Anda di halaman 1dari 17

KOMPLIKASI KEHAMILAN TM 1,2D DAN 3 PADA KASUS

ANEMIA

Mata kuliah
Evidance Based and Critical Thinking.

OLEH :

1. Khamsiah
2. Saripah
3. Siti zahara
4. Vira daryanti
5. Wusnita

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLIKTEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN
MEULABOH
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Makalah “KOMPLIKASI

KEHAMILAN TM 1,2 DAN 3 PADA KASUS ANEMIA“ dapat diselesaikan.

Shalawat beriring salam Penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW

penghulu semua mahluk yang senantiasa ikhlas dan sabar dalam menuntun

Ummatnya kearah yang lebih baik.

Dengan terselesaikannya Penulisan makalah ini, maka penuh keikhlasan

penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam- dalamnya kepada

pembimbing yang telah memberikan petunjuk, arahan, bimbingan serta dukungan,

ucapan terima kasih kepada;

1. Bapak H. Ampera Miko DN. Com, MM, selaku Direktur Polikteknik

Kesehatan Kemenkes Aceh

2. Ibu Yushida S.Kep, M.Kes selaku Ketua Program Studi D-IV Kebidanan

Meulaboh

3. Ibu Kartinazahri, SKM. SST. M. Keb selaku dosen mata kuliah Evidance

based and critical thinking.

Dalam Penyelesaikan disadari bahwa Penulisan makalah ini masih jauh

dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang

dimiliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.

Meulaboh, Agustus 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat

derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu

target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yang ke 5

yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun

2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei

yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun

belum signifikan dengan angka nasional.

Masalah kesehatan pada ibu selama masa kehamilan menimbulkan

dampak yang dapat meluas keberbagai aspek kehidupan dan menjadi salah satu

parameter kemajuan bangsa dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat yang menyangkut dengan angka kematian ibu (AKI) dan angka

kematian bayi (AKB).

Menurut World Health Organization, 40% kematian ibu di negara

berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Secara nasional, proporsi

anemia pada ibu hamil sebesar 37,1% (Profil Kesehatan Indonesia, 2016)

Upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih

membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus dan

berkesinambungan antara masyarakat, tenaga kesehatan dan semua tenaga


kesehatan yang peduli terhadap masalah kematian ibu melahirkan. Faktor yang

dapat menyebabkan terjadinya anemia selain asupan makanan yang kurang juga

dapat disebabkan karena Fe yang diberikan tidak diminum, cara minum obat

salah, obat Fe menyebabkan mual (karena zat besi amis), bentuk obat yang tidak

menyenangkan, kurang support dari suami/ keluarga. Perlu diketahui bahwa

selama kehamilan para wanita hamil diberikan secara gratis 90 tablet Fe,

berkuajiban periksa antenatal 4 kali selama kehamilan (bagi yang belum periksa

akan dikunjungi ke rumah oleh bidan Desa) serta adanya desa siaga untuk para

wanita hamil (Kepmenkes, 2008).

Sekitar 93% ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal dari tenaga

kesehatan profesional selama masa kehamilan, Persentase persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih meningkat dari 66,7% pada tahun 2002

menjadi 77,34% pada tahun 2009, dan angka tersebut terus meningkat menjadi

82,3% pada tahun 2010 (Riskesdas, 2010).

AKI di Indonesia masih tinggi bila dibandingkan dengan AKI di negara

Asia lainnya (Depkes RI, 2007), tetapi kenapa di masyarakat masih juga banyak

ibu hamil mengalami anemia/ kekurangan darah yang dapat membahayakan

kehamilan. Faktor yang menyebabkan ibu hamil mengalami anemia terutama

disebabkan oleh kehilangan darah, kekurangan produksi sel darah merah atau

perusakan sel darah merah yang lebih cepat dari normal. Kondisi tersebut dapat

disebabkan oleh kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi,

vitamin B12, asam folat dan vitamin C, unsur-unsur yang diperlukan untuk

pembentukan sel darah merah, kekurangan zat besi merupakan penyebab utama
anemia pada wanita sekitar 20%, 50% wanita hamil. Kondisi wanita hamil

menyebabkan anemia karena meningkatnya jumlah kebutuhan zat besi guna

pertumbuhan janin bayi yang dikandungnya, apabila ibu kurang asupan zat besi

maka akan menyebabkan anemia. Kebutuhan zat besi pada ibu hamil sangat

tergantung pada usia kehamilan, dimana pada kehamilan trimester I kebutuhan zat

besi 1 mg/hr, pada trimester II 5 mgg/hr dan pada akhir kehamilan atau trimester

III meningkat kebutuhannya menjadi 115 mgg/hr dan setelah melahirkan

membutuhkan zat besi 40 mgg/hr. Darah akan bertambah banyak dalam

kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Bertambahnya sel

darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi

pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah plasma 30%, sel darah 18%

dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai

sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32

dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002). Secara fisiologis, pengenceran darah ini

untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya

kehamilan.Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II

kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000

ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus.

Prevalensi (peluang kejadian) anemia pada wanita hamil di Indonesia

berkisar 20-80%, tetapi pada umumnya banyak penelitian yang menunjukkan

prevalensi anemia pada wanita hamil yang lebih besar dari 50%. Juga banyak

dilaporkan bahwa prevalensi anemia pada trimester III berkisar 50-79%.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa prevalensi anemia pada


kehamilan secara umum 55%, dengan kecenderungan bahwa prevalensi anemia

pada kehamilan lebih tinggi terjadi pada trimester ketiga dibandingkan dengan

trimester pertama dan kedua dari usia kehamilan.

Anemia pada umumnya terjadi di seluruh dunia, terutama di negara

berkembang (developing countries) dan pada kelompok sosio-ekonomi rendah.

Pada kelompok dewasa, anemia terjadi pada wanita usia reproduksi, terutama

wanita hamil dan wanita menyusui karena mereka yang banyak mengalami

defisiensi Fe. Secara keseluruhan, anemia terjadi pada 45% wanita di negara

berkembang dan 13% di negara maju (developed countries). Di Amerika, terdapat

12% wanita usia subur (WUS) 15-49 Tahun, dan 11% wanita hamil usia subur

mengalami anemia. Sementara persentase wanita hamil dari keluarga miskin terus

meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan (8% anemia di trimester I, 12%

anemia di trimester II, dan 29% anemia di trimester III) (Fatmah dalam

Departemen Gizi dan Kesmas, 2012).

Anemia pada kehamilan terjadi karena perubahan hematologi berupa

peningkatan 45% volume plasma darah, peningkatan 25% massa eritrosit,

terjadinya trombositopenia, terjadinya koagulasi, dan peningkatan kebutuhan

eritropoiesis. Faktor penyebab anemia pada kehamilan yaitu faktor dari konsumsi

makanan yang kurang kandungan zat besi, terjadinya perdarahan akut maupun

kronik, meningkatnya kebutuhan zat besi pada wanita hamil (masa pertumbuhan

dan masa penyembuhan dari penyakit), adanya gangguan absorpsi di usus, faktor

kehamilan yang berulang dalam waktu singkat, dan riwayat anemia pada

kehamilan sebelumnya. (Manuaba, 2010).


Kejadian anemia dapat membawa akibat negatif seperti: 1) gangguan dan

hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, 2) Kekurangan Hb

dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang menuju ke sel tubuh

maupun ke otak. Pada ibu hamil dapat mengakibatkan efek buruk pada ibu itu

sendiri maupun pada bayi yang dilahirkan. Mengingat berbagai dampak buruk

yang timbul akibat anemia pada ibu hamil serta prevalensi anemia pada ibu hamil

di Indonesia yang cukup tinggi (20 - 80% ),

B. Rumusan Masalah

Mengetahui Komplikasi Kehamilan TM 1,2, 3 pada Kasus Anemia.

C. Tujuan

1. Mengetahui Komplikasi Kehamilan TM 1, 2, 3 pada Kasus Anemia

2. Mengetahui Pengaruh Komplikasi Kehamilan TM 1, 2, 3 Pada Kasus

Anemia

D. Manfaat

1. Untuk Meningkatkan Pengetahuan Mahasiswa tentang Asuhan

Kebidanan pada Kasus Anemia

2. Untuk meningkatkan pengetahuan Mahasiswa tentang Komplikasi

Kehamilan TM 1,2,3 pada kasus Anemia


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan janin

yang cepat, dengan kebutuhan fisiologis, metabolik, dan emosional yang tinggi

pada ibu (Mann & Truswell, 2014). Menurut Manuaba (2012) kehamilan

merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi, migrasi

spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada

uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.

Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan, yaitu triwulan pertama (0 sampai 12

minggu), triwulan kedua (13 sampai 28 minggu), dan triwulan ketiga (29 sampai

42 minggu). Untuk dapat menegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan

penelitian terhadap tanda dan gejala kehamilan.

Kehamilan dapat memicu sekaligus memacu terjadinya perubahan tubuh,

baik secara anatomis, fisiologis, maupun biokimiawi. Terjadi peningkatan

kebutuhan akan zat besi pada masa kehamilan. Peningkatan ini dimaksudkan

untuk memasok kebutuhan janin untuk bertumbuh (pertumbuhan janin

memerlukan banyak sekali zat besi), pertumbuhan plasenta dan peningkatan

volume darah ibu. Kebutuhan zat besi selama trimester I relatif sedikit yaitu 0,8

mg/hari, kemudian meningkat tajam selama trimester II dan III, yaitu 6,3 mg/hari

(Arisman, 2010).
Selama kehamilan, wanita hamil mengalami peningkatan plasma darah

hingga 30%, sel darah 18%, tetapi Hb hanya bertambah 19%. Akibatnya,

frekuensi anemia pada kehamilan cukup tinggi (Irianto, 2014).

B. Anemia

Anemia merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel darah merah atau

konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah Hemoglobin (Hb) tidak mencukupi

untuk kebutuhan fisiologis tubuh (Kemenkes RI, 2013).

Menurut Adriyani (2012) anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan

kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah daripada nilai normal untuk

kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin. Anemia gizi adalah suatu

keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang lebih rendah daripada normal

sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah dalam

produksinya guna mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat normal.

Anemia gizi besi adalah anemia yang timbul karena kekurangan zat besi sehingga

pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh terganggu.

Anemia kehamilan adalah kondisi tubuh dengan kadar hemoglobin dalam

darah <11g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar Hb <10,5 g% pada trimester 2

(Aritonang, 2015). Menurut Irianto (2014) selama kehamilan, wanita hamil

mengalami peningkatan plasma darah hingga 30%, sel darah 18%, tetapi Hb

hanya bertambah 19%. Akibatnya, frekuensi anemia pada kehamilan cukup tinggi.
C. Penyebab Terjadinya Anemia

Penyebab paling umum dari anemia adalah Kekurangan zat besi, defisiensi

zat- zat nutrisi, kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, gangguan

penyerapan pada pencernaan, meningkatnya kebutuhan zat besi vitamin B6,

vitamin B12, vitamin C dan asam folat, kerusakan pada sumsum tulang atau

ginjal, perdarahan kronik, penghancuran sel darah merah, kehilangan darah akibat

perdarahan dalam atau siklus haid wanita, penyakit kronik : TBC, Paru, Cacing

Usus . Anemia defisiensi besi pada ibu hamil disebabkan oleh bertambahnya

volume plasma darah ibu tanpa diimbangi oleh penambahan massa normal

hemoglobin ibu (Husin, 2014)

D. Jenis – Jenis Anemia

Menurut Sarwono Prawirohardjo anemia dapat digolongkan menjadi :

1. Anemia Defisiensi Besi (Fe)

Anemia yang disebabkan kekurangan zat besi kekurangan ini disebabkan

kurangnya pasokan unsur besi dalam makanan dan terlampau banyak zat

besi yang keluar dari badan (misalnya perdarahan). Tanda dan gejala

anemia tipe ini adalah rambut rapuh dan halus , kuku tipis ,rata dan mudah

patah, lidah tampak pucat, licin dan mengkilat berwarna merah daging

,pecah-pecah yang disertai kemerahan disudut mulut.

2. Anemia Megaloblastik

Anemia yang disebabkan kekurangan asan folat. Gejala yang tampak

adalah diare dan kehilangan nafsu makan


3. Anemia Hipoplastik

Anemia yang disebabkan karena hipofungsi sumsum tulang belakang

kurang mampu membuat sel-sel darah baru

4. Anemia Hemolitik

Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah yang lebih

cepat dari pembuatannya. Ibu dengan anemia hemolitik biasanya sulit

hamil, jika hamil, biasanya akan terjadi anemia berat

E. Gejala Anemia

Untuk mengenali adanya anemia kita dapat melihat dengan adanya gejala

gejala seperti keluhan letih, lemah, lesu, dan loyo yang berkepanjangan

merupakan gejala khas yang menyertai anemia. Selain gejala-gejala tersebut

biasanya juga akan muncul keluhan sering sakit kepala, sulit konsentrasi, muka

bibir-kelopak mata tampak pucat, telapak tangan tidak merah, nafas terasa pendek,

kehilangan selera makan serta daya kekebalan tubuh yang rendah sehingga mudah

terserang penyakit. Jika anemia bertambah berat bisa menyebabkan stroke atau

serangan jantung. Pada hamil muda sering terjadi mual muntah yang lebih hebat.

(Pratiwi,2019:86)
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengaruh Anemia Pada Kehamilan dan Janin

Pengaruh anemia terhadap kehamilan yaitu dapat menjadi abortus,

persalinan prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim,

mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb <6g %), bahaya saat

persalinan yaitu terjadi gangguan His (kekuatan mengejan), kala I dapat

berlangsung lama, partus lama pada kala dua sehingga dapat melelahkan dan

sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala uri padat diikuti relasio

plasenta, dan perdarahan postpartum karena atonia. Pada kala nifas dapat terjadi

subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan infeksi

puerperium, pengeluaran ASI berkurang, terjadi dekompensasi kordis mendadak

setelah persalinan. Anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mamae.

Bahaya anemia terhadap janin yaitu dapat terjadi gangguan dalam bentuk

abortus, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan

anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah dapat mendapat infeksi sampai

kematian perinatal, dan intelegensia rendah.(Manuaba, 2010). Bahaya selama

kehamilan adalah dapat terjadi abortus, persalinan prematuritas, hambatan tumbuh

kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, mudah dekompensasi cordis

(Hb<6g%), mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum,

Ketuban Pecah Dini (KPD) Bahaya Terhadap Janin dapat menyebabkan gangguan

dalam bentuk yaitu: Abortus, terjadi kematian intra uterin, persalinan prematuritas

tinggi, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia dapat terjadi cacat
bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal, inteligensia

rendah

B. Kebutuhan Zat Besi Pada Wanita Hamil

Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki – laki karena terjadi

menstrulasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80cc setiap bulan dan

kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mg. Di samping itu, kehamilan

memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan

membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Semakin sering seorang wanita

mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan

menjadi makin anemis. Sebagai gambaran berapa banyak kebutuhan zat besi pada

setiap kehamilan perhatikan bagian berikut :

Tabel 1

Kebutuhan Zat Besi Pada Wanita

Kebutuhan Zat Besi Dalam Tubuh Jumlah Kebutuhan

Meningkat kan sel darah merah ibu 500 mg Fe

Terdapat dalam plasenta 300 mg Fe

Untuk darah janin 100 mg Fe

Jumlah 900 mg Fe

Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan

menguras zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan

berikutnya (Manuaba, 2010). Menurut Dictary Reference Intake kebutuhan zat


besi pada ibu hamil meningkat 18mg/hari pada wanita dewasa menjadi 27 mg/hari

pada ibu hamil (Husin, 2014). Menurut World Health Organization (WHO)

merekomendasikan agar setiap ibu hamil mengkonsumsi suplementasi Fe 60mg

per hari selama 6 bulan. Jika tidak dapat mengkonsumsi selama 6 bulan dosisnya

dinaikkan menjadi 120 mg per hari atau melanjutkan mengkonsumsi hingga 3

bulan postpartum (Husin, 2014)

C. Komplikasi Anemia Pada Kehamilan

Anemia memiliki banyak komplikasi terhadap ibu termasuk gejala

kardiovaskuler, menurunnya kinerja fisik dan mental, penurunan fungsi kekebalan

tubuh dan kelelahan. Dampak terhadap janin termasuk pertumbuhan Janin dalam

rahim,prematuritas,kematian janin dalam rahim, pecahnya ketuban, cacat pada

persarafan dan berat badan lahir rendah. Anemia akibat dari defisiensi vitamin

B12 dapat menyebabkan anenchepal atau cacat saat pembentukan saraf bayi

selama perkembangan. (Husin, 2014) Menurut Manuaba (2010) bahaya yang

dapat ditimbulkan akibat anemia yaitu terjadi abortus, persalinan prematuritas,

hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi , ancaman

ekompesasi kordis ( Hb <6 gr %) molahidatosa, hiperemisis gravidarum,

perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (Manuaba, 2010)

Selanjutnya Menurut Proverawati akibat yang akan terjadi pada anemia

kehamilan adalah :

1. Hamil muda (trimester pertama) : abortus, missed abortion, dan kelainan

congenital.
2. Trimester kedua : persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan

pertumbuhan janin dalam rahim, asphyxia intrauterine sampai kematian,

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), gestosis dan mudah terkena infeksi,

IQ rendah, dekompensasi kordis kematian ibu. Proverawati (2011).

Lebih lanjut menurut Marmi (2013), akibat kekurangan asupan zat gizi

atau anemia pada trimester I dapat menyebabkan hypermisis gravidarum,

kelahiran premature, kematian janin, keguguran dan kelainan pada system saraf

pusat. Sedangakn pada trimester ke II dan III dapat mengakibatkan pertumbuhan

dan perkembangan janin terganggu, BBLR. Selain itu, berakibat terjadi gangguan

kekuatan rahim saat persalinan dan perdarahan postpartum.


BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Anemia pada ibu hamil dihubungkan dengan meningkatnya kelahiran

prematur, kematian ibu dan anak serta penyakit infeksi. Anemia defisiensi besi

pada ibu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan berkembangan janin/bayi saat

kehamilan maupun setelahnya Anemia defisiensi besi merupakan penyebab utama

terjadinya anemia pada ibu hamil di Indonesia dengan prevalensi yang cukup

tinggi sehingga masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Di negara

berkembang kematian ibu dan janin berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan

kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi. Menurut

World Health Organization (WHO) dikatakan anemia jika kadar hemoglobin <11

gr/dl pada ibu hamil. Ibu hamil cenderung kekurangan gizi karena pada masa

kehamilan terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan

janin yang di kandung

B. Saran

Asuhan kebidanan diharapkan dapat membantu memenuhi cakupan

pemberian Fe dan meningkatkan pengetahuan ibu hamil melalui penyuluhan

kesehatan. Perlu edukasi pada calon ibu hamil agar menjarangkan kehamilan dan

melakukan deteksi dini anemia untuk mencegah komplikasi pada ibu hamil dan

janin
DAFTAR PUSTAKA

1. Kepmenkes, 2008. Petunjuk Teknis Tentang Standar pelayanan minimal

Bidang Kesehatan di Kabupaten / Kota. No. 828/Menkes/SK/IX/2008.

2. Manuaba. IBG., IA. Chandranita Manuaba, dan IBG. 2010. Pengantar

Kuliah Obstetri, Jakarta. Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.

3. Kementrian Kesehatan RI. (2016). Profil kesehatan indonesia tahun 2015.

Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

4. Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

5. Proverawati A (2011). Anemia dan anemia kehamilan. Yogyakarta: Nuha

Medika. pp: 119

6. Husin. 2014.Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti..Jakarta: Sagung Seto.

7. Marmi. 2013. Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

8. Prawirohardjo.2006. Buku acuan pelayanan kesehatan maternal dan

neonatal.Jakarta :Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai