Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PELAYANAN KESEHATAN PADA BENCANA

Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Manajemen Bencana

Disusun Oleh
ARMANISAH
NIM: 21181068 P

KATA PENGANTAR

MANAJEMEN BENCANA
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga Makalah Pelayanan Kesehatan Pada Bencana dapat
terselesaikan. Shalawat beriring salam Penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW
penghulu semua mahluk yang senantiasa ikhlas dan sabar dalam menuntun Ummatnya kearah
yang lebih baik, dengan terselesaikannya Penulisan makalah ini, penuh keikhlasan kami
menyampaikan rasa terimakasih kepada Bapak Wildan Seni, M.Si Selaku dosen Mata
Kuliah Manajemen Bencana, Yang telah memberikan petunjuk, arahan, bimbingan serta
dukungan.
Kami berharap setelah membaca dan mempelajari Makalah ini, pembaca dapat
memiliki pertambahan pengetahuan yang lebih baik dan proses implementasi, baik dalam
bidang ilmu dunia, maupun ilmu akhirat. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka
dari itu kami selalu membuka diri untuk mendapatkan berbagai masukan dan kritikan agar
kelak pembuatan makalah ini selanjutnya lebih baik lagi.

Calang, 24 Agustus 2022

MANAJEMEN BENCANA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penanggulangan masalah kesehatan merupakan kegiatan yang harus segeradiberikan


baik saat terjadi dan pasca bencana disertai pengungsian. Untuk itu di dalam penanggulangan
masalah kesehatan pada bencana dan pengungsian harus mempunyai suatu pemahaman
permasalahan dan penyelesaian secara menyeluruh. Cara berfikir dan bertindak tidak bias
lagi secara sektoral, harus terkoordinir secaara baik dengan lintas sektor dan lintas program.

Standar minimal dalam penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan


penganan pengungsi ini merupakan standar yang dipakai di Dunia internasional. Dalam
penggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan penanganan pengungsi di Indonesia
diharapkan juga memakai standar ini dengan memperhatikan hak Asasi Manusia (HAM)
yaitu hak hidup, hak mendapatkan pertolongan/bantuan dan hak asasi lainnya. Dalam
penerapan pemakaiannya, daerah yang menggunakan standar minimal ini diberi keleluasaan
untuk melakukan penyesuaian beberapa poin yang diperlukan sesuai kondisi keadaan di
lapangan.

Oleh karena itu Standart Minimum Respons Bencana diluncurkan pada tahun 1997
oleh tak kurang dari 400 organisasi Non Pemerintah yang bergerak dalam bidang
kemanusiaan dan gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah International untuk
menanggulangi bencana secara lebih spesifik baik kebutuhan korban hingga hak-hak dasar
korban bencana. Standart tersebut mencangkup 7 sektor kunci yaitu; sanitasi dan air bersih,
ketahanan pangan, gizi, bantuan pangan, hunian dan penampungan, barang non pangan dan
pelayanan kesehatan.

Ada 5 pelayanan kesehatan di Indonesia yaitu:

1) pelayanan kesehatan promotif yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi
kesehatan seperti cuci tangan menggunakan sabun sebelum makan,

2) pelayanan kesehatan preventif yang mengupayakan masyarakat agar tidak terkena suatu
penyakit,

3) pelayanan kesehatan kuratif yang ditujukan untuk pengobatan penderita yang sakit,

4) pelayanan kesehatan rehabilitatif yang bertujuan untuk mengembalikan bekas penderita


kepada masyarakat sehingga dapat bekerja lagi secara optimal dan yang terakhir,

5) pelayanan kesehatan tradisional yang mengacu pada pengobatan alamiah yang telah
diracik secara turun temurun.

Namun, pelayanan kesehatan yang biasanya digunakan untuk korban bencana


adalah pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif.

MANAJEMEN BENCANA
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang menjadi pokok bahasan
makalah ini adalah Bagaimana gambaran standar-standar minimum layanan kesehatan pada
bencana?

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan umum penulisan ini adalah agar pembaca dapat mengetahui dan memahami
Bagaimana gambaran standar-standar minimum layanan kesehatan pada bencana?

D. MANFAAT PENULISAN

Dapat menambah wawasan dan pemahaman terkait tentang tentang Pelayanan


Kesehatan Pada Bencana

BAB II
PEMBAHASAN

MANAJEMEN BENCANA
STANDAR-STANDAR MINIMUM PELAYANAN KESEHATAN
PADA BENCANA

Dalam pemberian pelayanan kesehatan di pengungsian, pelayanan sering tidak

memadai akibat dari tidak memadainya fasilitas kesehatan, jumlah dan jenis obat serta alat

kesehatan, dan terbatasnya tenaga kesehatan pada kondisi bencana. Hal ini semakin

memperburuk masalah kesehatan yang akan timbul. Penanggulangan masalah kesehatan di

pengungsian merupakan kegiatan yang harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu serta

terkoordinasi baik secara lintas program maupun lintas sektor. Dalam penanganan masalah

kesehatan di pengungsian diperlukan standar minimal yang sesuai dengan kondisi keadaan di

lapangan sebagai pegangan untuk merencanakan, memberikan bantuan dan mengevaluasi apa

yang telah dilakukan oleh instansi pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

dan swasta lainnya.

