah
leher di mana saat kepala bulan keempat dapat
atau ditolehkan akan ekstensi, menandakan cedera
fencing dan ekstremitas yang neurologis. Respons menetap
berlawanan akan fleksi tampak paada cedera SSP dan
bila kepala bayi ditolehkan gangguan neurologis.
ke satu sisi selagi
beristirahat.
Terkejut Bayi melakukan abduksi Tidak adanya respons dapat
dan fleksi seluruh menandakan defisit
ekstremitas dan dapat neurologis atau cedera. Tidak
mulai menangis bila adanya respons terhadap
mendapat gerakan bunyi keras dapat

16
mendadak / suara keras. menandakan ketulian.
Respons dapat menjadi tidak
ada atau berkurang selama
tidur malam.
Ekstensi Kaki bayi yang Respons yang lemah atau
silang berlawanan akan fleksi dan tidak ada respons yang
kemudian ekstensi dengan terlihat pada cedera saraf
cepat seolah- olah perifer atau fraktur tulang
berusaha untuk panjang.
memindahkan stimulus ke
kaki yang lain bila
diletakkan telentang; bayi
akan mengektensikan satu
kaki sebagai respons
terhadap stimulus pada
telapak kaki.
Glabellar Bayi akan berkedip bila Terus berkedip dan gagal
"blink" dilakukan 4 atau 5 ketuk untuk berkedip menandakan
pertama pada batang kemungkinan gangguan
hidung saat mata terbuka neurologis
Palmar Jari bayi akan melekuk di Respons ini berkurang pada
grasp sekeliling benda dan prematuritas. Asimetris terjadi
menggenggamnya seketika pada kerusakan saraf perifer
bila jari diletakkan di (pleksus brakialis) atau
tangan bayi. fraktur humerus. Tidak ada
respons yang terjadi pada
defisit neurologis yg berat.

17
Plantar Jari bayi akan melekuk di Respons yang berkurang pada
grasp sekeliling benda seketika prematuritas. Tidak ada
bila jari diletakkan di respons yang terjadi pada
telapak kaki bayi. defisit neurologis yang berat
Tanda Jari-jari kaki bayi akan Tidak ada respons yang
Babinski hiperekstensi dan terpisah terjadi pada defisit SSP
seperti kipas dari
dorsofleksi ibu jari kaki
bila satu sisi kaki digosok
dari tumit ke atas melintasi
bantalan kaki.
Sumber: Sondakh. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta.
Halaman154-155.

2.1.4 Pelayanan KesehatanNeonatus


Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada
neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari
setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun kunjungan rumah.
Kunjungan neonatus adalah kontak neonatus dengan tenaga kesehatan
minimal dua kali untuk mendapatkan pelayanan kesehatan neonatus, baik
di dalam maupun di luar gedung Puskesmas.
Risiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga
jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal
di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Adapun waktu kunjungan
neonatus menurut konsep pelayanan kesehatan neonatus esensial adalah
sebagai berikut (Kemenkes RI,2018):
a. KN 1 dilakukan pada kurun waktu 6-48jam.
b. KN 2 dilakukan pada kurun waktu hari ke 3-7 hari setelahlahir
c. KN 3 dilakukan pada kurun waktu hari ke 8-28 hari setelahlahir.

18
Tabel 2.3Fokus Asuhan pada Setiap Kunjungan Neonatus
Kunjungan Tanya dan lihat Keterangan
Kunjungan 1.ASI 1. Selama waktu ini bayi masih
Neonatal ke-1 2.Suhu tubuh bayi menyesuaikan dengan
(KN 1) 3.Talipusat kehidupan di luar uterus dan
dilakukan 4.Warna kulit membutuhkan ASI. Jangan
dalam kurun BAB dan BAK berikan cairan apapun.
waktu 6-48 2. Tidak memandikan bayi
jam setelah sedikitnya 6 jam, bungkus bayi
bayi lahir. dengan kain yang kering dan
hangat, dan tutup kepala.
3. Pastikan tali pusat dalam
keadaan kering dan tidak ada
perdarahan
4. Bayi kuning yang terjadi pada
24 jam pertama atau setelah 2
minggu menunjukkan tanda
bahaya
5. Bayi harus sudah BAB dan
BAK dalam waktu 24jam
setelah lahir.
VitaminK dan 1. Vitamin K diberikan segera
imunisasi HB-0 setelah lahir agar efektif, hal
ini penting untuk bayi
prematur.
2. Imunisasi HB-0 harus
diberikan dalam 12 jam
setelah lahir atau kurang dari

19
7 hari setelah lahir (Nanny,
2014).
Tanda bahaya bayi 1. Pemberian ASI sulit, sulit
menghisap / lemah hisapan,
2. Kesulitan bernafas yaitu
pernafasan cepat > 60 x/m atau
menggunakan otot tambahan,
3. Letargi – bayi terus menerus
tidur tanpa bangun untuk
makan,
4. Warna kulit abnormal – kulit
biru (sianosis) atau kuning,
5. Suhu-terlalu panas (febris) /
terlalu dingin (hipotermi)
6. Tidak bertinja selama 3 hari,
muntah terus-menerus, perut
membengkak, tinja hijau tua
dan darah berlendir, tdk
berkemih dalam 24 jam.
7. Mata bengkak /
mengeluarkan cairan
8. Tali pusat merah,bengkak,
keluar cairan berbau busuk dan
darah.
Berat badan Secara normal berat badan akan
berkurang 5-7% selama hari
pertama setelah kelahiran.
Kunjungan Pemberian ASI Ibu dan bayi masih
Neonatal ke-2 menyesuaikan diri untuk
(KN 2) menyusu dan menyusui. Bayi
Dilakukan sebaiknya diberi ASI sesuai

