Anda di halaman 1dari 16

Tugas : Individu

Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi & Balita

Dosen Pembimbing : Endri Nisa SKM., M.Kes

MAKALAH
“EVIDENCE BASED Pada Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita”

Di Susun Oleh:
Nama : Nur’aini
Nim : 18.010

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
PERIODE 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya


kepada kita sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Evidence
Based dalam asuhan neonatus, bayi dan balita” sebagai tugas dari mata kuliah
“Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi dan Balita” . Tak lupa juga kami
mengucapkan terima kasih kepada ibu Endri nisa, SKM.,M.Kes selaku dosen
pembimbing Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi dan Balita yang telah
membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
lancar. Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk para pembaca.
Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami
harapkan demi perbaikan dalam penyusunan makalah untuk kedepannya.

Makassar, 23 maret 2020

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................5
B. Rumusan masalah.............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................7
BAB III ..........................................................................................................20
PENUTUP ..........................................................................................................20
1. Kesimpulan.......................................................................................................20
2. Saran dan kritik.................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari wacana kehamilan,
persalinan, bayi gres lahir dan kala nifas serta kembalinya alat reproduksi ke
keadaan normal. Tujuan ilmu kebidanan yakni untuk mengantarkan kehamilan,
persalinan, dan kala nifas serta pemberian ASI dengan selamat dengan kerusakan
akhir persalinan sekecil-kecilnya dan kembalinya alat reproduksi kekeadaan
normal. Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan
perbandingan tinggi rendahnya angka simpulan hidup ibu dan angka simpulan
hidup perinatal. Dikemukakan bahwa angka simpulan hidup perinatal lebih
mencerminkan kesanggupan suatu negara untuk menyampaikan pelayanan
kesehatan. Indonesia, di lingkungan ASEAN, merupakan negara dengan angka
simpulan hidup ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk
menyampaikan pelayanan kesehatan segara untuk menyampaikan pelayanan
kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih
bermutu.

Dengan perkiraan persalinan di Indonesia setiap tahunnya sekitar


5.000.000 jiwa dapat dijabarka bahawa :

1. Angka simpulan hidup ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi
setiap 26-27 menit. Penyebab simpulan hidup ibu yakni perdarahan 30,5 %, nanah
22,5.%, gestosis 17′,5 %, dan anestesia 2,0 %.
2. Kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi setiap 18-
20 menit sekali. Penyebab simpulan hidup bayi yakni asfiksia neonatorum 49-60
%, nanah 24-34 %, prematuritas/BBLR 15-20 %, stress berat persalinan 2-7 %, da
cacat bawaan 1-3 %.
Memperhatikan angka simpulan hidup ibu dan bayi, dapat dikemukakan
bahwa:

1. Sebagian besar simpulan hidup ibu dan perinatal terjadi dikala pertolongan
pertama sangat dibutuhkan.
2. Pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga penyulit hamil dan hamil
dengan risiko tinggi tidak atau terlambat diketahui.
3. Masih banyak dijumpai ibu dengan jarak hamil pendek, terlalu banyak anak,
terlalu muda, dan terlalu renta untuk hamil.
4. Gerakan keluarga berencana masih dapat digalakkan untuk meningkatkan sumber
daya insan melalui norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS)
5. Jumlah anemia pada ibu hamil cukup tinggi.
6. Pendidikan masyarakat yang rendah cendrung memilih pemeliharaan kesehatan
secara tradisional, dan belum siap mendapatkan pelaksanaan kesehatan modern.

Berdasarkan tingginya angka simpulan hidup ibu dan perinatal yang


dialami sebagian besar negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu
perjuangan yang sangat penting untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan
kebidanan yang menyeluruh dan bermutu yaitu dilaksanakannnya praktek
berdasar pada evidence based. Dimana bukti secara ilmiah telah dibuktikan dan
dapat digunakan sebagai dasar praktek terbaru yang lebih aman dan diharapkan
dapat mengendalikan asuhan kebidanan sehingga bisa menyampaikan pelayanan
yang lebih bermutu dan menyeluruh dengan tujuan menurunkan angka simpulan
hidup ibu dan angka simpulan hidup perinatal.
B.    EVIDENCE BASED MIDWIFERY (PRACTICE)

EBM didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu menyebarkan


kuat profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi
akademis. RCM Bidan Jurnal telah dipublikasikan dalam satu bentuk semenjak
1887 (Rivers, 1987), dan telah lama berisi bukti yang telah menyumbang untuk
kebidanan pengetahuan dan praktek. Pada awal masa ini, peningkatan jumlah
bidan terlibat dalam penelitian, dan dalam membuka kedua atas dan
mengeksploitasi gres kesempatan untuk kemajuan akademik. Sebuah kebutuhan
yang berkembang diakui untuk platform untuk yang paling ketat dilakukan dan
melaporkan penelitian. Ada juga harapan untuk ini ditulis oleh dan untuk bidan.
EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mampu berdiri diatas kaki
sendiri untuk penelitian murni bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate,
Inggris pada tahun 2003 (Hemmings et al, 2003). Itu dirancang 'untuk membantu
bidan dalam mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan
utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi '(Silverton, 2003).

EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada
praktek dan profesi kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta sebagai
penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka
terstruktur, tinjauan sistematis, kohort studi, terstruktur, logis dan transparan,
sehingga bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktek, pendidikan
dan penelitian lebih lanjut.

C.   EVIDENCE BASED DALAM ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA

1. Memulai Pemberian Asi Dini dan Ekslusif


Berdasarkan evidence based yang up to date, upaya untuk peningkatan
sumber daya insan antara lain dengan jalan menyampaikan ASI sedini mungkin
(IMD) yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan dan gizi bayi gres lahir
yang jadinya bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB).

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yakni proses bayi menyusu segera setelah
dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak
disodorkan ke puting susu).
Pada prinsipnya IMD merupakan kontak langsung antara kulit ibu dan
kulit bayi, bayi ditengkurapkan di dada atau di perut ibu selekas mungkin setelah
seluruh tubuh dikeringkan (bukan dimandikan), kecuali pada telapak tangannya.
Kedua telapak tangan bayi dibiarkan tetap terkena air ketuban karena anyir dan
rasa cairan ketuban ini sama dengan anyir yang dikeluarkan payudara ibu, dengan
demikian ini menuntun bayi untuk menemukan puting. Lemak (verniks) yang
menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan tetap menempel. Kontak antar kulit
ini bisa dilakukan sekitar satu jam hingga bayi selesai menyusu. Selain
mendekatkan ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan bayi pada jam-jam
pertama kehidupannya, IMD juga berfungsi menstimulasi hormon oksitosin yang
dapat membuat rahim ibu berkontraksi dalam proses pengecilan rahim kembali ke
ukuran semula. Proses ini juga membantu pengeluaran plasenta, mengurangi
perdarahan, merangsang hormon lain yang dapat meningkatkan ambang nyeri,
membuat perasaan lebih rileks, bahagia, serta lebih mencintai bayi.
Tatalaksana inisiasi menyusu dini:
a. Inisiasi dini sangat membutuhkan kesabaran dari sang ibu, dan rasa percaya diri
yang tinggi dan membutuhkan pinjaman yang kuat dari sang suami dan keluarga,
jadi akan membantu ibu apabila dikala inisiasi menyusu dini suami atau keluarga
mendampinginya.
b. Obat-obatan kimiawi, menyerupai pijat, aroma therapi, bergerak, hypnobirthing
dan lain sebagainya coba untuk dihindari.
c. Ibulah yang menentukan posisi melahirkan, karena ia yang akan menjalaninya.
d. Setelah bayi dilahirkan, secepat mungkin keringkan bayi tanpa menghilangkan
vernix yang menyamankan kulit bayi.
e. Tengkurapkan bayi di dada ibu atau perut ibu dengan skin to skin contact, selimuti
keduanya dan andai memungkinkan dan dianggap perlu beri si bayi topi.
f. Biarkan bayi mencari puting ibu sendiri. Ibu dapat merangsang bayi dengan
sentuhan lembut dengan tidak memaksakan bayi ke puting ibunya.
g. Dukung dan bantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum
menyusu (pre-feeding) yang dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam
bahkan lebih, diantaranya:
 Istirahat sebentar dalam keadaan siaga, menyesuaikan dengan lingkungan.
 Memasukan tangan ke mulut, gerakan mengisap, atau mengelurkan suara.
 Bergerak ke arah payudara.
 Daerah areola biasanya yang menjadi sasaran.
 Menyentuh puting susu dengan tangannya.
 Menemukan puting susu, reflek mencari puting (rooting) melekat dengan lisan
terbuka lebar.
 Biarkan bayi dalam posisi skin to skin contact hingga proses menyusu pertama
selesai.
h. Bagi ibu-ibu yang melahirkan dengan tindakan menyerupai oprasi, berikan
kesempatan skin to skin contact.
i. Bayi gres dipisahkan dari ibu untuk ditimbang dan diukur setelah menyusu awal.
Tunda prosedur yang invasif menyerupai suntikan vit K dan menetes mata bayi
j. Dengan rawat gabung, ibu akan mudah merespon bayi. Andaikan bayi dipisahkan
dari ibunya, yang terjadi kemudian ibu tidak bisa merespon bayinya dengan cepat
sehingga mempunyai potensi untuk diberikan susu formula, jadi akan lebih
membantu apabila bayi tetapi bersama ibunya selama 24 jam dan selalu hindari
makanan atau minuman pre-laktal.

