Anda di halaman 1dari 17

Tugas :Individu

Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi dan Balita


Dosen Pembimbing : Endri Nisa,SKM,.M.Kes

MAKALAH
“Gangguan Gizi Yang Bisa Terjadi Pada Neonatus,Bayi,Balita dan Anak Prasekolah”

Di Susun Oleh:
Nama : Mutia Rahmawati
Nim : 18.009

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
PERIODE 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt karena dengan rahmat dan Hidayah-Nya
lah saya dapat menyelesaikan makalah “Gangguan Gizi yang Terjadi pada
Neonatus,Bayi,Balita dan Anak Prasekolah” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah asuhan kebidanan
neonatus,bayi,dan balita.Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini saya menyampaikan
terima kasih kepada ibu “Endri Nisa,SKM.,M.Kes” selaku dosen pembimbing mata kuliah
Asuhan Neonatus,Bayi,dan Balita
Semoga makalah ini bermanfaat bagi saya dan pembaca.Saya menyadari bahwa
makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan.Namunsaya sebagai penyusun tetap
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga bisa menjadi acuan dalam
penyusunan makalah selanjutnya.

Makassar,17 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
a. Latar Belakang................................................................................................................1
b. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
c. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A.Gangguan Gizi yang Bisa Terjadi Pada Neonatus.................................................................2
1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)................................................................................2
2. Hipoglikemia...................................................................................................................3
3. Diare................................................................................................................................5
B. Gangguan Gizi yang Bisa Terjadi Pada Bayi,Balita dan Anak Prasekolah..........................5
1. Obesitas..............................................................................................................................5
2. Marasmus...........................................................................................................................7
3.Kwashiorkor........................................................................................................................8
4.Kekurangan Vitamin A........................................................................................................9
5.Anemia................................................................................................................................9
6. Rakhitis.............................................................................................................................10
7. Stunting.............................................................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
a.Kesimpulan........................................................................................................................12
b.Saran..................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Anak merupakan sosok yang unik, mereka mempunyai kebutuhan yang berbeda
sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya. Begitu juga dengan kebutuhan
nutrisinya, terutama pada satu tahun pertama kehidupan anak. Hal ini disesuaikan dengan
kemampuan organ pencernaannya yang belum sempurna dalam menerima makanan tertentu,
sehingga memerlukan perhatian dari orang tua dalam pemenuhannya.
Gizi berasal dari kata Gizawa (bahasa arab), yang berarti pemberian zat-zat makanan
kepada sel-sel dan jaringan tubuh, sehingga memungkinkan pertumbuhan yang normal dan
sehat (Maryunani, 2012).Gizi adalah suatu proses orgnisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, transportasi, penyimpanan, metabolisme
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa,
2002). Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa gizi adalah zat-zat
makanan yang diperlukan oleh tubuh untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal. Kebutuhan penting pertama akan nutrisi pada bayi baru lahir adalah ASI. Makanan
untuk bayi sehat terdiri dari ASI, jika ASI tidak mencukupi dapat diberikan susu formula.
Selanjutnya sebagai makanan pelengkap setelah bayi berusia 6 bulan terdiri dari buahbuahan,
biscuit, makanan padat bayi yaitu bubur susu, nasi tim atau makanan lain yang sejenis,
namun pemberiannyasecara bertahap sesuai dengan usia anak.

b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan,maka yang jadi masalah dalam hal ini adalah
gangguan gizi pada neonatus,bayi,balita dan anak prasekolah,penyebab,proses
terjadinya,akibat yang ditimbulkan, dan cara penanganan dan pencegahannya.

c. Tujuan
Dari latar belakang dan rumusan masalah,tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk
mengetahui gangguan gizi pada neonatus,bayi,balita dan anak prasekolah,penyebab,proses
terjadinya,akibat yang ditimbulkan, dan cara penanganan dan pencegahannya.
BAB II

PEMBAHASAN

A.Gangguan Gizi yang Bisa Terjadi Pada Neonatus

1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


a. Definisi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan saat lahir
kurang dari 2500 gram. Istilah BBLR sama dengan prematuritas. Namun, BBLR tidak
hanya terjadi pada bayi prematur, juga bayi yang cukup bulan dengan BB < 2.500
gram (Profil Kesehatan Indonesia, 2014; Manuaba, 2010).

b. Epidemiologi
Hasil Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa persentase balita (0-59 bulan) dengan
BBLR sebesar 10,2%.

c. Klasifikasi BBLR
· BBLR : Berat Badan Bayi Rendah (<2500 gr)
· BBLSR : Berat Badan Bayi Sangat Rendah (<1500 gr)
· BBLER : Berat Badan Bayi Ekstrem Rendah (< 1000 gr)

d. Etiologi BBLR
· Faktor ibu
Ø < Gizi saat hamil
Ø Usia < 20 th/> 35 th
Ø Penyakit menahun ibu (hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah)
· Faktor Kehamilan
Ø Hamil dengan hidramnion
Ø Hamil ganda
Ø Perdarahan antepartum
Ø Komplikasi hamil: PE/E, KPD
· Faktor Janin
Ø Cacat bawaan
Ø Infeksi dalam rahim

e. Manifestasi Klinis
· BB: < 2.500 gram
· PB: < 45 cm
· Lingkar Dada: < 30 cm
· Lingkar Kepala: < 33 cm
· UK: < 37 Minggu
· Kepala relatif lebih besar
· Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak pada kulit kurang
· Otot hipotonik lemah
· Apnea

f. Tatalaksana
Pengaturan Suhu Tubuh BBLR
· Cepat kehilangan panas/ hipotermi oleh karena pusat pengaturan panas tubuh belum
berfungsi optimal, metabolism rendah, dan permukaan tubuh relatif luas. àRawat dalam
inkubator.
· Pencegahan infeksi
· Intake nutrisi

g. Masalah untuk BBLR


· Aspirasi Mekonium à kolaps paru/pneumotoraks
· Jumlah Hb tinggi à sering diikuti ikterus
· Hipoglisemia
· Keadaan lain yang dpt terjadi spt: asfiksia sedang sampai berat, perdarahan, demam tinggi,
cacat bawaan.

2. Hipoglikemia
a. Pengertian
Kadar glukosa serum < 45mg% (<2,6 mmol/L) selama beberapa hari pertama
kehidupan.

b. Etiologi Hipoglikemia
Secara garis besar hipoglikemia dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: kelainan yang
menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan dan produksi glukosa kurang.
 Kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan
Hiperinsulinisme (bayi dari ibu penderita diabetes), hipoglikemia hiperinsulinisme menetap
pada bayi, tumor yang memproduksi insulin dan child abuse. Hiperinsulinisme
menyebabkan pemakaian glukosa yang berlebihan terutama akibat rangsangan
penggunaan glukosa oleh otot akibat sekresi insulin yang menetap. Kelainan ini
diketahui sebagai hipoglikemia hiperinsulin endogen menetap pada bayi yang
sebelumnya disebut sebagai nesidioblastosis.
Defek pada pelepasan glukosa (defek siklus Krebs, defek ”respiratory chain”). Kelainan ini
sangat jarang, mengganggu pembentukan ATP dari oksidasi glukosa, disini kadar laktat
sangat tinggi. Defek pada produksi energi alternatif (defisiensi Carnitine acyl transferase.
Kelainan ini mengganggu penggunaan lemak sebagai energi, sehingga tubuh sangat
tergantung hanya pada glukosa. Ini akan menyebabkan masalah bila puasa dalam jangka
lama yang seringkali berhubungan dengan penyakit gastrointestinal. Sepsis atau penyakit
dengan hipermetabolik, termasuk hipertiroidism
 Kelainan yang menyebabkan kurangnya produksi glukosa
Ø Simpanan glukosa tidak adekuat (prematur, bayi SGA, malnutrisi, hipoglikemia
ketotik).
Kelainan ini sering sebagai penyebab hipoglikemia, disamping hipoglikemia akibat
pemberian insulin pada diabetes. Hal ini dapat dibedakan dengan melihat keadaan klinis dan
adanya hipoglikemia ketotik, biasanya terjadi pada anak yang kurus, usia antara 18 bulan
sampai 6 tahun, biasanya terjadi akibat masukan makanan yang terganggu karena bermacam
sebab Penelitian terakhir mekanisme yang mendasari hipoglikemia ketotik adalah gagalnya
glukoneogenesis.
Ø Kelainan pada produksi glukosa hepar
Kelainan ini menurunkan produksi glukosa melalui berbagai defek, termasuk blokade
pada pelepasan dan sintesis glukosa, atau blokade atau menghambat
gluikoneogenesis. Anak yang menderita penyakit ini akan dapat beradaptasi terhadap
hipoglikemia,karena penyakitnya bersifat kronik Kelainan hormonal
(panhypopituitarisme, defisiensi hormon pertumbuhan
Ø Defisiensi kortisol dapat primer atau sekunder.
Hal ini karena hormone pertumbuhan dan kortisol berperan penting pada pembentukan
energi alternative dan merangsang produksi glukosa. Kelainan ini mudah diobati
namun yang sangat penting adalah diagnosis dini.
c. Patofisiologi Hipoglikemia
Hipoglikemi sering terjadi pada berat lahir rendah (BBLR), karena cadangan glukosa
rendah. Pada ibu diabetes mellitus (DM) terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin
sehingga respons insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir dimana jalur plasenta terputus
maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient
hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemi.