20
dalam kurun kehendak bayi atau kebutuhan
waktu harike bayi setiap 2-3 jam (paling
3 sampai sedikit setiap 4 jam),
dengan hari ke bergantian payudara kiri dan
7 setelah lahir kanan.
Tali pusat Memastikan tali pusat dalam
keadaan bersih dan kering
Tanda bahaya Pemeriksaan tanda bahaya seperti
kemungkinan infeksi bakteri,
ikterus, diare, berat badan
rendah dan masalah pemberian
ASI
Imunisasi Jika bayi belum menerima
imunisasi, berikan sekarang atau
bawa bayi ke sarana kesehatan.
Kebersihan kulit Kulit bayi sangat sensitif
terhadap kemungkinan infeksi,
untuk mencegah infeksi pada
kulit bayi kebersihan kulit harus
selalu dijaga. Selain itu, orang
tua maupun orang lain yang
ingin memegang atau merawat
bayi harus mencuci tangan
terlebih dahulu
Kunjungan 1.ASI 1. ASI Bayi harus disusukan
Neonatal ke-3 2.Berat badan minimal 10-15 kali dalam 24
(KN-3) 3.Tanda infeksi jam) dalam 2 minggu pasca
dilakukan pada 4.Imunisasi persalinan.
kurun waktu 2. Bayi yang sehat akan
hari ke-8 sampai mengalami penambahan berat
dengan hari ke- badan setiap bulannya. Pada 7

21
28 setelah lahir. hari pertama, berat badan bayi
akan turun hingga 5-10%
berat badannya, pada hari ke
10 berat badan bayi akan
kembali meningkat 150-210
gram per minggu (Susilowati,
2008)
3. Pemeriksaan tanda bahaya
4. Imunisasi BCG dapat
diberikan sejak lahir hingga
bayi berusia 2 bulan (Nanny,
2014)

Menurut Kemenkes (2015), selain perawatan dan pemeriksaan, pada


saat kunjungan neonatus juga dilakukan pemberian nasihat atau informasi
tentang kesehatan bayi baru lahir. Pemberian nasihat atau informasi tentang
kesehatan bayi baru lahir dilakukan dengan menggunakan komunikasi yang
baik, yaitu: ajukan pertanyaan dan dengarkan jawaban ibu dengan seksama,
puji ibu jika ibu telah melakukan dengan benar, beri nasihat sesuai dengan
kebutuhan ibu dan lakukan cek pemahaman untuk mengetahui apakah ibu
benar-benar telah memahami apa yang telah disampaikan.
2.1.5 Perawatan Bayi Baru Lahir di Masa Pandemi Covid 19
1. Bayi baru lahir rentan terhadap infeksi virus COVID-19 dikarenakan
belum sempurna fungsi imunitasnya.
2. Bayi baru lahir dari ibu yang BUKAN ODP, PDP atau terkonfirmasi
COVID-19 tetap mendapatkan pelayanan neonatal esensial saat lahir (0–6
jam) yaitu pemotongan dan perawatan tali pusat, Inisiasi Menyusu Dini,
injeksivit K1, pemberian salep/tetes mata antibiotik, dan imunisasi
Hepatitis B.
3. Bayi baru lahir dari ibu ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19:
 Tidak dilakukan penundaan penjepitan tali pusat (Delayed Chord

22
Clamping).
 Bayi dikeringkan seperti biasa.
 Bayi baru lahir segera dimandikan setelah kondisi stabil, tidak
menunggu setelah 24 jam
 Tidak dilakukan IMD. Sementara pelayanan neonatal esensial lainnya
tetapdiberikan.
4. Bayi lahir dari ibu hamil HbsAg reaktif dan COVID-19 terkonfirmasi dan
bayi dalamkeadaan:
a. Klinis baik (bayi bugar) tetap mendapatkan pelayanan injeksi vitamin
K1 dan tetap dilakukan pemberian imunisasi Hepatitis B serta
pemberian HbIg (Hepatitis B immunoglobulin kurang dari 24jam).
b. Klinis sakit (bayi tidak bugar atau tampak sakit) tetap mendapatkan
pelayanan injeksi vitamin K1 dan tetap dilakukan pemberian HbIg
(Hepatitis B immunoglobulin kurang dari 24 jam). Pemberian vaksin
Hepatitis B ditunda sampai keadaan klinis bayi baik (sebaiknya
dikonsultasikan pada dokter anak untuk penatalaksanaan vaksinasi
selanjutnya).
5. Bayi baru lahir dari ibu dengan HIV mendapatkan ARV profilaksis, pada
usia 6-8 minggu dilakukan pemeriksaan Early Infant Diagnosis(EID)
bersamaan dengan pemberian imunisasi DPT-HB-Hib pertama dengan
janjitemu.
6. Bayi lahir dari ibu yang menderita sifilis dilakukan pemberian injeksi
Benzatil Penisilin sesuai Pedoman NeonatalEsensial.
7. Bayi lahir dari Ibu ODP dapat dilakukan perawatan rawat gabung di
ruang isolasi khusus covid-19.
8. Bayi lahir dari Ibu PDP/ terkonfirmasi covid-19 dilakukan perawatan di
ruang isolasi khusus covid-19, terpisah dari ibunya (tidak rawat gabung).
9. Untuk pemberian nutrisi pada bayi baru lahir harus diperhatikan
mengenai risiko utama untuk bayi menyusui adalah kontak dekat dengan
ibu, yang cenderung terjadi penularan melalui droplet infeksius di udara.
Sesuai dengan protokol tatalaksana bayi lahir dari Ibu terkait COVID-19