Setelah pemberian Inisiasi Menyusu Dini (IMD), selanjutnya bayi


diberikan ASI secara eksklusif. Yang dimaksud dengan pemberian ASI secara
langsung di sini yakni pemberian ASI tanpa makanan dan minuman pemanis lain
pada bayi berumur 0 - 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, gres ia mulai
diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat terus diberikan
hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih. ASI langsung sangat penting untuk
peningkatan SDM di masa yang akan datang, terutama dari segi kecukupan gizi
semenjak dini. Memberikan ASI secara langsung hingga bayi berusia 6 bulan
akan menjamin tercapainya pengembangan potensial kecerdasan anak secara
optimal.

Hal ini karena ASI merupakan nutrien yang ideal dengan komposisi yang
tepat serta diubahsuaikan dengan kebutuhan bayi. 

2. Baby Friendly

Baby friendly atau dikenal dengan Baby Friendly Initiative (inisiasi


sayang bayi) yakni suatu prakarsa internasional yang didirikan oleh WHO/
UNICEF pada tahun 1991 untuk mempromosikan, melindungi dan mendukung
inisiasi dan kelanjutan menyusui. Program ini mendorong rumah sakit dan
kemudahan bersalin yang menyampaikan tingkat optimal perawatan untuk ibu dan
bayi. Sebuah kemudahan Baby Friendly Hospital/ Maternity berfokus pada
kebutuhan bayi dan memberdayakan ibu untuk menyampaikan bayi mereka awal
kehidupan yang baik. Dalam istilah praktis, rumah sakit sayang bayi mendorong
dan membantu wanita untuk sukses memulai dan terus menyusui bayi mereka dan
akan mendapatkan penghargaan khusus dikarenakan telah melakukannya. Sejak
awal program, lebih dari 18.000 rumah sakit di seluruh dunia telah menerapkan
agenda baby friendly. Negara-negara industri menyerupai Australia, Austria,
Denmark, Finlandia, Jerman, Jepang, Belanda, Norwegia, Spanyol, Swiss,
Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat telah resmi di tetapka sebagai rumah sakit
sayang bayi.

Dalam rangka mencapai agenda Baby Friendly Inisiative, semua provider


rumah sakit dan kemudahan bersalin akan:

a. Memiliki kebijakan tertulis wacana menyusui secara rutin dan dikomunikasikan


kepada semua staf tenaga kesehatan.
b. Melatih semua staf tenaga kesehatan dalam keterampilan yang diharapkan untuk
melaksanakan kebijakan ini.
c. Member tahu semua ibu hamil wacana manfaat dan penatalaksanaan menyusui
d. Membantu ibu untuk memulai menyusui dalam waktu setengah jam kelahiran.