d. Tanda dan Gejala Hipoglikemia


Hipoglikemia bisa menunjukan gejala ataupun tidak. Kecurigaan tinggi harus selalu
diterapkan dan selalu antisipasi hipoglikemia pada neonatus dengan faktor risiko:
· Tremor
· Sianosis
· Apatis
· Kejang
· Apnea intermitten
· Tangisan lemah/melengking
· Letargi
· Kesulitan minum
· Gerakan mata berputar/nistagmus
· Keringat dingin
· Pucat
· Hipotermi
· Refleks hisap kurang
· Muntah
Saat timbulnya gejala bervariasi dari beberapa hari sampai satu minggu setelah lahir.
Berikut ini merupakan gejala klinis yang dimulai dengan frekuensi tersering, yaitu gemetar
atau tremor, serangan sianosis, apati, kejang, serangan apnea intermiten atau takipnea, tangis
yang melemah atau melengking, kelumpuhan atau letargi, kesulitan minum dan terdapat
gerakan putar mata. Dapat pula timbul keringat dingin, pucat, hipotermia, gagal jantung dan
henti jantung. Sering berbagai gejala timbul bersama-sama. Karena gejala klinis tersebut
dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab, maka bila gejala tidak menghilang setelah
pemberian glukosa yang adekuat, perlu dipikirkan penyebab lain.

e. Penatalaksanaan Hipoglikemi
Semua neonatus berisiko tinggi harus ditapis:
· Pada saat lahir;
· 30 menit setelah lahir;
· Kemudian setiap 2-4 jam selama 48 jam atau sampai pemberian minum berjalan baik dan
kadar glukosa normal tercapai;

Kejadian hipoglikemia dapat dicegah dengan:


· Menghindari faktor resiko yang dapat dicegah, contohnya hipotermia;
· Pemberian makan enteral merupakan tindakan preventif tunggal paling penting;
· Jika bayi tidak mungkin menyusu, mulailah pemberian minum; dengan menggunakan sonde
dalam waktu 1-3 jam setelah lahir;
· Neonatus yang berisiko tinggi harus dipantau nilai glukosanya sampai asupannya penuh dan
3x pengukuran normal sebelum pemberian minum berada diatas 45 mg/dL;
· Jika ini gagal, terapi intravena dengan glukosa 10% harus dimulai dan kadar glukosa
dipantau;
Untuk penanganan bayi yang mengalami hiplogikemia dapat dilakukan dengan:
a. Monitor
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3 hari
pertama:
Ø Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam;
Ø Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2
kali pemeriksaan;
Ø Kadar glukosa ≤ 45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia;
Ø Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan hipoglikemia
selesai;

3. Diare
a. Pengertian
Adalah buang air besar dengan frekuensi 3x atau lebih perhari, disertai perubahannya
menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang terjadi pada bayi dan anak yang
sebelumnya tampak sehat.
b. Penyebab
karena bayi terkontaminasi feses ibu yang mengandung kuman patogen saat
dilahirkan, infeki silang dari petugas kesehatan yang mengalami diare dan hygiene
yang buruk, dot yang tidak disterilkan sebelum digunakan, dan lain-lain.
c. Penatalaksanaannya dengan cara: untuk pertolongan pertama dirumah, berikan oaralit
karena merupakan pertolongan pertama sebelum di bawa ke RS/Puskesmas.
Penatalaksanaannya di RS: Memberikan cairan dan mengatur keseimbangan
elektrolit, terapi rehidrasi, kolaborasi untuk terapi pemberian antibiotik sesuai dengan
kuman penyebabnya, mencuci tangan sebelum dan sessudah kontak dengan bayi
untuk mencegah penularan, dan tidak dianjurkan untuk memberikan anti dieare dan
obat-obatan pengental feses.

B. Gangguan Gizi yang Bisa Terjadi Pada Bayi,Balita dan Anak Prasekolah

1. Obesitas
a. Pengertian
 Sering terjadi dan mengganggu anak dan orang tua
 Kecendrungan mendapat penambahan berat badan yang lebih saat bayi, batita atau
selama usia sekolah
 Susunan makanan mungkin seimbang
 Kuantitas melebihi kebutuhan tubuh

b. Penyebab obesitas
Masukan energi yang melebihi kebutuhan tubuh pada bayi:
 Bayi yang minum susu botol
 Kebiasaan memberikan makanan atau minuman pada anak setiap kali menangis
 Pemberian makanan tinggi kalori pada usia dini

c. Diagnosis obesitas
 Hitung IMT
 Anamnesis keluarga
Ø Identifikasi obesitas pada keluarga
Ø Evaluasi penyalit
 Diet
Ø Siapa yang memberikan makanan
Ø Jenis makanan
Ø Pola makan
 Aktivitas
Ø Identifikasi hambatan beraktifitas
Ø Waktu bermain dan istirahat
 Gejala lain
Ø Komplikasi yang menyertai obesitas

d. Dampak obesitas
· Hiperlipidemia (tingginya kadar kolesterol dan lemak dalam darah)
· Gangguan pernafasan
· Komplikasi ortopedik (tulang)

e. Penanganan obesitas
· Menurunkan berat badan sangat disarankan dengan kolaborasi anak dan keluarga.
Ø Pola makanan anak tetap seimbang
Ø Cemilan anak diganti menjadi buah
Ø Diet kalori terbatas
Ø Dorongan untuk banyak bergerak (30-60 menit dlm sehari)
Ø Besarnya dukungan moral
Ø Obat-obtan dihindari
Ø Hindari makanan cepat saji
· Diet untuk bayi
Ø Terapi tujuan memperlambat kecepatan kenaikan berat badan
Ø Kebutuhan normal 110 kkal/kgBB/hari utk bayi < 6 bulan
Ø Kebutuhan normal 90 kkal/kgBB/hari utk bayi > 6 bulan
Ø Susu botol dikurangi dengan diselingi memberikan air tawar
2. Marasmus
a. Pengertian

Marasmus adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang disebabkan karena tubuh
kekurangan protein dan kalori. penyakit ini banyak ditemukan pada anak berusia 0-2 tahun.
Marasmus akan membuat tubuh menjadi lebih kurus, berat badan yang sangat kurang dan
tidak bisa beraktivitas dengan normal. Penyakit ini banyak ditemukan di kawasan Negara
afrika dan Negara-negara yang masih menghadapi konflik pemicu kelaparan.

b. Penyebab

Marasmus terjadi karena energi yang tidak cukup. Pada penderita yang menderita
marasmus, pertumbuhannya akan berkurang atau terhenti, sering terbangun pada waktu
malam, mengalami konstipasi atau diare. Diare pada penderita marasmus akan terlihat berupa
bercak hijau tua yang terdiri dari sedikit lendir dan sedikit tinja. Gangguan pada kulit adalah
turgor kulit akan menghilang dan penderita terlihat keriput. Apabila gejala bertambah berat,
lemak pada bagian pipi akan menghilang dan penderita terlihat seperti wajah seorang tua.
Vena superfisialis akan terlihat jelas, ubun-ubun besar cekung, tulang pipi dan dagu menonjol
dan mata tampak besar dan dalam. Perut tampak membuncit atau cekung dengan gambaran
usus yang jelas dan tampak atropi (Hassan et al, 2005).

c.tanda dan gejala

Tanda dan gejala marasmus (pusdatin kemenkes RI, 2015), adalah sebagai berikut

· Ukuran kepala tidak sebanding dengan ukuran tubuh


· kulit menjadi kering dan bersisik
· Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang terbungkus kulit. berat badan <60% berat badan
normal sesuai usianya
· Wajah seperti orang tua (old man face)
· Cengeng, rewel
· Kulit keriput, jaringan lemak subkutan sangat sedikit
· Bentuk perut cekung
· Sering disertai diare kronik (terus-menerus)
· rambut tipis dan mudah rontok
· Mudah terkena infeksi

d.penanganan dan pencegahan

Pencegahan marasmus dapat dilakukan dengan asupan gizi yang cukup sejak janin di dalam
kandungan dan memastikan asupan kalori dan protein cukup hingga dewasa. Jangan memilih-
milih makanan. Berikut ini adalah daftar makanan sehat, yaitu:

 Makanan mengandung protein seperti susu, ikan, telur, daging, kacang-kacangan, dll
 Makanan mengandung kalori seperti pisang, alpukat, pir, apel, dll
 Makan berbagai jenis sayur dan buah
 Jika perlu harus minum multivitamin sesuai kebutuhan.
3.Kwashiorkor
a. Pengertian

Kwashiorkor adalah bentuk MEP (Malnutrisi Energi Protein) yang terjadi ketika anak
disapih/dengan diet rendah protein, tetapi jumlah energi dari sumber energi karbohidrat
memadai (Chris Brooker, 2009). Kwashiorkor lebih banyak terdapat pada usia 1-3 tahun yang
sering terjadi pada anak yang terlambat menyapih sehingga komposisi gizi makanan tidak
seimbang terutama dalam hal protein.
Kwashiorkor merupakan penyakit akibat kekurangan gizi pada bayi dan balita yang
disebabkan kekurangan protein akut. Penyakit ini memang mirip seperti marasmus, namun
pada penderita kwashiorkor terdapat edema pada bagian kaki. Penyakit ini memang pada
awalnya dideteksi karena kekurangan protein tapi sebenarnya penyakit ini juga disebabkan
karena kekurangan vitamin dan mineral. Penderita rentan terkena berbagai penyakit yang
disebabkan karena infeksi bahkan setelah mendapat vaksin tertentu.
Pada penderita yang menderita kwashiorkor, anak akan mengalami gangguan
pertumbuhan, perubahan mental yaitu pada biasanya penderita cengeng dan pada stadium
lanjut menjadi apatis dan sebagian besar penderita ditemukan edema. Selain itu, pederita akan
mengalami gejala gastrointestinal yaitu anoreksia dan diare. Hal ini mungkin karena
gangguan fungsi hati, pankreas dan usus. Rambut kepala penderita kwashiorkor senang
dicabut tanpa rasa sakit (Hassan et al, 2005).
Pada penderita stadium lanjut, rambut akan terlihat kusam, kering, halus, jarang dan
berwarna putih. Kulit menjadi kering dengan menunjukkan garis-garis yang lebih mendalam
dan lebar. terjadi perubahan kulit yang khas yaitu crazy pavement dermatosis yang
merupakan bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam dan ditemukan pada
bagian tubuh yang sering mendapat tekanan dan disertai kelembapan. Pada perabaan hati
ditemukan hati membesar, kenyal, permukaan licin, dan pinggiran tajam. Anemia ringan juga
ditemukan dan terjadinya kelainan kimia yaitu kadar albumin serum yang rendah dan kadar
globulin yang normal atau sedikit meninggi (Hassan et al, 2005).

b. tanda dan gejala

Tanda dan gejala kwashiorkor (pusdatin kemenkes RI, 2015), adalah sebagai berikut:
· mengalami pembengkakan (edema) diseluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum
pedis)
· wajah anak membulat dan sembab (moon face)
· otot mengecil menyebabkan lengan atas kurus, ukuran LiLA <14cm
· muncul ruam merah muda pada kulit dan berubah menjadi coklat kehitaman lalu
mengelupas
· kurang nafsu makan
· rambut menipis berwarna merah seperti rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit
· sering disertai infeksi, serta anemia dan diare
· perubahan status mental, anak rewel dan apatis
· pembesaran pada perut akibat timbunan cairan pada rongga perut dan adanya pembesaran
hati

c.Pencegahan dan penanganan


Pencegahan kwashiorkor dapat dilakukan dengan asupan gizi yang cukup sejak janin di
dalam kandungan dan memastikan asupan kalori dan protein cukup hingga dewasa. Jangan
memilih-milih makanan. Berikut ini adalah daftar makanan sehat, yaitu:

 Makanan mengandung protein seperti susu, ikan, telur, daging, kacang-kacangan, dll
 Makanan mengandung kalori seperti pisang, alpukat, pir, apel, dll
 Makan berbagai jenis sayur dan buah
 Jika perlu harus minum multivitamin sesuai kebutuhan

4.Kekurangan Vitamin A
Kekurangan vitamin A (KVA) subklinis dapat ditandai dengan rendahnya kadar
vitamin A didalam darah, hanya dapat diketahui dengsn memeriksakan kadar vitamin A
dalam darah di laboratorium. Salah satu cara menanggulangi KVA, salah satunya dengan
pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi. Kapsul vitamin A diberikan setahun dua kali pada
bulan februari dan agustus, sejak anak berumur 6 bulan. Kapsul merah (dosis 100.000 IU)
diberikan untuk bayi umur 6-11 bulan dan kapsul biru (dosis 200.000 IU) untuk anak umur
12-59 bulan.
Kurang vitamin A dapat berdampak pada terganggunya perkembangan organ
penglihatan anak. penyakit mata yang sering muncul disebut dengan Xeroptalmia. Penyakit
ini merupakan penyebab kebutaan yang paling sering terjadi pada anak berusia 2-3 tahun.
pastikan anak mendapat asupan makanan yang kaya kandungan vitamin A seperti hati, ikan,
telur, alpukat, papaya, wortel, bayam, tomat dan sayuran berwarna hijau lainnya.

5.Anemia
Anemia adalah jenis penyakit akibat kekurangan gizi pada bayi dan balita. Anemia
bisa disebabkan karena kekurangan asupan zat besi atau vitamin B12. penyakit ini
menyebabkan tubuh menjadi lebih lemah dan tidak bisa melakukan berbagai aktivitas.
Anemia tidak hanya terjadi pada wanita dan anak-anak namun juga pada bayi. Anemia bisa
terjadi ketika sel darah merah tidak memiliki banyak oksigen sehingga menyebabkan jaringan
tubuh menjadi lebih lemah.
Ada beberapa kondisi tertentu yang sering menyebabkan anemia pada bayi seperti
kelainan sel darah merah. Anemia bisa sangat berbahaya pada bayi bahkan risiko mental dan
fisik yang bisa berdampak hingga dewasa.
Tanda dan gejala:
· kulit menjadi lebih pucat
· nafas menjadi lebih pendek
· anak-anak menjadi lebih lemah dan mudah menangis
· pucat dan tidak berdaya
Kondisi anemia pada bayi dan balita biasanya terjadi setelah bayi berumur lebih dari enam
bulan. Berbagai jenis nutrisi tambahan yang mengandung zat besi, sangat disarankan karena
itu kekurangan gizi member dampak yang serius untuk bayi dan balita.
Penyebab anemia defisiensi besi (ADB):
· Bayi di bawah umur 1 tahun: Persediaan besi yang kurang karena berat badan lahir rendah
atau lahir kembar.
· Anak berumur 1-2 tahun: Masukan (intake) besi yang kurang karena tidak mendapat
makanan tambahan (hanya minum susu), kebutuhan meningkat karena infeksi
berulang/menahun, malabsorbsi, kehilangan berlebihan karena perdarahan antara lain karena
infestasi parasit dan divertikulum Meckeli.
Kekurangan zat besi di dalam otot jantung menyebabkan terjadinya gangguan
kontraktilitas otot organ tersebut. Pasien ADB akan menunjukkan peninggian ekskresi
norepinefrin; biasanya disertai dengan gangguan konversi tiroksin menjadi triodotiroksin.
Penemuan ini dapat menerangkan terjadinya iritabilitas, daya persepsi dan perhatian yang
berkurang, sehingga menurunkan prestasi belajar kasus ADB. Anak yang menderita ADB
lebih mudah terserang infeksi karena defisiensi besi dapat menyebabkan gangguan fungsi
neutrofil dan berkurangnya sel limfosit T yang penting untuk pertahanan tubuh terhadap
infeksi. Dampak kekurangan besi tampak pula pada kuku berupa permukaan yang kasar,
mudah terkelupas dan mudah patah. Bentuk kuku seperti sendok (spoon-shaped nails) yang
juga disebut sebagai kolonikia terdapat pada 5,5% kasus ADB.7,8 Pada saluran pencernaan,
kekurangan zat besi dapat menyebabkan gangguan dalam proses epitialisasi.
Bila diagnosis defisiensi besi sudah ditegakkan, pengobatan harus segera dimulai
untuk mencegah berlanjutnya keadaan ini. Pengobatan terdiri atas pemberian preparat besi
secara oral berupa garam fero (sulfat, glukonat, fumarat dan lain-lain), pengobatan ini
tergolong murah dan mudah dibandingkan dengan cara lain. Pada bayi dan anak, terapi besi
elemental diberikan dengan dosis 3-6 mg/kg bb/hari dibagi dalam dua dosis, 30 menit
sebelum sarapan pagi dan makan malam; penyerapan akan lebih sempurna jika diberikan
sewaktu perut kosong. Penyerapan akan lebih sempurna lagi bila diberikan bersama asam
askorbat atau asam suksinat. Bila diberikan setelah makan atau sewaktu makan, penyerapan
akan berkurang hingga 40-50%. Namun mengingat efek samping pengobatan besi secara oral
berupa mual, rasa tidak nyaman di ulu hati, dan konstipasi, maka untuk mengurangi efek
samping tersebut preparat besi diberikan segera setelah makan.

6. Rakhitis
Ricketsia atau rakhitis adalah penyakit yang disertai dengan lemahnya mineralisasi
dari pertumbungan tulang. Tidak hanya terjadi dari kekurangan vitamin D tetapi juga karena
kekurangan kalsium dan fosfor (Mahan 2000). Sedangkan menurut Almatsier Ricketsia
adalah kekurangan vtamin D pada anak-anak, terjadi bila pengerasan tulang pada anak-anak
terhambat sehingga menjadi lembek.
Rakhitis merupakan penyakit tulang yang disebabkan oleh kekurangan vitamin D dan
kalsium. Vitamin D diperlukan untuk penyerapan kalsium pada usus. Ketiadaan vitamin D
dan penyerapan kalsium dari makanan yang tidak baik, menyebabkan hypocalcemia yaitu
suatu keadaan dimana kalsium dalam darah jumlahnya sedikit, keadaan ini mendorong
terjadinya kelainan bentuk pada kerangka dan otot saraf gigi.

Tanda dan gejala:


Ricketsia terjadi dengan adanya tanda-tanda kaki membengkok, pembesaran kepala karena
penutupan fontalen terlambat, gigi terlambat keluar bentuk gigi tidak teratur dan mudah
rusak. Adapun gejala yang sering terjadi pada penderita ricketsia adalah:
· Nyeri yang terjadi pada tulang.
· Peningkatan tendensi retak tulang (tulang mudah retak), terutama pada Green stick.
· Perubahan rangka tulang:
Ø Pada anak kecil yang baru bisa berjalan biasanya akan membungkung (Genu varus)
Ø Anak-anak yang lebih tua: apabila di ketuk maka lutu akan berbunyi (genu valgus)
· Kelainan bentuk pada tengkorak, tulang belakang, dan panggul
· Gangguan pertumbuhan
· Jumlah kalsium dalam darah rendah
Pengobatan Ricketsia dapat dilakukan dengan cara memberikan anak-anak makanan
yang banyak mengandung kalsium dan vitamin D seperti pada minyak hati ikan, minyak hati
ikan cod yang mengandung vitamin D sebanyak 9 μg (360 IU)/4 ml. Rakhitis atau ricketsia
ini disebabkan karena tubuh mengalami kekurangan vitamin D. akibatnya maka tubuh tidak
bisa menyerap kalsium dengan baik. kebutuhan vitamin D sebenarnya bisa diperoleh dari
sinar matahari terutama sinar matahari pagi. penyakit ini membutuhkan perawatan sebab jika
tidak diobati dapat menyebabkan tulang menjadi melengkung dan sering patah tulang.

7. Stunting
a. Pengertian

Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak)
akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek atau perawakan
pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Umumnya
disebabkan asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.

Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 menunjukkan prevalensi Balita stunting di


Indonesia masih tinggi, yakni 29,6% di atas batasan yang ditetapkan WHO (20%). Tahun
2015 Indonesia tertinggi ke-2 dibawah Laos untuk jumlah anak stunting. Indonesia
merupakan negara nomor empat dengan angka stunting tertinggi di dunia. Lebih kurang
sebanyak 9 juta atau 37 persen balita Indonesia mengalami stunting (kerdil).

b. Penyebab

Faktor lingkungan yang berperan dalam menyebabkan perawakan pendek antara lain
status gizi ibu, tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori, pola pemberian makan
kepada anak, kebersihan lingkungan, dan angka kejadian infeksi di awal kehidupan seorang
anak. Selain faktor lingkungan, juga dapat disebabkan oleh faktor genetik dan hormonal.
Akan tetapi, sebagian besar perawakan pendek disebabkan oleh malnutrisi.

Jika gizi tidak dicukupi dengan baik, dampak yang ditimbulkan memiliki efek jangka
pendek dan efek jangka panjang. Gejala stunting jangka pendek meliputi hambatan
perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, perkembangan otak yang tidak maksimal yang
dapat mempengaruhi kemampuan mental dan belajar tidak maksimal, serta prestasi belajar
yang buruk. Sedangkan gejala jangka panjang meliputi obesitas, penurunan toleransi glukosa,
penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis.

c.Pencegahan

Untuk mencegah stunting , konsumsi protein sangat mempengaruhi pertambahan


tinggi dan berat badan anak di atas 6 bulan. Anak yang mendapat asupan protein 15 persen
dari total asupan kalori yang dibutuhkan terbukti memiliki badan lebih tinggi dibanding anak
dengan asupan protein 7,5 persen dari total asupan kalori. Anak usia 6 sampai 12 bulan
dianjurkan mengonsumsi protein harian sebanyak 1,2 g/kg berat badan. Sementara anak usia
1–3 tahun membutuhkan protein harian sebesar 1,05 g/kg berat badan.
BAB III

PENUTUP

a.Kesimpulan
Gangguan gizi yang terjadi pada neonatus,bayi,balita dan anak prasekolah sangat
berbahaya jika tidak di cegah dan tangani dengan baik. Bidan dan tenaga kesehatan lainnya
sangat berperan penting dalam mengurangi resiko-resiko gangguan gizi yang terjadi pada
neonatus,bayi,balita dan anak prasekolah.

b.Saran
Sebagai tenaga kesehatan,bidan harus bergerak cepat dalam mengatasi gangguan-
gangguan yang mungkin terjadi pada masa neonatus,bayi,balita dan anak prasekolah. Agar
dapat mencegah Angka kematian anak bertambah.
DAFTAR PUSTAKA

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Asuhan-Kebidanan-
Neonatus-Bayi-Balita-dan-Apras-Komprehensif.pdf (di akses tanggal 17 maret 2020)

http://repo.unand.ac.id/id/eprint/26314 (di akses tanggal 17 maret 2020)

https://books.google.co.id/books/about/Buku_Ajar_Asuhan_Kebidanan_Neonatus_Bayi.html
?id=dKzpCAAAQBAJ&redir_esc=y (di akses tanggal 17 maret 2020)

Anda mungkin juga menyukai