23
yang dikeluarkan IDAI adalah :
a. Bayi lahir dari Ibu ODP dapat menyusu langsung dari ibu dengan
melaksanakan prosedur pencegahan COVID-19 antara lain
menggunakan masker bedah, menjaga kebersihan tangan sebelum dan
setelah kontak dengan bayi, dan rutin membersihkan area permukaan
di mana ibu telah melakukankontak.
b. Bayi lahir dari Ibu PDP/Terkonfirmasi COVID-19, ASI tetap
diberikan dalam bentuk ASI perah denganmemperhatikan:
 Pompa ASI hanya digunakan oleh ibu tersebut dan dilakukan
pembersihan pompa setelahdigunakan.
 Kebersihan peralatan untuk memberikan ASI perah
harusdiperhatikan.
 Pertimbangkan untuk meminta bantuan seseorang dengan kondisi
yang sehat untuk memberiASI.
 Ibu harus didorong untuk memerah ASI (manual atau elektrik),
sehingga bayi dapat menerima manfaat ASI dan untuk menjaga
persediaan ASI agar proses menyusui dapat berlanjut setelah ibu
dan bayi disatukan kembali. Jika memerah ASI menggunakan
pompa ASI, pompa harus dibersihkan dan didesinfeksi
dengansesuai.
 Pada saat transportasi kantong ASI dari kamar ibu ke lokasi
penyimpanan harus menggunakan kantong spesimen plastik.
Kondisi penyimpanan harus sesuai dengan kebijakan dan kantong
ASI harus ditandai dengan jelas dan disimpan dalam kotak wadah
khusus, terpisah dengan kantong ASI dari pasienlainnya.
c. Ibu PDP dapat menyusui langsung apabila hasil pemeriksaan swab
negatif, sementara ibu terkonfirmasi COVID-19 dapat menyusui
langsung setelah 14 hari dari pemeriksaan swab keduanegatif.
10. Pada bayi yang lahir dari Ibu ODP tidak perlu dilakukan tes swab,
sementara pada bayi lahir dari ibu PDP/terkonfirmasi COVID-19
dilakukan pemeriksaan swab dan sediaan darah pada hari ke 1, hari ke 2

24
(dilakukan saat masih dirawat di RS), dan pada hari ke 14 pascalahir.
11. Setelah 24 jam, sebelum ibu dan bayi pulang dari fasilitas
kesehatan, pengambilan sampel skrining hipotiroid kongenital (SHK)
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan. Idealnya waktu pengambilan
sampel dilakukan pada 48 – 72 jam setelahlahir.
Untuk pengambilan spesimen dari bayi lahir dari Ibu
ODP/PDP/terkonfirmasi COVID-19, tenaga kesehatan menggunakan
APD level 2. Tata cara penyimpanan dan pengiriman spesimen sesuai
dengan Pedoman Skrining Hipotiroid Kongenital. Apabila terkendala
dalam pengiriman spesimen dikarenakan situasi pandemi COVID-19,
spesimen dapat disimpan selama maksimal 1 bulan pada suhu kamar.
12. Pelayanan kunjungan neonatal pertama (KN1) dilakukan di
fasyankes. Kunjungan neonatal kedua dan ketiga dapat dilakukan dengan
metode kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan atau pemantauan
menggunakan media online (disesuaikan dengan kondisi daerah
terdampak COVID-19), dengan melakukan upaya-upaya pencegahan
penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu dankeluarga.
13. Periode kunjungan neonatal (KN) yaitu:
a. KN 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 48 (empat
puluh delapan) jam setelahlahir;
b. KN 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh)
hari setelah lahir;
c. KN3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua
puluh delapan) hari setelahlahir.
14. Ibu diberikan KIE terhadap perawatan bayi baru lahir termasuk
ASI ekslusif dan tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir
(sesuaiyangtercantumpadabukuKIA).Apabiladitemukantanda bahaya
pada bayi baru lahir, segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Khusus untuk bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), apabila
ditemukan tanda bahaya atau permasalahan segera dibawa ke
RumahSakit.

25
15. Penggunaan face shield neonatus menjadi alternatif untuk
pencegahan COVID-19 di ruang perawatan neonatus apabila dalam
ruangan tersebut ada bayi lain yang sedang diberikan terapi oksigen.
Penggunaan face shield dapat digunakan di rumah, apabila terdapat
keluarga yang sedang sakit atau memiliki gejala seperti COVID-19.
Tetapi harus dipastikan ada pengawas yang dapat memonitor penggunaan
face shieldtersebut.

2.2 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Neonatus


2.2.1 Pengkajian Data
1. Data Subjektif
1) Biodata
a. Identitas Bayi
a) Nama bayi
Untuk membedakan antar klien yang satu dengan yang lain dan
untuk menghindari kekeliruan. Sastrawinata, 1983:154 (Marmi,
2017:179)
b) Tanggal lahir
Untuk mengetahui usia neonatus (Sondakh, 2013)
c) Umur
Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia
28 hari (Marmi, 2015).
d) Jenis kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin bayi yaitu
laki-laki / perempuan
e) Anak keberapa : untuk mengetahui jumlah anak ibu
b. Identitas orang tua
Biodata orang tua menurut Sondakh (2013) yaitu :
a) Nama ibu
Untuk memudahkan memanggil / menghindari kekeliruan.
b) Umur
Untuk mengetahui apakah ibu termasuk berisiko tinggi/tidak

26
c) Agama
Untuk mengetahui kepercayaan yang dianut ibu
d) Suku/Bangsa
Untuk mengetahui adat yang ada dilingkungan
e) Pendidikan
Untuk memudahkan pemberian KIE
f) Pekerjaan
Untuk mengetahui tingkat social ekonomi
g) Alamat
Untuk memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah.
2) Keluhan Utama
Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya pada tanggal .... jam ..
WIB. Kondisi ibu dan bayi sehat (Sondakh, 2013). Masalah yang
sering dialami oleh neonatus meliputi: muntah/gumoh, ruam popok,
konstipasi, iktherus, dan infeksi neonatus (Rochmah, 2012).
3) Riwayat Prenatal, Natal, dan Postnatal
a. Riwayat Prenatal
Bidan harus mencatat usia ibu, periode menstruasi terakhir,
dan perkiraan waktu pelahiran. Ada banyak kondisi medis ibu,
kondisi prenatal, dan kondisi intrapartum yang secara signifikan
dapat memengaruhi kesehatan dan kesejateraan bayi baru lahir.
Bidan harus mengetahui akibat situasi medis serta perinatal tertentu
(Varney, 2007). Adanya gangguan dan penyulit pada kehamilan,
persalinan dan nifas ibu sebelumnya perlu dikaji karena
dimungkinkan berdampak atau berpotensi terjadi kembali pada
kehamilan yangsekarang.
Anak keberapa, riwayat kehamilan yang mempengaruhi BBL
adalah kehamilan yang tidak disertai komplikasi seperti diabetes
mellitus, hepatitis, jantung, asma, hipertensi, TBC, frekuensi
antenatal care , dimana keluhan-keluhan selama hamil, HPHT, dan
kebiasaan-kebiasaan ibu selama hamil (Sondakh, 2013).

27
b. Riwayat Natal
Berapa usia kehamilan, jam berapa waktu persalinan, jenis
persalinan, lama kala I, lama kala II, BB bayi, PB bayi, denyut
nadi, respirasi, suhu, bagaimana ketuban, ditolong oleh siapa,
komplikasi persalinan (Sondakh, 2013).
Usia gestasi saat bayi yang dahulu lahir harus diketahui karena
kelahiran preterm cenderung terjadi lagi. Dan setiap komplikasi
yang terkait dengan kehamilan harus diketahui sehingga dapat
dilakukan antisipasi terhadap komplikasi berulang. Kondisi lain
yang cenderung berulang adalah diabetes gestasional,preeklamsia,
retardasi pertumbuhan intrauterin, perdarahan pascapartum
(Romauli, 2011).
c. Riwayat Postnatal
Observasi TTV, keadaan tali pusat, apakah telah diberi injeksi
vitamin K, minum ASI/PASI, berapa cc setiap berapa jam
(Sondakh, 2013).
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya,
yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertai. (Fitri Jayanti,
2012).
5) Kebutuhan Dasar
a. Pola Nutrisi
Setelah bayi lahir, segera disusukan pada ibunya, kebutuhan
minum pada hari pertama 60 cc/kgBB, selanjutnya ditambah 30
cc/kgBB untuk hari berikutnya (Sondakh, 2013).
ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi dan
mengandung zat gizi yang sesuai pertumbuhan dan perkembangan
bayi, baik kualitas maupun kuantitas. ASI diberikan sesuai dengan
keinginan bayi. Biasanya bayi akan merasa lapar setiap 2 – 4 jam.
Jangan berikan susu formula sebelum bayi berusia 6 bulan (Tando,

28
2016).
b. Pola Eliminasi
Proses pengeluaran defekasi dan urin tejadi 24 jam pertama
setelah lahir, konsistensinya agak lembek, berwarna hitam
kehijauan. Selain itu, diperiksa juga urin yang normalnya berwarna
kuning (Sondakh, 2013).
Bayi miksi sebanyak minimal 6 x/hari. Defekasi pertama
berwarna hijau kehitam-hitaman. Pada hari ke 3-5, kotoran berubah
warna menjadi kuning kecoklatan. Bayi defekasi 4-6 x/hari
(Rochmah, 2012).
6) Riwayat Psikososial
Kesiapan keluarga menerima anggota baru dan kesanggupan ibu
menerima dan merawat anggota baru (Sondakh, 2013).
7) Data Sosisal Budaya
Riwayat sosial meliputi informasi tentang tinggal ibu, pola
perawatan pranatal, dan status sosial ekonomi. Penting untuk
memahami apakah hubungan ibu dengan pasangannya saat ini stabil
atau mengalami perpisahan karena itu akan mempengaruhi
kemampuan ibu untuk berfokus pada tugas keibuannya. Bidan harus
memastikan siapa pembuat keputusan di dalam rumah (ibu, ayah,
pasangan, nenek, orang tua asuh) sehingga orang itu dapat dilibatkan
dalam diskusi tertentu (Varney,2007).
2. Data obyektif
1) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
Untuk mengetahui kedaan umum bayi, meliputi tingkat kesadaran
(sadar penuh, apatis, gelisah, koma), gerakan ekstrim, dan
ketegangan otot (Saifuddin, 2010).
b. Kesadaran