e. Tampilkan pada ibu bagaimana cara menyusui dan cara mempertahankan


menyusui kalau mereka harus dipisahkan dari bayi mereka.
f. Berikan ASI pada bayi gres lahir, kecuali kalau ada indikasi medis.
g. Praktek rooming-in biar memungkinkan ibu dan bayi tetap bersama-sama
h. Mendorong menyusui on demand
i. Tidak menyampaikan dot kepada bayi menyusui
j. Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan menganjurkan ibu
menghubungi mereka setelah pulang dari rumah sakit atau klinik.
3. Regulasi Suhu Bayi Baru Lahir dengan Kontak Kulit ke Kulit
Bayi gres lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke
lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu cuek ini menyebabkan air
ketuban menguap lewat kulit pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu
tanpa mekanisme menggigil merupakan perjuangan utama seorang bayi untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Kontak kulit bayi dengan ibu dengan
perawatan metode kangguru dapat mepertahankan suhu bayi dan mencegah bayi
kedinginan/ hipotermi. Keuntungan cara perawatan bayi dengan metode ini selain
bisa menyampaikan kehangatan, bayi juga akan lebih sering menetek, banyak
tidur, tidak rewel dan kenaikan berat tubuh bayi lebih cepat. Ibu pun akan merasa
lebih bersahabat dengan bayi, bahkan ibu bisa tetap beraktivitas sambil
menggendong bayinya.
Cara melakukannya:
- Gunakan tutup kepala karena 25% panas hilang pada bayi gres lahir yakni melalui
kepala.
- Dekap bayi diantara payudara ibu dengan posisi bayi telungkup dan posisi kaki
menyerupai kodok serta kepala menoleh ke satu sisi.
- Metode kangguru bisa dilakukan dalam posisi ibu tidur dan istirahat
- Metode ini dapat dilakukan pada ibu, bapak atau anggota keluarga yang remaja
lainnya. Kontak kulit ke kulit sangat memiliki kegunaan untuk memberi bayi
kesempatan dalam menemukan puting ibunya, sebelum memulai proses menyusui
untuk pertama kalinya. Inilah kunci dari inisiasi menyusui dini yang akan sangat
kuat dalam proses ASI Eksklusif selama 6 bulan setelahnya
4. Pemotongan Tali Pusat
Berdasarkan evidence based, pemotongan tali sentra lebih baik ditunda
karena sangat tidak menguntungkan baik bagi bayi maupun bagi ibunya.
Mengingat fenomena yang terjadi di Indonesia antara lain tingginya angka
morbiditas ataupun mortalitas pada bayi salah satunya yang disebabkan karena
Asfiksia Hyperbillirubinemia/ icterik neonatorum, selain itu juga meningkatnya
dengan tajam kejadian autis pada belum dewasa di Indonesia tahun ke tahun tanpa
tahu pemicu penyebabnya. Ternyata salah satu asumsi sementara atas kasus
fenomena di atas yakni karena adanya ICC (Imediettly Cord Clamping) di
langkah APN yaitu pemotongan tali sentra segera setelah bayi lahir. Benar atau
tidaknya asumsi tersebut, beberapa hasil penelitian dari jurnal-jurnal internasional
di bawah ini mungkin bisa menjawab pertanyaan di atas.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kinmond, S. et al. (1993)
menunjukkan bahwa pada bayi prematur, ketika pemotongan tali sentra ditunda
paling sedikit 30 menit atau lebih, maka bayi akan:
1. Menunjukkan penurunan kebutuhan untuk tranfusi darah
2. Terbukti sedikit mengalami gangguan pernapasan
3. Hasil tes menunjukkan tingginya level oksigen
4. Menunjukkan indikasi bahwa bayi tersebut lebih viable dibandingkan dengan bayi
yang dipotong tali pusatnya segera setelah lahir
5. Mengurangi resiko perdarahan pada kala III persalinan
6. Menunjukkan jumlah hematokrit dan hemoglobin dalam darah yang lebih baik.
Dalam jurnal ilmiah yang dilakukan oleh George Marcom Morley (2007)
dikatakan bahwa seluruh proses biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah
kelahiran, dan pada dikala bayi mulai menangis dan kulitnya berwarna merah
muda, menunjukan prosesnya sudah komplit. Menjepit dan memotong tali sentra
pada dikala proses sedang berlangsung, dari sirkulasi oksigen janin menjadi
sistem sirkulasi bayi sangat menggangu sistem pendukung kehidupan ini dan bisa
menyebabkan penyakit serius. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa dikala
talipusat dilakukan pengekleman, pulse rate dan cardiac out put berkurang 50%
karena 50% dari vena yang kembali ke jantung telah dimatikan (clamped off).
Banyak sekali akhir yang tidak menguntungkan pada pemotongan tali sentra
segera setelah bayi lahir dan dalam penelitian ini dikatakan resiko untuk
terjadinya brain injury, cerebral palsy, asfiksia, autis, kejadian bayi kuning bahkan
anemia pada bayi sangatlah banyak.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eillen K. Hutton (2007) bahwa