Adapun standar minimal pelayanan kesehatan pengungsi terdiri dari pelayanan

kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, dan surveilans gizi darurat.

Pelayanan kesehatan meliputi: pelayanan kesehatan masyarakat, kesehatan reproduksi, dan

kesehatan jiwa. Sebaliknya, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular meliputi

tindakan tindakan pencegahan karena berpotensi menjadi KLB antara lain : campak, diare,

cacar, malaria, varicella, ISPA, dan tetanus. Perlu dilakukan pengumpulan data dasar gizi

yang meliputi berat badan, tinggi badan dan umur untuk menentukan status gizi

1. Pelayanan Kesehatan masyarakat kesehatan reproduksi, dan kesehatan jiwa

Pelayanan kesehatan meliputi pelayanan kesehatan masyarakat, kesehatan

reproduksi, dan kesehatan jiwa. Pelayanan kesehatan masyarakat berfungsi untuk

mencegah pertambahan tingkat kematian dan jatuhnya korban akibat penyakit pasca

bencana. Pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan sesuai dengan standar

pelayanan puskesmas. 1 (satu) Pusat kesehatan Pengungsi untuk 20.000 orang dan 1

(satu) Rumah Sakit untuk 200.000 orang. Bagi pengungsi khususnya anak-anak,

dilakukan vaksinasi campak tanpa memandang status imunisasi sebelumnya. Adapun

kegiatan vaksinasi.

lainnya tetap dilakukan sesuai program untuk melindungi kelompo-kelompok

rentan.Kegiatan pelayanan kesehatan reproduksi yang harus dilaksanakan mencakup:

MANAJEMEN BENCANA
Keluarga Berencana (KB), Kesehatan Ibu dan Anak, pelayanan kehamilan,

persalinan, nifas dan pasca keguguran, Deteksi dini dan penanggulangan Infeksi

Menular Seksual (IMS) dan HIV / AIDS, dan Kesehatan reproduksi remaja.

Pelayanan kesehatan jiwa di pos kesehatan diperlukan bagi korban bencana,

umumnya dimulai pada hari ke-2 setelah kejadian bencana. Bagi korban bencana

yang memerlukan pertolongan pelayanan kesehatan jiwa dapat dilayani di pos

kesehatan untuk kasus kejiwaan ringan, sedangkan untuk kasus berat harus dirujuk

ke rumah sakit terdekat yang melayani kesehatan jiwa.

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam bidang kesehatan jiwa di daerah pengungsian

adalah adalah:

a. Pelatihan, yang dilakukan terhadap petugas daerah yang kemudian pelatih

tersebut memberikan

b. konseling pada tingkat pelayanan kesehatan di puskesmas dan lokasi

pengungsi.

c. Pendidikan psiko-sosial, yang diberikan melalui koran, radio, di sekolah,

kelompok masyarakat, di klinik kesehatan.

d. Pengobatan, dilakukan di puskesmas dengan menggunakan psikotropika dan

metode EMDR.

2. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

Beberapa jenis penyakit yang sering timbul di pengungsian dan memerlukan

tindakan pencegahan karena berpotensi menjadi KLB antara lain : campak, diare,

cacar, malaria, varicella, ISPA, dan tetanus.

Pelaksanaan pengendalian vector yang perlu mendapatkan perhatian di lokasi

pengungsian adalah pengelolaan lingkungan, pengendalian dengan insektisida, serta

pengawasan makanan dan minuman.

Pada pelaksanaan kegiatan surveilans bila menemukan kasus penyakit menular,

semua pihak termasuk LSM harus melaporkan kepada Puskesmas/Pos Yankes di

bawah koordinasi Dinas Kesehatan kabupaten sebagai penanggung jawab

pemantauan dan pengendalian. Pengawasan Penyakit menular pada kedaruratan

dilakukan sebagai berikut:

a. Difokuskan pada penyakit penyebab kematian utama

MANAJEMEN BENCANA
b. Ditekankan pada pencegahan penyakit dan perbaikan sistem-sistem pelayanan

c. Pembentukan dan penggerakan surveilans terhadap penyakit potensial KLB

d. Potensi penyakit campak dengan pemberian imunisasi.

e. Penyuluhan kesehatan dengan melibatkan kader kesehatan.

3. Surveilans Gizi Darurat

Registrasi pengungsi perlu dilakukan secepat mungkin untuk mengetahui jumlah

kepala keluarga, jumlah jiwa, jenis kelamin, usia, kelompok rentan (balita, bumil,

buteki dan lansia). Selain itu juga perlu dilakukan pengumpulan data dasar gizi yang

meliputi :

1. Berat badan,

2. Tinggi badan dan

3. Umur untuk menentukan status gizi.

Selanjutnya dilakukan kegiatan penapisan apabila diperlukan intervensi

Pemberian makanan Tambahan (PMT) darurat terbatas dan PMT terapi.

Penanganan gizi darurat pada bayi dan anak pada umumnya ditujukan untuk

meningkatkan status gizi, kesehatan, dan kelangsungan hidup bayi dan anak dalam

keadaan darurat melalui pemberian makanan yang optimal. Secara khusus,

penanganan tersebut ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan petugas dalam

pemberian makanan bayi dan baduta dalam

keadaan darurat dan meningkatkan kemampuan petugas dalam mendukung terhadap

pemberian makanan yang baik dalam keadaan darurat.

Berdasarkan tahapan penanggulangan bencana, upaya penyelesaian masalah

pengungsi dibagi menjadi upaya penyelamatan, tanggap darurat dan rehabilitasi.

Pada tahap penyelamatan, langkahlangkah yang dilakukan adalah :

a. Evakuasi korban baik yang terlibat konflik dengan kekerasan maupun yang

hanya kena dampaknya ke tempat aman.

b. pengamanan dan pengambilan langkah-langkah preventif untuk penyelamatan

korban luka, dll.

c. Koordinasi dan memobilisasi sumberdaya yang ada baik milik Pemerintah

maupun masyarakat guna menampung dan menyalurkan bantuan secara darurat.

Pada tahap tanggap darurat, langkah-langkah yang dilakukan adalah:

MANAJEMEN BENCANA
 Penilaian awal secara cepat tentang kebutuhan dasar,

 penyediaan penampungan, imunisasi campak penyediaan makanan dan

bahan makanan yang bergizi terutama bagi kelompok rentan (bayi,

balita, ibu hamil, ibu menyusui dan lanjut usia)

 penyediaan air bersih pelayanan kesehatan bagi yang sakit,

 surveilans penyakit dan pelaporan secara teratur, pemberantasan vektor,

 pelatihan bagi pengungsi dan koordinasi pelaksanaan.

 Penilaian lanjutan dilakukan untuk mendapatkan data / informasi untuk

pengambilan keputusan penyelesaian masalah pengungsi. Penilaian ini

dilakukan apabila keadaan telah memungkinkan.

d. Pada tahap rehabilitasi langkah-langkah yang dilakukan adalah: pemulihan

kesehatan fisik, mental dan psikososial. Pemulihan kesehatan fisik, mental, dan

psikososial yang berupa konseling, pencegahan masalah psikososial dari aspek

medis guna menghindari timbulnya psiko-somatis dan pencegahan berlanjutnya

psiko patologis pasca pengungsi. Pemukiman kembali pengungsi dilakukan bagi

yang tidak bersedia kembali ke daerah asal yang dilakukan dengan pola

konsentrasi dan pola sisipan. Pemukiman kembali disiapkan dengan

mengakomodir kepentingan kepentingan penduduk lokal dan pengungsi serta

dilengkapi dengan sarana dan prasarana pemukiman dan dilaksanakan oleh Dep.

Kimpraswil, Depnakertrans, Depdagri yang bekerja sama dengan pemda

setempat

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

MANAJEMEN BENCANA
Akses pada pelayanan kesehatan adalah penentu kritis keberlangsungan hidup pada

tahap awal tanggap darurat. Hal ini terjadi akibat bencana hampir selalu membawa dampak

besar pada kesehatan masyarakat dan kesejahteraan penduduk yang terkena bencana. Tujuan

utamanya adalah angka kematian kasar (AKK/CMR) dan tingkat kematian balita (U5MR)

tetap, atau berkurang, kurang dari dua kali dari angka kematian kasar dan kematian balita

dasar yang terdokumentasi sebelum bencana.

B. SARAN
Akses pelayanan kesehatan yang perlu ditingkatkan dan dikembangkan karena baik

buruknya akses pelayanan kesehatan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup

pada tahap awal tanggap darurat. Serta pentingnya kesadaran dari masyarakat untuk

mengubah pola hidup sehat, dan pentingnya peranan dokter sebagai ahli kesehatan dalam

menangani pasiennya.

DAFTAR PUSTAKA

MANAJEMEN BENCANA
The Sphere Project. 2012. Proyek Sphere: Piagam Kemanusiaan dan Standar Minimum
dalam Respons Kemanusiaan. Terjemahan Atik Ambarwati dkk. Jakarta: Masyarakat
Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI).
Undang-Undang RI No.24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
Depkes RI. Pedoman Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Kedaruratan
Kompleks.Jakarta: Kemenkes 2001

************************ Selamat Belajar ****^******************

10

MANAJEMEN BENCANA

Anda mungkin juga menyukai