29
kesadaran penderita sangat penting dinilai, dengan melakukan
anamnesis. Penderita sadar akan menunjukkan tidak ada kelainan
psikologis (Manuaba, 2010).
c. Nadi
Normalnya 120-160 x/menit (Sondakh,2013), ketika tidur atau
menangis 100-180 x/menit (Varney, 2007).
d. Pernapasan
Normalnya 30-60 kali/menit; pernapasan diafragma disertai
gerakan dinding abdomen (Varney, 2007). Pernapasan normal 40-
60 kali/menit (Sondakh, 2013).
e. Suhu
Normalnya 36,5ºC-37.5ºC (Varney, 2007)
2) PemeriksaanAntropometri
Menurut Sondakh (2017), pemeriksaan antropometri meliputi:
a. Berat Badan : 2500-4000 gram
b. Panjang badan : 48-52 cm
c. Lingkar dada : 32-34 cm
d. Lingkar kepala : 33-35 cm
e. Lingkar lengan atas normal 10-11 cm.
3) PemeriksaanFisik
a. Kepala
Ada tidaknya kelainan bawaan/genetik, keadaan rambut, kulit
kepala, warna dan kebersihan atau keluhan dan masalah yang
dimiliki klien (Marmi, 2015:122)
b. Muka
Warna kulit merah (Sondakh, 2013), tampak simetris dan tidak ada
kelainan wajah yang khas seperti sindrom down (Marmi, 2015)
c. Mata
Sklera putih, periksa adanya perdarahan subkonjungtiva atau retina,
periksa adanya strabismus. Normalnya mata bayi bersih, tidak ada
kotoran/sekret.

30
d. Hidung
Lubang simetris, bersih, tidak ada sekret (Sondakh, 2013). Periksa
adanya pernapasan cuping hidung, jika cuping hidung
mengembang menunjukkan adanya gangguan peranapasan (Marmi,
2015)
e. Mulut
Labio/palatoskisis, trush, sianosis, mukosa kering/basah
(Muslihatun, 2010). Normalnya, bibir, gusi, langit-langit utuh dan
tidak ada bagian yang terbelah.
f. Telinga
Kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan telinga
(Muslihatun, 2010). Bentuk telinga bayi dapat tidak sama antara
kanan dan kiri, kadang terlipat dan berbulu. Akan tetapi, hal ini
tidak akan menetap (Tando, 2016).
g. Leher
Periksa bentuk dan kesimetrisan leher, adanya pembengkakan/
benjolan, kelainan tiroid atau adanya pembesaran kelenjar getah
bening, dan tanda abnormal lain (Tando, 2016). Pergerakan harus
baik, jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada
kelainan tulang leher (Marmi, 2015).
h. Dada
Periksa bentuk dan kelainan dada, apakah ada kelainan bentuk atau
tidak, apakah ada retraksi dinding dada atau tidak, dan gangguan
pernapasan. Pembesaran dada dapat terjadi pada bayi laki-laki dan
perempuan dalam tiga hari pertama setelah lahir. Hal ini disebut
newborn breast swelling yang berhubungan dengan hormon ibu dan
akan menghilang dalam beberapa hari sampai beberapa minggu
(Tando,2016). Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk
dengan baik dan tampak simetris (Marmi, 2015)
i. Abdomen
Periksa bentuk abdomen bayi. Apabila abdomen bayi cekung,

31
kemungkinan terjadi hernia diafragmatika. Apabila abdomen bayi
kembung, kemungkinan disebabkan oleh perforasi usus yang
biasanya akibat ileus mekonium (Tando, 2016). Periksa adanya
benjolan, distensi, gastroskisis, omfalokel (Muslihatun, 2010).
Abdomen tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan
gerakan dada saat bernapas (Marmi, 2015).
j. Tali pusat
Periksa kebersihan, tidak/adanya perdarahan, terbungkus
kassa/tidak (Sondakh, 2013). Periksa apakah ada penonjolan di
sekitar tali pusat pada saat bayi menangis, perdarahan tali pusat, ,
bentuk dan kesimetrisan abdomen, dan kelainan lainnya (Tando,
2016). Normalnya tidak ada perdarahan, pembengkakan, nanah,
bau yang tidak enak pada tali pusat, atau kemerahan sekitar tali
pusat.
k. Genetalia
Kelamin laki-laki: panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1.3 cm,
testis sudah turun dan berada dalam skrotum, terdapat lubang uretra
pada ujung penis dan tidak ada kelainan (fimosis, hipospadia/
epispadia) (Tando,2016).
Kelamin perempuan bayi cukup bulan: labia mayora
menutupi labia minora, klitoris, orifisium vagina, orifisium uretra,
sekret, dan lubang uretra terpisah dengan lubang vagina, terkadang
tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan
oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl bleeding) (Marmi, 2015).
l. Anus
Terdapat atresia ani/tidak. Umumnya mekonium keluar pada 24
jam pertama, jika sampai 48 jam belum keluar kemungkinan
adanya meconium plug syndrom, megakolonatau obstruksi saluran
pencernaan (Marmi, 2015).
m. Ekstremitas
Ekstremitas atas, bahu, dan lengan: periksa gerakan, bentuk, dan

32
kesimetrisan ekstremitas atas. Sentuh telapak tangan bayi dan
hitung jumlah jari tangan bayi. Periksa apakah kedua kaki bayi
sejajar dan normal. Periksa jumlah jari kaki bayi, apakah terdapat
polidaktili, sindaktili, atau normal. Refleks plantar grasp dapat
diperiksa dengan cara menggosokkan sesuatu di telapak kak bayi
dan jari-jari kaki bayi akan melekuk secara erat. Refleks Babinski
ditunjukkan pada saat bagian samping telapak kaki bayi digosok
dan jari- jari kaki bayi akan menyebar dan jempol kaki ekstensi
(Tando, 2016). Normalnya kedua lengan dan kaki sama panjang,
bebas bergerak dan jumlah kaki lengkap.
4) Pemeriksaan Neurologis
Menurut Sondakh (2013) pemeriksaan neurologis pada bayi baru
lahir yaitu:
a. Reflek moro/terkejut
Apabila bayi diberi sentuhan mendadak terutama dengan
jari dan tangan, maka akan menimbulkan gerak terkejut.
b. Reflek menggenggam
Apabila telapak tangan bayi disentuh dengan jari pemeriksa,
maka ia akan berusaha menggenggam jari pemeriksa.
c. Reflek rooting/mencari
Apabila pipi bayi disentuh oleh jari pemeriksa, maka ia akan
menoleh dan mencari sentuhan itu
d. Reflek Sucking/menghisap
Apabila bayi diberi dot/puting, maka ia berusaha
untukmengisap.
e. Glabella Refleks
Apabila bayi disentuh pada lipatan paha kanan dan kiri, maka
ia berusaha mengangkat kedua pahanya.
f. Gland refleks
Apabila bayi disentuh pada daerah osglabelladengan jari
tangan pemeriksa, maka ia akan mengerutkan keningnya dan

33
mengedipkan matanya.
g. Tonick neck Refleks
Apabila bayi diangkat dari tempat tidur (digendong), maka ia
akan berusaha mengangkat kepalanya.
2.2.2 Identifikasi Diagnosis danMasalah
Menurut Sondakh (2013) identifikasi diagnosis dan masalah yaitu:
1. Diagnosa kebidanan
Neonatus....preterm/aterm/postterm, umur ...... jam/hari...fisiologis
2. Masalah
Tidak ada
2.2.3 Identifikasi Diagnosa dan MasalahPotensial
Mengidentifikasi diagnosis dan masalah potensial yang mungkin akan
terjadi berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi
(Muslihatun, 2008).
Menurut Sondakh (2013), antisipasi masalah potensial dari bayi baru
lahir yaitu Hipotermi, Infeksi dan Ikterus.
2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan/atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain seseuai kondisi bayi (Muslihatun, 2008).
Menurut Sondakh (2013), identifikasi segera dari bayi baru lahir yaitu:
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan tidak memandikan bayi
setidaknya 6 jam dan membungkus bayi dengan kain kering, bersih, dan
hangat agar tidak infeksi dan hipotermi.
2. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan bayi dengan metode
kangguru, bila diperlukan.
3. Menganjurkan ibu untuk segera memberi ASI.
2.2.5 Intervensi
1. Lakukan pelayanan sesuai protokol kesehatan (menggunakan APD,
memakai masker, cuci tangan/pakai hand sanitizer sebelum dan sesudah
melakukan pelayanan serta menjaga jarak)

34
2. Jelaskan hasil pemeriksaan bayi kepada ibu dan suaminya.
3. Lakukan perawatan tali pusat pada bayi dengan cara membungkus tali
pusat menggunakan kasa steril kering
4. Jaga kehangatan bayi dengan memakaikan popok, pakaian, sarung tangan
dan kaki, bedong dan topi bayi
5. Lakukan imunisasi HB0 0,5 mL pada 1/3 atas anterolateral paha kanan
bayi secara IM untuk mencegah bayi tertular penyakit Hepatitis B. Bayi
telah diberikan vaksin HB0.
6. Berikan KIE tentang :
1) Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Tanda bahaya bayi baru lahir menurut Kemenkes RI (2018) yaitu :
a. Pemberian ASI sulit, sulit menghisap / lemah hisapan,
b. Kesulitan bernafas yaitu pernafasan cepat > 60 x/m atau
menggunakan otot tambahan,
c. Letargi – bayi terus menerus tidur tanpa bangun untuk makan,
d. Warna kulit abnormal – kulit biru (sianosis) atau kuning,
e. Suhu-terlalu panas (febris) / terlalu dingin (hipotermi)
f. Tidak bertinja selama 3 hari, muntah terus-menerus, perut
g. membengkak, tinja hijau tua dan darah berlendir, tidak berkemih
dalam 24 jam.
h. Mata bengkak / mengeluarkan cairan
i. Tali pusat merah,bengkak, keluar cairan berbau busuk dan darah.
2) Pencegahan Infeksi (perawatan BBL & perawatan tali pusat)
a. Pencgahan Infeksi
Bayi lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh
paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses
persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir.
Sebelum menangani bayi, pastikan penolong persalinan telah
menerapkan upaya pencegahan infeksi, antara lain :
a) Cuci tangan secara efektif sebelum bersentuhan dengan bayi

35
b) Gunakan sarung tangan yang bersih pada saat menangani bayi
yang belum dimandikan
c) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama
klem, gunting, penghisap lender Delee dan benang tali pusat
telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Gunakan bola karet
yang baru dan bersih jika akan melakukan penghisapan lendir
dengan alat tersebut (jangan bola karet penghisap yang sama
untuk lebih dari satu bayi)
d) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang
digunakan untuk bayi sudah dalam keadaan bersih. Demikian
pula halnya timbangan, pita pengukur, thermometer, stetoskop,
dan benda-benda lain yang akanbersentuhan dengan bayi.
Dokumentasi dan cuci setiap kali setelah digunakan.
b. Perawatan Tali Pusat
a) Pastikan Anda telah mencuci tangan hingga bersih sebelum
membesihkan pusar bayi agar tidak menyebabkan infeksi
b) Bersihkan sisa tali pusar yang sudah puput paling tidak dua kali
sehari setelah selesai mandi menggunakan air hangat
c) Jangan menutup bagian pusar dengan apapun termasuk memberi
bedak, betadine maupun alkohol
d) Perhatikan pemakaian popok dan baju bayi. Jangan pakai pokok
hingga menutupi bagian pusar dan pilih baju yang nyaman serta
lembut untuk membantu pusar cepat kering dan terhindar dari
iritasi. 
3) Pencegahan hipotermi
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk penanganan hipotermia
adalah menutup kepala bayi dengan topi, pakaian yang kering,
diselimuti, ruangan hangat (suhu kamar tidak kurang dari 25°C), bayi
selalu dalam keadaan kering, tidak menempatkan bayi di arah
hembusan angin dari jendela/pintu/pendinginruangan. Sebelum
memandikan bayi perlu disiapkan baju, handuk, dan air hangat.Setelah

36
dimandikan, bayi segera dikeringkan dengan handuk dan dipakaikan
baju( IDAI, 2016).
4) ASI eksklusif, cara menetek yang benar, tanda bayi puas menetek.
ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi dan diketahui
mengandung zat gizi paling banyak sesuai kualitas dan kuantitasnya
untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Untuk itu perlu diketahui
prinsip umum dalam menyusui secara dini dan ekslusif sebagai
berikut :
a. Bayi harus disusui sesegera mungkin setelah lahir (terutama dalam
1 jam pertama) dan dilanjutkan selama 6 bulan pertama kehidupan
b. Kolostrum harus diberikan, tidak boleh dibuang
c. Bayi harus diberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan pertama.
Hal ini berarti tidak boleh memberikan makanan apapun pada bayi
selain ASI pada masa tersebut.
d. Bayi harus disusui kapan saja ia mau (on demand), siang atau
malam Jumlah rata-rata makanan seorang bayi cukup bulan selama
dua minggu pertama sebanyak 30-60 ml setiap 2-3 jam. Selama 2
minggu pertama, bayi baru lahir hendaknya dibangunkan untuk
makan paling tidak setiap 4 jam. Sesudah itu jika bayi bertambah
berat badannya, maka bayi boleh tidur dalam periode yang lama
(terutama malam hari) (Rochmah, 2012).
7. Observasi TTV, evaluasi A-S dan tanda bahaya BBL
8. Jadwalkan kunjungan ulang
Kunjungan ulang dilakukan untuk memantau pertumbuhan dan
perkembangan bayi serta melakukan deteksi dini adanya masalah/
komplikasi pada bayi baru lahir.
2.2.6 Pelaksanaan/Implementasi
Menurut Kemenkes RI (2011:6). Bidan melaksanakan rencana asuhan
kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan
evidence based kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan

37
rujukan.
2.2.7 Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan
untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan
perubahan perkembangan kondisi klien. Evaluasi atau penilaian dilakukan
segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien.

38
BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK
PADA NEONATUS USIA 2 JAM FISIOLOGIS

3.1 Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 11-2-2021
Pukul : 21.10 WIB
Oleh : Asri Hartutika
3.1.1 DataSubjektif
1. Identitasn Bayi
Nama : By. Ny. N
Umur : 2 jam
Jenis kelamin : Perempuan
2. Biodata Orang Tua
Nama : Ny. N Tn. M
Umur : 38 tahun 38 Tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Alamat : Pakis Gunung 2C/25, Surabaya
3. Keluhan utama
Tidak ada
4. Riwayat Persalinan
Bayi lahir spontan belakang kepala ditolong oleh bidan pada tanggal 11-
2-2021 jam 19.00 WIB, segera menangis, ketuban jernih, jenis kelamin
perempuan, A/S : 8/9 BB 3200 gr, PB 50 cm, LK 32 cm, LD 34 cm.
Tidak ada kelainan kongenital.
5. Riwayat post natal

39
Keadaan umum bayi baik, bayi menangis kuat, tidak sesak, tidak
sianosis, sudah mendapatkan injeksi vit K, salep mata.
6. Pola Kebutuhan Sehari-hari
1) Nutrisi
Bayi minum ASI, minum terakhir 20.50 WIB
2) Eliminasi
Sudah BAK terakhir jam 21.00 WIB dan bayi belum BAB

3.1.2 Data Obyektif


1. Pemeriksaan Umum
1) Kesadaran : Composmentis
2) Keadaan Umum : Baik
3) Tanda-tanda vital :
a. Nadi : 142x/mnt
b. Respirasi : 42x/mnt
c. Suhu : 36.6 0C
2. Pemeriksaan Antipometri
1) Berat Badan : 3200 gram
2) Panjang Badan : 50 cm
3) Lingkar Kepala : 32 cm
4) Lingkar Dada : 34 cm
3. Pemeriksaan Fisik
1) Kulit
Tidak cyanosis, tidakikterus, terdapat vernic caseosa, terdapat
rambut lanugo, tidak ada lesi, tidak ada oedem, turgor kulit bagus
2) Kepala
Tidak ada caput succedeneum/cepal hematoma, tidak ada kelainan
3) Muka
Simetris, tidak pucat

4) Mata

40
Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda
5) Hidung
Simetris, bersih, terdapat dua lubang, tidak ada pernapasan cuping
hidung
6) Mulut
Tidak ada labioskisis, tidak ada kelainan
7) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan tidak ada
bendungan vena jugularis
8) Dada
Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada wheezing/rochi
9) Abdomen
Tali pusat terbungkus kassa, tidak kemerahan, tidak ada tanda-
tanda infeksi, tidak ada perdarahan tali pusat
10) Ekstremitas
Jari tangan dan jari kaki lengkap, tonus otot baik, akral hangat
11) Genetalia
Labiya mayor menutupilabiya minor, tidak ada kelainan
12) Anus : Berlubang
4. Pemeriksaan Neurogi / Saraf
1) Refleks Moro
Baik, dibuktikan dengan gerakan tangan yang simetris apabila kepala
tiba-tiba digerakkan
2) Refleks Rooting
Baik, dibuktikan dengan aktif mencari puting ibu saat dilakukan
IMD
3) Refleks Sucking
Baik, dibuktikan dengan bayi menelan saat menyentuh lehernya
4) Refleks Tonic Neck
Baik, dibuktikan dengan bayi menggerakkan kepala ke kanan dan
kiri

41
5) Refleks Graphs
Baik, dibuktikan dengan bayi mulai menggenggam
5. Program therapi yang diperoleh
Tidak ada
6. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada

3.1.3 Analisa Data


Neonatus aterm usia 2 jam fisiologis

3.1.4 Penatalaksanaan
1. Melakukan pelayanan sesuai protokol kesehatan (menggunakan APD,
memakai masker, cuci tangan/pakai hand sanitizer sebelum dan sesudah
melakukan pelayanan serta menjaga jarak)
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan bayi kepada ibu dan suaminya. Ibu dan
suami mengetahui hasil pemeriksaan bayinya.
3. Melakukan perawatan tali pusat pada bayi dengan cara membungkus tali
pusat menggunakan kasa steril kering. Tali pusat telah terbungkus kasa steril
kering.
4. Menjaga kehangatan bayi dengan memakaikan popok, pakaian, sarung

tangan dan kaki, bedong dan topi bayi. Bayi hangat dengan suhu 36,60C
5. Melakukan imunisasi HB0 0,5 mL pada 1/3 atas anterolateral paha kanan
bayi secara IM untuk mencegah bayi tertular penyakit Hepatitis B. Bayi
telah diberikan vaksin HB0.
6. Memberikan KIE :
5) Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
6) Pencegahan Infeksi (perawatan BBL & perawatan tali pusat)
7) Pencegahan hipotermi.
8) ASI eksklusif, cara menetek yang benar, tanda bayi puas menetek.
7. Observasi TTV, evaluasi A-S dan tanda bahaya BBL

42
Evaluasi/ : ibu mengerti dan memahami dengan penjelasan yang
diberikan dan akan melakukan asuhan kebidanan yang sudah diberikan

Catatan Perkembangan
S : Ibu mengatakan bayinya sudah BAB dan BAK, mau minum ASI
O : Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Baik
Tanda-tanda vital : Suhu : 36,5°C
Nadi : 130x/mnt
Respirasi : 44x/mnt
A : Neonatus usia 6 jam Fisiologis
P :
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan danrencanaasuhankebidanan
yang akandiberikan
2. Memberikan KIE :
a. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
b. Pencegahan Infeksi (perawatan BBL & perawatan tali
pusat,caramemandikanbayi).
c. Pencegahan hipotermi.
d. ASI eksklusif, cara menetek yang benar, tanda bayi puas menetek.
e. Imunisasi
3. Pada Masa Covid 19 tetapmenggunakan protocol
kesehatandanmengurangibertemudnganbanyak orang
4. Observasi TTV, evaluasi A-S dantandabahaya BBL
5. Evaluasi, ibumengertidanmemahamidenganpenjelasan yang
diberikandanakanmelakukanasuhankebidanan yang sudahdiberikan

BAB 4
PEMBAHASAN

43
Pada bab ini penulis akan membandingkan antara teori yang didapat dari
beberapa sumber dan kenyataan di lahan yang telah diuraikan dalam tinjauan
kasus pada bab 3, untuk memperoleh gambaran tentang kesamaan dan
kesenjangan dalam melakukan asuhan kebidanan yang didapat.
Pada pemeriksaan data subyektif didapatkan keadaan umum bayi baik
dengan tanda-tanda vital normal, BB 3200 gram, PB 50 cm. Hal ini sesuai dengan
pendapat Kemenkes RI (2010) yang menyatakan bahwa berdasarkan pengukuran
BB/U dan PB/U didapatkan status gizi bayi S dengan status gizi baik.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada
kesenjangan antara teoridan praktik lapangan.

BAB 5
KESIMPULAN

44
5.1 Kesimpulan
1. Penulis mampu melakukan pengkajian data subjektif dan data obyektif
pada ibu bersalin di Puskesmas Pakis Surabaya
2. Penulis mampu melakukan interpretasi data pada ibu bersalin di
Puskesmas Pakis Surabaya
3. Penulis mampu melakukan penegakan diagnosa data sesuai dengan data
yang didapatkan pada ibu bersalin di Puskesmas Pakis Surabaya
4. Penulis mampu melakukan tindakan segera pada ibu bersalin di Puskesmas
Pakis Surabaya
5. Penulis mampu melakukan perencanaan asuhan kebidanan pada ibu
bersalin di Puskesmas Pakis Surabaya
6. Penulis mampu melaksanakan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu
bersalin di Puskesmas Pakis Surabaya
7. Penulis mampu mengevaluasi asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu
ibu bersalin di Puskesmas Pakis Surabaya
8. Penulis mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
di Puskesmas Pakis Surabaya
4.2 Saran
1. Bagi Klien
Diharapkan mampu menerapkan asuhan kebidanan yang telah diberikan.
2. Bagi Instansi pendidikan
Diharakan bagi instalasi pendidikan lebih meningkatkan atau
menambah reverensi, sehingga dapat membantu penulis atau
mahasiswa yanga akan mengambil kasus yang sama.
3. Bagi Puskesmas
Meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik sehingga
mempermudah melakukan bimbingan penelitian, serta memberikan
dan menyelenggarakan pelatihan mengenai tatalaksana kasus ibu
bersalin.

45

Anda mungkin juga menyukai