dengan penundaan pemotongan tali sentra dapat:
 Peningkatan kadar hematokrit dalam darah
 Peningkatan kadar hemoglobin dalam darah
 Penurunan angka Anemia pada bayi
 Penurunan resiko jaudice/ bayi kuning
Mencermati dari hasil-hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pemotongan tali sentra segera setelah bayi lahir sangat tidak menguntungkan baik
bagi bayi maupun bagi ibunya. Namun dalam praktek APN dikatakan bahwa
pemotongan tali sentra dilakukan segera setelah bayi lahir. Dari situ kita bisa lihat
betapa besarnya resiko kerugian, kesakitan maupun simpulan hidup yang dapat
terjadi.
5. Perawatan Tali Pusat
Saat bayi dilahirkan, tali pusar (umbilikal) yang menghubungkannya dan
plasenta ibunya akan dipotong meski tidak semuanya. Tali pusar yang melekat di
perut bayi, akan disisakan beberapa senti. Sisanya ini akan dibiarkan hingga
pelan-pelan menyusut dan mengering, lalu terlepas dengan sendirinya. Agar tidak
menjadikan infeksi, sisa potongan tadi harus dirawat dengan benar.
Cara merawatnya yakni sebagai berikut:
a. Saat memandikan bayi, usahakan tidak menarik tali pusat. Membersihkan tali
sentra dikala bayi tidak berada di dalam kolam air. Hindari waktu yang lama bayi
di air karena bisa menyebabkan hipotermi.
b. Setelah mandi, utamakan mengerjakan perawatan tali sentra terlebih dahulu.
c. Perawatan sehari-hari cukup dibungkus dengan kasa steril kering tanpa diolesi
dengan alkohol. Jangan pakai betadine karena yodium yang terkandung di
dalamnya dapat masuk ke dalam peredaran darah bayi dan menyebabkan
gangguan pertumbuhan kelenjar gondok.
d. Jangan mengolesi tali sentra dengan ramuan atau menaburi bedak karena dapat
menjadi media yang baik bagi tumbuhnya kuman.
e. Tetaplah rawat tali sentra dengan menutupnya menggunakan kasa steril hingga
tali sentra lepas secara sempurna.
6. Stimulasi Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi dan Balita
Istilah tumbuh kembang bahu-membahu mencakup dua peristiwa yang
sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan
dan perkembangan.
Menurut Soetjiningsih, pertumbuhan (growth) berkaitan dengan dilema
perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran
panjang (cm, meter). Sedangkan perkembangan (development) yakni
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam referensi yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari
proses pematangan. Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita
yakni rangsangan yang dilakukan semenjak bayi gres lahir yang dilakukan setiap
hari untuk merangsang semua sistem indera (pendengaran, penglihatan perabaan,
pembauan, dan pengecapan). Selain itu harus pula merangsang gerak garang dan
halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi serta merangsang
perasaan yang menyenangkan dan pikiran bayi dan balita. Rangsangan yang
dilakukan semenjak lahir, terus menerus, bervariasi dengan suasana bermain dan
kasih sayang akan memicu kecerdasan anak. Waktu yang ideal untuk stimulasi
yakni dikala bayi berdiri tidur/ tidak mengantuk, tenang, siap bermain dan sehat.
Gunakan peralatan yang aman dan bersih antara lain tidak mudah pecah, tidak
mengandung racun/ materi kimia, tidak tajam dan sebagainya.
Stimulasi dilakukan setiap ada kesempatan berinteraksi dengan bayi atau balita
setiap hari, terus-menerus, bervariasi, dan diubahsuaikan dengan umur
perkembangan kemampuannya. Stimulasi juga harus dilakukan dalam suasana
yang menyenangkan dan kegembiraan antara pengasuh dan bayi/ balitanya.
Jangan menyampaikan stimulasi yang terburu-buru dan tidak memperhatikan
minat atau harapan bayi/ balita, atau bayi sedang mengantuk, bosan atau ingin
bermain yang lain. Pengasuh yang sering marah, bosan, sebal, maka tanpa disadari
pengasuh justru menyampaikan rangsangan emosional yang negatif. Karena pada
prinsipnya semua ucapan, sikap dan perbuatan pengasuh merupakan stimulasi
yang direkam, diingat dan akan ditiru atau justru menjadikan ketakutan bagi bayi/
balitanya.
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan

Paradigma gres (aktif) yang disebutkan sebelumnya yang berdasarkan


evidence based terkini, terbukti dapat mencegah atau mengurangi komplikasi
yang sering terjadi. Hal ini memberi manfaat yang faktual dan bisa membantu
upaya penurunan angka simpulan hidup bayi gres lahir. Jika semua penolong
persalinan dilatih biar kompeten untuk melaksanakan upaya pencegahan atau
deteksi dini secara aktif terhadap banyak sekali komplikasi yang mungkin terjadi,
menyampaikan pertolongan secara adekuat dan tepat waktu, dan melaksanakan
upaya rujukan yang optimal maka semua upaya tersebut dapat secara bermakna
menurunkan jumlah kesakitan atau simpulan hidup bayi gres lahir.

B. Kritik dan saran


Alhamdulillah, berkar rahmat, nikmat kesehatan dan hidayah Allah SWT
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusun menyadari akan
kemampuan dan keterbatasan pengetahuan, sehingga tentunya banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penyusun mengharap saran dan
kritik yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan dan penyempurnaan.
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun dan pembaca pada
umumnya Amin..
Diharapkan akan adanya peningkatan jumlah bidan terlibat dalam
penelitian,akan pengetahuan berdasar bukti mengenai asuhan kebidanan
khususnya dalam menyampaikan pelayanan kesehatan pada ibu dan anak dalam
upaya penurunan AKI dan AKB.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai